1. Perizinan dan Kegiatan Usaha Sektor PP Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Slide 16-19
Perdagangan
PP Nomor 30 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas Slide 20
Dan Angkutan Jalan
5. Fasilitas Fiskal PP Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Slide 55
Dalam Rangka Mendukung Kemudahan Berusaha Dan Layanan
Daerah
PP Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Slide 57-58
Pasal Interpretasi Implikasi bagi Daerah Pasal Interpretasi Implikasi bagi Daerah
Substansi PP 23/2021
terfokus pada pemberian 31 ayat (1) Fungsi kawasan hutan produksi Perlu penyesuaian kawasan 54 sampai Perubahan peruntukkan dan Perlu diketahui akuisisi,
kepastian hukum dalam hanya ada hutan produksi tetap hutan produksi terbatas (HPT) 88 fungsi kawasan hutan untuk alokasi dan distribusi sumber
bentuk perizinan dan (HP) dan hutan produksi yang dalam fungsi terbaru, artinya kemudahan program strategis daya hutan terkait program
dapat dikonversi (HPK) ada revisi penetapan kawasan nasional, pemulihan ekonomi strategis nasional, pemulihan
persetujuan. Namun tidak hutan nasional, food estate, ekonomi nasional, food
memberikan kepastian 4 ayat (3) Inventarisasi hutan pada hutan Perlu kegiatan inventarisasi ketahanan energi, dan TORA estate, ketahanan energi, dan
terkait jaminan kelestarian negara, hutan adat, dan hutan hak hutan pada HP/HL, hutan TORA
adat, dan hutan hak, yang 91 sampai Penggunaan kawasan hutan Perlu penyesuaian dengan
sumber daya hutan. akan menjadi pertimbangan dalam 107 untuk di luar kegiatan ragam sektor dan sub sektor
perizinan, pengelolaan, dan kehutanan hampir pembangunan ekonomi
PP 23/2021 pengawasan dimungkinkan untuk seluruh
15 ayat Kategori status dan kawasan hutan Perlu indikatif areal hutan adat kegiatan dengan tujuan
menggambarkan peran
(1)dan (2) (KH) berubah dan hutan hak strategis dan kegiatan lain
pemerintah untuk 18 ayat (1) Penunjukkan kawasan hutan pada Perlu mempertimbangkan yang menunjang pengelolaa
mendorong pertumbuhan wilayah tertentu secara parsial kebijakan nasional yang strategis hutan
dalam penetapan kawasan hutan 95 Penggunaan kawasan hutan Perlu identifikasi penggunaan
investasi di bidang
23 ayat (1) PS sebagai upaya penyelesaian Perlu adanya bukti penguasaan yang telah terlanjur harus kawasan hutan yang belum
kehutanan. Fokus PP penguasaan tanah dalam kawasan fisik bidang tanah dalam diberikan persetujuan berizin
23/2021 adalah hutan perizinan PS dengan 112 PS untuk kawasan hutan PS di Pulau Jawa dan di luar
memberikan peluang mempertimbangkan sistem dengan pengelolaan khusus di Pulau Jawa memiliki
sosial setempat Pulau Jawa perbedaan ontologis
berusaha dalam 24 ayat (1) Penyelesaian penguasaan tanah Perlu perubahan kebijakan 114 Kawasan hutan untuk Perlu identifikasi kebutuhan
pengelolaan sumber daya dengan kriteria paling sedikit dikuasai strategis terkait TORA, PS, food estate areal food estate
dalam 5 tahun berturut-turut dan perubahan KH, dan 229 ayat (2) Alokasi HTR untuk profesional Perlu identifikasi profesional
hutan dimana Pemerintah
maksimal hanya 5 ha untuk penggunaan KH dengan kehutanan kehutanan yang berminat dan
Pusat memiliki peran yang perorangan mempertimbangkan sistem penyesuaian dengan sistem
strategis dan Pemerintah sosial setempat sosial setempat
28 Kecukupan luas kawasan hutan Perlu kajian kecukupan luas 267 ayat Adanya pejabat Perlu identifikasi kebutuhan
Daerah diharapkan
sebagai pertimbangan kawasan hutan (5) fungsional Pengawas pengawas kehutanan
berperan dalam kerangka penyelesaian penguasaan tanah Kehutanan
tindakan sebagai wakil 28 Penguasaan tanah dalam Perlu kajian penguasaan tanah 273 sampai Penekanan pada Perlu identifikasi bentuk- bentuk
kawasan HL dan HP lebih dari 20 sesuai dengan sistem 298 sanksi administrasi sanksi yang diberlakukan agar
pemerintah pusat di
tahun dikeluarkan dari kawasan sosial setempat upaya pengelolaan hutan efektif
daerah. hutan dan efisien
INFORMASI
2. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
1. Penyediaan Kawasan Penggembalaan Umum diprioritaskan bagi budi daya ternak skala
SISTEM
wajib membangun, menyusun, dan mengembangkan sistem informasi
kecil dilakukan oleh bupati/wali kota sesuai dengan ketersediaan lahan di wilayahnya.
pertanian yang terintegrasi dilaksanakan melalui pusat data dan infromasi.
2. Harus mempertimbangkan:
3. Pengembangan teknologi sistem informasi pertanian dapat bekerja sama
• status kepemilikan dan penguasaan lahan;
dengan pihak ketiga harus dilengkapi dengan perjanjian kerahasiaan data
• perolehan lahan;
& rencana alih teknologi.
• kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kondisi sosial budaya masyarakat.
4. Pendanaan bersumber dari APBN/APBD/ sumber lain yang sah.
3. Harus memenuhi persyaratan teknis:
• kecukupan sumber air dan Pakan;
• topografi dan kondisi iahan;
• ketersediaan sarana dan prasarana pendukung. 1. Permohonan Hak PVT hanya dapat diajukan untuk 1 varietas tanaman.
4. Bupati/wali kota membentuk tim pengkajian penyediaan Kawasan Penggembalaan Umum. 2. Dalam hal satu varietas tanaman dengan sifat yang sama diajukan oleh
5. Bupati/walikota menetapkan Kawasan Penggembalaan Umum dengan lebih dari satu pemohon, hanya permohonan yang telah diajukan
mempertimbangkan: secara lengkap terlebih dahulu yang diterima.
• rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota; 3. Permohonan Hak PVT yang telah memenuhi ketentuan diumumkan
PERLINDUNGAN VARIETAS
• saran dan masukan dari tokoh masyarakat setempat; oleh Kantor PVT selama 6 bulan.
• dokumen hasil survei, identifikasi, dan desain. 4. Pemeriksaan Substantif (sifat kebaruan, keunikan, keseragaman, dan
PERMOHONAN HAK
6. Pengelolaan dapat dikerjasamakan dengan masyarakat sekitar atau pihak lain wajib kestabilan varietas) dilakukan oieh pemeriksa PVT yang ditugaskan
dituangkan dalam perjanjian Kerjasama. oleh kepala Kantor PVT.
TANAMAN
7. Untuk mempertahankan keberlanjutan penyediaan pakan, Kawasan Penggembalaan Umum 5. Permohonan Pemeriksaan Substantif diajukan kepada kepala Kantor
harus dilengkapi dengan kebun bibit dan kebun potong HPT. PVT dalam jangka waktu max 1 bulan setelah berakhirnya masa
8. Pengawasan terhadap pengelolaan dilakukan oleh: Menteri; Bupati/Walikota dilakukan pengumuman.
secara berkala dan incidental terhadap hasil pengawasan, dilakukan pembinaan. 6. Kepala Kantor PVT memutuskan untuk memberi atau menolak
9. Pendanaan bersumber dari APBN/APBD/ sumber lain yang sah. permohonan Hak PVT dalam jangka waktu max 24 bulan sejak tanggal
10. Setiap orang yang memproduksi pakan untuk diedarkan secara komersial di wilayah NKRI permohonan.
wajib memenuhi Perizinan Berusaha. 7. Pemberian Hak PVT diberikan dalam bentuk sertifikat Hak PVT.
8. Berlaku untuk jangka waktu selama: 20 tahun untuk tanaman
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND semusim, 25 tahun untuk tanaman tahunan.
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP Nomor 31 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Pelayaran
TARIF ANGKUT PELABUHAN : IZIN ANGKUTAN PELABUHAN :
1. Tarif angkutan perairan pelabuhan terdiri atas tarif angkutan penumpang dan barang. 1. Penyedia jasa kapal untuk penumpang dan barang wajib memiliki izin
2. Tarif angkutan penumpang terdiri dari dua jenis yakni kelas ekonomi dan non ekonomi usaha dari Badan Usaha Pelabuhan.
3. Besaran tarif angkutan penumpang kelas ekonomi ditetapkan oleh menteri, yang merupakan 2. Adapun Badan Usaha Pelabuhan ini terdiri dari bupati atau walikota untuk
tarif batas atas tingkat pelabuhan penumpang lokal. Lalu gubernur, sebagai Badan Usaha
4. Besaran tarif angkutan penumpang non ekonomi ditetapkan oleh penyelenggara angkutan Pelabuhan di tingkat penumpang regional, dan Menteri untuk perizinan
berdasarkan tingkat pelayanan tambahan yang diberikan usaha Pelabuhan di tingkat Pelabuhan Utama dan Pelabuhan Pengumpul.
5. Besaran tarif pelayanan jasa angkutan perairan pelabuhan ditetapkan atas dasar kesepakatan 3. Pemerintah mengatakan jika izin dari Badan Usaha Pelabuhan dalam
bersama antara penyedia jasa dan pengguna jasa berdasarkan jenis, struktur, dan golongan penyediaan atau menjalankan layanan jasa kapal, penumpang dan
tarif dengan menggunakan pedoman perhitungan yang ditetapkan oleh menteri barang, dapat dilakukan untuk lebih dari satu terminal.
tarif angkutan barang ditetapkan oleh penyedia jasa angkutan berdasarkan kesepakatan antara pengguna dan penyedia
TRAYEK: ASURANSI :
jasa angkutan sesuai dengan jenis, struktur, dan golongan tarif yang ditetapkan oleh menteri.
Jaringan Trayek tetap Untuk mengurangi
dan teratur disusun risiko tanggung
Klasifikasi jenis tarif angkutan barang :
berdasarkan rencana jawab serta
1. barang yang sesuai bentuk dan sifatnya memerlukan penanganan secara umum.
Trayek tetap dan menjamin
2. barang khusus yang karena sifat dan ukurannya memerlukan penanganan khusus antara lain kayu gelondongan,
teratur yang pihak yang
barang curah, rel, dan ternak.
disampaikan oleh dirugikan,
3. barang berbahaya yang karena sifat, ciri khas, dan keadaannya dapat membahayakan jiwa manusia dan
perusahaan angkutan perusahaan jasa
lingkungan
laut nasional kepada pengurusan
4. kendaraan beserta muatannya yang diangkut kapal ro-ro.
Menteri dan usulan transportasi wajib
Trayek dari Pemerintah mengasuransikan
Golongan tarif angkutan barang :
Pusat, Pemerintah barangnya
1. jenis barang yang diangkut mencakup barang umum, peti kemas, curah kering, curah cair, gas, dan ternak.
Daerah, dan asosiasi dan/atau
2. jenis pelayanan mencakup pelayanan biasa dan pelayanan khusus misalnya menggunakan reefer container.
perusahaan tanggung
3. fasilitas angkutan mencakup fasilitas angkutan unimoda dan multimoda.
angkutan laut nasional jawabnya.
4. barang mengganggu dan barang berbahaya, berdasarkan ukurannya, atau berdasarkan sifat penanganannya.
Pembangunan Pesawat Udara Setiap Pesawat Udara Setiap Pesawat Udara Setiap Orang yang Pesawat Udara yang Angkutan Udara Niaga
Bandar Udara yang (mesin&baling-baling) yang dirancang dan yang dioperasikan di mengoperasikan dapat dioperasikan di dalam negeri hanya
diprakarsai oleh yang akan dibuat untuk diproduksi di luar Indonesia wajib Pesawat Udara wajib wilayah NKRI hanya dapat dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, digunakan harus negeri dan diimpor ke mempunyai tanda memiliki sertifikat yang Pesawat Udara Badan Usaha Angkutan
anggaran ditetapkan memiliki rancang Indonesia harus pendaftaran. diterbitkan oleh Indonesia asing Udara nasional
dari APBN bangun harus mendapat sertifikat Menteri. dapat mengoperasikan (BUAUN) yang telah
mendapat persetujuan validasi tipe yang dala keadaan tertentu mendapatkan
dari Menteri diterbitkan oleh & waktu terbatas Perizinan Berusaha
diberikan setelah Menteri Wajib merawat untuk setelah mendapat izin
pemeriksaan dan berdasarkan pedanjian mempertahankan dari Menteri
pengujian sesuai antarnegara Setiap Pesawat Udara keandalan dan Perseorangan dapat
dengan standar diberikan setelah lulus yang dioperasikan di Kelaikudaraan secara diangkat menjadi
Setiap badan hukum Kelaikudaraan pemeriksaan untuk Indonesia wajib berkelanjutan Dilakukan pengawasan direksi dan personel
Indonesia yang memastikan mempunyai tanda oleh negara manajemen BUAUN
melakukan kegiatan kesesuaian persyaratan pendaftaran.
produksi dan/atau Jika rancang bangun & memenuhi uji tipe
perakitan Pesawat akan diproduksi, harus Jika Pesawat Udara
Udara wajib dilakukan oleh badan Setiap perubahan Yang didaftarkan di Indonesia dioperasikan
memiliki sertifikat hukum yang telah rancang bangun harus Indonesia tidak boleh Personel Pesawat di negara lain, Tarif penumpang
produksi yang mendapat sertifikat mendapat persetujuan terdaftar di negara lain Udara wajib memitiki tanggung jawab, dan pelayanan kelas
diterbitkan oleh organisasi rancang dari Menteri. Lisensi atau Sertifikat fungsi pengawasan ekonomi berdasarkan:
Menteri. bangun dari Menteri Kompetensi lisensi dapat dilimpahkan tarif jarak, pajak, iuran
tanda pendaftaran dari negara lain dapat kepada otoritas wajib asuransi, & biaya
pesawat udara dapat diterbitkan melalui Penerbangan sipil tuslah/tambahan
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND dihapuskan proses validasi/ asing melalui merupakan batas atas
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA konversi oleh Menteri. perjanjian antarnegara. tarif
PP No. 32/ 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Penerbangan
Dalam pelaksanaan Angkutan Udara Perintis, Menteri 1. Pelayanan jasa Kebandarudaraan yang dilaksanakan oleh badan usaha
memberikan kompensasi dalam bentuk: diselenggarakan berdasarkan perjanjian konsesi atau kerja sama bentuk lainnya
a. pemberian rute lain di luar rute perintis bagi Badan Usaha (jangka waktu konsesi max 80 tahun)
Angkutan Udara Niaga berjadwal untuk mendukung kegiatan 2. Penyelenggara Bandar Udara melaporkan kegiatan pelayanan jasa terkait Bandar
Angkutan Udara Perintis; Udara setiap 1 (satu) tahun sekali kepada Menteri dan dilakukan evaluasi
b. bantuan biaya operasi Angkutan Udara; dan/atau; terhadap pemenuhan standarnya
c. bantuan biaya angkutan bahan bakar minyak.
Pengangkutan barang khusus dan berbahaya wajib memenuhi Pembangunan tempat pendaratan dan lepas landas Helikopter dilaksanakan sesuai
persyaratan Keselamatan dan Keamanan Penerbangan. standar yang telah ditetapkan oleh Menteri.
Pemanfaatan daerah lingkungan kepentingan Bandar Udara harus Penyelenggaraan pelayanan Navigasi Penerbangan di Indonesia dilaksanakan oleh
menjamin Keselamatan dan Keamanan Penerbangan, sesuai lembaga yang dibentuk Pemerintah Pusat wajib memiliki sertifikat penyelenggara
dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan batas pelayanan Navigasi Penerbangan yang ditetapkan Menteri
kawasan kebisingan.
Pesawat Udara yang melalui ruang udara yang dilayani Indonesia dikenai biaya
Jika sudah memenuhi ketentuan keselamatan & keamanan, pelayanan jasa Navigasi Penerbangan berdasarkan formula tingkat pelayanan
Menteri memberikan: sertifikat Bandar Udara; dan/atau register navigasi yang diberikan.
Bandar Udara
1. Setiap penyedia jasa Penerbangan wajib membuat, melaksanakan, mengevaluasi,
1. Personel Bandar Udara wajib memiliki Sertifikat dan menyempurnakan secara berkelanjutan sistem manajemen keselamatan
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan/atau dengan berpedoman pada program Keselamatan Penerbangan nasional.
pelatihan 2. Sistem manajemen keselamatan harus mendapat pengesahan dari Menteri.
2. Personel Keamanan Penerbangan harus memiliki Lisensi
diberikan setelah memiliki Sertifikat Kompetensi dan lulus
uji kecakapan Lisensi Pelanggaran terhadap ketentuan di PP ini akan dikenakan sanksi administratif
(peringatan, pembekuan, denda administrative, pencabutan)
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP 25 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Keterkaitan PP dengan UUCK:
• Selaras dengan perubahan pasal 39-42 UUCK & UU30/2009 (pengenaan 0% royalty & penyediaan dana tenaga listrik serta kewenangan Menteri (pasal 46
UU30/2009).
• Terkait dengan pasal 41 UUCK mengenai perubahan dalam UU21/2014 tentang Panas Bumi.
• Pasal 3 PP lebih terkait pada pasal 39 yang mengubah UU4/2009 ttg Pertambangan Mineral dan BatuBara.
• Poin di atas juga terkait dengan pasal 42 yang mengubah UU30/2009 ttg Ketenagalistrikan meskipun juga terbahas di pasal 4 PP.
• PP ini tidak menyebutkan mengenai norma, standar, prosedur, kriteria & harga energi Panas Bumi meskipun sudah disebutkan dalam Pasal 41 angka 15 UUCK.
4. Lainnya
sebagai Izin Operasi (Pasal 27 PP). • Kewajiban divestasi dimungkinkan untuk
• Aturan mengenai ganti rugi hak atas tanah sudah cukup diterapkan di suatu negara.
jelas (Pasal 30 PP).
1. Keterkaitan Antara RPP 1. PP secara prinsip telah mengikuti UU Cipta Kerja dalam menggenjot perdagangan Indonesia yang selama ini dirasa masih kurang, baik
dengan UUCK kualitas produk maupun sumber daya manusia.
2. PP sudah mengikuti mengikuti konsepsi UU cipta kerja yaitu pengintegrasian peraturan dan penyederhanaan jumlah dan bentuknya
sehingga lebih sederhana terkait perizinan maupun prosedurnya
2. Detail dan Kejelasan RPP 1. PP sudah jelas dalam mengatur sarana perdagangan baik gudang maupun pasar rakyat.
2. PP tersebut juga mengatur secara detail mengenai ukuran lapak dagang, seperti minimarket, hypermarket, dan supermarket.
3. Pemerintah juga melakukan perubahan pada skema izin usaha pengelola pusat perbelanjaan dan toko swalayan, termasuk pelaku usaha
yang berada dalam pusat perbelanjaan dan pasar rakyat.
4. Sebagai peraturan turunan, diharapkan dapat memberikan suatu ketentuan yang lebih tajam mengenai definisi ataupun kualifikasi atas
Pasar Rakyat.
4. Tanggapan Stakeholder (+) 1. PP UU Cipta Kerja sektor Perdagangan yang melindungi pasar domestik dapat menumbuhkan investasi di industri, sehingga pabrikan
dapat menambah lapangan kerja baru (Analis Kebijakan Industri APSyFI, Farhan Aqil Syauqi)
5. Tanggapan Stakeholder (-) 1. PP tersebut tidak memiliki satu pasal pun mengenai jaminan pasar domestik.
2. Pemerintah terkesan tidak berniat untuk mendorong investasi industri TPT lokal dengan tidak mencantumkan pasal tersebut. (Direktur
Eksekutif Ikatsi, Riza Muhidin)
Penggunaan atau
Kebijakan dan Pengendalian
kelengkapan label Distribusi Barang Sarana Perdagangan
Ekspor dan Impor
berbahasa Indonesia
Eksportir dalam kegiatan Ekspor wajib memiliki NIB Importir dalam kegiatan Impor wajib memiliki NIB yang berlaku
sebagai Angka Pengenal Importir (API).
Eksportir tidak memerlukan NIB dan/atau Perizinan Berusaha dalam
hal Ekspor tidak dilakukan dalam kegiatan usaha Importir tidak memerlukan NIB dan/atau Perizinan Berusaha dalam
hal Impor tidak dilakukan untuk kegiatan usaha
Eksportir dilarang mengekspor Barang yang tidak sesuai dengan Importir dilarang mengimpor Barang yang tidak sesuai dengan
ketentuan pembatasan Barang untuk diekspor. ketentuan pembatasan Barang untuk diimpor.
Kewenangan Pengawasan
Pelaksana Pengawasan
Tindak Lanjut Pelanggaran Pengawasan Perizinan Berusaha Setelah Melalui Kawasan Pabean
KENDARAAN
pemeriksaan persyaratan teknis dan pengujian laik Jalan terhadap landasan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan
dampak Lalu Lintas.
Bermotor dalam keadaan lengkap; penelitian rancang bangun dan rekayasa Kendaraan Bermotor).
2. Dokumen analisis dampak Lalu Lintas terintegrasi
2. Unit pelaksana uji tipe dibentuk oleh Menteri harus menyediakan fasilitas dan peralatan pengujian serta tenaga
dengan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan
penguji yang memiliki kompetensi.
hidup.
3. Uji berkala wajib bagi mobil Penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan dan kereta tempelan
3. Pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur
yang dioperasikan di Jalan dilaksanakan oleh unit pelaksana pengujian Pemda, agen tunggal/ swasta yang telah
digolongkan dalam 3 kategori skala dampak
mendapatkan Perizinan Berusaha.
ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS
JARINGAN LALU
pendirian bangunan. dimensi, muatan sumbu terberat, dan permintaan angkutan.
LINTAS DAN
ANGKUTAN
5. Pengembang atau pembangun wajib melaksanakan 2. Fasilitas Terminal harus menyediakan tempat untuk kegiatan usaha mikro dan kecil paling sedikit 30%.
JALAN
analisis dampak Lalu Lintas. 3. Untuk kemudahan pengaturan naik turun Penumpang, dapat dibangun Terminal Penumpang.
6. Hasil analisis dampak Lalu Lintas harus mendapat 4. Pembangunan Terminal Penumpang merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat atau Pemerintah
persetujuan dari Menteri (jalan nasional), Gubernur Daerah.
(jalan provinsi), Bupati (jalan kab/desa), Walikota (jalan 5. Sebelum Terminal dioperasikan wajib dilakukan uji coba dan sosialisasi paling lambat 1 (satu) bulan
kota) memberikan persetujuan max 3 hari kerja. sebelum dinyatakan beroperasi.
7. Penyampaian hasil analisis dampak Lalu Lintas dilakukan
melalui sistem elektronik yang terintegrasi dengan 1. Pelayanan angkutan orang tidak dalam trayek dengan menggunakan taksi merupakan pelayanan dari pintu ke pintu
Perizinan Berusaha lingkungan hidup melalui pelayanan dengan wilayah operasi dalam kawasan perkotaan.
terpadu satu pintu. 2. Pemerintah Pusat dan/atau Daerah pada trayek atau lintas tertentu dapat memberikan subsidi angkutan
8. Setelah disetujui, pengembang/pembangun membuat dialokasikan pada APBN/APBD.
ANGKUTAN
surat pernyataan kesanggupan melaksanakan semua 3. Subsidi diberikan kepada: angkutan Penumpang umum dengan tarif kelas ekonomi pada trayek tertentu; angkutan
kewajiban analisis dampak Lalu Lintas (merupakan bagian barang pada lintas tertentu.
yang tidak terpisahkan dari hasil analisis dampak LaIu 4. Pemberian subsidi berdasarkan kriteria: menghubungkan wilayah tertinggal, terpencil, terluar, perbatasan; kawasan
Lintas). yang belum berkembang; mendorong pertumbuhan ekonomi; pemulihan daerah pasca bencana alam; memberikan
9. Jika melanggar pernyataan kesanggupan, dikenai sanksi pelayanan angkutan balang yang terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya masih rendah; dsb.
administratif. 5. Masyarakat berhak untuk berperan serta dalam penyelenggaraan angkutan Jalan (memberikan masukan kepada
instansi dalam penyempurnaan aturan; memantau pelaksanaan standar pelayanan angkutan umum; melaporkan
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND penyelenggara angkutan umum yang tidak memiliki Perizinan Berusaha/ melakukan penyimpangan; rnemberikan
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA masukan dalam perbaikan peiayanan angkutan umum; dan memelihara sarana dan prasarana).
PP No. 28 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian
Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong hasil produksi diprioritaskan
untuk kebutuhan industri dalam negeri
Pemerintah Pusat melaksanakan
Pemerintah dapat melakukan pembatasan/ pelarangan ekspor dan Standardisasi Industri diselenggarakan
pengawasan dan pengendalian terhadap
pemberian kemudahan impor dalam wujud SNI, Spesifikasi Teknis,
kegiatan usaha Industri dan kegiatan usaha
Pemerintah Pusat melaksanakan pengawasan terhadap penggunaan dan/atau Pedoman Tata Cara
Kawasan Industri (berkala/ khusus)
dan ekspor Bahan (Menteri dibantu oleh K/L terkait atau Pemda) Pemerintah Pusat dapat menunjuk
Menteri dapat menunjuk unit pelaksana
lembaga penilaian kesesuaian terhadap
teknis
Bahan Baku implementasi SNI
Pengawasan terhadap kegiatan usaha
dan/atau Bahan Pengawasan Standardisasi Industri oleh
Industri bisa dilakukan dalam bentuk Penolong Pemerintah Pusat
pemantauan, audit, inspeksi, dan verifikasi
Pemerintah Pusat melakukan
teknis
Pembinaan dan pembinaan dan pengawasan kepada
Ada kewajiban bagi Perusahaan Industri Tata Cara Pengawasan
Pengawasan Dan lembaga penilaian kesesuaian yang
untuk melakukan manajemen energi dan air Lembaga
Pengendalian melakukan penilaian kesesuaian
Wajib menyampaikan Data Industri secara Penilaian
Standardisasi Industri
berkala
Wajib memenuhi ketentuan Standar Industri
Hijau Peran Serta Industri
Pengaturan kepemilikan Industri Strategis
Masyarakat Strategis
Masyarakat dapat berperan serta dalam Pemerintah Pusat dapat memberikan fasilitas fiskal
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dan non-fiskal
pembangunan Industri.
Perusahaan Industri Strategis yang ditetapkan jumlah
Peran serta masyarakat diwujudkan dalam bentuk produksi, distribusi, dan harga produknya oleh
pemberian saran, pendapat, usulan dan Pemerintah wajib melaporkan rencana dan realisasi
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
penyampaian
INVESTMENT informasi/laporan
AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA Kepada Menteri setiap 6 bulan
PP No. 5 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko
Persyaratan dasar :
Tingkat Risiko Kegiatan Usaha 1. Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang
2. Persetujuan lingkungan
1. Rendah NIB Terbit di OSS
3. Persetujuan bangunan gedung
dan akan ada
2. Menengah a. NIB 4. Sertifikat laik fungsi
pembinaan dan
Rendah b. Sertifikat Standar (bentuk pernyataan)
pengawasan
3. Menengah a. NIB Terbit di OSS
Pertimbangan Penetapan Perizinan:
Tinggi b. Sertifikat Standar (hasil verifikasi) dan akan ada 1. Penetapan tingkat risiko berdasarkan hasil Analisis Risiko
verifikasi serta Pemerintah Pusat:
4. Tinggi a. NIB a. Identifikasi Kegiatan Usaha -> KBLI 2020
pengawasan
b. Izin Operasional/ Komersial b. Tingkat Bahaya
c. Sertifikat Standar (jika dipersyaratkan) c. Potensi terjadi bahaya
d. Penetapan ingkat Risiko dan skala usaha
e. Jenis perizinan berusaha
• kelautan dan perikanan; • kesehatan, obat, dan 2. Peringkat skala kegiatan usaha (UMKM, Usaha Besar)
• pertanian; makanan;
• lingkungan hidup dan • pendidikan dan kebudayaan;
kehutanan; • pariwisata; Tingkat Bahaya memperhatikan aspek:
• energi dan sumber daya • keagamaan; 1. Kesehatan
INDUSTRI mineral; • pos, telekomunikasi, 2. Keselamatan,
• ketenaganukliran; penyiaran, dan sistem dan 3. lingkungan dan/atau
perindustrian; transaksi elektronik; 4. pemanfaatan dan pengelolaan SDA
• perdagangan; • pertahanan dan keamanan;
• pekerjaan umum dan • ketenagakerjaan.
perumahan rakyat; Penilaian Potensi terjadinya bahaya terdiri dari:
• transportasi; a. hampir tidak mungkin terjadi;
b. kemungkinan kecil terjadi;
c. kemungkinan terjadi; atau
d. hampir pasti terjadi
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 39/ 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Jaminan Produk Halal
1. Produk yang berasal dari Bahan yang diharamkan Lokasi, tempat, dan alat Proses Produk Halal (PPH) baik produk segar/
dikecualikan dari kewajiban bersertifikat halal. olahan wajib dipisahkan dengan lokasi, tempat, dan alat proses Produk
1. Pemerintah dapat melakukan kerja sama internasional terkait JPH 2. Pemerintah bertanggung jawab dalam tidak halal (dari proses penyembelihan,pengolahan, penyimpanan,
(didasarkan atas perjanjian antar negara). menyelenggarakan JPH membentuk Badan pengemasan, pendistribusian, penjualan penyajian)
2. Produk luar negeri yang masuk ke Indonesia wajib bersertifikat halal Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH)
Permohonan sertifikasi halal diajukan oleh importir/ perwakilan resminya 3. BPJPH melakukan pengawasan terhadap JPH & 1. Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) dapat didirikan oleh Pemerintah/
BPJPH melakukan registrasi Sertifikat Halal luar negeri wajib dilakukan secara berkala (setiap 6 bulan) masyarakat & bersifat independen dan kompeten dalam
mencantumkan nomor registrasi berdekatan dengan Label Halal pada penyelengaraan sertifikasi halal.
produk impor registrasi sertifikat wajib diperpanjang 2. Akreditasi LPH diajukan oleh BPJPH penetapan pendirian LPH
3. Permohonan akreditasi LPH diajukan oleh pimpinan satker yang terkait
1. Pelaku Usaha wajib mencantumkan Label Halal pada Produk yang telah
dengan penyelenggaraan JPH
mendapat Sertifikat Halal.
4. Sertifikasi akreditasi LPH berlaku selama 4 tahun
2. Pelaku Usaha yang memproduksi produk yang berasal dari Bahan yang
diharamkan, wajib mencantumkan keterangan tidak halal. Seluruh 1. Auditor Halal diangkat & diberhentikan oleh LPH
Produk di 2. Untuk memperoleh sertifikat pelatihan Auditor Halal: pelatihan dan
1. Sertifikat Halal wajib diperpanjang paling lambat 3 bulan sebelum masa
sertifkasi kompetensi Auditor Halal (dilaksanakan oleh BPJPH dan dapat
berlaku berkahir BPJPH menerbitkan perpanjangan sertifikat Halal, Indonesia
bekerja sama dengan Lembaga lain)
kecuali terdapat perubahan komposisi Bahan. Wajib
2. Biaya sertifikasi halal dibebankan kepada pelaku Usaha (kecuali UMKM) Bersertifikat 1. Pelaku usaha berhak memperoleh:
Kewajiban bersertifikat halal bagi pelaku UMKM tidak dikenai biaya didasarkan Halal • informasi, edukasi, dan sosialisasi mengenai sistem JPH;
atas pernyataan pelaku UMKM dilakukan berdasarkan standar halal • pembinaan dalam memproduksi produk Halal;
pernyataan disampaikan BPJPH untuk diteruskan ke MUI sidang fatwa halal • pelayanan untuk mendapatkan Sertifikat Halal secara cepat, efisien, biaya
MUI BPJPH menerbitkan sertfikat halal terjangkau, dan tidak diskriminatif.
2. Pelaku Usaha yang mengajukan permohonan sertifikat Halal wajib:
Penetapan kehalalan produk dilaksanakan oteh MUI melalui sidang fatwa halal MUI • memberikan informasi secara benar, jelas, dan jujur;
hasil penetapan berupa ketetapan produk halal/ tidak halal BPJPH • memisahkan lokasi, tempat, dan alat penyembelihan, pengolahan,
menerbitkan sertifikat halal yang berlaku 4 tahun/ mengeluarkan surat keterangan 1. LPH melakukan pemeriksaan
penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian antara
tidak halal (1 hari sejak ketetapan MUI diterima) dan/atau pengujian kehalalan
Produk Halal dan tidak halal;
Produk berdasarkan standar yang
1. Pelanggaran terhadap penyelenggaraan JpH dikenakan sanksi administrative • memiliki Penyelia Halal; dan
telah ditetapkan oleh BPJPH.
(peringatan tertulis, denda administrative, pencabutan Sertifikat Halal, penarikan • melaporkan perubahan komposisi Bahan kepada BPJPH.
2. Pemeriksaan & pengujian
barang dari peredaran) 3. Pelaku Usaha mengajukan permohonan Sertifikat Halal secara tertulis dalam
kehalalan produk dilakukan oleh
2. Dugaan pelanggaran administrative berasal dari: laporan atau temuan BPJPH Bahasa Indonesia kepada BPJPH melalui sistem elektronik + dokumen lengkap.
Auditor Halal.
melakukan kajian & pemeriksaan atas dugaan pelanggaran Masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan JPH (sosialisasi/
3. LPH menyampaikan hasil
3. Pelaku Usaha atau LPH yang dikenai sanksi administratif dapat mengajukan edukasi, publikasi, pengawasan produk halal berupa pengaduan/ pelaporan
pemeriksaan & pengujian
keberatan kepada Kepala Badan Kepala Badan memberikan jawaban atas kepada BPJPH) BPJPH dapat memberikan penghargaan kepada masy. yang
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND kehalalan produk kepada MUI
keberatan max 5 hari jika pemohon tidak menerima keputusan dapat berperan aktif
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
mengajukan banding
dengan tembusan kepada BPJPH.
PP No. 27 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Kelautan
dan Perikanan
1. Pemulihan dan pengkayaan stok sumber daya Hasil implementasi PP No. 27 Tahun
ikan di lingkungan perairan umum,
2. Penguatan early warning system untuk
2021, terdapat beberapa manfaat lain
melindungi komoditas budidaya ekosistem dan yaitu dipermudahnya perizinan nelayan
sumber daya ikan, dengan kapal di atas 10 GT harus
3. Terahkir potensi dan alokasi lahan mengantongi belasan dokumen
pembudidaya ikan setiap WPPN-RI.
perizinan bila ingin melaut secara legal.
3 poin utama Implementasi
Standar
Tujuan a. mendorong keberlanjutan usaha dan
a. fasilitas pencuci tangan yang tersedia dalam jumlah yang
memadai dan memenuhi persyaratan;
Fasilitas peningkatan investasi;
b. fasilitas toilet tersedia dalam jumlah yang memadai dan b. meningkatkan kemampuan dan kapasitas
memenuhi persyaratan; usaha;
c. fasilitas instalasi pengelolaan air limbah harus memadai dan
dapat mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan; c. fasilitasi akses pembiayaan usaha; dan
d. fasilitas pasokan air minum dan air bersih yang memadai d. memberikan kemudahan bagi Pelaku Usaha
sesuai persyaratan; dan dalam memperoleh prasarana dan sarana
e. fasilitas karyawan seperti loker harus tersedia dan memadai.
usaha kelautan dan perikanan.
Dalam pemanfaatan ruang laut diatur kewajiban untuk melindungi sumber daya
kelautan dan perikanan seperti tidak merusak terumbu karang sehingga sumber
1 daya kelautan dan perikanan dapat tetap terjaga dan sustainable.
Ketentuan
Pemohon harus
Pemohon mengajukan
mengembangkan dan/atau Penerbitan Surat Keterangan
permintaan Uji Laik Operasi
menyediakan sarana dan Laik Operasi Penyiaran
Penyiaran
prasarana penyiaran
Kepemilikan Tujuan
Pemerintah mewajibkan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) membuat rekening untuk penampungan
dana ibadah umrah dari para Jemaah yang di gunakan untuk kegiatan umrah. Dalam pasal 3 menjelaskan
pembukaan rekening penampungan dilakukan atas nama PPIU di Bank Penerima Setoran (BPS) berbasis Syariah.
PPIU juga bisa membuka rekening penampungan lebih dari satu rekening. Kemudian setiap Jemaah umrah wajib
menyetorkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Umrah (BPIU) ke rekening penampungan PPIU pada BPS atas nama
Jemaah umrah yang bersangkutan. Besaran setiap penyetoran pada rekening penampung paling sedikit Rp. 500rb.
Lalu jika Jemaah berhalangan untuk melakukan penyetoran bisa di wakili atas nama Jemaah yang bersangkutan, hal
ini sesuai dengan Pasal 4.
Transportasi Kesehatan
Akomodasi Perlindungan
Konsumsi Administrasi
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT KEWAJIBAN RUMAH SAKIT AKREDITASI RUMAH SAKIT PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 27 – 54 PP, menguraikan 20 Diatur dalam Pasal 55 – 64 PP: Pasal 65 -70 PP
kewajiban RS yang antara lain:
1. Akreditasi RS dilakukan paling • Bentuk Pembinaan:
1. memberikan informasi yang benar tentang
pelayanan RS kepada masyarakat; lambat setelah 2 tahun sejak a. bimbingan teknis;
2. memberi pelayanan kesehatan yang aman, memperoleh perizinan berusaha b. advokasi;
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif pertama kali c. konsultasi; dan/atau
dengan mengutamakan kepentingan d. pendidikan dan pelatihan
pasien sesuai dengan standar pelayanan
RS;
2. Akreditasi RS secara berkala
RUMAH SAKIT KELAS D PRATAMA
3. memberikan pelayanan gawat darurat minimal 3 (tiga) tahun sekali • Bentuk Pengawasan:
kepada pasien sesuai dengan kemampuan (dalam penjelasan PP, dimaknai a. monitoring;
Pemerintah menetapkan klasifikasi RS berdasarkan: pelayanannya; paling cepat 3 tahun sekali) b. evaluasi; dan
4. berperan aktif dalam memberikan c. Pemeriksaan
→ Kemampuan Pelayanan (Pasal 5 – 13 PP) pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai
dengan kemampuan pelayanannya;
3. Lembaga Penyelenggara
→ Fasilitas Kesehatan & Sarana Penunjang (Pasal 14 – 21 PP) • Tenaga Pengawas diangkat
5. menyediakan sarana dan pelayanan bagi Akreditasi:
→ Sumber Daya Manusia (Pasal 22 – 24 PP) masyarakat tidak mampu atau miskin; Lembaga Independen dari dalam Pemerintah Pusat dan Daerah
→ Perubahan Kelas (Pasal 25 – 26 PP) 6. melaksanakan fungsi sosial antara lain atau luar negeri yang ditetapkan dalam melakukan pengawasan
dengan memberikan fasilitas pelayanan oleh pemerintah pusat (Menteri yang bersifat teknis medis dan
pasien tidak mampu/miskin, pelayanan
Menjabarkan gambaran RS Umum dan RS Khusus berdasarkan Kesehatan) teknis perumahsakitan
kemampuan pelayanan yang diberikan, bangunan dan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan
gratis, pelayanan korban bencana dan • Dewan Pengawas Rumah sakit
prasarana, ketersediaan tempat tidur, dan peralatan, serta
kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi 4. Kegiatan melakukan Pembinaan Dan
Sumber Daya Manusia
misi kemanusiaan; • Persiapan Akreditasi Pengawasan Secara Internal
• Pelaksanaan Akreditasi • Badan Pengawas Rumah sakit
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND • Pascaakreditasi Pembinaan Dan Pengawasan
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA Secara Eksternal
PP NOMOR 47 TAHUN 2021
TENTANG PEYELENGGAARAN BIDANG PERUMAHSAKITAN
(Aspek Legal Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021/Paparan Kepala Biro Hukum Dan Organisasi Kementerian Kesehatan)
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients
K L A S T E R KO P E R A S I D A N U M K M
S E R TA B A D A N U S A H A M I L I K
DESA (BUMDES)
34
Koperasi dan UMKM serta badan usaha Lahan dan hak atas tanah
milik desa (BUMDes) sebanyak 4 lima peraturan pelaksana.
peraturan pelaksana.
pelaksana.
Penataan ruang tiga peraturan Serta barang dan jasa pemerintah satu
pelaksana dan satu perpres. perpres.
Pemberian izin UMKM bisa Pemerintah telah mengubah kriteria UMKM berdasarkan
Modal Dasar. Untuk usaha mikro kriterianya menjadi modal
memiliki Nomor Induk Berusaha dasar di bawah Rp. 1 M, dari sebelumnya Rp. 50jt. Usaha
(NIB), yang akan membuat kecil kriterianya adalah mereka yang memiliki modal dasar
Rp. 1M – Rp. 5M, dari sebelumnya hanya Rp.50 jt – Rp.
pemberian izin usaha kepada 500jt.
UMKM menjadi cepat, hanya 2-3 Kemudian kriteria modal dasar untuk usaha menegah
jam saja. menjadi Rp. 5M – Rp. 10m dari sebelumnya hanya Rp. 500jt
–Rp. 10M. Sementara itu untuk usaha besar tidak berubah,
yakni dengan kriteria modal diatas Rp. 10M.
PP No. 7 tahun 2021
Tujuan Kemudahan & Meningkatkan Investasi
K L A S T E R I N V E S TA S I
39
TUJUAN
Mendukung LPI serta menarik minat investor asing untuk bekerja sama dengan LPI guna menanamkan modalnya di Indonesia, mengenai perlakuan
perpajakan dan/atau insentif perpajakan bagi LPI, mitra investasi dan kuasa kelola
Bab I Bab II
1. LPI adalah lembaga yang diberi kewenangan khusus dalam rangka Sumber Modal LPI: Cara investasi LPI:
pengelolaan investasi pemerintah pusat 1. Negara (Dana Tunai, Barang milik Negara, 1. Mendirikan Fund sendiri / bekerjasama dengan
2. Dana Kelolaan Investasi (Fund) adalah sarana kendaraan investasi yang Piutang Negara, Saham milik Negara) pihak ketiga
antara lain dapat berbentuk : 2. Sumber Lain 2. Berpartisipasi dalam Fund yang didirikan pihak
• dana yang dikelola melalui perusahaan patungan; ketiga
• reksadana atau kontrak; Wewenang LPI: Asal Aset LPI :
• investasi kolektif; 1. Menempatkan dana dalam instrumen keuangan; 1. Modal
• bentuk lainnya 2. menjalankan kegiatan pengelolaan aset; 2. hasil pengembangan usaha & aset LPI;
Dapat berbadan hukum Indonesia / asing dimana LPI berinvestasi di dalamnya 3. melakukan kerja sama dengan pihak ketiga; 3. pemindahtanganan aset negara / BUMN;
4. menentukan calon mitra investasi; 4. hibah;
5. memberikan dan menerima pinjaman; 5. sumber lain yang sah
Bab III 6. menatausahakan asset
1. LPI merupakan subjek pajak Badan dalam negeri
2. Entitas Milik LPI: subjek pajak dalam negeri / luar negeri Bab IV
3. Subjek pajak dalam negeri wajib:
• Daftar diri ke KPP setempat PERLAKUAN PERPAJAKAN
• Menjadi PKP 1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai dengan UU PPh, merupakan beban
• Melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto oleh LPI
4. Subjek pajak luar negeri wajib melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai 2. Pembentukan dana cadangan wajib dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto
peraturan 3. Penghasilan berupa bunga dari pinjaman kepada entitas yang dimiliki LPI atau perusahaan patungan
merupakan objek PPh
4. Perolehan harta berupa tanah dan/atau bangunan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal bagi LPI
dan/atau entitas yang dimilikinya, dikenakan bea perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND 5. Penghasilan pihak ketiga sehubungan dengan kerja sama dengan LPI berupa Dividend keuntungan / dividend
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA lainnya merupakan objek PPh
PP NOMOR 51 TAHUN 2021 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA
REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET
GARIS BESAR
Untuk memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas PP yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku setelah PP 51/2021 terbit dalah :
usaha Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Pengelola Aset, 1. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1993 tentangPenyertaan Modal Negara Republik
perlu melakukan penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perseroan Terbatas Dalam Bidang Jasa Pengolahan Limbah
Indonesia ke dalam modal saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Industri Bahan Berbahaya dan Beracun di Cileungsi - Bogor, Jawa Barat (Lembaran Negara
Perusahaan Pengelola Aset yang berasal dari pengalihan saham milik Republik Incionesia Tahun 1993 Nomor 80);
Negara Republik Indonesia pada : 2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1996 tentang Penyertaan Modal Negara Republik
1. PT Indosat Tbk Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan Terbatas Daiarn Bidang Usaha Kawasan
2. PT Prasadha Pamunah Limbah Industri, Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 110); dan
3. PT Bank Bukopin Tbk, 3. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2008 tentang Penjualan Saham Milik Negara
4. PT Kawasan Industri Lampung, Republik Indonesia pada PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (Lembaran Negara Republik
5. PT Socfin Indonesia; Indonesia Tahun 2008 Nomor 2I8l;
1. Fasilitas 2. Efisiensi:
• Kejelasan kategori PSN (Pasal 15) • Penyusunan studi kelayakan dan dokumen pendukung menjadi
3 • Penetapan alur penyusunan studi kelayakan. (Pasal 17).
• Pelaksanaan pemanfaatan bersama aset BUMN (Pasal 24)
2 cepat yaitu 3 bulan (Pasal 17 ayat (2);
• Efisiensi APBN: dapat membebankan biaya pemerintah kepada BU
• Pengadaaan BUP prakarsa pemerintah pemenang pemilihan baik sebagian/keseluruhan (Pasal 21 ayat (3));
• Kriteria pembuktian pemenuhan pembiayaan yang • Percepatan perizinan berusaha bagi usaha risiko tinggi (pasal 5);
bersumber dari pinjaman (Pasal 33); • Percepatan Pelaksanaan Proyek dengan financial close dibatasi 9
• Pengadaan langsung penyediaan jasa konsultansi/penydia Bulan dari 12 bulan (Pasal 32);
barang/jasa (Pasal 39); • Percepatan pengadaan barang dan/atau jasa (Pasal 39);
• Perluasan fasilitas kemudahan (Pasal 2); • Penyelesaian permasalahan tata ruang secara cepat (Pasal 8);
• Perluasan jaminan pemerintah (pasal 18);
• Adanya bantuan pemerintah yaitu PDF (Pasal 20);
• Penyelesaian pendanaan terkait persinggungan pembangunan
PSN dengan aset BUMN (Pasal 24);
• Studi Kelayakan semakin sempurna (Pasal 31).
• Mencegah terjadinya permasalahan hukum dan menjamin
keberlanjutan pemanfaatan aset (Pasal 37)
• Mencegah multitafsirnya tahapan pengadaan BUP (Lampiran I
dan II);
Pembatasan
Kecuali dinyatakan Untuk PMDN, Pembatasan kepemilikan PMA pada Usaha
tertutup dan kepemilikan modal asing, modal asing tidak Besar: >10M,
hanya bisa perizinan khusus berlaku: Sebelum hanya bentuk PT
dilakukan oleh PP ini berlaku, berkedudukan di
Pemerintah Pusat memperoleh hak wilayah RI
istimewa atas
Bidang Usaha Tidak perjanjian negara
Semua berlaku
dengan syarat
Bidang tertentu di KEK
Terdiri atas:
Usaha
terbuka bagi Teknologinyasederhana;
Penanaman Bidang Bidang Usaha yang memilikikekhususan proses;
Modal dialokasikan/
Usaha kemitraan dengan padatkarya;
Prioritas Koperasi & UMKM memilikiwarisanbudaya,
modal ≤ 10M
PSN, Padat Modal & karya, Insentif Fiskal: Tax Insentif Non-fiskal: Pemerintah Pusat
melakukan
Teknologi tinggi, Industri allowance, tax kemudahan perizinan,
evaluasi atas
holiday, investment penyediaan infrastruktur,
pionir, Orientasi ekspor, pelaksanaan
allowance, bebas bea jaminan ketersediaan energi
orientasi R&D masuk impor & bahan, keimigrasian. penanaman modal
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients
KL ASTER KETENAGAKERJAAN
44
1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang lazim disebut Pegawai Kontrak/Tidak Tetap dibagi berdasarkan :
a. Jangka Waktu
Waktu Istirahat
Sebelumnya, di UU Ketenagakerjaan secara tegas menyebutkan, pekerjaan
pengusaha yang mempekerjakan karyawan/buruh wajib memberikan outsourcing dibatasi hanya untuk pekerjaan di luar kegiatan utama atau yang tidak
waktu istirahat mingguan. Diantaranya adalah istirahat 1 hari untuk 6 berhubungan dengan proses produksi kecuali untuk kegiatan penunjang.
hari kerja atau dua hari untuk 5 hari kerja.
pekerja dalam program JKP (max 30 pendanaan JKP (0,24% dari upah 3. Manfaat JKP ini bisa hilang jika pekerja tidak mengajukan
hari sejak tanggal mulai bekerja). rekomposisi dari JKK 0,14% dan JKM permohonan klaim manfaat JKP selama 3 bulan sejak PHK,
0,10%). telah mendapatkan pekerjaan, atau meninggal dunia.
1. Fasilitas 2. Sanksi
• sanksi administrative maupun denda
1 • Menjabarkan pasal-pasal dengan rinci sehingga dapat
memberikan kepastian hukum.
• Kewajiban dan larangan bagi pemberi kerja TKA (BAB II).
2 terkait (BAB VII).
K L A S T E R FA S I L I TA S F I S K A L
51
01
Pemungutan PNPB dilakukan oleh Departemen
Kehutanan sebagai instansi yang membidangi
sektor kehutanan di Indonesia.
02
Departemen Kehutanan sebagai pengguna anggaran
mempunyai kewajiban untuk memungut, menyetorkan,
serta menggunakan PNBP yang di peroleh dalam setiap
tahun anggarannya.
03
Sanksi administratif yang dimaksud pada PP No. 24 tahun 2021
pada ayat (2) dan (3) berupa : a. Penghentian Sementara
Kegiatan Usaha, b. Denda Administratif, c. Pencabutan Perizinan
Berusaha dan/atau, d. Paksaan Pemerintah.
04
arahkan pada penyelenggaraan program kebijakan revitalisasi sektor kehutanan
secara nasional. Kebijakan revitalisasi sektor kehutanan ini terkait dengan 3
agenda: Triple Track Strategi Ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) yaitu
agenda pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja dan penghapusan
kemiskinan.
Terhadap penyelesaian Pasal 110A, RPP tata cara pengenaan sanksi administratif dan tata cara Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang berasal dari denda administratif atas kegiatan usaha yang telah terbangun didalam kawasan hutan membagi menjadi 3
kategori beserta tata caranya masing-masing, yaitu untuk penyelesaiannya di kawasan hutan produksi, kawasan hutan lindung,
dan kawasan hutan konservasi. Berikut adalah penjelasannya:
Menteri akan melakukan evaluasi dengan 3 ketentuan:
• Apabila izin pemanfaatan hutan terbit lebih dahulu maka luasan areal persetujuan di kurangi
Permohonan di Kawasan
dengan areal yang masuk dalam izin.
Lindung yang berada di • Terhadap perkebunan kelapa sawit di dalam areal yang masuk dalam izin pemanfaatan hutan
areal Izin Pemanfaatan sebagaimana pada point pertama, dikerjasamakan pengelolaannya dengan Pemegang Izin dan
Hutan Pelaku Usaha perkebunan sawit dikenakan pembayaran PNBP di bidang kehutanan.
• Apabila izin lokasi dan/atau izin usaha di bidang perkebunan terbit terlebih dahulu, maka
Menteri melakukan revisi luas izin pemanfaatan kawasan hutan.
1 Tujuan
Menyederhanakan proses bisnis dan memberikan kemudahan bagi wajib pajak
Ketentuan Perpajakan
• Menjelaskan jenis investasi yang bisa mendapat pembebasan PPh dividen.
• Batas waktu pengkreditan PPN juga lebih jelas.
• Tarif PPh bunga obligasi bisa diturunkan
2
• Penegasan penjelasan PPN dan PPnBM
3 Insentif
Relaksasi pungutan pajak atas bunga obligasi internasional yang lebih rendah (Pasal 3 (4))
K L A S T E R P E N ATA A N R U A N G
56
Perencanaan
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
d. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
2. Rencana Rinci Tata Ruang
] Wewenang
Pemerintah Daerah Pemanfaatan Ruang
]
a. Pulau/ Kepulauan
b. Rencana Zonasi (RZ) KSN
c. RZ KSN Tertentu (KSNT) Wewenang
d. RZ Kawasan Antar-Wilayah (KAW) Pemerintah Pusat • RTRW Nasional • RTRW Provinsi
e. RDTR Kawasan Perbatasan Negara (KPN) • RTR Pulau/ Kepulauan • RTRW Kabupaten
f. RDTR Kabupaten
• RTR KSN • RTRW Kota
g. RDTR Kota
• RZ KAW *sinkronisasi didasarkan indikasi program
• Rencana Tata Ruang ditinjau setiap 5 tahunan • RZ KSNT utama RTRW Nasional, RTR Kepulauan dan
• Dapat dilakukan lebih dari 1x dalam 5 tahun jika ada perubahan lingkungan RTR KSN
strategis (bencana alam besar, perubahan batas territorial atau daerah, atau
perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis)
Peninjauan & • Pemohon menyampaikan permohonan peninjauan kembali RTR ke Menteri yang akan Dokumen Sinkronisasi
Penyesuaian memberikan Rekomendasi dalam waktu paling lama 1 bulan berupa: RTR yang ada dapat program Pemanfaatan
tetap berlaku sesuai dengan masa berlaku, atau RTR perlu direvisi
Ruang Jangka
• Proses revisi RTR merujuk pada proses penyusunan dan penetapan RTR
• Perubahan RTR tidak akan mengakibatkan perubahan kepemilikan dan penguasaan • Menengah 5 tahun
tanah • Pendek 1 tahun
• Menteri dapat menerbitkan Rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan yang bersifat nasional namun belum masuk dalam RTR, RZ KAW dan RZ KSNT.
• Penerbitan rekomendasi dalam bentuk Keputusan Menteri dilakukan paling lama 20 hari Digunakan sebagai
dalam tahap
COORDINATING MINISTRY FOR (1) Pendaftaran
MARITIME Pemohon, dan (2) Penilaian dokumen usulan kegiatan
AND masukan saat revisi RTR
pemanfaatan
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC ruang
OF pada Kawasan tersebut;
INDONESIA
Insentif Fiskal dan Non-Fiskal pada PP 21/2021
3. Perubahan penyederhanaan Skala peta dasar untuk wilayah tertentu sesuai kebutuhan 1. 1: 5.000
skala peta dasar seperti kota besar/metropolitan, wilayah dengan 2. 1: 25.000
pertumbuhan ekonomi tinggi, wilayah rawan bencana 3. 1: 250.000
terutama banjir dan tsunami 4. 1: 1.000.000
K L A S T E R L A H A N D A N H A K ATA S
TA N A H
63
pemanfaatan, sampai pendistribusian tanah (Pasal 3); memiliki hak milik tanah (Pasal 41);
• Bank tanah dapat menerima/mengelola tanah titipan dalam Bank • Meminimalisir kecurangan mafia tanah dan
bentuk kerja sama (Pasal 36 ayat (3); konflik berkepanjangan, mengontrol harga
• Kepastian pemanfaatan tanah sesuai perjanjian (Pasal 38); Tanah tanah (Pasal 13 huruf c).
• Mendorong kecukupan kebutuhan tanah mulai dari kepentingan
umum, sosial, pembangunan nasional, pemerataan ekonomi, 2 4 4. Penyelesaian permasalahan
konsolidasi lahan dan reforma agraria (Pasal 16-Pasal 22); • Rekomendasi kesesuaian pemanfaatan ruang
3. Efisiensi anggaran
• Adanya tarif Rp 0,00 bagi pelaku usaha/badan usaha/pemerintah (Pasal 26 ayat (6);
3 dari Menteri (Pasal 11 ayat (5), (6), (7);
• Pengelolaan badan bank tanah yang fleksibel
dengan adanya diskresi Menteri (Pasal 49):
• Adanya PBB 0% bagi bank tanah (Pasal 29);
• Unsur profesional Dewan Pengawas yang menjaga transparansi dan profesionalitas (Pasal 33 ayat (3);
1. Ketentuan
• Kawasan Terlantar : kawasan non kawasan hutan yang belum dilekati
Hak Atas Tanah yang telah memiliki Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha yang
sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan/atau tidak
dimanfaatkan.
• Kawasan Terlantar dapat dimanfaatkan dengan lebih cepat Pasal 39 (3).
• Pemerintah dapat mengambil alih lebih cepat tanah terlantar Pasal 7 (3)
• Bank Tanah sebagai salah satu pengelola pertanahan pharus dijalankan 2. Kejelasan
secara transparan dan akuntabel Pasal 21 (3). • Adanya multinterprestasi pada “definisi tanah terlantar
• Perlu pedoman dampak hukum jika sebagian tanah
2. Fasilitas
• Anak usaha BUMN/BUMD dapat diberikan HPL (Pasal 6 ayat(3) ; • Meminimalisir kesalahan ukur objek perkara di pengadilan (Pasal 93 ayat (1);
• Pemberian HPL dan/ hak atas tanah yang merupakan satu pulau kecil (Pasal 65); • Meminimalisir kesalahan letak & batas tanah objek perkara (Pasal 93 ayat (2);
• Penambahan subjek hak pakai yaitu orang asing (Pasal 49 ayat (2) huruf e); • Penyelesaian permasalahan yang fleksibel dengan adanya diskresi Menteri
• Memperhatikan kepentingan nasional dan kepastian hukum (Pasal 72, 73); apabila PP tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas dan/atau adanya
stagnansi pemerintahan (Pasal 100);
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 17 tahun 2021 tentang Perubahan Keempat Atas PP No. 15
Tahun 2005 tentang Jalan Tol
Keterkaitan PP dengan UUCK (pasal 53A)
Mengakomodir ketentuan UUCK terkait pengalokasian tempat istirahat dan pelayanan sebelah jalan tol untuk memastikan
partisipasi UMKM.
Menjelaskan sebatas adanya alokasi KUMKM untuk tempat istirahat dan pelayanan secara umum.
1
Kemudahan usaha dan keringan yang diberikan KUMKM dalam menjalankan pengusahaan tempat
Diperhatikannya UMKM melalui aturan dimana badan usaha mengalokasikan lahan min 30% untuk
3 UMKM baik untuk jalan tol yang telah beroperasi maupun yang masih dalam tahap perencanaan dan
konstruksi (Pasal 7A);
Kerjasama badan usaha dan UMKM melalui pola kemitraan yang mewajibkan adanya alih keterampilan
4 pada PP KUMKM.
2. Fasilitas
R-PP
Perubahan
4 kedepannya akan dibentuk Lembaga Pembiayaan Investasi
(LPI/SWF) dan BLU khusus konstruksi tol (pasal 23);
• Belum jelasnya terkait pendapatan pemanfaatan luar
• Dukungan pendanaan pengusahaan jalan tol lain Kelima Atas ruang milik jalan (Rumija);
yang layak secara ekonomi namun belum layak • Belum ada pembentukan, kewenangan, tupoksi , hak,
secara finansial (Pasal 21 ayat (5);
PP No. 15
kewajiban atau hal-hal lain terkait BLU.
• Menambah pendapatan badan usaha dan Tahun 2005
mempercepat pengembalian investasi (Pasal 23A); tentang 3. Efisiensi
• Mendorong Badan Usaha yang lebih banyak agar
ingin terlibat dalam pembuatan studi kelayakan
(Pasal 63 ayat (7):
Jalan Tol
3 • Waktu proses persiapan proyek tidak lebih dari 1 tahun
(Pasal 56C);
• Mencegah proyek mangkrak dan menjamin keberlanjutan
• Kepastian BUMN mendapatkan penjaminan
2
proyek (Pasal 68A ayat (1), (2), (3);
infrastruktur dalam rangka penugasan seperti di • Mencegah proyek mangkrak dan mempercepat
maksud poin di atas (Pasal 68A ayat (4), (5); pengoprasian jalan tol (pasal 68D);
70
Sistem Informasi LH
Perlindungan dan Pengelolaan Mutu: • Menteri, gubernur atau bupati sesuai wewenang menyediakan
• Air (perencanaan, pemanfaatan, pengendalian dan Perlindungan Sistem informasi:
pemeliharaan) & Pengelolaan Informasi LH a. Dokumen LH (webGis dan basis data dokumen LH)
• Dilakukan oleh Menteri, gubernur dan bupati b. Pelaporan Persetujuan Lingkungan
• Udara (perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian) Mutu c. Status LH, Pengelolaan limbah B3 dan peta rawan lingkungan
• Laut (perencanaan, pemanfaatan, pengendalian dan d. Pengawasan dan penerapan sanksi administrative
pemeliharaan) Dana e. Informasi lainnya
• Dilakukan oleh
a. Menteri: wewenang pada lokasi >12 mil laut, KSN dan Penjaminan Dana Penjamin
KSNT, atau
Pengendalian untuk • Pemegang Persetujuan Lingkungan wajib menyediakan dana
b. Gubernur: wewenang pada lokasi <12 mil laut diukur Kerusakan Pemulihan penjamin dalam bentuk:
dari garis pantai ke arah laut lepas diluar usaha minyak LH Pengelolaan fungsi LH
a. Deposito berjangka
dan gas bumi b. Tabungan berjangka
Limbah c. Bank garansi
B3 d. Polis asuransi atau instrumen keuangan lainnya
Pengendalian kerusakan LH
• Kriteria baku kerusakan LH: • Dana Penjaminan digunakan untuk :
a. Terumbu karang a. Penanggulanangan pencemaran/ kerusakan LH
b. Mangrove, padang lamun, tanah untuk produksi biomassa, i. Pemberian informasi peringatan dan sosialisasi
gambut, karst Pengelolaan Limbah B3 ii. Penghentian sumber dan upaya lainnya sesuai perkembangan ilmu
c. Lingkungan yang berkaitan dengan kebakaran hutan/lahan • Pelaku usaha bertanggung jawab secara pengetahuan dan teknologi
(dikecualikan dari pembukaan lahan dengan pembakaran oleh mutlak atas kerugian yang terjadi dari b. Pemulihan fungsi LH
masyarakat di lahan sendirinya) pengelolaan dan penggunaan B3 atau i. Penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar
COORDINATING
d. LahanMINISTRY FOR MARITIME AND
akibat usaha pertambangan limbah B3 ii. Remediasi, rehabilitasi, restorisasi dan upaya lainnya sesuai perkembangan
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA ilmu pengetahuan dan teknologi
Persetujuan Lingkungan (2/4)
Sumber: PP No. 22 Tahun 2021
• Tahap penetapan kewajiban AMDAL berlaku sama-sama untuk proses penghapusan kewajiban AMDAL
LIMBAH
LIMBAH
Kategori
Penetapan limbah dalam kategori ditetapkan paling lambat 10 hari kerja sejak evaluasi Menteri
Kategori Limbah B3 dibedakan berdasarkan sumbernya: KATEGORI KATEGORI TERDAFTAR KHUSUS
a. Sumber tidak spesifik 1 2
b. Dari kedaluwarsa, B3 yang tumpah, yang tidak memenuhi speisifikasi produk dan bekas kemasan
c. Sumber spesifik umum dan khusus
K L A S T E R KO N S T R U K S I D A N
PERUMAHAN
75
Ketentuan mengenai Standar kinerja arsitek ditujukan sebagai tolak ukur dan Pembahasan tentang sanksi untuk kepentingan Pengguna Jasa Arsitek sehingga
pedoman dalam pelaksanaan praktik arsitek, sehingga menjamin eflsiensi, dalam penyelenggaraan bangunan dan gedung pengguna Jasa Arsitek tidak ikut
efektifltas dan mutu pekerjaan arsitektur. Standar Kinerja Arsitek secara Umum. dirugikan.
Standar Kinerja Arsitek pada Lingkup Layanan Penyusunan Studi Awal Arsitektur,
Standar Kinerja Arsitek pada Lingkup Layanan Perancangan Bangunan Gedung Pembentukan Dewan Arsitek akan membantu Pemerintah Pusat dalam
dan Lingkungannya, Standar Kinerja Arsitek pada Lingkup Layanan Pelestarian penyelenggaraan keprofesian Arsitek
Bangunan Gedung dan Lingkungannya, Standar Kinerja Arsitek pada Lingkup
Layanan Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungannya, Standar Kinerja Arsitek
pada Lingkup Layanan Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis, Standar Pengaturan terkait pengabdian masyarakat yang wajib dilakukan oleh Arsitek
Kinerja Arsitek pada Lingkup Layanan Pengawasan Aspek Arsitektur pada akan memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat dalam
Pelaksanaan Konstruksi Bangunan dan Lingkungannya memanfaatkan hasil karya arsitektur termasuk untuk kepentingan sosial.
GARIS BESAR
PP ini merupakan payung hukum turunan yang mengatur pelaksanaan KRITERIA UMUM PERSONEL PELAKSANA :
teknis UU Cipta Kerja. 1. Memiliki pengetahuan regulasi tentang Jasa Konstruksi terutama terkait perizinan badan usaha
Peraturan dalam PP No 14 Tahun 2021 ini berlaku di seluruh pekerjaan jasa konstruksi, sertifikasi badan usaha dan pencatatan badan usaha jasa konstruksi;
konstruksi di Indonesia, baik yang dilaksanakan melalui sektor 2. Memiliki pengetahuan tentang tata kelola administrasi dan keuangan;
pemerintah, swasta maupun usaha perorangan 3. Berpendidikan paling rendah Strata-Satu (S-1) atau D-4 untuk Ketua Unsur Pelaksana dan
Dibandingkan dengan peraturan sebelumnya, PP No 14 Tahun 2021 ini paling rendah Diploma Tiga (D3) untuk anggota;
memberikan pedoman yang lebih jelas dalam pembagian tanggung 4. Memiliki kompetensi sesuai jenis usaha Pekerjaan Konstruksi, Jasa Konsultansi Konstruksi, dan
jawab dan kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi serta klasifikasi dan subklasifikasinya;
dalam penyelenggaraan pembinaan, pengawasan jasa konstruksi. 5. Memiliki pengalaman di bidang Jasa Konstruksi paling sedikit 7 (tujuh) tahun.
Rumah merupakan salah satu hak asasi, namun ketersediaan Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun
rumah khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (PPPSRS)
(MBR) menjadi masalah nasional, terutama pada kawasan • Bertanggung jawab melakukan mengelola rumah susun
perkotaan yang cukup padat dengan lahan yang terbatas. • Menunjuk badan hukum yang mampu
• Dibentuk oleh pemilik rumah secara musyawarah
Rumah Susun Umum adalah salah satu bentuk Rumah Susun
yang dalam proses pembangunan, pengelolaan Rumah Susun Persiapan pembentukan PPPSRS dilakukan melalui tahapan:
Umum masa transisi, dan penyerahan pertama kali 1. sosialisasi kepenghunian;
membutuhkan pengawasan pemerintah dan/atau Pemerintah 2. pendataan Pemilik dan/atau Penghuni; dan
Daerah sesuai kewenangannya. 3. pembentukan panitia musyawarah.
• Pengelolaan Rumah Susun dimulai setelah terbit sertifikat laik Kegiatan Pengelolaan Rumah Susun:
fungsi • Operasional
• masa pengelolaan Rumah Susun: pembangunan - bangunan • pemeliharaan, dan
Rumah Susun akan dilakukan peningkatan kualitas. • perawatan Rumah Susun
Pemohon: Melampirkan dokumen: SHM Sarusun Dalam hal Sarusun Sertipikat hak atas
mengajukan permohonan 1. Akta Pemisahan Yang Telah Disahkan Dilampiri diterbitkan terlebih telah terjual, Pelaku tanah yang di atasnya
penerbitan SHM Sarusun Dengan Pertelaan; dahulu atas nama Pembangunan telah terbit SHM
ke BPN 2. Sertipikat Hak Atas Tanah Bersama; Pelaku mengajukan Sarusun atas nama
3. Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) Pembangunan. pencatatan peralihan Pemilik disimpan di
4. Sertifikat Laik Fungsi (SLF) SHM Sarusun BPN
5. Identitas Pelaku Pembangunan. menjadi atas nama
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND Pemilik ke BPN Tidak ada rincian hari kerja
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP 12 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Pemukiman (1/3)
Dasar: Tujuan :
• Pasal 50 dan Pasal 185 huruf b UU 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja 1. Mewujudkan ketertiban;
• UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 2. Memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
• UU 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun melaksanakan tugas serta hak dan wewenang kewajibannya;
• PP 14 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman. 3. Mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan terutama bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
1 6
Standar perencanaan dan perancangan Rumah : Untuk meningkatkan investasi, dilakukannya perubahan kebijakan strategis pada pengaturan terkait
⮚ IMB menjadi Persetujuan Bangunan Gedung pengenaan sanksi.
(PBG), ⮚ Mengedepankan pengenaan sanksi administratif pada setiap peraturan perundang-undangan sektoral
⮚ perubahan nomenklatur persyaratan menjadi ⮚ Pengecualian bagi kegiatan yang berdampak pada Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan (K3L).
standar, ⮚ Penerapan sanksi pidana merupakan sanksi terakhir yang digunakan dalam penegakan hukum.
⮚ penyederhanaan penataan kewenangan yang
dilakukan oleh PemPus dan PemDa dengan NSPK
yang diatur oleh Pemerintah Pusat. SUBSTANSI BARU : Pengendalian Perumahan dalam UUCK dan PP dipertegas
1. Standar perencanaan dan 5 dengan memberikan kewenangan untuk mengatur dan
perancangan Rumah; menetapkan NSPK kepada Pemerintah Pusat. Sedangkan
2 2. Standar perencanaan Prasarana,
rincian mengenai tahapan dan bentuk pengendalian
Sarana, dan Utilitas Umum;
Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan tetap menggunakan norma atau ketentuan yang
3. Hunian Berimbang;
Perumahan harus memberikan kemudahan bagi 4. PPJB; ada pada Peraturan Pemerintah existing.
semua orang (termasuk penyandang disabilitas) : 5. Pengendalian Perumahan;
⮚ kemudahan, yaitu setiap orang dapat 6. Pemberlakuan sanksi
mencapai lokasi, termasuk memberikan
kemudahan sirkulasi bagi pejalan kaki dengan
administratif. 4 Penguatan pengaturan PPJB yang sebelumnya diatur dalam
memberikan jarak terpendek antarfungsi; 3 Peraturan Menteri, menjadi diatur dalam PP ini, yaitu:
⮚ Pemasaran
⮚ kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat Kewajiban pemenuhan Hunian Berimbang bagi ⮚ PPJB
menggunakan; pelaku pembangunan, yakni dengan adanya Syarat untuk hal tersebut bertujuan untuk melindungi
⮚ keselamatan, harus memperhatikan konversi ke dalam bentuk Rumah susun umum yang konsumen dan meletakkan keseimbangan antara pelaku
keselamatan bagi semua orang; dan dibangun dalam 1 (satu) hamparan yang sama atau pembangunan dan calon pembeli.
⮚ kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat bentuk dana untuk pembangunan Rumah umum.
mencapai, memasuki, dan menggunakan tanpa
membutuhkan bantuan orang lain.
*Dibentuk Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan untuk mewujudkan pemenuhan kewajiban serta percepatan
penyediaan Rumah umum bagi MBR, menjamin kepemilikan, penghunian, dan tercapainya asas manfaat dari Rumah umum serta
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND melakukan pengelolaan Dana Konversi sebagai alternatif pemenuhan kewajiban Hunian Berimbang bagi pelaku pembangunan
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA (Developer).
PP 12 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Pemukiman (3/3)
Perencanaan dan perancangan Rumah harus memenuhi Perumahan dengan Hunian Berimbang meliputi:
standar. 1. Perumahan skala besar sebagaimana dimaksud pada
1.Ketentuan umum paling sedikit memenuhi: ayat (1) huruf a merupakan kumpulan Rumah yang terdiri
• aspek keselamatan bangunan; paling sedikit 3.000 (tiga ribu) unit Rumah.
• kebutuhan minimum ruang; dan PPJB dilakukan setelah memenuhi 2. Perumahan selain skala besar sebagaimana dimaksud
• aspek kesehatan bangunan. persyaratan kepastian atas: pada ayat (1) huruf b merupakan kumpulan Rumah yang
2.Standar teknis terdiri atas: 1. status kepemilikan tanah; terdiri atas 100 (seratus) unit Rumah sampai dengan
• pemilihan lokasi Rumah; 2. hal yang diperjanjikan; 3.000 (tiga ribu) unit Rumah.
• ketentuan luas dan dimensi kaveling; dan 3. PBG;
• perancangan Rumah. 4. ketersediaan Prasarana, Sarana, Pembangunan Perumahan dengan Hunian Berimbang harus
3.Perancangan Rumah sesuai dengan ketentuan dan Utilitas Umum; dan memenuhi kriteria:
pelaksanaan arsitektur, struktur, mekanikal, dan elektrikal, 5. keterbangunan paling sedikit 20% a.lokasi;
beserta perpipaan bangunan Rumah. (dua puluh persen). b.klasifikasi Rumah; dan
c.komposisi.
Pelaku pembangunan untuk melakukan
Pemasaran harus memiliki paling sedikit:
Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum 1. kepastian peruntukan ruang; Sanksi Sehubungan dengan Penyelenggaraan
Perumahan meliputi: 2. kepastian hak atas tanah; Perumahan dan Kawasan Pemukiman, antara lain:
1.Standar Prasarana paling sedikit meliputi: 3. kepastian status penguasaan 1. peringatan tertulis;
✔ jaringan jalan; Rumah; 2. pembatasan kegiatan pembangunan;
✔ saluran pembuangan air hujan atau drainase; 4. perizinan pembangunan 3. pembekuan PBG; dan
✔ penyediaan air minum; Perumahan atau Rumah susun; 4. pencabutan Perizinan Berusaha.
✔ saluran pembuangan air limbah atau sanitasi; dan 5. pencabutan insentif; dan
dan 5. jaminan atas pembangunan 6. denda administratif.
✔ tempat pembuangan sampah. Perumahan atau Rumah susun 7. penghentian sementara pelaksanaan pembangunan;
2.Standar Sarana paling sedikit meliputi: dari lembaga penjamin. 8. perintah pembongkaran.
✔ ruang terbuka hijau; dan 9. pencabutan surat bukti kepemilikan Rumah.
✔ Sarana umum.
3.Standar Utilitas Umum paling sedikit tersedianya jaringan
listrik.
K L A S T E R K A W A S A N E KO N O M I
86
3. Lokasi
• Sesuai dengan RTRW,
• Sesui dengan batas jelas,
1
undangan.
3.
4.
5.
Kepabeanan;
Cukai;
Keimigrasian;
8
6. Larangan dan pembatasan;
7. Fasilitas dan kemudahan lainnya Larangan dan Pembatasan
2
1. Belum diberlakukan pembatasan atas pemasukan barang ke
Pemasukan dan Pengeluaran Barang KPBPB dari luar daerah Pabean kecuali untuk kepentingan
•
•
Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari KPBPB wajib
dilakukan di pelabuhan yang ditunjuk;
Hanya dapat dilakukan oleh pengusaha yang telah mendapat Fasilitas dan
7 2.
perlindungan konsumen atas barang yang diedarkan di KPBPB,
kesehatan, keamanan, dan lingkungan hidup
Ketentuan pembatasan pengeluaran barang dapat dikecualikan
berdasarkan penetapan Dewan Kawasan
perizinan berusaha dari Badan Pengusahaan;
Perpajakan
Kemudahan
Keimigrasian
• Pembebasan PPN atas penyerahan barang kena pajak di dalam
KPBPB
3
KPBPB 1. Pemberian visa kunjungan dalam rangka melakukan pekerjaan
• Pembebasan/Tidak dipungut PPh Pasal 22 atas pemasukan barang singkat/bisnis guna pengembangan KPBPB saat kedatangan bagi
•
kena pajak dan/atau barang dari luar daerah pabean ke KPBPB
Pembebasan PPN atas penyerahan barang kena pajak oleh
pengusaha di KPBPB kepada pengusaha di KPBPB
6 2.
WNA yang merupakan WNA dari negara yang memperoleh bebas
visa kunjungan singkat
Pemberian Visa tinggal terbatas untuk WNA di KPBPB:
• Tidak dipungut PPN atas penyerahan barang kena pajak ke KPBPB a. Melakukan kegiatan rintisan di KPBPB
oleh pengusaha TPB atau pelaku usaha di KEK kepada pengusaha b. Mengikuti suami/istri pemegang izin tinggal terbatas
di KPBPB c. Mengikuti orang tua bagi anak sah berumur di bawah 18 tahun
• Tidak dipungut PPN atas penyerah barang kena Pajak ke KPBPB
oleh pengusaha di tempat lain dalam Daerah Pabean kepada
pengusaha di KPBPB (tidak berlaku terhadap bahan bakar minyak
4 5 d.
3.
Memiliki rumah di KPBPB sesuai dengan ketentuan peraturan
Pemberian izin tinggal terbatas untuk orang asing pemegang vitsa
tinggal terbatas di KPBPB
bersubsidi) 4. Pengalihan status ke izin tinggal terhadap WNA yang bekerja di
KPBPB dan telah memiliki izin tinggal terbatas
Kepabeanan
1. Pembebasan Bea masuk atas pemasukan barang dari luar daerah
pabean, KPBPB lainnya, tempat penimbunan berikat, KEK Cukai
2. Pembebasan bea masuk anti dumping, bea masuk imbalan, bea Tidak dupungut cukai/pembebasan cukai atas pemasukan barang kena
COORDINATING MINISTRY
masuk tindakan pengamanan dan FOR MARITIME
bea masuk AND
pembalasan atas cukai dari luar daerah Pabean yang digunakan sebagai bahan baku
pemasuk barang dan/atau ahan baku dari
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA luar daerah pabean ke dan/atau bahan penolong industri
KPBPB
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients
89
Jenis Kontrak
Pengadaan Barang /Jasa
bertujuan untuk: Pengadaan Barang/Jasa 3
4 a. Menghasilkan barang/jasa yang
tepat dari setiap uang yang
Lainnya terdiri atas:
a. Lumsum;
dibelanjakan, diukur dari aspek b. Harga Satuan;
kualitas, kuantitas, waktu, biaya, c. Gabungan Lumsum dan
lokasi, dan penyedia;
Harga Satuan;
b. Meninkatkan pengunaan produk
dalam negeri;
d. Kontrak Payung;
c. Meningkatkan peran serta Usaha e. Cost Plus Free
Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi;
d. Meningkatkan peran pelaku usaha
nasional;
e. Mendukung pelaksanaan
penelitian dan pemanfaatan
barang/jasa hasil penelitian.