Anda di halaman 1dari 92

ANALISIS PERATURAN PELAKSANA UU CIPTA

KERJA No. 11 Tahun 2020


23 April 2021

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Daftar Isi
Klaster Peraturan Terkait Halaman Slide
PP Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Kehutanan Slide 9

PP Nomor 26 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Pertanian Slide 10-11

PP Nomor 31 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Pelayaran Slide 12

PP Nomor 32 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Slide 13-14


Penerbangan
PP Nomor 25 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Slide 15
Sumber Daya Mineral

1. Perizinan dan Kegiatan Usaha Sektor PP Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Slide 16-19
Perdagangan
PP Nomor 30 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas Slide 20
Dan Angkutan Jalan

PP Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Slide 21


Perindustrian
PP Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Slide 22
Berbasis Risiko

PP Nomor 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Slide 23


Produk Halal
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Daftar Isi
Klaster Peraturan Terkait Halaman Slide
PP Nomor 27 Tahun 2021 tentang Penyelengggaraan Bidang Kelautan Slide 24-25
dan Perikanan
PP Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Slide 26
di Daerah
PP Nomor 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran Slide 27-28

PP Nomor 33 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraaan Bidang Slide 29


1. Perizinan dan Kegiatan Usaha Sektor Perkeretaapian
PP Nomor 38 Tahun 2021 tentang Rekening Penampungan Biaya Slide 30
Perjalanan Ibadah Umrah
PP Nomor 48 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Slide 31
Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
PP Nomor 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Slide 32-33
Perumahsakitan
PP Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa Slide 35

PP Nomor 8 Tahun 2021 tentang Modal Dasar Perseroan Serta Slide 36


2. Koperasi dan UMKM serta Badan
Pendaftaran Pendirian, Perubahan, Dan Pembubaran Perseroan Yang
Usaha Milik Desa (BUMDES)
Memenuhi Kriteria Untuk Usaha Mikro dan Kecil
PP Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Slide 37-38
Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Daftar Isi
Klaster Peraturan Terkait Halaman Slide
PP Nomor 49 Tahun 2021 tentang Perlakuan Perpajakan Atas Transaksi Slide 40
Yang Melibatkan Lembaga Pengelola Investasi Dan/Atau Entitas Yang
Dimilikinya
PP Nomor 51 Tahun 2021 tentang Penambahan Penyertaan Modal Slide 41
Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Saham Perusahaan
3. Investasi Perseroan (Persero) PT Perusahaan Pengelola Aset
PP Nomor 42 Tahun 2021 tentang Kemudahan Proyek Strategis Slide 42
Nasional
PerPres Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Slide 43
Modal
PP Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan Slide 45
PP Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Slide 46-48
Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan
4. Ketenagakerjaan Kerja
PP Nomor 37 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Slide 49
Kehilangan Pekerjaan
PP Nomor 43 Tahun 2021 tentang Pengunaan Tenaga Kerja Asing Slide 50
PP Nomor 24 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Slide 52-53
Administratif dan Tata Cara Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
5. Fasilitas Fiskal Berasal Dari Denda Administratif di Bidang Kehutanan
PP Nomor 9 Tahun 2021 tentang Perlakuan Perpajakan Untuk Slide 54
Mendukung Kemudahan Berusaha
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Daftar Isi
Klaster Peraturan Terkait Halaman Slide

5. Fasilitas Fiskal PP Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Slide 55
Dalam Rangka Mendukung Kemudahan Berusaha Dan Layanan
Daerah
PP Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Slide 57-58

PerPres Nomor 11 Tahun 2021 tentang Kerja Sama Antara Slide 59


Pemerintah Pusat Dengan Badan Usaha Milik Negara Dalam
Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar
6. Penataan Ruang
PP Nomor 45 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Informasi Slide 60
Geospasial
PP Nomor 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Slide 61-62
Ruang, Kawasan Hutan, Izin, Dan/Atau Hak Atas Tanah
PP Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Slide 64-65
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
PP Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Kawasan Slide 66
Terlantar
7. Lahan dan Hak Atas Tanah
PP Nomor 18 Tahun 2021 tentang HPL, Hak Atas Tanah, Satuan Slide 67
Rumah Susun dan Pendaftaran Tanah
PP Nomor 17 Tahun 2021 tentang Perubahan Keempat Atas PP No. Slide 68-69
15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
8. Lingkungan Hidup PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Slide 71-74
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Daftar Isi
Klaster Peraturan Terkait Halaman Slide

PP Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 Slide 76-77


Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
PP Nomor 15 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Slide 78
Undang Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Arsitek
PP Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Slide 79
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan
9. Konstruksi dan Perumahan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 Tentang Jasa Konstruksi
PP Nomor 13 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Rumah Susun Slide 80-81

PP Nomor 12 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Slide 82-84


Kawasan Pemukiman
PerPres Nomor 9 Tahun 2021 tentang Badan Percepatan Slide 85
Penyelenggaraan Perumahan (BP3)
PP Nomor 40 Tahun 2021 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Slide 87
10. Kawasan Ekonomi
PP Nomor 41 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kawasan Slide 88
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
11. Barang dan Jasa Pemerintah PerPres Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Slide 90-91
Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Bidang Usaha Peraturan Pelaksana UU 11 No. 11 Tahun 2020

TATA RUANG DAN TANAH


1. PP No. 19 tahun 2021 - Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi PERINDUSTRIAN
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
2. R-PP Bank Tanah
1. PP No. 17 tahun 2021 - Perubahan Keempat ESDM
Atas PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol 1. PP 25 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
3. PP 18 tahun 2021 - HPL, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun 2. R-PP Perubahan Kelima Atas PP No. 15 Tahun
dan Pendaftaran Tanah Energi dan Sumber Daya Mineral
2005 tentang Jalan Tol
4. PP No. 21 tahun 2021 - Penyelenggaraan Penataan Ruang 3. PP No. 28 tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perindustrian
INVESTASI DAN INFRASTRUKTUR
1. PP No. 9 tahun 2021 - Perlakuan Perpajakan Untuk Mendukung
Kemudahan Berusaha
2. PP No. 42 tahun 2021 - Kemudahan Proyek Strategis Nasional
3. PP No. 40 tahun 2021 - Kawasan Ekonomi Khusus
4. PP No 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perijinan Berusaha
Berbasis Resiko
5. PP No. 20 tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Kawasan
Terlantar
PERDAGANGAN
6. PerPres No. 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal
7. PP No. 10 Tahun 2021 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah 1. PP No. 29 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan KETENAGAKERJAAN
Dalam Rangka Mendukung Kemudahan Berusaha Dan Layanan Daerah Perdagangan 1. PP No. 43 tahun 2021 - Penggunaan Tenaga Kerja
8. PP no 45 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Informasi Geospasial 2. PP No. 41 tahun 2021 tentang Asing
9. PerPres no 11 Tahun 2021 tentang Kerja Sama Antara Pemerintah Penyelenggaraan Kawasan Perdagangan Bebas 2. PP No.35 tahun 2021 tentang PKWT, Alih Daya, Waktu
Pusat Dengan Badan Usaha Milik Negara Dalam Penyelenggaraan Kerja, Hubungan Kerja dan Waktu Istirahat, dan PHK
dan Pelabuhan Bebas
Informasi Geospasial Dasar
10. PP 17 Tahun 2021 tentang Perubahan Keempat Peraturan Pemerintah
No. 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients

KL ASTER PERIZINAN DAN


K E G I ATA N U S A H A S E K TO R

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP NOMOR 23 TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHUTANAN

Pasal Interpretasi Implikasi bagi Daerah Pasal Interpretasi Implikasi bagi Daerah
 Substansi PP 23/2021
terfokus pada pemberian 31 ayat (1) Fungsi kawasan hutan produksi Perlu penyesuaian kawasan 54 sampai Perubahan peruntukkan dan Perlu diketahui akuisisi,
kepastian hukum dalam hanya ada hutan produksi tetap hutan produksi terbatas (HPT) 88 fungsi kawasan hutan untuk alokasi dan distribusi sumber
bentuk perizinan dan (HP) dan hutan produksi yang dalam fungsi terbaru, artinya kemudahan program strategis daya hutan terkait program
dapat dikonversi (HPK) ada revisi penetapan kawasan nasional, pemulihan ekonomi strategis nasional, pemulihan
persetujuan. Namun tidak hutan nasional, food estate, ekonomi nasional, food
memberikan kepastian 4 ayat (3) Inventarisasi hutan pada hutan Perlu kegiatan inventarisasi ketahanan energi, dan TORA estate, ketahanan energi, dan
terkait jaminan kelestarian negara, hutan adat, dan hutan hak hutan pada HP/HL, hutan TORA
adat, dan hutan hak, yang 91 sampai Penggunaan kawasan hutan Perlu penyesuaian dengan
sumber daya hutan. akan menjadi pertimbangan dalam 107 untuk di luar kegiatan ragam sektor dan sub sektor
perizinan, pengelolaan, dan kehutanan hampir pembangunan ekonomi
 PP 23/2021 pengawasan dimungkinkan untuk seluruh
15 ayat Kategori status dan kawasan hutan Perlu indikatif areal hutan adat kegiatan dengan tujuan
menggambarkan peran
(1)dan (2) (KH) berubah dan hutan hak strategis dan kegiatan lain
pemerintah untuk 18 ayat (1) Penunjukkan kawasan hutan pada Perlu mempertimbangkan yang menunjang pengelolaa
mendorong pertumbuhan wilayah tertentu secara parsial kebijakan nasional yang strategis hutan
dalam penetapan kawasan hutan 95 Penggunaan kawasan hutan Perlu identifikasi penggunaan
investasi di bidang
23 ayat (1) PS sebagai upaya penyelesaian Perlu adanya bukti penguasaan yang telah terlanjur harus kawasan hutan yang belum
kehutanan. Fokus PP penguasaan tanah dalam kawasan fisik bidang tanah dalam diberikan persetujuan berizin
23/2021 adalah hutan perizinan PS dengan 112 PS untuk kawasan hutan PS di Pulau Jawa dan di luar
memberikan peluang mempertimbangkan sistem dengan pengelolaan khusus di Pulau Jawa memiliki
sosial setempat Pulau Jawa perbedaan ontologis
berusaha dalam 24 ayat (1) Penyelesaian penguasaan tanah Perlu perubahan kebijakan 114 Kawasan hutan untuk Perlu identifikasi kebutuhan
pengelolaan sumber daya dengan kriteria paling sedikit dikuasai strategis terkait TORA, PS, food estate areal food estate
dalam 5 tahun berturut-turut dan perubahan KH, dan 229 ayat (2) Alokasi HTR untuk profesional Perlu identifikasi profesional
hutan dimana Pemerintah
maksimal hanya 5 ha untuk penggunaan KH dengan kehutanan kehutanan yang berminat dan
Pusat memiliki peran yang perorangan mempertimbangkan sistem penyesuaian dengan sistem
strategis dan Pemerintah sosial setempat sosial setempat
28 Kecukupan luas kawasan hutan Perlu kajian kecukupan luas 267 ayat Adanya pejabat Perlu identifikasi kebutuhan
Daerah diharapkan
sebagai pertimbangan kawasan hutan (5) fungsional Pengawas pengawas kehutanan
berperan dalam kerangka penyelesaian penguasaan tanah Kehutanan
tindakan sebagai wakil 28 Penguasaan tanah dalam Perlu kajian penguasaan tanah 273 sampai Penekanan pada Perlu identifikasi bentuk- bentuk
kawasan HL dan HP lebih dari 20 sesuai dengan sistem 298 sanksi administrasi sanksi yang diberlakukan agar
pemerintah pusat di
tahun dikeluarkan dari kawasan sosial setempat upaya pengelolaan hutan efektif
daerah. hutan dan efisien

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 26/ 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Pertanian
1. Penggunaan lahan untuk Usaha perkebunan ditetapkan batasan luas
maksimum (komoditas Perkebunan strategis tertentu) dan minimum
SUBSEKTOR TANAMAN PANGAN
(Perusahaan Perkebunan yang melakukan kegiatan usaha budi daya Tanaman 1. Setiap Orang dilarang mengalihfungsikan lahan yang sudah ditetapkan sebagai
Perkebunan). lahan budi daya pertanian (kecuali untuk kepentingan umum/ PSN).
2. Perusahaan Perkebunan yang tidak dapat memenuhi batasan luas minimum 2. Lahan pengganti untuk kepentingan umum/PSN harus memenuhi kriteria
dapat melakukan kemitraan (dilarang memindahkan hak atas tanah Usaha kesesuaian lahan dan dalam kondisi siap tanam.
Perkebunan). 3. Lahan budidaya pertanian yang dialihfungsikan wajib diberikan ganti rugi oleh
3. Jika melanggar batas luas max/ min dikenai sanksi administratif (peringatan pihak yang mengalihfungsikan.
tertulis; denda; pencabutan Perizinan Berusaha). 4. Biaya ganti rugi bersumber dari APBN/APBD instansi yang mengalihfungsikan.
4. Perusahaan perkebunan wajib memfasilrtasi pembangunan kebun masyarakat
SUBSEKTOR PERKEBUNAN

5. Pihak yang mengalihfungsikan wajib mengganti nilai investasi infrastruktur


sekitar, seluas 2O% dari luas lahan tersebut  dilaksanakan max 3 tahun sejak pada lahan budi daya pertanian yang dialihfungsikan.
diberikan HGU (tidak mengurangi pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan)  dimuat dalam perjanjian Kerjasama  wajib menyampaikan
laporan min 1 tahun sekali kepada penerbit Perizinan Berusaha  jika tidak SUBSEKTOR HORTIKULTURA
mematuhi dikenai sanksi administrative.
5. Setiap unit pengolahan hasil Perkebunan tertentu yang berbahan baku impor 1. Sarana Hortikultura yang diedarkan wajib memenuhi standar mutu dan
wajib membangun kebun min 3 tahun (gula tebu)  jika melanggar ketentuan Perizinan Berusaha. (dikecualikan untuk sarana Hortikultura produksi lokal yang
dikenai sanksi administrative. diedarkan secara terbatas dalam 1 kelompok).
6. Varietas Perkebunan hasil Pemuliaan/ Introduksi sebelum diedarkan terlebih 2. Pengujian standar mutu dilakukan dengan Sertifikasi Benih.
dahulu harus dilepas oleh Menteri. 3. Setiap Orang yang mengedarkan sarana Hortikultura yang tidak memenuhi
7. Untuk menjamin ketersediaan Benih Tanaman Perkebunan berkelanjutan standar mutu dikenai sanksi administrative.
dilakukan produksi melalui Perbanyakan Generatif dan Perbanyakan Vegetatif 4. Pelaku Usaha Hortikultura dalam memproduksi produk wajib memenuhi standar
 dilakukan oleh perorangan, badan hukum, atau instansi pemerintah (wajib mutu dan keamanan pangan  dapat dilakukan dengan kemitraan &
punya Perizinan Berusaha). melibatkan UMKM/B  dituangkan dalam perjanjian kemitraan.
8. Pengawasan Peredaran Benih Tanaman Perkebunan dilakukan oleh pengawas 5. Varietas Hortikultura yang akan diedarkan wajib dilakukan pendaftaran atau
Benih tanaman. pelepasan.
9. Pembinaan teknis untuk Perusahaan Perkebunan milik negara, swasta, dan/atau 6. Produsen benih harus memiliki sertifikat sistem manajemen mutu.
Pekebun dilakukan oleh Pemerintah Pusat secara berkala dan berkelanjutan. 7. Pengedar Benih Hortikultura wajib memiliki sertifikat kompetensi dan tanda
daftar Pengedar Benih Hortikultura  dikecualikan bagi Pelaku Usaha
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND Hortikultura perseorangan atau kelompok, yang melakukan usaha produksi
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA perbenihan untuk dipergunakan sendiri dan/atau terbatas
PP No. 26/ 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Pertanian
1. Sistem informasi pertanian mencakup pengumpulan, pengolahan,
SUBSEKTOR PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN penganalisisan, penyimpanan, penyajian, serta penyebaran data sistem budi
daya pertanian berkelanjutan.

INFORMASI
2. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
1. Penyediaan Kawasan Penggembalaan Umum diprioritaskan bagi budi daya ternak skala

SISTEM
wajib membangun, menyusun, dan mengembangkan sistem informasi
kecil  dilakukan oleh bupati/wali kota sesuai dengan ketersediaan lahan di wilayahnya.
pertanian yang terintegrasi  dilaksanakan melalui pusat data dan infromasi.
2. Harus mempertimbangkan:
3. Pengembangan teknologi sistem informasi pertanian dapat bekerja sama
• status kepemilikan dan penguasaan lahan;
dengan pihak ketiga  harus dilengkapi dengan perjanjian kerahasiaan data
• perolehan lahan;
& rencana alih teknologi.
• kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kondisi sosial budaya masyarakat.
4. Pendanaan bersumber dari APBN/APBD/ sumber lain yang sah.
3. Harus memenuhi persyaratan teknis:
• kecukupan sumber air dan Pakan;
• topografi dan kondisi iahan;
• ketersediaan sarana dan prasarana pendukung. 1. Permohonan Hak PVT hanya dapat diajukan untuk 1 varietas tanaman.
4. Bupati/wali kota membentuk tim pengkajian penyediaan Kawasan Penggembalaan Umum. 2. Dalam hal satu varietas tanaman dengan sifat yang sama diajukan oleh
5. Bupati/walikota menetapkan Kawasan Penggembalaan Umum dengan lebih dari satu pemohon, hanya permohonan yang telah diajukan
mempertimbangkan: secara lengkap terlebih dahulu yang diterima.
• rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota; 3. Permohonan Hak PVT yang telah memenuhi ketentuan diumumkan

PERLINDUNGAN VARIETAS
• saran dan masukan dari tokoh masyarakat setempat; oleh Kantor PVT selama 6 bulan.
• dokumen hasil survei, identifikasi, dan desain. 4. Pemeriksaan Substantif (sifat kebaruan, keunikan, keseragaman, dan

PERMOHONAN HAK
6. Pengelolaan dapat dikerjasamakan dengan masyarakat sekitar atau pihak lain  wajib kestabilan varietas) dilakukan oieh pemeriksa PVT yang ditugaskan
dituangkan dalam perjanjian Kerjasama. oleh kepala Kantor PVT.

TANAMAN
7. Untuk mempertahankan keberlanjutan penyediaan pakan, Kawasan Penggembalaan Umum 5. Permohonan Pemeriksaan Substantif diajukan kepada kepala Kantor
harus dilengkapi dengan kebun bibit dan kebun potong HPT. PVT dalam jangka waktu max 1 bulan setelah berakhirnya masa
8. Pengawasan terhadap pengelolaan dilakukan oleh: Menteri; Bupati/Walikota  dilakukan pengumuman.
secara berkala dan incidental  terhadap hasil pengawasan, dilakukan pembinaan. 6. Kepala Kantor PVT memutuskan untuk memberi atau menolak
9. Pendanaan bersumber dari APBN/APBD/ sumber lain yang sah. permohonan Hak PVT dalam jangka waktu max 24 bulan sejak tanggal
10. Setiap orang yang memproduksi pakan untuk diedarkan secara komersial di wilayah NKRI permohonan.
wajib memenuhi Perizinan Berusaha. 7. Pemberian Hak PVT diberikan dalam bentuk sertifikat Hak PVT.
8. Berlaku untuk jangka waktu selama: 20 tahun untuk tanaman
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND semusim, 25 tahun untuk tanaman tahunan.
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP Nomor 31 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Pelayaran
TARIF ANGKUT PELABUHAN : IZIN ANGKUTAN PELABUHAN :
1. Tarif angkutan perairan pelabuhan terdiri atas tarif angkutan penumpang dan barang. 1. Penyedia jasa kapal untuk penumpang dan barang wajib memiliki izin
2. Tarif angkutan penumpang terdiri dari dua jenis yakni kelas ekonomi dan non ekonomi usaha dari Badan Usaha Pelabuhan.
3. Besaran tarif angkutan penumpang kelas ekonomi ditetapkan oleh menteri, yang merupakan 2. Adapun Badan Usaha Pelabuhan ini terdiri dari bupati atau walikota untuk
tarif batas atas tingkat pelabuhan penumpang lokal. Lalu gubernur, sebagai Badan Usaha
4. Besaran tarif angkutan penumpang non ekonomi ditetapkan oleh penyelenggara angkutan Pelabuhan di tingkat penumpang regional, dan Menteri untuk perizinan
berdasarkan tingkat pelayanan tambahan yang diberikan usaha Pelabuhan di tingkat Pelabuhan Utama dan Pelabuhan Pengumpul.
5. Besaran tarif pelayanan jasa angkutan perairan pelabuhan ditetapkan atas dasar kesepakatan 3. Pemerintah mengatakan jika izin dari Badan Usaha Pelabuhan dalam
bersama antara penyedia jasa dan pengguna jasa berdasarkan jenis, struktur, dan golongan penyediaan atau menjalankan layanan jasa kapal, penumpang dan
tarif dengan menggunakan pedoman perhitungan yang ditetapkan oleh menteri barang, dapat dilakukan untuk lebih dari satu terminal.

 tarif angkutan barang ditetapkan oleh penyedia jasa angkutan berdasarkan kesepakatan antara pengguna dan penyedia
TRAYEK: ASURANSI :
jasa angkutan sesuai dengan jenis, struktur, dan golongan tarif yang ditetapkan oleh menteri.
Jaringan Trayek tetap Untuk mengurangi
dan teratur disusun risiko tanggung
 Klasifikasi jenis tarif angkutan barang :
berdasarkan rencana jawab serta
1. barang yang sesuai bentuk dan sifatnya memerlukan penanganan secara umum.
Trayek tetap dan menjamin
2. barang khusus yang karena sifat dan ukurannya memerlukan penanganan khusus antara lain kayu gelondongan,
teratur yang pihak yang
barang curah, rel, dan ternak.
disampaikan oleh dirugikan,
3. barang berbahaya yang karena sifat, ciri khas, dan keadaannya dapat membahayakan jiwa manusia dan
perusahaan angkutan perusahaan jasa
lingkungan
laut nasional kepada pengurusan
4. kendaraan beserta muatannya yang diangkut kapal ro-ro.
Menteri dan usulan transportasi wajib
Trayek dari Pemerintah mengasuransikan
 Golongan tarif angkutan barang :
Pusat, Pemerintah barangnya
1. jenis barang yang diangkut mencakup barang umum, peti kemas, curah kering, curah cair, gas, dan ternak.
Daerah, dan asosiasi dan/atau
2. jenis pelayanan mencakup pelayanan biasa dan pelayanan khusus misalnya menggunakan reefer container.
perusahaan tanggung
3. fasilitas angkutan mencakup fasilitas angkutan unimoda dan multimoda.
angkutan laut nasional jawabnya.
4. barang mengganggu dan barang berbahaya, berdasarkan ukurannya, atau berdasarkan sifat penanganannya.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 32/ 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Penerbangan

Pembangunan Pesawat Udara Setiap Pesawat Udara Setiap Pesawat Udara Setiap Orang yang Pesawat Udara yang Angkutan Udara Niaga
Bandar Udara yang (mesin&baling-baling) yang dirancang dan yang dioperasikan di mengoperasikan dapat dioperasikan di dalam negeri hanya
diprakarsai oleh yang akan dibuat untuk diproduksi di luar Indonesia wajib Pesawat Udara wajib wilayah NKRI hanya dapat dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, digunakan harus negeri dan diimpor ke mempunyai tanda memiliki sertifikat yang Pesawat Udara Badan Usaha Angkutan
anggaran ditetapkan memiliki rancang Indonesia harus pendaftaran. diterbitkan oleh Indonesia  asing Udara nasional
dari APBN bangun  harus mendapat sertifikat Menteri. dapat mengoperasikan (BUAUN) yang telah
mendapat persetujuan validasi tipe yang dala keadaan tertentu mendapatkan
dari Menteri  diterbitkan oleh & waktu terbatas Perizinan Berusaha
diberikan setelah Menteri  Wajib merawat untuk setelah mendapat izin
pemeriksaan dan berdasarkan pedanjian mempertahankan dari Menteri
pengujian sesuai antarnegara  Setiap Pesawat Udara keandalan dan Perseorangan dapat
dengan standar diberikan setelah lulus yang dioperasikan di Kelaikudaraan secara diangkat menjadi
Setiap badan hukum Kelaikudaraan pemeriksaan untuk Indonesia wajib berkelanjutan Dilakukan pengawasan direksi dan personel
Indonesia yang memastikan mempunyai tanda oleh negara manajemen BUAUN
melakukan kegiatan kesesuaian persyaratan pendaftaran.
produksi dan/atau Jika rancang bangun & memenuhi uji tipe
perakitan Pesawat akan diproduksi, harus Jika Pesawat Udara
Udara wajib dilakukan oleh badan Setiap perubahan Yang didaftarkan di Indonesia dioperasikan
memiliki sertifikat hukum yang telah rancang bangun harus Indonesia tidak boleh Personel Pesawat di negara lain, Tarif penumpang
produksi yang mendapat sertifikat mendapat persetujuan terdaftar di negara lain Udara wajib memitiki tanggung jawab, dan pelayanan kelas
diterbitkan oleh organisasi rancang dari Menteri. Lisensi atau Sertifikat fungsi pengawasan ekonomi berdasarkan:
Menteri. bangun dari Menteri Kompetensi  lisensi dapat dilimpahkan tarif jarak, pajak, iuran
tanda pendaftaran dari negara lain dapat kepada otoritas wajib asuransi, & biaya
pesawat udara dapat diterbitkan melalui Penerbangan sipil tuslah/tambahan 
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND dihapuskan proses validasi/ asing melalui merupakan batas atas
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA konversi oleh Menteri. perjanjian antarnegara. tarif
PP No. 32/ 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Penerbangan
Dalam pelaksanaan Angkutan Udara Perintis, Menteri 1. Pelayanan jasa Kebandarudaraan yang dilaksanakan oleh badan usaha
memberikan kompensasi dalam bentuk: diselenggarakan berdasarkan perjanjian konsesi atau kerja sama bentuk lainnya
a. pemberian rute lain di luar rute perintis bagi Badan Usaha (jangka waktu konsesi max 80 tahun)
Angkutan Udara Niaga berjadwal untuk mendukung kegiatan 2. Penyelenggara Bandar Udara melaporkan kegiatan pelayanan jasa terkait Bandar
Angkutan Udara Perintis; Udara setiap 1 (satu) tahun sekali kepada Menteri dan dilakukan evaluasi
b. bantuan biaya operasi Angkutan Udara; dan/atau; terhadap pemenuhan standarnya
c. bantuan biaya angkutan bahan bakar minyak.

Pengangkutan barang khusus dan berbahaya wajib memenuhi Pembangunan tempat pendaratan dan lepas landas Helikopter dilaksanakan sesuai
persyaratan Keselamatan dan Keamanan Penerbangan. standar yang telah ditetapkan oleh Menteri.

Pemanfaatan daerah lingkungan kepentingan Bandar Udara harus Penyelenggaraan pelayanan Navigasi Penerbangan di Indonesia dilaksanakan oleh
menjamin Keselamatan dan Keamanan Penerbangan, sesuai lembaga yang dibentuk Pemerintah Pusat  wajib memiliki sertifikat penyelenggara
dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan batas pelayanan Navigasi Penerbangan yang ditetapkan Menteri
kawasan kebisingan.

Pesawat Udara yang melalui ruang udara yang dilayani Indonesia dikenai biaya
Jika sudah memenuhi ketentuan keselamatan & keamanan, pelayanan jasa Navigasi Penerbangan  berdasarkan formula tingkat pelayanan
Menteri memberikan: sertifikat Bandar Udara; dan/atau register navigasi yang diberikan.
Bandar Udara
1. Setiap penyedia jasa Penerbangan wajib membuat, melaksanakan, mengevaluasi,
1. Personel Bandar Udara wajib memiliki Sertifikat dan menyempurnakan secara berkelanjutan sistem manajemen keselamatan
Kompetensi  diperoleh melalui pendidikan dan/atau dengan berpedoman pada program Keselamatan Penerbangan nasional.
pelatihan 2. Sistem manajemen keselamatan harus mendapat pengesahan dari Menteri.
2. Personel Keamanan Penerbangan harus memiliki Lisensi 
diberikan setelah memiliki Sertifikat Kompetensi dan lulus
uji kecakapan Lisensi Pelanggaran terhadap ketentuan di PP ini akan dikenakan sanksi administratif
(peringatan, pembekuan, denda administrative, pencabutan)
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP 25 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Keterkaitan PP dengan UUCK:
• Selaras dengan perubahan pasal 39-42 UUCK & UU30/2009 (pengenaan 0% royalty & penyediaan dana tenaga listrik serta kewenangan Menteri (pasal 46
UU30/2009).
• Terkait dengan pasal 41 UUCK mengenai perubahan dalam UU21/2014 tentang Panas Bumi.
• Pasal 3 PP lebih terkait pada pasal 39 yang mengubah UU4/2009 ttg Pertambangan Mineral dan BatuBara.
• Poin di atas juga terkait dengan pasal 42 yang mengubah UU30/2009 ttg Ketenagalistrikan meskipun juga terbahas di pasal 4 PP.
• PP ini tidak menyebutkan mengenai norma, standar, prosedur, kriteria & harga energi Panas Bumi meskipun sudah disebutkan dalam Pasal 41 angka 15 UUCK.

1. Panas Bumi 3. Minerba


• Hanya mencakup perubahan dari PP 7/2017 dalam • Penerima 0% royalty yakni pemilik izin IUP, IUPK-
pasal 41 UUCK, khususnya mengenai kewajiban dan OP, dan IUPK yang melakukan nilai tambah
sanksi Izin Panas Bumi (atas pemanfaatan tidak batubara di dalam negeri (Pasal 3 PP).
langsung) (Pasal 4-20 PP). • Adanya ketentuan pengenaan royalti nol persen
• Mekanisme dan alur lainnya diatur dalam peraturan untuk batu bara.
dan perundangan yang sudah berlaku. Contoh: pasal 11
PP diatur dalam pasal 25 Permen ESDM No. 37 Tahun 1 PP 25 Tahun
2021 tentang
Penyelenggar
3 • Tidak jelasnya pertimbangan kemandirian energi
dan pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk
2017; Studi Kelayakan disebut dalam pasal 70 ayat (2) mengenakan royalti 0% (pasal 3 ayat (2) PP).
PP7/2017). aan Bidang
• Perlu diperjelas mekanisme & syarat persetujuan
Energi &
2. Ketenagalistrikan Menteri Keuangan untuk pengenaan 0% royalty
Sumber Daya
• PP ini menyebutkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
untuk kepentingan sendiri (Pasal 1(9) PP 14/2012). Pasal 1
ayat (13) Permen ESDM 39/2018 menyebut izin tersebut
2 Mineral
4 (Pasal 3(5) PP).

4. Lainnya
sebagai Izin Operasi (Pasal 27 PP). • Kewajiban divestasi dimungkinkan untuk
• Aturan mengenai ganti rugi hak atas tanah sudah cukup diterapkan di suatu negara.
jelas (Pasal 30 PP).

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 29 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perdagangan
No. Parameter Analisis Penjelasan

1. Keterkaitan Antara RPP 1. PP secara prinsip telah mengikuti UU Cipta Kerja dalam menggenjot perdagangan Indonesia yang selama ini dirasa masih kurang, baik
dengan UUCK kualitas produk maupun sumber daya manusia.
2. PP sudah mengikuti mengikuti konsepsi UU cipta kerja yaitu pengintegrasian peraturan dan penyederhanaan jumlah dan bentuknya
sehingga lebih sederhana terkait perizinan maupun prosedurnya

2. Detail dan Kejelasan RPP 1. PP sudah jelas dalam mengatur sarana perdagangan baik gudang maupun pasar rakyat.
2. PP tersebut juga mengatur secara detail mengenai ukuran lapak dagang, seperti minimarket, hypermarket, dan supermarket.
3. Pemerintah juga melakukan perubahan pada skema izin usaha pengelola pusat perbelanjaan dan toko swalayan, termasuk pelaku usaha
yang berada dalam pusat perbelanjaan dan pasar rakyat.
4. Sebagai peraturan turunan, diharapkan dapat memberikan suatu ketentuan yang lebih tajam mengenai definisi ataupun kualifikasi atas
Pasar Rakyat.

4. Tanggapan Stakeholder (+) 1. PP UU Cipta Kerja sektor Perdagangan yang melindungi pasar domestik dapat menumbuhkan investasi di industri, sehingga pabrikan
dapat menambah lapangan kerja baru (Analis Kebijakan Industri APSyFI, Farhan Aqil Syauqi)

5. Tanggapan Stakeholder (-) 1. PP tersebut tidak memiliki satu pasal pun mengenai jaminan pasar domestik.
2. Pemerintah terkesan tidak berniat untuk mendorong investasi industri TPT lokal dengan tidak mencantumkan pasal tersebut. (Direktur
Eksekutif Ikatsi, Riza Muhidin)

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Ruang Lingkup PP No. 29 tahun 2021

Penggunaan atau
Kebijakan dan Pengendalian
kelengkapan label Distribusi Barang Sarana Perdagangan
Ekspor dan Impor
berbahasa Indonesia

Standardisasi Pengembangan Ekspor Metrologi Legal

Pengawasan kegiatan Perdagangan dan


pengawasan terhadap Barang yang ditetapkan
sebagai Barang dalam pengawasan.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Ketentuan Ekspor Impor pada PP No. 29 tahun 2021

Ketentuan Eksportir Ketentuan Importir

Eksportir dalam kegiatan Ekspor wajib memiliki NIB Importir dalam kegiatan Impor wajib memiliki NIB yang berlaku
sebagai Angka Pengenal Importir (API).
Eksportir tidak memerlukan NIB dan/atau Perizinan Berusaha dalam
hal Ekspor tidak dilakukan dalam kegiatan usaha Importir tidak memerlukan NIB dan/atau Perizinan Berusaha dalam
hal Impor tidak dilakukan untuk kegiatan usaha

Terhadap kegiatan Ekspor tertentu, Eksportir wajib memiliki Perizinan


Berusaha dari Menteri. Terhadap kegiatan Impor tertentu, Importir wajib memiliki Perizinan
Berusaha dari Menteri.

Eksportir dilarang mengekspor Barang yang ditetapkan sebagai Barang


yang dilarang untuk diekspor. Setiap Importir wajib mengimpor Barang dalam keadaan baru.

Eksportir dilarang mengekspor Barang yang tidak sesuai dengan Importir dilarang mengimpor Barang yang tidak sesuai dengan
ketentuan pembatasan Barang untuk diekspor. ketentuan pembatasan Barang untuk diimpor.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Perdagangan pada PP No. 29 tahun 2021

PELAKSANAAN PENGAWASAN KEGIATAN PERDAGANGAN

Ruang Lingkup Pengawasan Kegiatan Perdagangan

Kewenangan Pengawasan

Pelaksana Pengawasan

Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Perdagangan

Pengawasan Kegiatan Perdagangan Bidang Impor Setelah Melalui Kawasan Pabean

Tindak Lanjut Pengawasan

Tindak Lanjut Pelanggaran Pengawasan Perizinan Berusaha Setelah Melalui Kawasan Pabean

Pembinaan Sumber Daya Manusia Pengawasan

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP Nomor 30 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan
1. Uji tipe dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat melalui unit pelaksana pengujian tipe KendaraarL Bermotor dan dapat
1. Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan,
dikerjasamakan dengan BUMN, BUMD, BUMDes, dan swasta. (uji tipe terdiri dari pengujian fisik terhadap
permukiman, dan infrastruktur wajib dilakukan analisis

KENDARAAN
pemeriksaan persyaratan teknis dan pengujian laik Jalan terhadap landasan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan
dampak Lalu Lintas.
Bermotor dalam keadaan lengkap; penelitian rancang bangun dan rekayasa Kendaraan Bermotor).
2. Dokumen analisis dampak Lalu Lintas terintegrasi
2. Unit pelaksana uji tipe dibentuk oleh Menteri  harus menyediakan fasilitas dan peralatan pengujian serta tenaga
dengan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan
penguji yang memiliki kompetensi.
hidup.
3. Uji berkala wajib bagi mobil Penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan dan kereta tempelan
3. Pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur
yang dioperasikan di Jalan  dilaksanakan oleh unit pelaksana pengujian Pemda, agen tunggal/ swasta yang telah
digolongkan dalam 3 kategori skala dampak
mendapatkan Perizinan Berusaha.
ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

berdasarkan bangkitan Lalu Lintas yang ditimbulkan


4. Setiap pemegang Perizinan Berusaha pengujian berkala yang melanggar ketentuan Perizinan Berusaha dikenai
(tinggi, sedang, rendah).
sanksi administrative (peringatan tertulis, denda administrative, pembekuan/pencabutan Perizinan Berusaha).
4. Hasil analisis dampak LaIu Lintas dilaksanakan dalam
rangka memenuhi Perizinan Berusaha dalam kegiatan 1. Kendaraan Bermotor yang dapat berlalu lintas di setiap kelas Jalan ditentukan berdasarkan ukuran,

JARINGAN LALU
pendirian bangunan. dimensi, muatan sumbu terberat, dan permintaan angkutan.

LINTAS DAN
ANGKUTAN
5. Pengembang atau pembangun wajib melaksanakan 2. Fasilitas Terminal harus menyediakan tempat untuk kegiatan usaha mikro dan kecil paling sedikit 30%.

JALAN
analisis dampak Lalu Lintas. 3. Untuk kemudahan pengaturan naik turun Penumpang, dapat dibangun Terminal Penumpang.
6. Hasil analisis dampak Lalu Lintas harus mendapat 4. Pembangunan Terminal Penumpang merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat atau Pemerintah
persetujuan dari Menteri (jalan nasional), Gubernur Daerah.
(jalan provinsi), Bupati (jalan kab/desa), Walikota (jalan 5. Sebelum Terminal dioperasikan wajib dilakukan uji coba dan sosialisasi paling lambat 1 (satu) bulan
kota) memberikan persetujuan max 3 hari kerja. sebelum dinyatakan beroperasi.
7. Penyampaian hasil analisis dampak Lalu Lintas dilakukan
melalui sistem elektronik yang terintegrasi dengan 1. Pelayanan angkutan orang tidak dalam trayek dengan menggunakan taksi merupakan pelayanan dari pintu ke pintu
Perizinan Berusaha lingkungan hidup melalui pelayanan dengan wilayah operasi dalam kawasan perkotaan.
terpadu satu pintu. 2. Pemerintah Pusat dan/atau Daerah pada trayek atau lintas tertentu dapat memberikan subsidi angkutan 
8. Setelah disetujui, pengembang/pembangun membuat dialokasikan pada APBN/APBD.
ANGKUTAN

surat pernyataan kesanggupan melaksanakan semua 3. Subsidi diberikan kepada: angkutan Penumpang umum dengan tarif kelas ekonomi pada trayek tertentu; angkutan
kewajiban analisis dampak Lalu Lintas (merupakan bagian barang pada lintas tertentu.
yang tidak terpisahkan dari hasil analisis dampak LaIu 4. Pemberian subsidi berdasarkan kriteria: menghubungkan wilayah tertinggal, terpencil, terluar, perbatasan; kawasan
Lintas). yang belum berkembang; mendorong pertumbuhan ekonomi; pemulihan daerah pasca bencana alam; memberikan
9. Jika melanggar pernyataan kesanggupan, dikenai sanksi pelayanan angkutan balang yang terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya masih rendah; dsb.
administratif. 5. Masyarakat berhak untuk berperan serta dalam penyelenggaraan angkutan Jalan (memberikan masukan kepada
instansi dalam penyempurnaan aturan; memantau pelaksanaan standar pelayanan angkutan umum; melaporkan
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND penyelenggara angkutan umum yang tidak memiliki Perizinan Berusaha/ melakukan penyimpangan; rnemberikan
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA masukan dalam perbaikan peiayanan angkutan umum; dan memelihara sarana dan prasarana).
PP No. 28 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian
 Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong hasil produksi diprioritaskan
untuk kebutuhan industri dalam negeri
 Pemerintah Pusat melaksanakan
 Pemerintah dapat melakukan pembatasan/ pelarangan ekspor dan  Standardisasi Industri diselenggarakan
pengawasan dan pengendalian terhadap
pemberian kemudahan impor dalam wujud SNI, Spesifikasi Teknis,
kegiatan usaha Industri dan kegiatan usaha
 Pemerintah Pusat melaksanakan pengawasan terhadap penggunaan dan/atau Pedoman Tata Cara
Kawasan Industri (berkala/ khusus)
dan ekspor Bahan (Menteri dibantu oleh K/L terkait atau Pemda)  Pemerintah Pusat dapat menunjuk
 Menteri dapat menunjuk unit pelaksana
lembaga penilaian kesesuaian terhadap
teknis
Bahan Baku implementasi SNI
 Pengawasan terhadap kegiatan usaha
dan/atau Bahan  Pengawasan Standardisasi Industri oleh
Industri bisa dilakukan dalam bentuk Penolong Pemerintah Pusat
pemantauan, audit, inspeksi, dan verifikasi
 Pemerintah Pusat melakukan
teknis
Pembinaan dan pembinaan dan pengawasan kepada
 Ada kewajiban bagi Perusahaan Industri Tata Cara Pengawasan
Pengawasan Dan lembaga penilaian kesesuaian yang
untuk melakukan manajemen energi dan air Lembaga
Pengendalian melakukan penilaian kesesuaian
 Wajib menyampaikan Data Industri secara Penilaian
Standardisasi Industri
berkala
 Wajib memenuhi ketentuan Standar Industri
Hijau Peran Serta Industri
 Pengaturan kepemilikan Industri Strategis
Masyarakat Strategis
 Masyarakat dapat berperan serta dalam  Pemerintah Pusat dapat memberikan fasilitas fiskal
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dan non-fiskal
pembangunan Industri.
 Perusahaan Industri Strategis yang ditetapkan jumlah

Peran serta masyarakat diwujudkan dalam bentuk produksi, distribusi, dan harga produknya oleh
pemberian saran, pendapat, usulan dan Pemerintah wajib melaporkan rencana dan realisasi
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
penyampaian
INVESTMENT informasi/laporan
AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA Kepada Menteri setiap 6 bulan
PP No. 5 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko
Persyaratan dasar :
Tingkat Risiko Kegiatan Usaha 1. Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang
2. Persetujuan lingkungan
1. Rendah NIB Terbit di OSS
3. Persetujuan bangunan gedung
dan akan ada
2. Menengah a. NIB 4. Sertifikat laik fungsi
pembinaan dan
Rendah b. Sertifikat Standar (bentuk pernyataan)
pengawasan
3. Menengah a. NIB Terbit di OSS
Pertimbangan Penetapan Perizinan:
Tinggi b. Sertifikat Standar (hasil verifikasi) dan akan ada 1. Penetapan tingkat risiko berdasarkan hasil Analisis Risiko
verifikasi serta Pemerintah Pusat:
4. Tinggi a. NIB a. Identifikasi Kegiatan Usaha -> KBLI 2020
pengawasan
b. Izin Operasional/ Komersial b. Tingkat Bahaya
c. Sertifikat Standar (jika dipersyaratkan) c. Potensi terjadi bahaya
d. Penetapan ingkat Risiko dan skala usaha
e. Jenis perizinan berusaha
• kelautan dan perikanan; • kesehatan, obat, dan 2. Peringkat skala kegiatan usaha (UMKM, Usaha Besar)
• pertanian; makanan;
• lingkungan hidup dan • pendidikan dan kebudayaan;
kehutanan; • pariwisata; Tingkat Bahaya memperhatikan aspek:
• energi dan sumber daya • keagamaan; 1. Kesehatan
INDUSTRI mineral; • pos, telekomunikasi, 2. Keselamatan,
• ketenaganukliran; penyiaran, dan sistem dan 3. lingkungan dan/atau
perindustrian; transaksi elektronik; 4. pemanfaatan dan pengelolaan SDA
• perdagangan; • pertahanan dan keamanan;
• pekerjaan umum dan • ketenagakerjaan.
perumahan rakyat; Penilaian Potensi terjadinya bahaya terdiri dari:
• transportasi; a. hampir tidak mungkin terjadi;
b. kemungkinan kecil terjadi;
c. kemungkinan terjadi; atau
d. hampir pasti terjadi
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 39/ 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Jaminan Produk Halal
1. Produk yang berasal dari Bahan yang diharamkan Lokasi, tempat, dan alat Proses Produk Halal (PPH) baik produk segar/
dikecualikan dari kewajiban bersertifikat halal. olahan wajib dipisahkan dengan lokasi, tempat, dan alat proses Produk
1. Pemerintah dapat melakukan kerja sama internasional terkait JPH 2. Pemerintah bertanggung jawab dalam tidak halal (dari proses penyembelihan,pengolahan, penyimpanan,
(didasarkan atas perjanjian antar negara). menyelenggarakan JPH  membentuk Badan pengemasan, pendistribusian, penjualan penyajian)
2. Produk luar negeri yang masuk ke Indonesia wajib bersertifikat halal  Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH)
Permohonan sertifikasi halal diajukan oleh importir/ perwakilan resminya  3. BPJPH melakukan pengawasan terhadap JPH & 1. Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) dapat didirikan oleh Pemerintah/
BPJPH melakukan registrasi Sertifikat Halal luar negeri  wajib dilakukan secara berkala (setiap 6 bulan) masyarakat & bersifat independen dan kompeten dalam
mencantumkan nomor registrasi berdekatan dengan Label Halal pada penyelengaraan sertifikasi halal.
produk impor  registrasi sertifikat wajib diperpanjang 2. Akreditasi LPH diajukan oleh BPJPH  penetapan pendirian LPH
3. Permohonan akreditasi LPH diajukan oleh pimpinan satker yang terkait
1. Pelaku Usaha wajib mencantumkan Label Halal pada Produk yang telah
dengan penyelenggaraan JPH
mendapat Sertifikat Halal.
4. Sertifikasi akreditasi LPH berlaku selama 4 tahun
2. Pelaku Usaha yang memproduksi produk yang berasal dari Bahan yang
diharamkan, wajib mencantumkan keterangan tidak halal. Seluruh 1. Auditor Halal diangkat & diberhentikan oleh LPH
Produk di 2. Untuk memperoleh sertifikat pelatihan Auditor Halal: pelatihan dan
1. Sertifikat Halal wajib diperpanjang paling lambat 3 bulan sebelum masa
sertifkasi kompetensi Auditor Halal (dilaksanakan oleh BPJPH dan dapat
berlaku berkahir  BPJPH menerbitkan perpanjangan sertifikat Halal, Indonesia
bekerja sama dengan Lembaga lain)
kecuali terdapat perubahan komposisi Bahan. Wajib
2. Biaya sertifikasi halal dibebankan kepada pelaku Usaha (kecuali UMKM) Bersertifikat 1. Pelaku usaha berhak memperoleh:
Kewajiban bersertifikat halal bagi pelaku UMKM tidak dikenai biaya didasarkan Halal • informasi, edukasi, dan sosialisasi mengenai sistem JPH;
atas pernyataan pelaku UMKM  dilakukan berdasarkan standar halal  • pembinaan dalam memproduksi produk Halal;
pernyataan disampaikan BPJPH untuk diteruskan ke MUI  sidang fatwa halal • pelayanan untuk mendapatkan Sertifikat Halal secara cepat, efisien, biaya
MUI  BPJPH menerbitkan sertfikat halal terjangkau, dan tidak diskriminatif.
2. Pelaku Usaha yang mengajukan permohonan sertifikat Halal wajib:
Penetapan kehalalan produk dilaksanakan oteh MUI melalui sidang fatwa halal MUI • memberikan informasi secara benar, jelas, dan jujur;
 hasil penetapan berupa ketetapan produk halal/ tidak halal  BPJPH • memisahkan lokasi, tempat, dan alat penyembelihan, pengolahan,
menerbitkan sertifikat halal yang berlaku 4 tahun/ mengeluarkan surat keterangan 1. LPH melakukan pemeriksaan
penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian antara
tidak halal (1 hari sejak ketetapan MUI diterima) dan/atau pengujian kehalalan
Produk Halal dan tidak halal;
Produk berdasarkan standar yang
1. Pelanggaran terhadap penyelenggaraan JpH dikenakan sanksi administrative • memiliki Penyelia Halal; dan
telah ditetapkan oleh BPJPH.
(peringatan tertulis, denda administrative, pencabutan Sertifikat Halal, penarikan • melaporkan perubahan komposisi Bahan kepada BPJPH.
2. Pemeriksaan & pengujian
barang dari peredaran) 3. Pelaku Usaha mengajukan permohonan Sertifikat Halal secara tertulis dalam
kehalalan produk dilakukan oleh
2. Dugaan pelanggaran administrative berasal dari: laporan atau temuan  BPJPH Bahasa Indonesia kepada BPJPH melalui sistem elektronik + dokumen lengkap.
Auditor Halal.
melakukan kajian & pemeriksaan atas dugaan pelanggaran Masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan JPH (sosialisasi/
3. LPH menyampaikan hasil
3. Pelaku Usaha atau LPH yang dikenai sanksi administratif dapat mengajukan edukasi, publikasi, pengawasan produk halal berupa pengaduan/ pelaporan
pemeriksaan & pengujian
keberatan kepada Kepala Badan  Kepala Badan memberikan jawaban atas kepada BPJPH)  BPJPH dapat memberikan penghargaan kepada masy. yang
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND kehalalan produk kepada MUI
keberatan max 5 hari  jika pemohon tidak menerima keputusan dapat berperan aktif
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
mengajukan banding
dengan tembusan kepada BPJPH.
PP No. 27 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Kelautan
dan Perikanan

1. Pemulihan dan pengkayaan stok sumber daya Hasil implementasi PP No. 27 Tahun
ikan di lingkungan perairan umum,
2. Penguatan early warning system untuk
2021, terdapat beberapa manfaat lain
melindungi komoditas budidaya ekosistem dan yaitu dipermudahnya perizinan nelayan
sumber daya ikan, dengan kapal di atas 10 GT harus
3. Terahkir potensi dan alokasi lahan mengantongi belasan dokumen
pembudidaya ikan setiap WPPN-RI.
perizinan bila ingin melaut secara legal.
3 poin utama Implementasi

Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya PP


No. 27 Tahun 2021, pengembangan Intregasi
Sistem telusur dan logistic Ikan Nasional Scope PP Izin tersebut di antaranya dari
(Stelina) yang merupakan salah satu bentuk Manfaat Perizinan KKP, Kementerian
implementasi PP No. 27 Tahun 2021 di bidang No. 27 tahun 2021
kelautan dan perikanan untuk menjaga daya Perhubungan, dan
saing produk perikanan naik di pasar domestic Kementerian Kesehatan.
maupun pasar global.

Standar
Tujuan a. mendorong keberlanjutan usaha dan
a. fasilitas pencuci tangan yang tersedia dalam jumlah yang
memadai dan memenuhi persyaratan;
Fasilitas peningkatan investasi;
b. fasilitas toilet tersedia dalam jumlah yang memadai dan b. meningkatkan kemampuan dan kapasitas
memenuhi persyaratan; usaha;
c. fasilitas instalasi pengelolaan air limbah harus memadai dan
dapat mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan; c. fasilitasi akses pembiayaan usaha; dan
d. fasilitas pasokan air minum dan air bersih yang memadai d. memberikan kemudahan bagi Pelaku Usaha
sesuai persyaratan; dan dalam memperoleh prasarana dan sarana
e. fasilitas karyawan seperti loker harus tersedia dan memadai.
usaha kelautan dan perikanan.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Menyelaraskan Aturan Pengelolaan Ruang Darat dan Laut dalam
PP No. 27 Tahun 2021

Dalam pemanfaatan ruang laut diatur kewajiban untuk melindungi sumber daya
kelautan dan perikanan seperti tidak merusak terumbu karang sehingga sumber
1 daya kelautan dan perikanan dapat tetap terjaga dan sustainable.

Terkait penataan ruang laut, adanya PP ini akan terwujud keterpaduan,


keserasian, dan keselarasan pengelolaan ruang darat dan laut serta pengaturan
2 sektor perikanan tangkap.

Penetapan PP 27/2021 membuat berbagai perizinan terkait kapal perikanan yang


selama ini tersebar di berbagai kementerian dan instansi kini berada dalam satu
3 pintu, di KKP saja. Sementara itu, reformasi perizinan diprioritaskan untuk
mempermudah masyarakat yang ingin berusaha dan mempercepat transformasi
ekonomi, khususnya di bidang kelautan dan perikanan.

Selanjutnya masih di sektor tangkap, PP 27/2021 mengakomodasi jaminan sosial


4 bagi anak buah kapal (ABK) perikanan. Pemilik kapal perikanan, operator kapal
perikanan, agen awak kapal perikanan, atau nakhoda harus memberi jaminan
sosial terhadap ABK.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 6 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko di Daerah
Keterkaitan PP dengan UUCK :
 Terkait dengan UU CK dalam rangka mendorong kegiatan investasi yang selama ini terhambat di Daerah (Pasal 176 UUCK)
 Rujukan UUCK pada PP tidak sesuai karena pasal 185 ayat (b) UUCK
 Sebaiknya pasal Pasal 292A dan 349 UUCK masuk sebagai rujukan pada RPP
 Mengikuti konsepsi UU cipta kerja yaitu pengintegrasian peraturan dan penyederhanaan jumlah dan bentuknya

Ketentuan

1 • Menerapkan metode Perizinan Berusaha Berbasis Risiko yang tercantum


dalam UUCK dan PP No. 5 Tahun 2021 (Pasal 10 ayat (2) PP).
• Penyediaan pelayanan bergerak dalam hal terjadi kegangguan teknis atau
belum tersedia pelayanannya pada OSS
• Durasi proses pelayanannya (Pasal 11 PP).
• Kepastian Usaha (pasal 6 PP).
• Mengurangi biaya administrasi perizinan (Pasal 14 PP).
• Proses pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat pada Pemda (Pasal 5
ayat (2)(b) PP) perlu diperjelas.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi Dan Penyiaran
POS
TELEKOMUNIKASI • Layanan Pos:
1. Jaringan telekomunikasi a. Komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik
• Penyelenggaraan jaringan tetap: lokal, sambungan b. Paket
langsung jarak jauh, sambungan internasional, tertutup c. Logistik
(yang dapat disewa kabel dan jaringan dengan spektrum d. Transaksi keuangan (wesel, giro, transfer, dana dan tabungan
frekuensi radio), dan lainnya pos)
• Penyelenggaraan jaringan bergerak: terestrial, seluler, e. Keagenan post
satelit, dan lainnya • Layanan Pos Asing dapat melakukan usaha pos dengan
2. Jasa telekomunikasi TELEKOMUNIKASI ketentuan:
• Penyelenggaraan jasa telekomunikasi: teleponi dasar, nilai a. Kerjasama usaha patungan dengan pelayanan pos domestik,
tambah teleponi dan multimedia dan
• Penyedia jasa ”Over-the-top”: pengakuan pelaku domestic b. Area operasional usaha patung terbatas pada ibukota
dan asing yang menjalankan usaha melalui media internet. provinsi
Kriteria tentag keberadaan signifikan didasarkan faktor • Layanan Pos usaha patungan terbatas pada kota-kota tempat
persentasi trafik, penggunaan harian aktif sampai waktu usaha dijalankan
tertentu dan kriteria lain yang ditetapkan Menteri
3. Telekomunikasi khusus
• Dilakukan untuk kepentingan pribadi, atau kepentingan
pertahanan dan keamanan negara untuk memenuhi SPEKTRUM FREKUENSI RADIO (SFR)
kebutuhan perseorangan, instansi, dinas khusus dan badan
• Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio wajib terlebih dahulu
hukum
mendapatkan izin penggunaan SFR dari Menteri yaitu: IPFR (10
PENYIARAN tahun); ISR (5 tahun) dan Izin Kelas
• Menteri menetapkan izin penggunaan Spektrum Frekuensi Radio
• Lembaga penyiaran: Publik (LPP), Swasta (LPS), Komunitas (LPK) dan Berlangganan (LPB)
berdasarkan hasil analisis teknis.
• Wajib membayar biaya perizian Berusaha melalui kas negara
• Penyelenggara jaringan telekomunikasi pemegang izin
• Penyiar radio dan TV harus terlebih dahulu memiliki Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP –
penggunaan SFR dapat kerjasama penggunaan SFR untuk
10 tahun)
penerapan teknologi baru dengan:
• jika pemohon menggunakan RFS dan/atau satelit asing, maka pemohon tersebut harus
a. penyelenggara jaringan telekomunikasi lainnya, dan/atau
menyelesaikan proses
COORDINATING perizinan
MINISTRY berusaha
FOR untuk RFS
MARITIME AND dan/atau hak labuh satelit sebelum Uji
b. Penyelenggara telekomunikasi khusus
Laik Operasi Penyiaran terkait.
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi Dan Penyiaran

Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP)

Pemohon harus
Pemohon mengajukan
mengembangkan dan/atau Penerbitan Surat Keterangan
permintaan Uji Laik Operasi
menyediakan sarana dan Laik Operasi Penyiaran
Penyiaran
prasarana penyiaran

Penerimaan Negara Bukan Pajak sektor Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran


a. biaya izin Penyelenggaraan Pos; g. biaya kalibrasi alat ukur;
b. kontribusi LPU; h. BHP Spektrum Frekuensi Radio;
c. biaya hak Penyelenggaraan Telekomunikasi; i. biaya IPP;
d. kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal j. bunga;
Telekomunikasi; k. denda administratif; dan
e. biaya Sertifikat; l. biaya/ kontribusi lain sesuai dengan ketentuan
f. biaya pengujian Alat Telekomunikasi dan/ atau peraturan perundang-undangan.
Perangkat Telekomunikasi;

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 33 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Perkeretaapian
Penyempurnaan
Untuk menyempurnakan aturan penyelenggaraan
perkeretaapian perlu di lakukan penyederhanaan terhadap
proses perizinan penyelenggaraan Perkeretaapian.
6
Penyelenggaraan Perkeretaapian Perlindungan
Penyelenggaraan Perkeretaapian Dalam rangka menjamin keselamatan,
kenyamanan, keamanan, dan
 Penyelenggara dilakukan oleh Badan ketertiban operasional Kereta Api,
Usaha yang mengusahakan Sarana
Perkeretaapian Umum. 1 5 maka penyediaan dan pembangunan
 Penyelenggara Prasarana
Prasarana Perkeretaapian dan
Perkeretaapian Umum di serahkan pengadaan Sarana Perkeretaapian
kepada: Menteri, Gubernur, harus sesuai dengan ketentuan
Bupati/Walikota. peraturan perundang-undangan.

Kepemilikan Tujuan

Prasarana Perkeretaapian Umum, lahan PP ini selain dibuat untuk


dan seluruh aset sebagai investasi dalam menyempurnakan penyelenggaraan
penyelenggaraan Prasana Perkeretaapian perkeretaapian juga untuk
umum yang telah di serahkan 2 4
mendorong kemajuan dan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 ayat
memberikan kemudahan berusaha
(1) ditetapkan menjadi barang milik
negara atau barang milik daerah. investasi di bidang Penyelenggaraan
Perkeretaapian.
3
Pengelompokan
Perkeretaapian dikelompokan menjadi 2 yaitu:

1. Perkeretaapian Umum; dan


2. Perkeretaapian Khusus

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 38 Tahun 2021 tentang Rekening Penampungan Biaya Perjalanan Ibadah Umrah

Pemerintah mewajibkan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) membuat rekening untuk penampungan
dana ibadah umrah dari para Jemaah yang di gunakan untuk kegiatan umrah. Dalam pasal 3 menjelaskan
pembukaan rekening penampungan dilakukan atas nama PPIU di Bank Penerima Setoran (BPS) berbasis Syariah.
PPIU juga bisa membuka rekening penampungan lebih dari satu rekening. Kemudian setiap Jemaah umrah wajib
menyetorkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Umrah (BPIU) ke rekening penampungan PPIU pada BPS atas nama
Jemaah umrah yang bersangkutan. Besaran setiap penyetoran pada rekening penampung paling sedikit Rp. 500rb.
Lalu jika Jemaah berhalangan untuk melakukan penyetoran bisa di wakili atas nama Jemaah yang bersangkutan, hal
ini sesuai dengan Pasal 4.

Dana Jemaah Umroh di


gunakan untuk:

Transportasi Kesehatan

Akomodasi Perlindungan

Konsumsi Administrasi

Bimbingan Ibadah Umrah Dokumen

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP 48 Tahun 2021 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
Highlight PP Keimigrasian: Fasilitas Visa Tinggal Terbatas
visa kunjungan ditambahkan Dalam rangka rumah kedua, Orang Asing dapat mendapatkan:
kegiatan prainvestasi, untuk penjaminan tidak berlaku bagi
mengakomodasi investor Orang Asing yang menanamkan 1. ITAS
melakukan survei sebelum modal di Indonesia 2. ITAP
menanam modal 3. Alih status lzin Tinggal kunjungan menjadi ITAS
4. Alih status ITAS menjadi ITAP
Kemudahan mendapatkan visa "rumah kedua" : fasilitas Visa tinggal terbatas yang diberikan kepada Orang Asing
Investasi sebagai jaminan untuk
untuk kegiatan maintenance, dan/atau keluarganya yang menetap di Indonesia selama 5 atau 10 tahun setelah
Izin Tinggal Sementara (ITAS)/Izin
vokasi, start up, kunjungan bisnis, memenuhi syarat tertentu.(Pasal 102 ayat 3f)
Tinggal Tetap (ITAP).
penelitian
Substansi PP Keimigrasian:

Investasi & Keimigrasian 1. Visa kunjungan (Pasal 89-90)


2. Visa tinggal terbatas (Pasal 102, 103, 106)
Dengan Prainvestasi, Orang Asing bisa mendapatkan: 3. Izin Tinggal Kunjungan (Pasal 136-137)
• Visa Kunjungan untuk lebih dari 1 kali perjalanan 4. ITAS (Pasal 141,142,143,148,149,150)
5. ITAP (Pasal 152)
Dengan melakukan Penanaman Modal, Orang Asing bisa mendapatkan: 6. Alih status lzin Tinggal kunjungan menjadi ITAS (Pasal 166)
1. Visa tinggal terbatas 7. Alih status ITAS menjadi ITAP (Pasal 167)
2. ITAS 8. Penjamin (Pasal 171A), Penanggungjawab (Pasal 171B) Jaminan Keimigrasian
3. ITAP (Pasal 171C, 171D,)
4. Alih status lzin Tinggal kunjungan menjadi ITAS 9. Pembebasan Penjaminan (Pasal 171E)
10. Pengawasan Orang Asing (Pasal 181)
5. Alih status ITAS menjadi ITAP
Hal yang perlu diperjelas:
"prainvestasi" adalah kegiatan dalam rangka memulai suatu usaha antara lain survei
1. Pasal 89: Tidak dijelaskan pengaturan untuk syarat dan proses untuk Visa Kunjungan atas
lapangan dan/atau studi kelayakan.(Pasal 89 ayat 3b) dasar Prainvestasi
2. Pasal 102 ayat 3f : tidak dijelaskan pengaturan untuk tata cara dan syarat rumah kedua
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
3. Pasal 171E: tidak dijelaskan pengaturan untuk tata cara dan syarat Pembebasan Jaminan
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP NOMOR 47 TAHUN 2021
TENTANG PEYELENGGAARAN BIDANG PERUMAHSAKITAN
Pasal 61 UUCK mengubah UU 44 Tahun 2009 mengenai:
1. Klasifikasi Rumah Sakit (Pasal 24 ayat 2 jo. PERMENKES NO 3 TH 2020)
2. Kewajiban Rumah Sakit (Pasal 29 ayat 3 jo. PERMENKES NO 4 TH 2018)
3. Akreditasi Rumah Sakit (Pasal 40 ayat 4 jo. PERMENKES NO 12 TH 2020)
4. Pembinaan Dan Pengawasan, Serta Kriteria, Jenis Dan Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif (Pasal 56 ayat 6 jo. PERMENKES NO 18 TH 2018)

KLASIFIKASI RUMAH SAKIT KEWAJIBAN RUMAH SAKIT AKREDITASI RUMAH SAKIT PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 27 – 54 PP, menguraikan 20 Diatur dalam Pasal 55 – 64 PP: Pasal 65 -70 PP
kewajiban RS yang antara lain:
1. Akreditasi RS dilakukan paling • Bentuk Pembinaan:
1. memberikan informasi yang benar tentang
pelayanan RS kepada masyarakat; lambat setelah 2 tahun sejak a. bimbingan teknis;
2. memberi pelayanan kesehatan yang aman, memperoleh perizinan berusaha b. advokasi;
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif pertama kali c. konsultasi; dan/atau
dengan mengutamakan kepentingan d. pendidikan dan pelatihan
pasien sesuai dengan standar pelayanan
RS;
2. Akreditasi RS secara berkala
RUMAH SAKIT KELAS D PRATAMA
3. memberikan pelayanan gawat darurat minimal 3 (tiga) tahun sekali • Bentuk Pengawasan:
kepada pasien sesuai dengan kemampuan (dalam penjelasan PP, dimaknai a. monitoring;
Pemerintah menetapkan klasifikasi RS berdasarkan: pelayanannya; paling cepat 3 tahun sekali) b. evaluasi; dan
4. berperan aktif dalam memberikan c. Pemeriksaan
→ Kemampuan Pelayanan (Pasal 5 – 13 PP) pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai
dengan kemampuan pelayanannya;
3. Lembaga Penyelenggara
→ Fasilitas Kesehatan & Sarana Penunjang (Pasal 14 – 21 PP) • Tenaga Pengawas diangkat
5. menyediakan sarana dan pelayanan bagi Akreditasi:
→ Sumber Daya Manusia (Pasal 22 – 24 PP) masyarakat tidak mampu atau miskin; Lembaga Independen dari dalam Pemerintah Pusat dan Daerah
→ Perubahan Kelas (Pasal 25 – 26 PP) 6. melaksanakan fungsi sosial antara lain atau luar negeri yang ditetapkan dalam melakukan pengawasan
dengan memberikan fasilitas pelayanan oleh pemerintah pusat (Menteri yang bersifat teknis medis dan
pasien tidak mampu/miskin, pelayanan
Menjabarkan gambaran RS Umum dan RS Khusus berdasarkan Kesehatan) teknis perumahsakitan
kemampuan pelayanan yang diberikan, bangunan dan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan
gratis, pelayanan korban bencana dan • Dewan Pengawas Rumah sakit
prasarana, ketersediaan tempat tidur, dan peralatan, serta
kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi 4. Kegiatan melakukan Pembinaan Dan
Sumber Daya Manusia
misi kemanusiaan; • Persiapan Akreditasi Pengawasan Secara Internal
• Pelaksanaan Akreditasi • Badan Pengawas Rumah sakit
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND • Pascaakreditasi Pembinaan Dan Pengawasan
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA Secara Eksternal
PP NOMOR 47 TAHUN 2021
TENTANG PEYELENGGAARAN BIDANG PERUMAHSAKITAN

(Aspek Legal Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021/Paparan Kepala Biro Hukum Dan Organisasi Kementerian Kesehatan)
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients

K L A S T E R KO P E R A S I D A N U M K M
S E R TA B A D A N U S A H A M I L I K
DESA (BUMDES)

34

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa
• Melakukan kegiatan usaha ekonomi melalui
pengeloaan usaha, serta pengembangan investasi
dan produktivitas perekonomian, dan potensi desa;
• Melakukan kegiatan pelayanan umum melalui BUM Desa terdiri atas:
barang dan/atau jasa serta pemenuhan kebutuhan
umum masyarakat desa, dan mengelola lumbung 1. BUM Desa; dan
pangan desa;
• Memperoleh keuntungan atau laba bersih bagi
2. BUM Desa Bersama
Peningkatan pendapatan asli desa serta
mengembangkan sebesar-besarnya manfaat atas Pembinaan dan pengembangan BUM
sumber daya ekonomi masyarakat desa; Desa/BUM Desa Bersama di lakukan
• Pemanfaatan Aset Desa Guna menciptakan nilai oleh:
tambah atas Aset Desa; dan
a. Menteri untuk pembinaan dan
• Mengembangkan ekosistem ekonomi digital di pngembangan umum ; dan
Desa.
b. Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah
nonkementrian untuk pembinaan dan
Modal BUM Desa/ BUM Desa Bersama terdiri atas: pengembangan teknis
a. Penyertaan modal desa; Pembinaan dan pengembangan BUM
b. Penyertaan modal masyarakat desa; dan Desa/BUM Desa Bersama dapat
c. Bagian dari laba usaha yang ditetapkan dalam dilakukan oleh Gubernur dan/atau
musyawarah desa atau musyawarah antar desa
Bupati/Walikota.
untuk menambah modal.
Penyertaan modal desa bersumber dari APB Desa
dan/atau APB Desa masing-masing desa, yang • Pendirian BUM Desa/BUM Desa Bersama • Pengadaan Barang/jasa
ditetapkan dengan peraturan desa atau peraturan • Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah • Kemudahaan Perpajakan dan Retribusi
Bersama kepala desa dan dapat berasal dari Lembaga Tangga • Kerja Sama
Berbadan Hukum, Lembaga tidak berbadan hukum, • Organisasi dan Pegawai • Pertanggungjawabam
orang perseorangan, gabungan orang dari desa dan/atau
• Rencana Program Kerja • Pembagian Hasil Usaha
desa-desa setempat.
• Kepemilikan • Kerugian
• Modal • Penghentian Kegiatan Usaha
• Aset dan Pinjaman • Pembinaan dan Pengembangan BUM
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND • Unit Usaha Desa/BUM Desa Bersama
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 8 Tahun 2021 tentang Modal Dasar Perseroan Serta Pendaftaran Pendirian,
Perubahan, dan Pembubaran Perseroan yang Memenuhi Kriteria Untuk Usaha
Mikro dan Kecil.

WNI sebagaimana yang dimaksud


Peraturan Pemerintah saat Menurut PP No. 8 tahun Perseroan Perorangan pada Pasal 6 harus memenuhi
ini yang mengatur 2021 perseroan adalah didirikan oleh WNI persyaratan:
mengenai: badan hukum yang dengan mengisi
a. Berusia paling rendah 17 (tujuh
• modal dasar bagi merupakan persekutuan Pernyataan Pendirian
dalam Bahasa Indonesia
belas) tahun; dan
Perseroan, modal, didirikan b. Cakap hukum.
• tata cara pendirian, berdasarkan perjanjian,
perubahan, melakukan kegiatan usaha Perseroan perorangan harus
• kewajiban menyampaikan dengan modal dasar yang mengubah status badan hukumnya
laporan keuangan, dan seluruhnya terbagi dalam menjadi Perseroan jika:
• pembubaran perseroan saham. a. Pemegang saham mejadi lebih
dan kecil. dari 1(satu) orang; dan /atau
Perseroan perorangan
juga wajib membuat b. Tidak memenuhi kriteria usaha
laporan keuangan. mikro dan kecil sebagaimana
diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan
Kriteria untuk usaha Dalam mengenai usaha mikro dan kecil.
mikro dan kecil dalam menyempurnakan
PP No 8 tahun 2021 aturan perseroan
adalah Perseroan yang dengan kriteria
didirikan oleh 2 (dua) usaha mikro dan
orang atau lebih dan kecil, perseroan wajb
perseroan perorangan memiliki modal
yang didirikan oleh 1 dasar perseroan.
(satu) orang.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, Dan Pemberdayaan Koperasi Dan
Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah

Secara substansi, peraturan pelaksana UU Cipta Kerja dikelompokkan dalam 11 klaster:

Koperasi dan UMKM serta badan usaha Lahan dan hak atas tanah
milik desa (BUMDes) sebanyak 4 lima peraturan pelaksana.
peraturan pelaksana.

Bidang investasi lima peraturan Lingkungan hidup satu


pelaksana dan satu perpes. peraturan pelaksana.

Perizinan dan kegiatan


Ketenagakerjaan empat usaha sektor sebanyak Kontruksi dan perumahan lima
perarturan pelaksana
peraturan pelaksana. 15 perarturan dan satu perpres.

pelaksana.

Fasilitas fiscal tiga peraturan Kawasan ekonomi dua


pelaksana. peraturan pelaksana.

Penataan ruang tiga peraturan Serta barang dan jasa pemerintah satu
pelaksana dan satu perpres. perpres.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Berkaitan dengan telah tuntasnya peraturan pelaksana yang menyentuh sector UMKM, ada empat peraturan
pelaksana yang mengaturnya. Salah satunya adalah PP No. 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan
Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang menentukan tentang batasan hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp. 15 Miliar.

Keistimewaan Kriteria UMKM berdasarkan modal dasar

Pemberian izin UMKM bisa Pemerintah telah mengubah kriteria UMKM berdasarkan
Modal Dasar. Untuk usaha mikro kriterianya menjadi modal
memiliki Nomor Induk Berusaha dasar di bawah Rp. 1 M, dari sebelumnya Rp. 50jt. Usaha
(NIB), yang akan membuat kecil kriterianya adalah mereka yang memiliki modal dasar
Rp. 1M – Rp. 5M, dari sebelumnya hanya Rp.50 jt – Rp.
pemberian izin usaha kepada 500jt.
UMKM menjadi cepat, hanya 2-3 Kemudian kriteria modal dasar untuk usaha menegah
jam saja. menjadi Rp. 5M – Rp. 10m dari sebelumnya hanya Rp. 500jt
–Rp. 10M. Sementara itu untuk usaha besar tidak berubah,
yakni dengan kriteria modal diatas Rp. 10M.
PP No. 7 tahun 2021
Tujuan Kemudahan & Meningkatkan Investasi

Tujuaanya adalah untuk memberikan Meningkatkan kemampuan rancang bangun dan


kemudahan dan perluasan usaha kepada perekayasaan bagi produk anggota koperasi, meningkatkan
UMKM dan koperasi dalam pasar partisipasi modal anggota Koperasi melalui penumpukan
pengadaan barang/jasa pemerintah. modal yang berasal dari: 1. hibah, 2. penyetaraan simpanan
Koperasi & UMKM kini dapat mengikuti anggota; dan/atau, 3. sumber lain yang sah & tidak
lelang pengadaan barang dan jasa mengikat sesuai dengan ketentuan perarturan perundang-
pemerintah. undangan.
Memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana &
prasarana, bahan baku, bahan penolong dan kemasan bagi
produksi.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients

K L A S T E R I N V E S TA S I

39

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP 49 TAHUN 2021 TENTANG PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS
TRANSAKSI YANG MELIBATKAN LEMBAGA PENGELOLA INVESTASI (LPI)
DAN/ATAU ENTITAS YANG DIMILIKINYA
melaksanakan ketentuan Pasal 172 ayat (2) UU 11 Tahun 2020 UUCK

TUJUAN
Mendukung LPI serta menarik minat investor asing untuk bekerja sama dengan LPI guna menanamkan modalnya di Indonesia, mengenai perlakuan
perpajakan dan/atau insentif perpajakan bagi LPI, mitra investasi dan kuasa kelola

Bab I Bab II
1. LPI adalah lembaga yang diberi kewenangan khusus dalam rangka Sumber Modal LPI: Cara investasi LPI:
pengelolaan investasi pemerintah pusat 1. Negara (Dana Tunai, Barang milik Negara, 1. Mendirikan Fund sendiri / bekerjasama dengan
2. Dana Kelolaan Investasi (Fund) adalah sarana kendaraan investasi yang Piutang Negara, Saham milik Negara) pihak ketiga
antara lain dapat berbentuk : 2. Sumber Lain 2. Berpartisipasi dalam Fund yang didirikan pihak
• dana yang dikelola melalui perusahaan patungan; ketiga
• reksadana atau kontrak; Wewenang LPI: Asal Aset LPI :
• investasi kolektif; 1. Menempatkan dana dalam instrumen keuangan; 1. Modal
• bentuk lainnya 2. menjalankan kegiatan pengelolaan aset; 2. hasil pengembangan usaha & aset LPI;
Dapat berbadan hukum Indonesia / asing dimana LPI berinvestasi di dalamnya 3. melakukan kerja sama dengan pihak ketiga; 3. pemindahtanganan aset negara / BUMN;
4. menentukan calon mitra investasi; 4. hibah;
5. memberikan dan menerima pinjaman; 5. sumber lain yang sah
Bab III 6. menatausahakan asset
1. LPI merupakan subjek pajak Badan dalam negeri
2. Entitas Milik LPI: subjek pajak dalam negeri / luar negeri Bab IV
3. Subjek pajak dalam negeri wajib:
• Daftar diri ke KPP setempat PERLAKUAN PERPAJAKAN
• Menjadi PKP 1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai dengan UU PPh, merupakan beban
• Melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto oleh LPI
4. Subjek pajak luar negeri wajib melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai 2. Pembentukan dana cadangan wajib dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto
peraturan 3. Penghasilan berupa bunga dari pinjaman kepada entitas yang dimiliki LPI atau perusahaan patungan
merupakan objek PPh
4. Perolehan harta berupa tanah dan/atau bangunan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal bagi LPI
dan/atau entitas yang dimilikinya, dikenakan bea perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND 5. Penghasilan pihak ketiga sehubungan dengan kerja sama dengan LPI berupa Dividend keuntungan / dividend
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA lainnya merupakan objek PPh
PP NOMOR 51 TAHUN 2021 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA
REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET

GARIS BESAR
 Untuk memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas PP yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku setelah PP 51/2021 terbit dalah :
usaha Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Pengelola Aset, 1. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1993 tentangPenyertaan Modal Negara Republik
perlu melakukan penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perseroan Terbatas Dalam Bidang Jasa Pengolahan Limbah
Indonesia ke dalam modal saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Industri Bahan Berbahaya dan Beracun di Cileungsi - Bogor, Jawa Barat (Lembaran Negara
Perusahaan Pengelola Aset yang berasal dari pengalihan saham milik Republik Incionesia Tahun 1993 Nomor 80);
Negara Republik Indonesia pada : 2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1996 tentang Penyertaan Modal Negara Republik
1. PT Indosat Tbk Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan Terbatas Daiarn Bidang Usaha Kawasan
2. PT Prasadha Pamunah Limbah Industri, Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 110); dan
3. PT Bank Bukopin Tbk, 3. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2008 tentang Penjualan Saham Milik Negara
4. PT Kawasan Industri Lampung, Republik Indonesia pada PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (Lembaran Negara Republik
5. PT Socfin Indonesia; Indonesia Tahun 2008 Nomor 2I8l;

 Adapun penambahan penyertaan modal negara sebagaimana dimaksud seperti dalam


Pasal 1 sebanyak:
1. PT Indosat Tbk  776.624.999 saham Seri B
PELAKSANAAN
2. PT Prasadha Pamunah Limbah Industri  50 saham
3. PT Bank Bukopin Tbk  4.736.255 saham Seri A dan 1.034.232.376 saham Seri B Penambahan penyertaan modal negara sebagaimana dimaksud dalam
4. PT Kawasan Industri Lampung  1.762.087 saham Pasal 1 mengakibatkan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan
5. PT Socfin Indonesia  1 saham Seri B, 2.999 saham Seri C, dan 2.000 saham Seri D Pengelola Aset menjadi pemegang saham PT Indosat Tbk, PT Prasadha
Pamunah Limbah Industri, PT Bank Bukopin Tbk, PT Kawasan Industri
Lampung, dan PT Socfin Indonesia
Nilai penambahan penyertaan modal negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri Keuangan berdasarkan usulan dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 42 tahun 2021 tentang Kemudahan Proyek
Strategis Nasional
Keterkaitan PP dengan UUCK Pasal 173 Bab X Investasi Pemerintah Pusat dan Kemudahan PSN:
 Selaras dengan maksud, tujuan dan penjelasan UUCK untuk mempermudah pengadaan tanah
untuk kepentingan umum dalam hal PSN dan Kemudahan berinvestasi dalam hal PSN.
 UUCK menyerahkan pengaturan terkait kemudahan pelaksanaan bagi PSN ke PP.

1. Fasilitas 2. Efisiensi:
• Kejelasan kategori PSN (Pasal 15) • Penyusunan studi kelayakan dan dokumen pendukung menjadi
3 • Penetapan alur penyusunan studi kelayakan. (Pasal 17).
• Pelaksanaan pemanfaatan bersama aset BUMN (Pasal 24)
2 cepat yaitu 3 bulan (Pasal 17 ayat (2);
• Efisiensi APBN: dapat membebankan biaya pemerintah kepada BU
• Pengadaaan BUP prakarsa pemerintah pemenang pemilihan baik sebagian/keseluruhan (Pasal 21 ayat (3));
• Kriteria pembuktian pemenuhan pembiayaan yang • Percepatan perizinan berusaha bagi usaha risiko tinggi (pasal 5);
bersumber dari pinjaman (Pasal 33); • Percepatan Pelaksanaan Proyek dengan financial close dibatasi 9
• Pengadaan langsung penyediaan jasa konsultansi/penydia Bulan dari 12 bulan (Pasal 32);
barang/jasa (Pasal 39); • Percepatan pengadaan barang dan/atau jasa (Pasal 39);
• Perluasan fasilitas kemudahan (Pasal 2); • Penyelesaian permasalahan tata ruang secara cepat (Pasal 8);
• Perluasan jaminan pemerintah (pasal 18);
• Adanya bantuan pemerintah yaitu PDF (Pasal 20);
• Penyelesaian pendanaan terkait persinggungan pembangunan
PSN dengan aset BUMN (Pasal 24);
• Studi Kelayakan semakin sempurna (Pasal 31).
• Mencegah terjadinya permasalahan hukum dan menjamin
keberlanjutan pemanfaatan aset (Pasal 37)
• Mencegah multitafsirnya tahapan pengadaan BUP (Lampiran I
dan II);

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PerPres No. 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal

Pembatasan
Kecuali dinyatakan Untuk PMDN, Pembatasan kepemilikan PMA pada Usaha
tertutup dan kepemilikan modal asing, modal asing tidak Besar: >10M,
hanya bisa perizinan khusus berlaku: Sebelum hanya bentuk PT
dilakukan oleh PP ini berlaku, berkedudukan di
Pemerintah Pusat memperoleh hak wilayah RI
istimewa atas
Bidang Usaha Tidak perjanjian negara
Semua berlaku
dengan syarat
Bidang tertentu di KEK
Terdiri atas:
Usaha
terbuka bagi Teknologinyasederhana;
Penanaman Bidang Bidang Usaha yang memilikikekhususan proses;
Modal dialokasikan/
Usaha kemitraan dengan padatkarya;
Prioritas Koperasi & UMKM memilikiwarisanbudaya,
modal ≤ 10M

PSN, Padat Modal & karya, Insentif Fiskal: Tax Insentif Non-fiskal: Pemerintah Pusat
melakukan
Teknologi tinggi, Industri allowance, tax kemudahan perizinan,
evaluasi atas
holiday, investment penyediaan infrastruktur,
pionir, Orientasi ekspor, pelaksanaan
allowance, bebas bea jaminan ketersediaan energi
orientasi R&D masuk impor & bahan, keimigrasian. penanaman modal
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients

KL ASTER KETENAGAKERJAAN

44

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan

HIGHLIGHT PP PENGUPAHAN Perubahan Penentu Upah Perubahan Penentu Upah


Minumum Provinsi Minumum
Regulasi pengupahan yang mengatur beberapa isu Kabupaten/Kota
strategis, antara lain mengenai bentuk upah, Upah
bagi pekerja/buruh, Upah minimum dan Upah
bagi pekerja/buruh dan pada usaha mikro dan Penyesuaian nilai UMP dilakukan sesuai Gubernur dapat menetapkan UMK
usaha kecil. tahapan perhitungan. dengan syarat tertentu, yaitu rata-rata
pertumbuhan ekonomi Kab/Kota yang
Perarturan terbaru terkait UMK: bersangkutan selama 3 tahun terakhir
dan lebih tinggi dari rata-rata
1. Bila hasil perhitungan UMK lebih rendah dari
pertumbuhan ekonomi provinsi.
UMP, maka Bupati/Wali Kota tidak dapat
merekomendasikan UMK kepada buruh. Perhitungan penyesuian UMP dilakukan UMK di tetapkan setelah penetapan
2. Pertumbuhan ekonomi atau inflasi yang di oleh Dewan Pengupahan Provinsi lalu di UMP. UMK harus lebih tinggi dari UMP.
gunakan dalam formula penyesuaian rekomendasikan Gubernur.
merupakan pertumbuhan ekonomi atau inflasi
Provinsi. UMP tahun berjalan yang lebih tinggi dari Perhitungan nilai UMK dilakukan oleh
batas UMP, maka Gubernur wajib Dewan Pengupahan Kab/Kota lalu di
3. Penyesuaian UMK di lakukan sesuai dengan
menetapkan UMP tahun berikutnya sama sampaikan ke Bupati/Walikota untuk di
tahapan perhitungan oleh Dewan Pengupahan dengan tahun berjalan. rekomendasikan ke Gubernur.
Kabupaten/Kota lalu disampaikan ke
Bupati/Wali Kota untuk di rekomendasikan ke
Gubernur. Rumus Upah Minumum:
Upah minimum adalah upah minimum tahun berjalan ditambah komponen
• Pengusaha wajib membayar upah kerja lembur saat pertumbuhan ekonomi daerah dan inflasi daerah (Kabupaten/Kota).
memperkerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja atau pada
istirahat minggu atau pada hari libur resmi sebagai kompensasi. 1. Formula perhitungan upah per jam yaitu 1. Penetapan upah di lakukan pengusaha
(Pasal 39 PP 36/2021) berdasarkan hasil kesepakatan antara
upah per jam sama dengan upah sebulan
• Upah tidak di bayar untuk pekerja/buruh tidak masuk kerja dan pekerja/buruh dengan pengusaha. (pasal 18)
/atau tidak melakukan pekerjaan. (Pasal 40) dibagi 126. (pasal 16 PP No. 36)
2. Upah ditetapkan secara harian perhitungan
2. Bagi perusahaan degan sistem kerja 5 upah sehari yaitu perusahaan dengan sistem
hari dalam 1 minggu upah 1 bulan dibagi waktu kerja 6 hari dalam seminggu, upah
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND 21. sebulan dibagi 25 hari.
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No.35 tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih
Daya, Waktu Kerja, Hubungan Kerja dan Waktu Istirahat, dan PHK

TUJUAN POIN PENTING :


1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Penguatan Perlindungan Tenaga Kerja dan 2. PHK
memingkatkan peran dan kesejahteraan buruh dalam 3. Alih Daya
mendukung ekosistem investasi 4. Waktu Kerja

1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang lazim disebut Pegawai Kontrak/Tidak Tetap dibagi berdasarkan :

a. Jangka Waktu

b. Selesainnya Pekerjaan Tertentu


•PKWT yang mempekerjakan pekerja/buruh selama 12 (dua belas) bulan secara terus
menerus, uang kompensasinya diberikan sebesar 1 (satu) bulan Upah;
- PWKT yang semula 3 tahun menjadi 5 tahun untuk pengangkatan
pekerja tetap •PKWT selama 1 (satu) bulan atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan, dihitung
- Kompensasi dari Pengusaha kepada Pekerja dalam hal secara proporsional dengan perhitungan: masa kerja/12 x 1 (satu) bulan Upah;
pemutusan kontrak kecuali untuk TKA
•PKWT selama lebih dari 12 (dua belas) bulan, uang kompensasinya dihitung secara
proporsional dengan perhitungan: masa kerja/12 x 1 (satu) bulan Upah.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No.35 tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih
Daya, Waktu Kerja, Hubungan Kerja dan Waktu Istirahat, dan PHK

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Besarnya jumlah pesangon


• Untuk masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, maka uang pesangonnya adalah sebesar 1 (satu)
PHK sebagai upaya terakhir apabila hubungan kerja tidak lagi bulan Upah;
• Untuk masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, maka uang
dapat dipertahankan. pesangonnya adalah 2 (dua) bulan Upah;
• Untuk masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, maka uang
Pasal 36 disebutkan PHK dapat terjadi karena : pesangonnya adalah 3 (tiga) bulan Upah;
1. Perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, • Untuk masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, maka uang
pengambil alihan atau pemisahan perusahaan dan pesangonnya adalah 4 (empat) bulan Upah;
pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja. • Untuk masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, maka uang
pesangonnya adalah 5 (lima) bulan Upah;
2. Perusahaan melakukan efisiensi karena mengalami kerugian • Untuk masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, maka uang
3. Perusahaan tutup akibat mengalami kerugian secara terus pesangonnya adalah 6 (enam) bulan Upah;
menerut selama dua tahun • Untuk masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, maka uang
4. Perusahaan ditutup karena keadaan memaksa(force pesangonnya adalah 7 (tujuh) bulan Upah;
majeure) • Untuk masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, maka uang
pesangonnya adalah 8 (delapan) bulan Upah; dan
5. Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban
• Untuk masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, maka uang pesangonnya adalah 9 (sembilan)
pembayaran utang atau perusahaan pailit. bulan Upah.

Dalam hal terjadi PHK akibat Perusahaan melakukan efisiensi


Dalam hal terjadi PHK , Pengusaha Wajib membayar uang karena mengalami kerugian
pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja, dan uang
penggantian hak yang seharusnya diterima. (Pasal 40)
1. Uang pesangon 0,5 kali ketentuan Pasal 40 ayat 2
2. Uang Penghargaan Masa Kerja 1x Ketentuan Pasal 40 ayat 3
3. Uang Penggantian Hak sesuai Ketentuan pasal 40 ayat 4

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No.35 tahun 2021 tentang PKWT, Alih Daya, Waktu
Kerja, Hubungan Kerja dan Waktu Istirahat, dan PHK

WAKTU KERJA ALIH DAYA


setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja. Hubungan Kerja antara Perusahaan alih daya dengan pekerja/buruh yang
Waktu kerja 40 jam sepekan (6 hari kerja) dan 8 jam sehari atau dipekerjakan, didasarkan pada PKWT atau PKWTT.
40 jam untuk 5 hari kerja tidak berlaku bagi sektor usaha
tertentu. Tidak ada Batasan Pekerjaan untuk Pekerja Alih Daya :
tak dicantumkan lagi batasan pekerjaan-pekerjaan apa saja yang dilarang
dilakukan oleh pekerja alih daya.

Waktu Istirahat
Sebelumnya, di UU Ketenagakerjaan secara tegas menyebutkan, pekerjaan
pengusaha yang mempekerjakan karyawan/buruh wajib memberikan outsourcing dibatasi hanya untuk pekerjaan di luar kegiatan utama atau yang tidak
waktu istirahat mingguan. Diantaranya adalah istirahat 1 hari untuk 6 berhubungan dengan proses produksi kecuali untuk kegiatan penunjang.
hari kerja atau dua hari untuk 5 hari kerja.

Prinsip Pengalihan Perlindungan :


Waktu lembur dalam hal perusahaan alih daya mempekerjakan pekerja/buruh berdasarkan
PKWT, maka perjanjian kerja tersebut harus mensyaratkan pengalihan
upah kerja lembur ini diatur dalam pasal 30, yaitu jam kerja lebur perlindungan hak bagi Pekerja/Buruh apabila terjadi pergantian perusahaan
pertama sebesar 1,5 kali upah sejam, sementara untuk setiap jam alih daya dan sepanjang obyek pekerjaannya tetap ada.
kerja lembur berikutnya sebesar 2 kali upah satu jam.
Selain membayar upah lembur, perusahaan juga berkewajiban
memberi istirahat dan memberikan makanan serta minuman
sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila kerja lembur dilakukan
selama 4 jam atau lebih. Pemberian makanan dan minuman ini tidak
dapat digantikan dengan uang.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 37/ 2021 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Kehilangan Pekerjaan

Ketentuan Pendaftaran JKP Iuran Program JKP Manfaat JKP


1. Pekerja yang telah diikutsertakan 1. Iuran program JKP wajib dibayarkan 1. Manfaat JKP diberikan kepada peserta yang mengalami PHK
oleh pengusaha dalam program setiap bulan sebesar 0,46% dari upah baik untuk hubungan kerja berdasarkan PKWTT dan PKWT (jika
jaminan sosial serta merta menjadi sebulan. PHK sebelum berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja).
peserta JKP (sejak PP ini berlaku). 2. Iuran JKP bersumber dari iuran yang 2. Manfaat JKP dikecualikan untuk PHK dengan alasan

Manfaat JKP berupa uang tunai max 6 bulan upah, akses


tahun &ditentukan sesuai kondisi ekonomi nasional
Besaran iuran & batas atas upah dievaluasi setiap 2
2. Untuk pekerja yang baru direkrut, dibayarkan Pemerintah Pusat (0,22% mengundurkan diri, cacat total tetap, pensiun, & meninggal
pengusaha wajib mendaftarkan dari upah sebulan) dan sumber dunia.
Dilakukan secara daring/ luring

pekerja dalam program JKP (max 30 pendanaan JKP (0,24% dari upah  3. Manfaat JKP ini bisa hilang jika pekerja tidak mengajukan
hari sejak tanggal mulai bekerja). rekomposisi dari JKK 0,14% dan JKM permohonan klaim manfaat JKP selama 3 bulan sejak PHK,
0,10%). telah mendapatkan pekerjaan, atau meninggal dunia.

info pasar kerja, pelatihan kerja


3. BPJS Ketenagakerjaan lalu wajib
memberikan nomor kepesertaan 3. Upah yang dijadikan dasar 4. Hak atas manfaat JKP dapat diajukan max 3x selama masa
maksimal 1 hari kerja sejak formulir perhitungan: upah terakhir pekerja usia kerja dan setelah peserta memiliki masa iur min 12 bulan
pendaftaran diterima secara lengkap yang didaftarkan oleh pengusaha dalam 24 bulan & telah membayar iuran min 6 bulan
dan benar & iuran pertama dibayar dalam program JKP dan tidak melebihi berturut-turut ke BPJS Ketenagakerjaan sebelum PHK.
lunas. batas atas upah (ditetapkan sebesar 5. Jika pengusaha tidak mengikutsertakan pekerja dalam
4. Pengusaha diberikan sertifikat Rp5 juta). program JKP, pengusaha wajib memenuhi hak berupa uang
kepesertaan dan Pekerja diberikan 4. Jika pengusaha menunggak iuran tunai & pelatihan kerja (kecuali pengusaha mikro).
bukti kepesertaan program JKP yang JKK dan JKM sampai dengan 3 bulan
terintegrasi dalam 1 kartu kepesertaan berturut-turut dan terjadi PHK, BPJS
program jaminan sosial oleh BPJS Ketenagakerjaan wajib membayar Sumber pendanaan JKP: Modal awal Pemerintah
Ketenagakerjaan. manfaat uang tunai ke peserta  (APBN), rekomposisi iuran program, dan dana
5. Jika ada perubahan data terkait pengusaha tetap wajib melunasi ke operasional BPJS Ketenagakerjaan
kepesertaan JKP, wajib menyampaikan BPJS.
ke BPJS Ketenaakerjaan (max 7 hari 5. Jika pengusaha menunggak iuran
Jika pengusaha tidak mematuhi ketentuan dalam
sejak perubahan) JKK dan JKM itu lebih dari 3 bulan
PP ini maka akan dikenakan sanksi administratif
berturut-turut dan terjadi PHK,
berupa teguran tertulis dan tidak mendapatkan
pengusaha wajib membayar terlebih
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND pelayanan publik tertentu (secara bertahap).
dahulu manfaat uang tunai ke peserta.
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 43 tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing
Keterkaitan PP dengan UUCK :
 Terkait dengan UUCK terutama dalam hal yang mengatur tentang penggunaan TKA.
 Turunan UUCK Pasal 81, dimana mengubah beberapa ketentuan dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

1. Fasilitas 2. Sanksi
• sanksi administrative maupun denda
1 • Menjabarkan pasal-pasal dengan rinci sehingga dapat
memberikan kepastian hukum.
• Kewajiban dan larangan bagi pemberi kerja TKA (BAB II).
2 terkait (BAB VII).

• Kewajiban bagi Pemberi Kerja untuk memfasilitasi Pendidikan


dan pelatihan bagi TKP TKA (BAB V).
• Tata cara permohonan dan syarat pengesahan RPTKA (BAB III)
• Jangka waktu pengesahan RPTKA (Pasal 17)

Prinsip penggunaan TKA :


1. Pemberi Kerja TKA perseorangan dilarang mempekerjakan TKA
2. TKA hanya dapat bekerja untuk jabatan dan waktu tertentu
3. TKA dilarang menduduki jabatan personalia
4. TKA dapat merangkap jabatan untuk sektor tertentu

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients

K L A S T E R FA S I L I TA S F I S K A L

51

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 24 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif
dan Tata Cara Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berasal Dari Denda
Administratif Di Bidang Kehutanan

01
Pemungutan PNPB dilakukan oleh Departemen
Kehutanan sebagai instansi yang membidangi
sektor kehutanan di Indonesia.

02
Departemen Kehutanan sebagai pengguna anggaran
mempunyai kewajiban untuk memungut, menyetorkan,
serta menggunakan PNBP yang di peroleh dalam setiap
tahun anggarannya.

03
Sanksi administratif yang dimaksud pada PP No. 24 tahun 2021
pada ayat (2) dan (3) berupa : a. Penghentian Sementara
Kegiatan Usaha, b. Denda Administratif, c. Pencabutan Perizinan
Berusaha dan/atau, d. Paksaan Pemerintah.

Pemanfaatan PNBP di bidang kehutanan oleh Departemen Kehutanan di

04
arahkan pada penyelenggaraan program kebijakan revitalisasi sektor kehutanan
secara nasional. Kebijakan revitalisasi sektor kehutanan ini terkait dengan 3
agenda: Triple Track Strategi Ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) yaitu
agenda pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja dan penghapusan
kemiskinan.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Penjelasan Tata Cara Dalam PP No. 24 Tahun 2021

Terhadap penyelesaian Pasal 110A, RPP tata cara pengenaan sanksi administratif dan tata cara Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang berasal dari denda administratif atas kegiatan usaha yang telah terbangun didalam kawasan hutan membagi menjadi 3
kategori beserta tata caranya masing-masing, yaitu untuk penyelesaiannya di kawasan hutan produksi, kawasan hutan lindung,
dan kawasan hutan konservasi. Berikut adalah penjelasannya:
Menteri akan melakukan evaluasi dengan 3 ketentuan:

• Luasan areal Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan yang di mohonkan


dikurangi dengan areal yang masuk dalam izin apabila izin pemanfaatan
Perhomonan di hutan telah terbit terlebih dahulu.
Kawasan Hutan • Terhadap kebun sawit di areal yang masuk Izin Pemanfaatan Hutan dalam
Produksi yang point, dikerjasamakan pengelolaannya dengan Pemegang Izin dan pelaku
berada di area Izin usaha perkebunan sawit dikenakan pembayaran PNBP di bidang kehutanan.
Pemanfaatan Hutan. • Apabila izin lokasi dan/atau izin usaha di bidang perkebunan terbit terlebih
dahulu, Menteri melakukan revisi luasan izin pemanfaatan usaha.

Menteri akan melakukan evaluasi dengan 3 ketentuan:

• Apabila izin pemanfaatan hutan terbit lebih dahulu maka luasan areal persetujuan di kurangi
Permohonan di Kawasan
dengan areal yang masuk dalam izin.
Lindung yang berada di • Terhadap perkebunan kelapa sawit di dalam areal yang masuk dalam izin pemanfaatan hutan
areal Izin Pemanfaatan sebagaimana pada point pertama, dikerjasamakan pengelolaannya dengan Pemegang Izin dan
Hutan Pelaku Usaha perkebunan sawit dikenakan pembayaran PNBP di bidang kehutanan.
• Apabila izin lokasi dan/atau izin usaha di bidang perkebunan terbit terlebih dahulu, maka
Menteri melakukan revisi luas izin pemanfaatan kawasan hutan.

Menteri akan melakukan evaluasi dengan 3 ketentuan:


Permohonan di
Kawasan Hutan • Apabila izin pemanfaatan hutan terbit lebih dahulu maka luasan areal
Konservasi yang persetujuan di kurangi dengan areal yang masuk dalam izin.
berada di areal Izin • Terhadap perkebunan kelapa sawit di dalam areal yang masuk dalam izin
Pemanfaatan Hutan pemanfaatan hutan sebagaimana pada point pertama, dikerjasamakan
pengelolaannya dengan Pemegang Izin dan Pelaku Usaha perkebunan sawit
dikenakan pembayaran PNBP di bidang kehutanan.
• Apabila izin lokasi dan/atau izin usaha di bidang perkebunan terbit terlebih
dahulu, maka Menteri melakukan revisi luasan Izin Pemanfaatan Hutan
Konservasi.
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 9 tahun 2021 tentang Perlakuan Perpajakan
Untuk Mendukung Kemudahan Berusaha
Keterkaitan PP dengan UUCK:
 Sebagai aturan pelaksana dari ketentuan Pasal 111 dan Pasal 185 huruf b UU No 11/2020 tentang Cipta Kerja
 Meng-cover UU CK Pasal 26 terkait pemotongan Pajak Penghasilan sebesar 20% (dua puluh persen) yang dijelaskan dalam Pasal 3 PP.
 Terkait dengan Pajak Pertambahan Nilai, dalam UUCK membahas ketentuan dalam UU no. 8/1983 sedangkan dalam PP ini lebih membahas mengenai
ketentuan dalam PP no. 1/2012 tentang pelaksanaan UU no. 8/1983.

1 Tujuan
Menyederhanakan proses bisnis dan memberikan kemudahan bagi wajib pajak

Ketentuan Perpajakan
• Menjelaskan jenis investasi yang bisa mendapat pembebasan PPh dividen.
• Batas waktu pengkreditan PPN juga lebih jelas.
• Tarif PPh bunga obligasi bisa diturunkan
2
• Penegasan penjelasan PPN dan PPnBM

3 Insentif
Relaksasi pungutan pajak atas bunga obligasi internasional yang lebih rendah (Pasal 3 (4))

Denda & Sanksi


Pengurangan denda atas sanksi administratif (PP No. 74/2011) 4
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 10 Tahun 2021 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
Dalam Rangka Mendukung Kemudahan Berusaha Dan Layanan Daerah
 Pemerintah Pusat melakukan penyesuaian tarif pajak  Rancangan Perda provinsi yang disetujui oleh DPRD
 Pemerintah Daerah yang tidak mematuhi ketentuan ini dan/atau Retribusi melalui PerPres Prov & Gubernur  wajib disampaikan kepada
diberikan teguran tertulis oleh MenKeu   Pemerintah Daerah melaksanakan pemungutan Pajak Mendagri & MenKeu (3 hari) evaluasi oleh
Gubernur/Bupati/Walikota wajib menindaklanjuti (15 dan/atau Retribusi berdasarkan PerPres tersebut Mendagri & MenKeu (10 hari)  sinkronisasi hasil
hari)  jika tidak dilakukan, dikenai sanksi  Menteri/ Pimpinan Lembaga mengajukan usulan penyesuaian evaluasi, disampaikan ke Gubernur (5 hari)  hasil
administratif oleh MenKeu  penundaan penyaluran tarif Pajak dan/atau Retribusi kepada Menteri Keuangan  evaluasi berupa persetujuan diproses sesuai aturan/
dana alokasi umum dan/atau dana bagi hasil pajak reviu  rekomendasi/ penolakan atas usulan oleh MenKeu jika berupa penolakan, Gubernur & DPRD Prov
memperbaiki sesuai rekomendasi  disampaikan
penghasilan sebesar 10% dari jumlah penyaluran pada  Kementerian Dalam Negeri, K/L terkait, dan gubernur
Kembali ke Mendagri & MenKeu (7 hari)
bulan atau periode berikutnya (jika tidak mematuhi melakukan pemantauan atas pelaksanaan PerPres  lapor ke
 Rancangan Perda Kab/kota melalui proses yang sama,
ketentuan mengenai rancangan Perda)  penundaan MenKeu
disampaikan/dievaluasi Gubernur, Mendagri, MenKeu.
penyaluran dana alokasi umum dan/atau dana bagi
 Gubernur/bupati/wali kota wajib menyampaikan
hasil pajak penghasilan sebesar 15% dari jumlah Penyesuaian
Perda yang telah ditetapkan ke Mendagri & MenKeu
penyaluran pada bulan atau periode berikutnya (jika tarif Pajak dan
Retribusi (7 hari)  evaluasi  jika bertentangan, dilakukan
tidak mematuhi ketentuan mengenai Perda) perbaikan berdasarkan rekomendasi MenKeu ke
 Dalam hal daerah mengalami bencana alam, wabah Mendagri (20 hari) Mendagri memberi surat
Evaluasi
penyakit menular, dan/atau kondisi lainnya yang pemberitahuan ke Gubernur/Bupati/Walikota (5
Sanksi rancangan
berdampak negatif terhadap fiskal daerah, MenKeu Perda dan hari)  wajib melakukan perubahan Perda (15 hari),
Administratif
memberikan relaksasi pengenaan sanksi administratif Perda jika tidak dilakukan kena sanksi administratif 
 Pemerintah Daerah yang dikenai sanksi administratif Perda yang sudah ditetapkan disampaikan ke
telah memenuhi kewajiban, MenKeu menyalurkan Mendagri & MenKeu (7 hari)
kembali dana alokasi yang ditunda Dukungan Pengawasan
 Jika tidak memenuhi kewajiban, MenKeu mengenakan Perda 
Insentif Mendagri & MenKeu melakukan pemantauan dan evaluasi
kembali sanksi administratif pada TA berikutnya. terhadap Perda yang berpotensi bertentangan dengan UU,
kepentingan umum, Kebijakan Fiskal Nasional, dan
 Dalam hal pelaksanaan penyederhanaan perizinan berusaha menyebabkan berkurangnya
menghambat investasi/ kemudahan berusaha
pendapatan asli daerah yang bersumber dari Pajak dan Retribusi, Pemerintah Pusat dapat
memberikan dukungan
COORDINATING MINISTRY insentif anggaran bagi
FOR MARITIME ANDPemerintah Daerah berupa transfer ke Daerah  Jika terjadi pelanggaran dan/atau ketidaksesuaian, MenKeu
berdasarkanAFFAIRS
INVESTMENT APBN REPUBLIC OF INDONESIA merekomendasikan perubahan atas Perda
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients

K L A S T E R P E N ATA A N R U A N G

56

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 21 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

1. Rencana Umum Tata Ruang


a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Sinkronisasi Program

Perencanaan
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
d. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
2. Rencana Rinci Tata Ruang
] Wewenang
Pemerintah Daerah Pemanfaatan Ruang

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

]
a. Pulau/ Kepulauan
b. Rencana Zonasi (RZ) KSN
c. RZ KSN Tertentu (KSNT) Wewenang
d. RZ Kawasan Antar-Wilayah (KAW) Pemerintah Pusat • RTRW Nasional • RTRW Provinsi
e. RDTR Kawasan Perbatasan Negara (KPN) • RTR Pulau/ Kepulauan • RTRW Kabupaten
f. RDTR Kabupaten
• RTR KSN • RTRW Kota
g. RDTR Kota
• RZ KAW *sinkronisasi didasarkan indikasi program
• Rencana Tata Ruang ditinjau setiap 5 tahunan • RZ KSNT utama RTRW Nasional, RTR Kepulauan dan
• Dapat dilakukan lebih dari 1x dalam 5 tahun jika ada perubahan lingkungan RTR KSN
strategis (bencana alam besar, perubahan batas territorial atau daerah, atau
perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis)
Peninjauan & • Pemohon menyampaikan permohonan peninjauan kembali RTR ke Menteri yang akan Dokumen Sinkronisasi
Penyesuaian memberikan Rekomendasi dalam waktu paling lama 1 bulan berupa: RTR yang ada dapat program Pemanfaatan
tetap berlaku sesuai dengan masa berlaku, atau RTR perlu direvisi
Ruang Jangka
• Proses revisi RTR merujuk pada proses penyusunan dan penetapan RTR
• Perubahan RTR tidak akan mengakibatkan perubahan kepemilikan dan penguasaan • Menengah 5 tahun
tanah • Pendek 1 tahun
• Menteri dapat menerbitkan Rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan yang bersifat nasional namun belum masuk dalam RTR, RZ KAW dan RZ KSNT.
• Penerbitan rekomendasi dalam bentuk Keputusan Menteri dilakukan paling lama 20 hari Digunakan sebagai
dalam tahap
COORDINATING MINISTRY FOR (1) Pendaftaran
MARITIME Pemohon, dan (2) Penilaian dokumen usulan kegiatan
AND masukan saat revisi RTR
pemanfaatan
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC ruang
OF pada Kawasan tersebut;
INDONESIA
Insentif Fiskal dan Non-Fiskal pada PP 21/2021

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Pemerintah Pusat/ Daerah


Insentif:
Insentif (Non-Fiskal): Insentif (Non-Fiskal): • Pemberian keringan Pajak
• Subsidi (bantuan finansial • Pemberian Kompensasi dan/atau retribusi
• Pemberian penyediaan • Subsidi
atau non-finansial)
Prasaran dan Sarana • Pemberian Kompensasi
• Penyediaan Prasaran dan • Imbalan
Sarana di Daerah • Penghargaan • Sewa Ruang
• Pemberian Kompensasi • Publikasi/ Promosi Daerah • Urun Saham
(perangkat balas jasa atas • Fasilitasi Persetujuan Kesesuaian
penyediaan sarana) Kegiatan Pemanfaatan Ruang
• Penyediaan Prasaran dan Sarana
• Penghargaan • Penghargaan
• Publikasi/ Promosi Daerah • Publikasi/ Promosi

Pemerintah Daerah Pemerintah Pusat Masyarakat

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PerPres no 11 Tahun 2021 tentang Kerja Sama Antara Pemerintah Pusat Dengan
Badan Usaha Milik Negara Dalam Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar

TUJUAN PRINSIP PELAKSANAAN


1. Mencukupi kebutuhan 1. kemitraan, yakni kerja sama dalam Penyelenggaraan IGD 1. IGD hanya diselenggarakan oleh
pendanaan secara baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip Pemerintah Pusat
berkelanjutan dalam Penyelenggaraan saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan 2. Penyelenggaraan IGD sebagaimana
dan pemutakhiran Informasi Geospasial menguntungkan yang melibatkan Badan dengan BUMN dimaksud dalam Pasal 4 dapat
Dasar (IGD) Pelaksana dilakukan melalui KPBUMN
1. Menjamin ketersediaan dan akses 2. efisien, yakni kerja sama Penyelenggaraan IGD mampu 3. Dukungan Pemerintah berbentuk:
terhadap IGD yang berkualitas, mutakhir, mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan a. fiskal; dan
dan dapat dipertanggungjawabkan; dalam Penyelenggaraan IGD melalui dukungan dana b. non fiskal
2. menciptakan iklim investasi di bidang IG BUMN 4. Kepala Badan menetapkan bentuk
yang mendorong tumbuhnya industri 3. efektif, yakni kerja sama Penyelenggaraan IGD mampu pengembalian investasi yang meliputi
geospasial menjamin ketersediaan dan akses terhadap IGD yang penutupan biaya modal, biaya
3. mendapatkan manfaat dari produk IGD berkualitas, mutakhir dan dapat dipertanggungjawabkan operasional, dan keuntungan BUMN
dalam bentuk pelayanan dengan 4. pengendalian dan pengelolaan risiko, yakni kerja sama Pelaksana.
mempertimbangkan kemampuan Penyelenggaraan IGD dilakukan dengan penilaian risiko, 5. BUMN Pelaksana wajib menyetorkan
membayar pengguna pengembangan strategi pengelolaan, dan mitigasi bagian Pemerintah Pusat atas
4. memberikan kepastian pengembalian terhadap risiko Penggunaan Secara Komersial
investasi BUMN dalam pelaksanaan 5. kemanfaatan, yakni penyelenggaraan IGD yang akan 6. Pemilihan BUMN Pelaksana
penyelenggaraan IGD melalui pengenaan mendorong meningkatnya penggunaan informasi dilaksanakan oleh Kepala Badan
tarif terhadap produk IG yang memiliki geospasial di berbagai sektor sehingga mampu 7. Jangka waktu pelaksanaan paling
nilai tambah maupun Layanan Geospasial menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial bagi cepat 20 tahun dan dapat
yang dikomersilkan masyarakat diperpanjang

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No 45 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Informasi Geospasial
TUJUAN MANFAAT KETERANGAN / PELAKSANAAN

1. Penyempurnaan pengaturan 1. Pengumpulan Data Geospasial (DG)


Mengatur teknis penyelenggaraan
penyelenggaraan Informasi 2. Pengolahan DG dan IG
Informasi Geospasial (IG)
Geospasial (IG) 3. Penyimpanan dan Pengamanan DG dan IG
4. Penyebarluasan DG dan IG
5. Penggunaan IG

Menghasilkan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)


2. Pengintegrasian terkait yang mencakup wilayah darat dan wilayah laut 1. Peta RBI Darat
peta dasar termasuk wilayah pantai secara terintegrasi 2. Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI)
3. Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN)

3. Perubahan penyederhanaan Skala peta dasar untuk wilayah tertentu sesuai kebutuhan 1. 1: 5.000
skala peta dasar seperti kota besar/metropolitan, wilayah dengan 2. 1: 25.000
pertumbuhan ekonomi tinggi, wilayah rawan bencana 3. 1: 250.000
terutama banjir dan tsunami 4. 1: 1.000.000

Menjamin ketersediaan IG 1. Wajib memenuhi kualifikasi sebagai Tenaga Profesional


4. Penyempurnaan Pengaturan
yang dapat Yang Tersertifikasi di Bidang IG
tentang Tenaga Profesional
dipertanggungjawabkan 2. Pengaturan penggunaan tenaga asing yang hanya dalam
Bidang Informasi Geospasial
jenis pekerjaan yang belum mampu dilakukan oleh SDM
nasional disertai dengan alih teknologi(transfer of
knowledge).

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 43/ 2021 tentang Penyelesaian
Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin,
Dan/Atau Hak Atas Tanah (1/2)
Jika RTRWP/K Dilakukan tata batas & pengukuhan
Penyelesaian Batas ditetapkan lebih Kawasan Hutan oleh Menteri LHK sesuai
1 Daerah Penyelesaian dahulu
RTRWP/K (max 18 bulan sejak
Ketidaksesuaian antara ketidaksesuaian ditetapkan)
Sudah ditetapkan Belum ditetapkan
RTRWP dan/atau RTRWK
Menjadi acuan Mendagri + dengan Kawasan Hutan Jika Kawasan
Hutan ditetapkan Dilakukan revisi terhadap
penyelesaian Pemda melakukan
2 lebih dahulu RTRWP/K sesuai Kawasan Hutan
ketidaksesuaian penegasan Batas
Daerah

Revisi RTRWP Revisi RTRWK


Berita acara Penyelesaian
(max 18 bulan serentak dalam 1 Penyelesaian
kesepakatan Ketidaksesuaian
Jika ada sejak Provinsi (max 1 ketidaksesuaian
antara RTRWP
ketidaksesuaian ketidaksesuaian tahun sejak RTRWP dilaksanakan
dengan RTRWK
dengan ditetapkan) ditetapkan) oleh Pemda
Mendagri menetapkan batas daerah
RTRWP/RTRWK
ke dalam Peraturan Menteri (max 5
bulan sejak PP ini berlaku)
3 Berdasarkan peta Rupabumi Indonesia Dapat dibantu
oleh Menteri ATR,
RTRWP/ RTRWK Mendagri,
Dilakukan oleh Pemda Selama proses ini Menteri KKP
direvisi sesuai Batas
setelah ketidaksesuaian berlangsung, semua proses
Daerah yang sudah
ditetapkan oleh Menteri penerbitan izin/konsesi
ditetapkan
dihentikan sementara
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND (kecuali PSN)
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
4 Penyelesaian Ketidaksesuaian Izin, Max 3 Max 3 tahun sejak Penyelesaian Ketidaksesuaian 5
Konsesi, Hak atas Tanah/ Hak tahun PP ini berlaku antara lzin, Konsesi, dan latau Hak
Pengelolaan, di Kawasan Hutan sejak PP Atas Tanah dengan RTRWP/
dalam Keterlanjutan ini berlaku RTRWK dalam Keterlanjuran

Jika sudah memanfaatkan


Penyelesaian Ketidaksesuaian Penyelesaian Ketidaksesuaian Jika belum memanfaatkan Jika sudah memanfaatkan secara secara efektif tapi
lzin atau Konsesi dalam dalam Keterlanjuran terhadap secara efektif  efektif & tidak > daya dukung  melampaui daya dukung 
Keterlanjuran yang telah Hak Atas Tanah dan/atau Hak pengurangan wilayah kerja Izin/Hak tetap berlaku & dapat terhadap Izin/Hak wilayah
dikuasai dan dimanfaatkan di Pengelolaan yang telah dikuasai sesuai RTRWP/RTRWK diperpanjang kerja dikurangi
dalam Kawasan Hutan dan dimanfaatkan di dalam
Kawasan Hutan
Sebelum suatu Kawasan
ditunjuk sebagai KH Sebelum suatu Kawasan
ditunjuk sebagai KH
6 Penyelesaian Ketidaksesuaian lzin, Konsesi, Hak Atas
Dikenai
Perubahan peruntukan Kawasan sanksi
Mengeluarkan bidang tanah dari
Tanah/ HP di KH, dengan RTRWP/K dalam Pelanggaran
Hutan, perubahan fungsi administratif
Kawasan Hutan, dan/atau Kawasan Hutan melalui
penggunaan Kawasan Hutan perubahan batas Kawasan Hutan

Penyesuaian Garis Pantai berdasarkan Peta Rupabumi Indonesia 


Penyelesaian terhadap
berdasarkan titik dasar & garis pangkal di PPKT
Terhadap lzin atau Konsesi tetap penguasaan tanah
berlaku hingga jangka waktunya (pemukiman, fasilitas
berakhir (sesuai UU) umum, kebun rakyat, Instansi Pemerintah, BU, dan masy. yang melakukan reklamasi sebelum penetapan RTR/RZ,
dll) yang dimanfaatkan belum memiliki izin, & belum memiliki HaT/HP wajib mengajukan perizinan reklamasi max 1
Jika tanah dengan sengaja tidak secara fisik oleh th sejak PP ini berlaku  jika tidak dilakukan, tanah reklamasi ditetapkan sbg tanah negara.
dimanfaatkan dalam jangka waktu Masyarakat min 20 th
paling singkat 2 tahun sejak secara terus menerus di
KH, diselesaikan oleh  Penyelesaian ketidaksesuaian Tata Ruang dilakukan oleh tim koordinasi yang
dilepaskan dari KH  ditetapkan
sebagai tanah terlantar Menteri LHK diketuai oleh Menteri ATR/BPN.
 Ketidaksesuaian Tata Ruang dituangkan dalam PITTI  Instansi Pemerintah wajib
menyampaikan data pembentuk PITTI kepada Menteri max3 bulan sejak PP ini
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND berlaku  jadi dasar penyelesaian ketidaksesuaian
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients

K L A S T E R L A H A N D A N H A K ATA S
TA N A H

63

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 19 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Keterkaitan PP dengan UUCK Pasal 123:
 Cukup menjelaskan pelaksanaan UUCK tentang tahapan pengadaan tanah dan penitipan ganti rugi di PN;
 Selaras dengan maksud & tujuan UUCK untuk mempercepat dan mempermudah pengadaan tanah bagi kepentingan umum.
 Terdapat klausal terkait ganti kerugian selain uang, namun belum mencakup secara rinci.

1. Pengalihfungsian Lahan 8. Penyelesaian masalah


• Syarat pengalihfungsian lahan Pertanian Pangan • Adanya diskresi Menteri dalam penyelenggaraan urusan
Berkelanjutan (Pasal 42); pemerintahan apabila PP No 19 ini tidak mengatur, tidak lengkap
atau tidak jelas dan atau adanya stagnansi pemerintahan (Pasal
2. Insentive Perpajakan
134);
• Bagi pihak yang berhak, yang mendukung pengadaan
tanah, tidak mengajukan gugatan putusan Penlok dan
Fasilitas &
7. Alokasi dana
putusan ganti rugi (Pasal 128); Kemudahan • Anggaran yang luas sehingga penganggaran matang dan
3. Kepastian hukum terhadap:
PP No 19 pengadaan tanah lancar, tidak terkendala anggaran (Pasal 124);
• penilaian besarnya ganti rugi karena memasukkan tentang
kategori kerugian lain yang dapat dinilai (selain tanah, PPTBPUKU 6. Minimalisir kekosongan hukum
ruang atas dan bawah tanah, bangunan, tanaman, • Melalui perluasan syarat penitipan ganti kerugian di PN yaitu
benda yang berkaitan dengan tanah) (Pasal 6 ayat (9); penambahan pihak yang berhak: menolak bentuk/besar ganti
• pengadaan tanah (penetapan lokasi) yang dapat kerugian berdasarkan hasil musyawarah dan tidak mengajukan
dilakukan Menteri dengan permohonan bila gubernur keberatan ke PN, berdasarkan putusan PN/MA yang BHT, tidak
tidak menerbitkan dalam 14 hari (Pasal 44); diketahui keberadaannya (Pasal 89 ayat (3);
• inventarisasi dan indentifikasi data tanah (Pasal 65); 4. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 5. Kesejahteraan
• ganti rugi bidang tanah sisa yang terkena pengadaan • Menjaga lahan pertanian pangan • Memperhatikan kesejahteraan pihak yang berhak melalui
tanah yang tidak difungsikan sesuai dengan peruntukan berkelanjutan yang dialihfungsikan aturan prioritas pengganti kerugian (Pasal 86);
dan penggunaannya (Pasal 70); untuk infrastruktur akibat bencana
melalui penyediaan lahan pengganti
(maks. 24 bulan) (Pasal 42);
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
R-PP Bank Tanah
Draft 18 Januari 2021
Keterkaitan R-PP dengan UUCK:
 Menjelaskan kewajiban bank tanah dalam menjalankan fungsinya yang tertera di pasal 125(5) UUCK spt perencanaan tanah jangka panjang, menengah dan tahunan.
 Bab III RPP ini memperjelas maksud kewenangan Bank Tanah yang pertama tercantum dalam pasal 129(4) UUCK;
 Selaras dengan maksud & tujuan adanya Bank Tanah di UUCK yaitu untuk meningkatkan kemudahan fasilitas dan menarik investor melalui perjanjian kerjasama
pengelolaan tanah.

1.Fungsi, tata cara perolehan tanah, dan hak. 5. Kesejahteraan


• Penjelasan fungsi dan tata cara perolehan tanah (Pasal 6, 7, 8); • Membuka
• Penjelasan hak atas tanah di atas HPL & jaminan
perpanjangan/pembaharuan (Pasal 40);
1 memudahkan
lapangan
investor
pekerjaan dan
memperoleh
tanah/membangun usaha. Pasal 11 (3), pasal
30 (2) ;
2. Pemanfaatan aset/tanah
• Fungsi & tugas bank tanah untuk perencanaan, pengadaan,
R-PP
5 • Mensejahterakan masyarakat
pertanian dan perkebunan untuk dapat
bidang

pemanfaatan, sampai pendistribusian tanah (Pasal 3); memiliki hak milik tanah (Pasal 41);
• Bank tanah dapat menerima/mengelola tanah titipan dalam Bank • Meminimalisir kecurangan mafia tanah dan
bentuk kerja sama (Pasal 36 ayat (3); konflik berkepanjangan, mengontrol harga
• Kepastian pemanfaatan tanah sesuai perjanjian (Pasal 38); Tanah tanah (Pasal 13 huruf c).
• Mendorong kecukupan kebutuhan tanah mulai dari kepentingan
umum, sosial, pembangunan nasional, pemerataan ekonomi, 2 4 4. Penyelesaian permasalahan
konsolidasi lahan dan reforma agraria (Pasal 16-Pasal 22); • Rekomendasi kesesuaian pemanfaatan ruang
3. Efisiensi anggaran
• Adanya tarif Rp 0,00 bagi pelaku usaha/badan usaha/pemerintah (Pasal 26 ayat (6);
3 dari Menteri (Pasal 11 ayat (5), (6), (7);
• Pengelolaan badan bank tanah yang fleksibel
dengan adanya diskresi Menteri (Pasal 49):
• Adanya PBB 0% bagi bank tanah (Pasal 29);
• Unsur profesional Dewan Pengawas yang menjaga transparansi dan profesionalitas (Pasal 33 ayat (3);

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 20 tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan
dan Kawasan Terlantar
Keterkaitan PP dengan UUCK :
 Menjabarkan maksud dan tujuan pasal 180 UUCK.
 Mengaitkan antara kawasan terlantar dengan RPP Bank Tanah
 Hal mendasar terkait penertiban kawasan & tanah terlantar adalah hak, izin atau tanah dan kawasan yang ditelantarkan dalam waktu paling lama 2 tahun.
 Terdapat 5 RPP terkait pertanahan dan tata ruang

1. Ketentuan
• Kawasan Terlantar : kawasan non kawasan hutan yang belum dilekati
Hak Atas Tanah yang telah memiliki Izin/Konsesi/Perizinan Berusaha yang
sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan/atau tidak
dimanfaatkan.
• Kawasan Terlantar dapat dimanfaatkan dengan lebih cepat Pasal 39 (3).
• Pemerintah dapat mengambil alih lebih cepat tanah terlantar Pasal 7 (3)
• Bank Tanah sebagai salah satu pengelola pertanahan pharus dijalankan 2. Kejelasan
secara transparan dan akuntabel Pasal 21 (3). • Adanya multinterprestasi pada “definisi tanah terlantar
• Perlu pedoman dampak hukum jika sebagian tanah

3 yang ditelantarkan mengakibatkan hapusnya HAT


• hak adat, kewenangan tata ruang, yang akan diberikan
kepada Bappeda, Masih belum tercakup.
4
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP 18 tahun 2021 tentang HPL, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah
Susun dan Pendaftaran Tanah
Keterkaitan PP dengan UUCK Pasal 136-147:
 Sesuai dengan konsep integrasi & penyederhanaan aturan dari UU Cipta Kerja yang mengatur ruang lingkup, hal pengelolaan, hak guna usaha, hak bangunan & hak
pakai tanah, satuan rumah susun, hak atas tanah atau hak pengelolaan pada ruang atas tanah dan ruang bawah tanah, pendaftaran tanah, dan ketentuan lainnya.

3. Kepastian hukum atas: 1. Kemudahan


• Penegasan kewenangan pemegang HPL (Pasal 7); • Perolehan hak atas tanah lebih mudah dengan
• hak dan larangan pemegang HGU, HGB, Hak Pakai;
• Penetapan tanah musnah & pemegang HPL dan/atau hak atas tanah.
• Jangka waktu hak pakai di atas tanah negara dan HPL mencapai 8 tahun
1 diperluasnya dari HPL ke Hak Milik (Pasal 12);
• Pelaku usaha/badan usaha lebih mudah
melaksanakan dan mengoperasikan proyeknya
bahkan hingga waktu tidak ditentukan (Pasal 52); PP 18 tahun yang membutuhkan HGU dan pengembalian
• Jangka waktu HGB bisa mencapai 80 tahun (Pasal 37 ayat (1); 2021 tentang investasi (Pasal 21 dan Pasal 22);
• Status hak pakai akibat terjadinya penghapusan, (Pasal 62); HPL, HAT, • Waktu lebih banyak dan fleksibel bagi
• Pembatalan hak atas tanah karena cacat administrasi (pasal 64); pelaku usaha/badan usaha untuk
• Pemanfaatan ruang bawah tanah (Pasal 74);
• Dapat diperolehnya HPL, HGB dan Hak Pakai pada ruang atas tanah atau
SRSPT
2 menganalisis kelebihan & kekurangan
pembaruan HGB. (pasal 41 ayat (2);
ruang bawah tanah (pasal 77); • Pendaftaran dan pembuatan akta tanah
• Ganti rugi pemegang hak atas tanah jika penggunaan dan pemanfaatan pada
ruang bawah tanah mengganggu (Pasal 79);
• Alat bukti tertulis bekas tanah milik adat yang dimiliki perorangan (Pasal 96);
3 lebih mudah dan cepat melalui online dan
PPAT (Pasal 84 dan 86);

2. Fasilitas
• Anak usaha BUMN/BUMD dapat diberikan HPL (Pasal 6 ayat(3) ; • Meminimalisir kesalahan ukur objek perkara di pengadilan (Pasal 93 ayat (1);
• Pemberian HPL dan/ hak atas tanah yang merupakan satu pulau kecil (Pasal 65); • Meminimalisir kesalahan letak & batas tanah objek perkara (Pasal 93 ayat (2);
• Penambahan subjek hak pakai yaitu orang asing (Pasal 49 ayat (2) huruf e); • Penyelesaian permasalahan yang fleksibel dengan adanya diskresi Menteri
• Memperhatikan kepentingan nasional dan kepastian hukum (Pasal 72, 73); apabila PP tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas dan/atau adanya
stagnansi pemerintahan (Pasal 100);
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 17 tahun 2021 tentang Perubahan Keempat Atas PP No. 15
Tahun 2005 tentang Jalan Tol
Keterkaitan PP dengan UUCK (pasal 53A)
 Mengakomodir ketentuan UUCK terkait pengalokasian tempat istirahat dan pelayanan sebelah jalan tol untuk memastikan
partisipasi UMKM.

 Menjelaskan sebatas adanya alokasi KUMKM untuk tempat istirahat dan pelayanan secara umum.

1
 Kemudahan usaha dan keringan yang diberikan KUMKM dalam menjalankan pengusahaan tempat

2 istirahat dan pelayanan (pasal 7A ayat (3) PP.


 Kemudahan dan insentif yang diberikan dalam rangka alokasi dalam bentuk subsidi, keringan biaya
retribusi daerah, fasilitas kemudahan dan penghargaan lain sesuai perundangan (Pasal 61 PP KUMKM).

 Diperhatikannya UMKM melalui aturan dimana badan usaha mengalokasikan lahan min 30% untuk
3 UMKM baik untuk jalan tol yang telah beroperasi maupun yang masih dalam tahap perencanaan dan
konstruksi (Pasal 7A);

 Kerjasama badan usaha dan UMKM melalui pola kemitraan yang mewajibkan adanya alih keterampilan
4 pada PP KUMKM.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
R-PP Perubahan Kelima Atas PP No. 15
Tahun 2005 tentang Jalan Tol
Keterkaitan R-PP dengan UUCK:
 R-PP ini lebih mengatur hal selain ketentuan UMKM yang telah diatur dalam UU 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja karena sudah terbitnya PP 17 tahun 2021 tentang
Perubahan keempat tentang Jalan Tol (PP baru) yang sudah mengatur UMKM.

1.Kemudahan 4. Hal yang perlu diperjelas:


• Mempermudah pembangunan jalan tol dan • Indikator prioritas sektor yang ditetapkan oleh Menteri
pengadaan tanah (Pasal 6 ayat (1a);
• Kefleksibilitasan pendanaan, perencanaan teknis,
pelaksanaan konstruksi dan mencegah proyek
1 dapat membuat ketidakjelasan prioritas sektor (Pasal 56B);
• Perlu diperjelas ada/tidaknya penetapan badan usaha
sebagai BU Pemrakarsa (Pasal 63 ayat (4);
mangkrak (Pasal 21 ayat (1a dan 1b); • Skema Pendanaan belum diperluas, mengingat
• Fleksibilitas penyesuaian tarif (Pasal 68 ayat (1a);

2. Fasilitas
R-PP
Perubahan
4 kedepannya akan dibentuk Lembaga Pembiayaan Investasi
(LPI/SWF) dan BLU khusus konstruksi tol (pasal 23);
• Belum jelasnya terkait pendapatan pemanfaatan luar
• Dukungan pendanaan pengusahaan jalan tol lain Kelima Atas ruang milik jalan (Rumija);
yang layak secara ekonomi namun belum layak • Belum ada pembentukan, kewenangan, tupoksi , hak,
secara finansial (Pasal 21 ayat (5);
PP No. 15
kewajiban atau hal-hal lain terkait BLU.
• Menambah pendapatan badan usaha dan Tahun 2005
mempercepat pengembalian investasi (Pasal 23A); tentang 3. Efisiensi
• Mendorong Badan Usaha yang lebih banyak agar
ingin terlibat dalam pembuatan studi kelayakan
(Pasal 63 ayat (7):
Jalan Tol
3 • Waktu proses persiapan proyek tidak lebih dari 1 tahun
(Pasal 56C);
• Mencegah proyek mangkrak dan menjamin keberlanjutan
• Kepastian BUMN mendapatkan penjaminan
2
proyek (Pasal 68A ayat (1), (2), (3);
infrastruktur dalam rangka penugasan seperti di • Mencegah proyek mangkrak dan mempercepat
maksud poin di atas (Pasal 68A ayat (4), (5); pengoprasian jalan tol (pasal 68D);

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients

KL ASTER LINGKUNGAN HIDUP

70

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (1/4)
Pembinaan & Pengawasan
Persetujuan Lingkungan • Menteri LHK bertanggung jawab atas pembinaan gubernur, tim, pejabat dan
• Setiap rencana dan/atau kegiatan yang berdampak pada LH para Lembaga
wajib memiliki persetujuan/izin AMDAL, UKL-UPL atau SPPL • Gubernur melakukan pembinaan pada bupati, masyarakat dan pelaku usaha
• Menteri melakukan evaluasi terhadap izin jenis yang Persetujuan Lingkungan ditetapkan gubernur
rencana/kegiatan usaha paling sedikit setiap 5 tahun sekali • Jika ada kegiatan yang menimbulkan ancaman serius pada LH, Pejabat LH
• Rencana/Kegiatan Usaha yang tidak diwajibkan AMDAL melakukan pengawasan dan penghentian pelanggaran yang dituangkan dalam
Persetujuan Pembinaan & Berita Acara untuk menindaklajuti gakkum administratif, perdata atau pidana
melainkan diwajibkan UKL-UPL dapat diwajibkan untuk
melakukan AMDAL oleh Menteri Lingkungan Pengawasan • Gakkum perdata dapat dilakukan dengan bukti pertanggungjawaban mutlak

Sistem Informasi LH
Perlindungan dan Pengelolaan Mutu: • Menteri, gubernur atau bupati sesuai wewenang menyediakan
• Air (perencanaan, pemanfaatan, pengendalian dan Perlindungan Sistem informasi:
pemeliharaan) & Pengelolaan Informasi LH a. Dokumen LH (webGis dan basis data dokumen LH)
• Dilakukan oleh Menteri, gubernur dan bupati b. Pelaporan Persetujuan Lingkungan
• Udara (perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian) Mutu c. Status LH, Pengelolaan limbah B3 dan peta rawan lingkungan
• Laut (perencanaan, pemanfaatan, pengendalian dan d. Pengawasan dan penerapan sanksi administrative
pemeliharaan) Dana e. Informasi lainnya
• Dilakukan oleh
a. Menteri: wewenang pada lokasi >12 mil laut, KSN dan Penjaminan Dana Penjamin
KSNT, atau
Pengendalian untuk • Pemegang Persetujuan Lingkungan wajib menyediakan dana
b. Gubernur: wewenang pada lokasi <12 mil laut diukur Kerusakan Pemulihan penjamin dalam bentuk:
dari garis pantai ke arah laut lepas diluar usaha minyak LH Pengelolaan fungsi LH
a. Deposito berjangka
dan gas bumi b. Tabungan berjangka
Limbah c. Bank garansi
B3 d. Polis asuransi atau instrumen keuangan lainnya
Pengendalian kerusakan LH
• Kriteria baku kerusakan LH: • Dana Penjaminan digunakan untuk :
a. Terumbu karang a. Penanggulanangan pencemaran/ kerusakan LH
b. Mangrove, padang lamun, tanah untuk produksi biomassa, i. Pemberian informasi peringatan dan sosialisasi
gambut, karst Pengelolaan Limbah B3 ii. Penghentian sumber dan upaya lainnya sesuai perkembangan ilmu
c. Lingkungan yang berkaitan dengan kebakaran hutan/lahan • Pelaku usaha bertanggung jawab secara pengetahuan dan teknologi
(dikecualikan dari pembukaan lahan dengan pembakaran oleh mutlak atas kerugian yang terjadi dari b. Pemulihan fungsi LH
masyarakat di lahan sendirinya) pengelolaan dan penggunaan B3 atau i. Penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar
COORDINATING
d. LahanMINISTRY FOR MARITIME AND
akibat usaha pertambangan limbah B3 ii. Remediasi, rehabilitasi, restorisasi dan upaya lainnya sesuai perkembangan
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA ilmu pengetahuan dan teknologi
Persetujuan Lingkungan (2/4)
Sumber: PP No. 22 Tahun 2021

• SPPL berlaku untuk kegiatan yang:


• Kriteria WAJIB AMDAL • Kegiatan TIDAK WAJIB AMDAL: a. Tidak memiliki Dampak Penting, dan
a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam a. Adanya kajian LH strategis yang dibuat secara b. Tidak termasuk kriteria dan/atau dikecualikan
b. Eksploitasi SDA (terbarukan dan tidak terbarukan) komprehensif pada lokasi rencana kegiatan memiliki wajib UKL-UPL
c. Proses & kegiatan berpotensi menimbulkan pencemaran / RDTR, pada Kawasan hutan atau kawasa lainnya, dan
kerusakan LH + pemborosan SDA • SPPL diintegrasikan ke NIB dengan telah disetujui
dalam program pemerintah
d. Proses & kegiatan yang hasilnya mempengaruhi lingkungan permohonan SPPL yang memuat:
b. Dilakukan dalam kondisi tanggap darurat bencana atau
alam, buatan dan sosial dan budaya atau pelesatarian Kawasan
pemulihan fungsi LH oleh Pemerintah di Kawasan yang a. Kesanggupan penanggung jawab usaha untuk
konservasi SDA, dan/atau perlindungan cagar budaya
e. Introduksi jenis tumbuhan, hewan dan jasad renik tidak dibebani Perizinan Berusaha patuh peraturan dan perundangan
f. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati c. Kegiatan yang berbatasan langsung atau berada dalam b. Lokasi rencana/kegiatan yang dikonfirmasi sudah
g. Ada risiko tinggi atau mempengaruhi pertahanan negara Kawasan lindung dan mendapatkan pengecualian sesuai kegiatan pemanfaatan ruang
h. Penerapan teknologi diperkirakan berpotensi untuk AMDAL oleh Instansi c. Kewajiban dasar pengelolaan LH
mempengaruhi LH
• UKL-UPL Berlaku untuk kegiatan yang: • Menteri membentuk Lembaga Uji Kelayakan LH
a. Tidak memiliki Dampak Penting pada LH berdasarkan usulan dari pejabat pusat, gubernur
• DIKECUALIKAN dari AMDAL: b. Tidak di dalam atau berbatasan dengan Kawasan atau bupati
a. Eksplorasi pertambangan, minyak dan gas bumi, dan panas bumi lindung, dan/atau
yang tidak diikuti Kegiatan pendukung yang skalanya mewajibkan • Tugas Lembaga Uji Kelayakan LH :
c. Tidak memenuhi kriteria wajib AMDAL a. Membentuk, membina dan melakukan
AMDAL
b. Penelitian dan pengembangan nonkomersial di bidang ilmu monitoring & evaluasi tim tingkat pusat, provinsi
pengentahuan yang tidak mengganggu fungsi Kawasan lindung • Rencana/kegiatan dalam Kawasan yang telah memiliki atau kab/kota
c. Kegiatan yang menunjang/mendukung pelestarian Kawasan AMDAL Kawasan dan Persetujuan Lingkungan Kawasan b. melakukan sertifikasi ahli dan Menyusun daftar
lindung wajib memiliki RKL-RPL rinci ahli
d. Kegiatan terkait dengan pertahanan & keamanan negara yang • RKL-RPL merupakan Pernyataan Kesanggupan c. Menyediakan sistem informasi uji kelayakan
tidak memiliki Dampak Penting pada LH Pengelolaan LH yang disahkan oleh pengelola Kawasan (sebagian dari SI Dokumen LH)
e. Budidaya yang diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan dan menjadi prasyarat Perizinan Berusaha
tetap dan tidak mempengaruhi fungsi lindung
Kawasan

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Penetapan Kewajiban AMDAL (3/4)
Sumber: PP No. 22 Tahun 2021

• Tahap penetapan kewajiban AMDAL berlaku sama-sama untuk proses penghapusan kewajiban AMDAL

Pemohon: Pengajuan Menteri Evaluasi dan Usulan diterima Usulan diterima


a. Menteri atau Permohonan: penugasan pejabat
K/L a. ID pengusul yang membidangi
b. Gubernur b. Deskripsi jenis AMDAL, UKL-UPL dan Usulan tidak Pejabat
c. Bupati/ usaha dan skala SPPL diterima
Walikota c. Status dan
Pejabat menerbitkan
d. Masyarakat kondisi
Pejabat rekomendasi
lingkungan pada
penetapan
area usaha
rencana/kegiatan
d. AMDAL yang menerbitkan
usaha wajib AMDAL
akan terjadi, rekomendasi
teknologi penolakan
pengelola LH rencana/kegiatan Menteri
dan alasan usaha wajib AMDAL
ilmiah perlu
AMDAL Menetapkan
Menolak usulan
keputusan rencana/
penetapan kewajiban
kegiatan usaha jadi
AMDAL
wajib AMDAL
30 hari kerja

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Limbah B3 (4/4)
Sumber: PP No. 22 Tahun 2021

LIMBAH
LIMBAH

Pengelolaan Limbah LIMBAH B3


LIMBAH
• Setiap orang yang menghasilkan limbah wajib melakukan pengelolaan limbah yang dihasilkan NON-B3
• Karakterisitik: mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif dan/atau beracun

Kategori
Penetapan limbah dalam kategori ditetapkan paling lambat 10 hari kerja sejak evaluasi Menteri
Kategori Limbah B3 dibedakan berdasarkan sumbernya: KATEGORI KATEGORI TERDAFTAR KHUSUS
a. Sumber tidak spesifik 1 2
b. Dari kedaluwarsa, B3 yang tumpah, yang tidak memenuhi speisifikasi produk dan bekas kemasan
c. Sumber spesifik umum dan khusus

Uji Karakteristik Menteri Menguji Menguji Terdaftar Dikecualikan


dalam dari Limbah B3
1. Kategori 1 -> menguji karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif, beracun semua kategori dari sumber
melalui TCLP dan Uji Toksikologi LD50 Lampiran
2. Kategori 2 -> menguji karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LD 50 dan uji toksikologi subkronis
karakteristik racun XIV
spesifik

Tim Ahli B3 mengevaluasi Hasil


COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND evaluasi Menteri
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA (10 hari kerja)
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients

K L A S T E R KO N S T R U K S I D A N
PERUMAHAN

75

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (1/2)
Melaksanakan :
• Pasal 24 dan 185 huruf (b) Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja (UUCK).
• Menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung


Klasifikasi
Esensi : Faktor
Jenis Bangunan Gedung
Klasifikasi
∙ Menghapus kewajiban izin mendirikan bangunan (IMB) sebagaimana diatur dalam Pasal 14 PP No Tingkat • sederhana,
36/2005. Kompleksitas • tidak sederhana
∙ Berlakunya persetujuan bangunan gedung (PBG) sebagai pengganti IMB (Pasal 1 ayat (17) PP No Bangunan Gedung • khusus
16/2021) Tingkat • permanen (rencana pemanfaatan > 5 tahun)
Permanensi • nonpermanen (rencana pemanfaatan <= lima
Fungsi (Pasal 4 - 5, PP 16/2021): Bangunan Gedung tahun)
1. Fungsi hunian, untuk tempat tinggal manusia; Tingkat risiko risiko kebakaran tinggi
2. Fungsi keagamaan, untuk tempat ibadah; bahaya risiko kebakaran sedang
3. Fungsi usaha, untuk mengadakan kegiatan usaha; kebakaran risiko kebakaran rendah.
4. Fungsi sosial dan budaya, untuk mengadakan kegiatan sosial dan budaya; Lokasi Bangunan • lokasi padat (pusat kota/pusat
5. Fungsi khusus, sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; dan Gedung perdagangan atau area dengan Koefisien
6. Fungsi campuran, untuk bangunan gedung yang terdiri lebih dari satu fungsi yang disebutkan di Dasar Bangunan [KDB] lebih dari 60%);
atas. • lokasi sedang (daerah pemukiman atau
daerah dengan KDB antara 40% dan 60%)
Seluruh fungsi dan klasifikasi bangunan Gedung, wajib dicatat dalam beberapa dokumen, khususnya: • lokasi renggang (pinggiran kota atau
1) PBG; area dengan KDB 40% atau kurang dari
2) Sertifikat Laik Fungsi (“SLF”); dan itu)
3) Surat Bukti Kepemilikan Gedung (“SBKBG”).
Ketinggian 1. super tinggi (> 100 lantai),
Bangunan Gedung 2. pencakar langit (40 – 100 lantai),
Sebagai perbandingan, kerangka PP 36/2005 sebelumnya tidak mewajibkan fungsi dan klasifikasi bangunan
3. bertingkat tinggi (>8 lantai),
gedung untuk diseutkan dalam SLF maupun SBKBG.
4. bertingkat sedang (5-8 lantai)
5. bertingkat rendah (<= 4 lantai)
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND Kepemilikan • bangunan gedung milik negara
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA • bangunan gedung selain milik negara
PP 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (2/2)
Mendapatkan PBG

Standar Teknis Bangunan Gedung

Standar Teknis Ruang Lingkup


Tata bangunan gedung ❖ Standar arsitektur
❖ Peruntukan bangunan gedung
Keandalan bangunan gedung ✔ Keselamatan
✔ Kesehatan
✔ Kenyamanan
✔ Kemudahan
Bangunan gedung di atas ▪ Bangunan gedung di dalam
dan/atau di dalam tanah tanah
dan/atau air dan/atau di atas/ ▪ Bangunan gedung di dalam
di bawah sarana dan prasarana dan/atau di atas permukaan
publik air
▪ Bangunan gedung di atas
dan/atau di dalam prasarana
Desain prototipe ⮚ Penyusunan prototipe

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP Nomor 15 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Arsitek
ARSITEK adalah seseorang yang telah memenuhi syarat dan  Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang harus dimiliki seorang arsitek untuk
ditetapkan oleh dewan untuk melakukan Praktik Arsitek. Praktik melaku kan Praktik Arsitek, sehingga menja min bahwa Praktik Arsitek hanya dilakukan oleh
Arsitek adalah penyelenggaraan kegiatan untuk menghasilkan karya orang yang ahli dan kompeten di bidangnya
Arsitektur yang meliputi perencanaan, perancangan, pengawasan,
dan/atau pengkajian untuk bangunan gedung dan lingkungannya,
serta yang terkait dengan kawasan dan kota  Lisensi diterbitkan untuk seseorang arsitek yang bertindak sebagai penanggung jawab Praktik
Arsitek dalam penyelenggaraan persetujuan bangunan gedung dan perizinan lainnya. Dengan
memiliki Lisensi maka Arsitek dalam PP 15 tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 6
MUATAN RPP ARSITEK:
tahun 2017 tentang Arsitek dinilai menguasai peraturan bangunan dan peraturan membangun
1. Standar Kinerja Arsitek
di wilayah provinsi yang menerbitkan Lisensi
2. Tata Cara Penerbitan dan Pencabutan STRA
3. Penerbitan dan Perpanjangan Lisensi
4. Tata Cara Alih Keahlian dan Alih Pengetahuan Arsitek Asing  Ketentuan mengenai arsitek asing yang bekerja di Indonesia ditujukan untuk
5. Pengenaan Sanksi Administratif melindungi profesi arsitek dalam negeri, mengatur kerjasama, serta ke wajiban
6. Pembinaan Arsitek arsitek asing untuk melakukan alih keahlian dan alih pengetahuan
7. Pengabdian Masyarakat

 Ketentuan mengenai Standar kinerja arsitek ditujukan sebagai tolak ukur dan  Pembahasan tentang sanksi untuk kepentingan Pengguna Jasa Arsitek sehingga
pedoman dalam pelaksanaan praktik arsitek, sehingga menjamin eflsiensi, dalam penyelenggaraan bangunan dan gedung pengguna Jasa Arsitek tidak ikut
efektifltas dan mutu pekerjaan arsitektur. Standar Kinerja Arsitek secara Umum. dirugikan.
 Standar Kinerja Arsitek pada Lingkup Layanan Penyusunan Studi Awal Arsitektur,
Standar Kinerja Arsitek pada Lingkup Layanan Perancangan Bangunan Gedung  Pembentukan Dewan Arsitek akan membantu Pemerintah Pusat dalam
dan Lingkungannya, Standar Kinerja Arsitek pada Lingkup Layanan Pelestarian penyelenggaraan keprofesian Arsitek
Bangunan Gedung dan Lingkungannya, Standar Kinerja Arsitek pada Lingkup
Layanan Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungannya, Standar Kinerja Arsitek
pada Lingkup Layanan Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis, Standar  Pengaturan terkait pengabdian masyarakat yang wajib dilakukan oleh Arsitek
Kinerja Arsitek pada Lingkup Layanan Pengawasan Aspek Arsitektur pada akan memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat dalam
Pelaksanaan Konstruksi Bangunan dan Lingkungannya memanfaatkan hasil karya arsitektur termasuk untuk kepentingan sosial.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2O21
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN 2O2O
TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2O21 TENTANG JASA
KONSTRUKSI

GARIS BESAR
 PP ini merupakan payung hukum turunan yang mengatur pelaksanaan KRITERIA UMUM PERSONEL PELAKSANA :
teknis UU Cipta Kerja. 1. Memiliki pengetahuan regulasi tentang Jasa Konstruksi terutama terkait perizinan badan usaha
 Peraturan dalam PP No 14 Tahun 2021 ini berlaku di seluruh pekerjaan jasa konstruksi, sertifikasi badan usaha dan pencatatan badan usaha jasa konstruksi;
konstruksi di Indonesia, baik yang dilaksanakan melalui sektor 2. Memiliki pengetahuan tentang tata kelola administrasi dan keuangan;
pemerintah, swasta maupun usaha perorangan 3. Berpendidikan paling rendah Strata-Satu (S-1) atau D-4 untuk Ketua Unsur Pelaksana dan
 Dibandingkan dengan peraturan sebelumnya, PP No 14 Tahun 2021 ini paling rendah Diploma Tiga (D3) untuk anggota;
memberikan pedoman yang lebih jelas dalam pembagian tanggung 4. Memiliki kompetensi sesuai jenis usaha Pekerjaan Konstruksi, Jasa Konsultansi Konstruksi, dan
jawab dan kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi serta klasifikasi dan subklasifikasinya;
dalam penyelenggaraan pembinaan, pengawasan jasa konstruksi. 5. Memiliki pengalaman di bidang Jasa Konstruksi paling sedikit 7 (tujuh) tahun.

TUJUAN KRITERIA KHUSUS PERSONEL PELAKSANA : PELAKSANAAN


1. Bersedia menandatangani pakta integritas sebagai
komitmen menjaga proses sertifikasi; Sementara itu terkait dengan
TUJUAN KLASIFIKASI DAN SUBKLASIFIKASI PEKERJAAN JASA KONSTRUKSI :
2. Mampu bersikap adil dan transparan; pedoman dalam pengenaan
3. Tidak merangkap sebagai pengurus LPJK; sanksi, penataan kembali
1) Penyelarasan pengaturan jabatan tenaga kerja konstruksi pada
4. Bukan bagian dari Sekretariat LPJK; dan struktur usaha dan segmentasi
kualifikasi jabatan ahli, jabatan teknisi/analis dan jabatan operator
5. Bekerja penuh waktu. pasar jasa konstruksi, serta
dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia,
2) Penentuan persyaratan kompetensi tenaga kerja konstruksi pada pengaturan rantai pasok sumber
kualifikasi jabatan ahli, jabatan teknisi/analis dan jabatan operator Pasal 26A ayat (2) menyebutkan bahwa Sumber daya daya serta perluasan peran
sesuai lingkup usaha konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan material dan peralatan Konstruksi yang digunakan pada masyarakat jasa konstruksi
konstruksi dari masing-masing subkualifikasi, dan Pekerjaan Konstruksi tercatat dalam Sistem Informasi Jasa MASIH SAMA ATURAN
3) Pembagian klasifikasi dan sub klasifikasi tenaga kerja konstruksi Konstruksi terintegrasi melalui APLIKASI INFORMASI PELAKSANAANNYA DENGAN PP
MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI (SIMPK). YANG SEBELUMNYA.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP Nomor 13 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Rumah Susun
Tujuan
Landasan Hukum 1. Meminimalisir kesenjangan sosial dengan menciptakan peluang bagi MBR
Jumlah Rumah Susun untuk memiliki Sarusun yang layak dan terjangkau.
• Pasal 51 dan Pasal 1. Rumah Susun Umum; 2. Kejelasan terhadap pembangunan Rumah Susun Umum melalui pemanfaatan
185 huruf b UUCK Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan pendayagunaan tanah wakaf
• Undang-Undang
2. Rumah Susun Khusus: dengan cara sewa.
Nomor 20 Tahun 3. Rumah Susun Negara; dan 3. Asas pemisahan horizontal digunakan untuk kepemilikan satuan Rumah Susun
2011 tentang Rumah 4. Rumah Susun Komersial. dan bukti kepemilikan dengan Sertifikat Kepemilikan Bangunan Gedung.
Susun 4. SHM Sarusun : kepastian akan kepemilikan individu dan kepemilikan bersama
yang terdiri atas Bagian Bersama, Benda Bersama, dan Tanah Bersama.
5. Keadilan : memberikan kesempatan seluruh masyarakat dapat hidup
Isi PP No. 13 Tahun 2021 berdampingan pada kawasan perkotaan.
1. Jenis Dan Pemanfaatan;
2. Penyediaan Rumah Susun Umum;
Kemudahan
3. Izin Rencana Fungsi Dan Pemanfaatan Rumah Susun Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dapat
4. Standar Pembangunan; memberikan insentif kepada Pelaku Pembangunan Rumah Susun
5. Pendayagunaan Tanah Wakaf Untuk Rumah Susun Umum; Umum dan Rumah Susun Khusus (Pasal 122) berupa:
6. Pemisahan Rumah Susun; 1. fasilitasi dalam pengadaan tanah; (Pasal 123)
7. Standar Pelayanan Minimal Prasarana, Sarana, Dan Utilitas Umum; 2. fasilitasi dalam proses sertilikasi tanah (Pasal 124)
8. Penguasaan Sarusun Pada Rumah Susun Khusus; 3. fasilitasi dalam perizinan; (Pasal 125)
9. Bentuk Dan Tata Cara Penerbitan SHM Sarusun; 4. fasilitas kredit konstruksi dengan suku bunga rendah; (Pasal
10. Bentuk Dan Tata Cara Penerbitan SKBG Sarusun; 126)
11. Penyewaan Sarusun Pada Rumah Susun Negara; 5. insentif perpajakan; (Pasal 127)
12. Pengalihan, Kriteria, Dan Tata Cara Pemberian Kemudahan Kepemilikan Sarusun Umum; 6. bantuan penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
13. Pengelolaan Rumah Susun, Masa Transisi, Dan Tata Cara Penyerahan Pertama Kali; (Pasal 128)
14. Perizinan Berusaha Badan Hukum Pengelolaan Rumah Susun; PPPSRS; Bantuan dan kemudahan kepada MBR :
15. Peningkatan Kualitas Rumah Susun; 1. kredit kepemilikan Sarusun dengan suku bunga rendah;
16. Pengendalian Penyelenggaraan Rumah Susun; 2. keringanan biaya sewa Sarusun;
17. Bentuk Dan Tata Cara Pemberian Insentif Kepada Pelaku Pembangunan Rurnah Susun Umum 3. asuransi dan penjaminan kredit kepemilikan Rumah Susun;
Dan Rumah Susun
COORDINATING Khusus Serta
MINISTRY FOR Bantuan Dan Kemudahan
MARITIME AND Kepada MBR; 4. insentif perpajakan
18. Sanksi Administratif, Tata Cara, Dan
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA Besaran Denda Administratif 5. sertifikasi Sarusun.
PP Nomor 13 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Rumah Susun

Rumah merupakan salah satu hak asasi, namun ketersediaan Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun
rumah khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (PPPSRS)
(MBR) menjadi masalah nasional, terutama pada kawasan • Bertanggung jawab melakukan mengelola rumah susun
perkotaan yang cukup padat dengan lahan yang terbatas. • Menunjuk badan hukum yang mampu
• Dibentuk oleh pemilik rumah secara musyawarah
Rumah Susun Umum adalah salah satu bentuk Rumah Susun
yang dalam proses pembangunan, pengelolaan Rumah Susun Persiapan pembentukan PPPSRS dilakukan melalui tahapan:
Umum masa transisi, dan penyerahan pertama kali 1. sosialisasi kepenghunian;
membutuhkan pengawasan pemerintah dan/atau Pemerintah 2. pendataan Pemilik dan/atau Penghuni; dan
Daerah sesuai kewenangannya. 3. pembentukan panitia musyawarah.

• Pengelolaan Rumah Susun dimulai setelah terbit sertifikat laik Kegiatan Pengelolaan Rumah Susun:
fungsi • Operasional
• masa pengelolaan Rumah Susun: pembangunan - bangunan • pemeliharaan, dan
Rumah Susun akan dilakukan peningkatan kualitas. • perawatan Rumah Susun

Tata Cara Penerbitan SHM Sarusun (Pasal 42)

Pemohon: Melampirkan dokumen: SHM Sarusun Dalam hal Sarusun Sertipikat hak atas
mengajukan permohonan 1. Akta Pemisahan Yang Telah Disahkan Dilampiri diterbitkan terlebih telah terjual, Pelaku tanah yang di atasnya
penerbitan SHM Sarusun Dengan Pertelaan; dahulu atas nama Pembangunan telah terbit SHM
ke BPN 2. Sertipikat Hak Atas Tanah Bersama; Pelaku mengajukan Sarusun atas nama
3. Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) Pembangunan. pencatatan peralihan Pemilik disimpan di
4. Sertifikat Laik Fungsi (SLF) SHM Sarusun BPN
5. Identitas Pelaku Pembangunan. menjadi atas nama
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND Pemilik ke BPN Tidak ada rincian hari kerja
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP 12 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Pemukiman (1/3)
Dasar: Tujuan :
• Pasal 50 dan Pasal 185 huruf b UU 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja 1. Mewujudkan ketertiban;
• UU 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 2. Memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
• UU 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun melaksanakan tugas serta hak dan wewenang kewajibannya;
• PP 14 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman. 3. Mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan terutama bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Pemberikan kemudahan pembangunan dan


Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah perolehan Rumah melalui program perencanaan Kemudahan pengelolaan dan penggunaan sumber
wajib memenuhi kebutuhan Rumah bagi MBR pembangunan Perumahan secara bertahap dan daya setempat.
berkelanjutan

Tanggung Jawab Pemerintah


Pembangunan Pengendalian
1. Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam 1. Pengendalian Perumahan mulai dilakukan pada tahap:
pembangunan: ❖ perencanaan;
❖ Rumah umum; ❖ pembangunan; dan
❖ Rumah khusus; dan ❖ pemanfaatan.
❖ Rumah negara. 2. Pengendalian Perumahan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan/atau
2. Pemerintah Pusat dapat mendelegasikan tanggung jawab dalam pembangunan Pemerintah Daerah sesuai norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) yang
Rumah umum kepada Pemerintah Daerah. ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dalam bentuk:
3. Pembangunan Rumah khusus dan Rumah negara dibiayai melalui anggaran ❖ perizinan;
pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja ❖ penertiban;
daerah. ❖ penataan.
4. Rumah khusus dan Rumah negara menjadi barang milik negara/daerah dikelola 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengendalian Perumahan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. dilaksanakan oleh Menteri.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP 12 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Pemukiman (2/3)

1 6
Standar perencanaan dan perancangan Rumah : Untuk meningkatkan investasi, dilakukannya perubahan kebijakan strategis pada pengaturan terkait
⮚ IMB menjadi Persetujuan Bangunan Gedung pengenaan sanksi.
(PBG), ⮚ Mengedepankan pengenaan sanksi administratif pada setiap peraturan perundang-undangan sektoral
⮚ perubahan nomenklatur persyaratan menjadi ⮚ Pengecualian bagi kegiatan yang berdampak pada Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan (K3L).
standar, ⮚ Penerapan sanksi pidana merupakan sanksi terakhir yang digunakan dalam penegakan hukum.
⮚ penyederhanaan penataan kewenangan yang
dilakukan oleh PemPus dan PemDa dengan NSPK
yang diatur oleh Pemerintah Pusat. SUBSTANSI BARU : Pengendalian Perumahan dalam UUCK dan PP dipertegas
1. Standar perencanaan dan 5 dengan memberikan kewenangan untuk mengatur dan
perancangan Rumah; menetapkan NSPK kepada Pemerintah Pusat. Sedangkan
2 2. Standar perencanaan Prasarana,
rincian mengenai tahapan dan bentuk pengendalian
Sarana, dan Utilitas Umum;
Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan tetap menggunakan norma atau ketentuan yang
3. Hunian Berimbang;
Perumahan harus memberikan kemudahan bagi 4. PPJB; ada pada Peraturan Pemerintah existing.
semua orang (termasuk penyandang disabilitas) : 5. Pengendalian Perumahan;
⮚ kemudahan, yaitu setiap orang dapat 6. Pemberlakuan sanksi
mencapai lokasi, termasuk memberikan
kemudahan sirkulasi bagi pejalan kaki dengan
administratif. 4 Penguatan pengaturan PPJB yang sebelumnya diatur dalam
memberikan jarak terpendek antarfungsi; 3 Peraturan Menteri, menjadi diatur dalam PP ini, yaitu:
⮚ Pemasaran
⮚ kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat Kewajiban pemenuhan Hunian Berimbang bagi ⮚ PPJB
menggunakan; pelaku pembangunan, yakni dengan adanya Syarat untuk hal tersebut bertujuan untuk melindungi
⮚ keselamatan, harus memperhatikan konversi ke dalam bentuk Rumah susun umum yang konsumen dan meletakkan keseimbangan antara pelaku
keselamatan bagi semua orang; dan dibangun dalam 1 (satu) hamparan yang sama atau pembangunan dan calon pembeli.
⮚ kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat bentuk dana untuk pembangunan Rumah umum.
mencapai, memasuki, dan menggunakan tanpa
membutuhkan bantuan orang lain.
*Dibentuk Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan untuk mewujudkan pemenuhan kewajiban serta percepatan
penyediaan Rumah umum bagi MBR, menjamin kepemilikan, penghunian, dan tercapainya asas manfaat dari Rumah umum serta
COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND melakukan pengelolaan Dana Konversi sebagai alternatif pemenuhan kewajiban Hunian Berimbang bagi pelaku pembangunan
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA (Developer).
PP 12 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Pemukiman (3/3)

Perencanaan dan perancangan Rumah harus memenuhi Perumahan dengan Hunian Berimbang meliputi:
standar. 1. Perumahan skala besar sebagaimana dimaksud pada
1.Ketentuan umum paling sedikit memenuhi: ayat (1) huruf a merupakan kumpulan Rumah yang terdiri
• aspek keselamatan bangunan; paling sedikit 3.000 (tiga ribu) unit Rumah.
• kebutuhan minimum ruang; dan PPJB dilakukan setelah memenuhi 2. Perumahan selain skala besar sebagaimana dimaksud
• aspek kesehatan bangunan. persyaratan kepastian atas: pada ayat (1) huruf b merupakan kumpulan Rumah yang
2.Standar teknis terdiri atas: 1. status kepemilikan tanah; terdiri atas 100 (seratus) unit Rumah sampai dengan
• pemilihan lokasi Rumah; 2. hal yang diperjanjikan; 3.000 (tiga ribu) unit Rumah.
• ketentuan luas dan dimensi kaveling; dan 3. PBG;
• perancangan Rumah. 4. ketersediaan Prasarana, Sarana, Pembangunan Perumahan dengan Hunian Berimbang harus
3.Perancangan Rumah sesuai dengan ketentuan dan Utilitas Umum; dan memenuhi kriteria:
pelaksanaan arsitektur, struktur, mekanikal, dan elektrikal, 5. keterbangunan paling sedikit 20% a.lokasi;
beserta perpipaan bangunan Rumah. (dua puluh persen). b.klasifikasi Rumah; dan
c.komposisi.
Pelaku pembangunan untuk melakukan
Pemasaran harus memiliki paling sedikit:
Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum 1. kepastian peruntukan ruang; Sanksi Sehubungan dengan Penyelenggaraan
Perumahan meliputi: 2. kepastian hak atas tanah; Perumahan dan Kawasan Pemukiman, antara lain:
1.Standar Prasarana paling sedikit meliputi: 3. kepastian status penguasaan 1. peringatan tertulis;
✔ jaringan jalan; Rumah; 2. pembatasan kegiatan pembangunan;
✔ saluran pembuangan air hujan atau drainase; 4. perizinan pembangunan 3. pembekuan PBG; dan
✔ penyediaan air minum; Perumahan atau Rumah susun; 4. pencabutan Perizinan Berusaha.
✔ saluran pembuangan air limbah atau sanitasi; dan 5. pencabutan insentif; dan
dan 5. jaminan atas pembangunan 6. denda administratif.
✔ tempat pembuangan sampah. Perumahan atau Rumah susun 7. penghentian sementara pelaksanaan pembangunan;
2.Standar Sarana paling sedikit meliputi: dari lembaga penjamin. 8. perintah pembongkaran.
✔ ruang terbuka hijau; dan 9. pencabutan surat bukti kepemilikan Rumah.
✔ Sarana umum.
3.Standar Utilitas Umum paling sedikit tersedianya jaringan
listrik.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PerPres no 9 Tahun 2021 tentang
Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan (BP3)

PENGERTIAN ORGANISASI : PELAPORAN :


a. Dewan Pembina (MenPUPR) 1. Dewan Pembina menyampaikan laporan kepada Presiden mengenai hasil
Badan Percepatan Penyelenggaraan  memberikan arahan dan pelaksanaan tugas dan fungsi BP3 secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai
Perumahan (BP3) adalah badan Non- pembinaan percepatan kebutuhan
struktural yang dibentuk oleh penyelenggaraan Perumahan 2. Badan Pelaksana wajib menyampaikan laporan triwulanan kepada Dewan Pengawas
Pemerintah Pusat untuk b. Badan Pelaksana (Kepala Badan) paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya periode triwulanan tersebut.
mempercepat penyediaan rumah  melaksanakan percepatan 3. Badan Pelaksana wajib menyampaikan laporan tahunan termasuk laporan keuangan
umum yang layak dan terjangkau penyelenggaraan Perumahan. yang telah diaudit kepada Dewan Pembina untuk memperoleh pengesahan
bagi masyarakat berpenghasilan c. Dewan Pengawas (Ketua Dewas)
rendah dengan pola pengelolaan  melaksanakan pengawasan KEWAJIBAN:
keuangan badan layanan umum terhadap pelaksanaan a. menyusun rencana jangka panjang;
percepatan penyelenggaraan PELAKSANAAN b. menyusun rencana strategis;
Perumahan c. menyusun rencana program dan anggaran tahunan;
TUJUAN d. d. menyusun kebijakan teknis.

a. mempercepat penyediaan HUBUNGAN KERJA :


Rumah Umum; 1) BP3 melaksanakan hubungan kerja yang bersifat koordinatif dan informatif dengan Pemerintah Daerah untuk:
b. menjamin bahwa Rumah a. memperoleh data pembangunan Perumahan dan pemenuhan kewajiban Hunian Berimbang;
Umum hanya dimiliki dan b. melaksanakan sinkronisasi mekanisme penyerahan Dana Konversi dari pelaku pembangunan kepada BP3;
dihuni oleh masyarakat c. melaksanakan pengawasan pelaksanaan kebijakan Hunian Berimbang;
berpenghasilan rendah; d. melaksanakan penyediaan Rumah Umum; dan
c. menjamin tercapainya asas e. melaksanakan pengelolaan tanah dan bangunan Rumah Umum yang merupakan aset barang milik daerah sesuai dengan
manfaat Rumah Umum; dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. melaksanakan berbagai 2) BP3 dapat melakukan hubungan kerja sama dengan lembaga atau badan yang ditugasi oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
kebijakan di bidang Rumah Daerah dalam penyediaan dan pengelolaan Rumah Umum.
Umum dan Rumah Khusus. 3) BP3 dapat bekerja sama dengan badan usaha dan lembagalpihak terkait dalam rangka percepatan Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients

K L A S T E R K A W A S A N E KO N O M I

86

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 40 tahun 2021 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Keterkaitan PP dengan UUCK :


 Terkait dengan Pasal 150 UU CK yang mengubah beberapa ketentuan dari UU 39 Tahun 2009 tentang KEK

3. Lokasi
• Sesuai dengan RTRW,
• Sesui dengan batas jelas,

1. Penyelenggaraan KEK PP No. 40 3 • Telah dikuasai minimal 50% wilayah (Pasal 5)


• Usulan lokasi KEK meliputi area baru,
• Dilakukan oleh Dewan Nasional (pasal 1 ayat 4). tahun perluasan KEK yang sudah ada, dan seluruh
• Diusulkan kepada Dewan Nasional oleh Badan usaha 2021 atau sebagian lokasi KPBPB (Pasal 3).
maupun Pemerintah daerah (Pasal 12). Tentang
• Ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 25 (2)
• KEK merupakan proyek strategis nasional (Pasal 42)
• Hanya persetujuan lingkungan dari Pemerintah Pusat atau
KEK
2 2. Fasilitas (Pasal 2 ayat 2)
• Perpajakan,
Pemerintah Daerah yang menjadi syarat pengusulan • Kepabeanan dan cukai cukai,
pembentukan KEK.
• Pengesahan rencana penggunaan TKA dengan jabatan
1 • Lalu lintas barang,
• Ketenagakerjaan,
direksi/komisaris diberikan sekali dan berlaku selama • Keimigrasian,
tetap menjabat. • Pertanahan dan tata ruang,
• Perizinan Berusaha, dll.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PP No. 41 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Fasilitas dan Kemudahan Fasilitas dan kemudahan lain
1. Pemasukan dan pengeluaran barang;
Ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
2. Perpajakan;

1
undangan.
3.
4.
5.
Kepabeanan;
Cukai;
Keimigrasian;
8
6. Larangan dan pembatasan;
7. Fasilitas dan kemudahan lainnya Larangan dan Pembatasan

2
1. Belum diberlakukan pembatasan atas pemasukan barang ke
Pemasukan dan Pengeluaran Barang KPBPB dari luar daerah Pabean kecuali untuk kepentingan


Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari KPBPB wajib
dilakukan di pelabuhan yang ditunjuk;
Hanya dapat dilakukan oleh pengusaha yang telah mendapat Fasilitas dan
7 2.
perlindungan konsumen atas barang yang diedarkan di KPBPB,
kesehatan, keamanan, dan lingkungan hidup
Ketentuan pembatasan pengeluaran barang dapat dikecualikan
berdasarkan penetapan Dewan Kawasan
perizinan berusaha dari Badan Pengusahaan;

Perpajakan
Kemudahan
Keimigrasian
• Pembebasan PPN atas penyerahan barang kena pajak di dalam
KPBPB
3
KPBPB 1. Pemberian visa kunjungan dalam rangka melakukan pekerjaan
• Pembebasan/Tidak dipungut PPh Pasal 22 atas pemasukan barang singkat/bisnis guna pengembangan KPBPB saat kedatangan bagi


kena pajak dan/atau barang dari luar daerah pabean ke KPBPB
Pembebasan PPN atas penyerahan barang kena pajak oleh
pengusaha di KPBPB kepada pengusaha di KPBPB
6 2.
WNA yang merupakan WNA dari negara yang memperoleh bebas
visa kunjungan singkat
Pemberian Visa tinggal terbatas untuk WNA di KPBPB:
• Tidak dipungut PPN atas penyerahan barang kena pajak ke KPBPB a. Melakukan kegiatan rintisan di KPBPB
oleh pengusaha TPB atau pelaku usaha di KEK kepada pengusaha b. Mengikuti suami/istri pemegang izin tinggal terbatas
di KPBPB c. Mengikuti orang tua bagi anak sah berumur di bawah 18 tahun
• Tidak dipungut PPN atas penyerah barang kena Pajak ke KPBPB
oleh pengusaha di tempat lain dalam Daerah Pabean kepada
pengusaha di KPBPB (tidak berlaku terhadap bahan bakar minyak
4 5 d.
3.
Memiliki rumah di KPBPB sesuai dengan ketentuan peraturan
Pemberian izin tinggal terbatas untuk orang asing pemegang vitsa
tinggal terbatas di KPBPB
bersubsidi) 4. Pengalihan status ke izin tinggal terhadap WNA yang bekerja di
KPBPB dan telah memiliki izin tinggal terbatas
Kepabeanan
1. Pembebasan Bea masuk atas pemasukan barang dari luar daerah
pabean, KPBPB lainnya, tempat penimbunan berikat, KEK Cukai
2. Pembebasan bea masuk anti dumping, bea masuk imbalan, bea Tidak dupungut cukai/pembebasan cukai atas pemasukan barang kena
COORDINATING MINISTRY
masuk tindakan pengamanan dan FOR MARITIME
bea masuk AND
pembalasan atas cukai dari luar daerah Pabean yang digunakan sebagai bahan baku
pemasuk barang dan/atau ahan baku dari
INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA luar daerah pabean ke dan/atau bahan penolong industri
KPBPB
Sekilas Pengalaman BIIU
Kajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Inti BIIU
Our Clients

KL ASTER BARANG DAN JASA


P E M E R I N TA H

89

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PerPres No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

PerPres 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah diubah untuk


melakukan penyesuaian pengaturan penggunaaan produk/jasa Usaha Mikro dan
Usaha Kecil serta Koperasi, dan pengaturan pengadaan jasa konstruksi yang
pembiayaannya bersumber dari APBN/APBD dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah untuk kemudahan berusaha berdasarkan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2021 tentang Cipta Kerja dan penyesuaian ketentuan Sumber Daya Manusia
Pengadaan Barang/Jasa.

Perpres 12 tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres 16 tahun 2018


tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menyatakan bahwa
kewajiban memiliki sertifikat kompetensi untuk Personel Lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74A ayat (6) dilaksanakan paling
lambat pada tanggal 31 Desember 2023.

Fungsi pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik yang


dilaksanakan oleh unit kerja terpisah sebagaimana di maksud dalam
Pasal 75 ayat (4) masih berlaku sampai 31 Desember 2023. Demikian
ditegaskan dalam Perpres 12 tahun 2021 tentang Perubahan atas
Perpres 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang


selanjutnya disingkat LKPP adalah Lembaga pemerintah yang
bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pmerintah

Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA


adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran Kementrian Negara/Lembaga/Perangkat
Daerah.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
PerPres No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Pelaku Pengadaan 2
Barang/Jasa terdiri
atas:
1 a. PA;
Jaminan Pengadaan b. KPA;
Barang/Jasa terdiri c. PPK;
atas: d. Pejabat Pengadaan;
• Jaminan Penawaran;
e. Pokja Pemilihan;
• Jaminan Sanggah
f. Agen Pengadaan;
Banding;
• Jaminan Pelaksanaan g. Dihapus
• Jaminan Uang Muka; h. Penyelenggara
dan Swakelola; dan
• Jaminan Pemeliharaan; i. Penyedia.

Jenis Kontrak
Pengadaan Barang /Jasa
bertujuan untuk: Pengadaan Barang/Jasa 3
4 a. Menghasilkan barang/jasa yang
tepat dari setiap uang yang
Lainnya terdiri atas:
a. Lumsum;
dibelanjakan, diukur dari aspek b. Harga Satuan;
kualitas, kuantitas, waktu, biaya, c. Gabungan Lumsum dan
lokasi, dan penyedia;
Harga Satuan;
b. Meninkatkan pengunaan produk
dalam negeri;
d. Kontrak Payung;
c. Meningkatkan peran serta Usaha e. Cost Plus Free
Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi;
d. Meningkatkan peran pelaku usaha
nasional;
e. Mendukung pelaksanaan
penelitian dan pemanfaatan
barang/jasa hasil penelitian.

COORDINATING MINISTRY FOR MARITIME AND


INVESTMENT AFFAIRS REPUBLIC OF INDONESIA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai