Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN STAKEHOLDER

DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

Yosi Darmawan Arifianto


Widyaiswara Ahli Madya
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian PUPR
yosmillenia@yahoo.com

ABSTRACT

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

ABSTRAK
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Kata Kunci:

1. PENDAHULUAN
Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan di bidang teknologi serta
industri, kebutuhan akan air juga mengalami peningkatan. Namun peningkatan kebutuhan
air tersebut tidak mempertimbangkan aspek ketersediaan sumberdaya air yang saat ini
semakin kritis. Air sebagai sumberdaya yang dapat diperbaharui bukan berarti memiliki
keterbatasan dari aspek kualitas dan penyebaran dari sisi lokasi dan waktu. Oleh karena
keterbatasan sumberdaya air tersebut maka dalam pemanfaatannya sangat dibutuhkan
pengelolaan yang cermat agar tetap terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan
ketersediaan sumberdaya air dari waktu ke waktu.
Pengelolaan sumberdaya air terpadu merupakan bagian dari pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS) terpadu yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat
melalui keterlibatannya dalam pengelolaan sumberdaya alam secara berkesinambungan.
Persepsi masyarakat terhadap sumberdaya air menjadi fikus dalam sasaran pengelolaan
sumberdaya air. Perilaku masyarakat perkotaan dan industry perlu perhatian khusus, tidak
hanya mengenai penurapan yang tidak berwawasan lingkungan, tetapi juga pembuangan
limbah yang dilakukan tanpa diolah terlebih dahulu. Mayoritas konsumsi air untuk
pengadaan irigasi pertanian membutuhkan evaluasi efisiensi system irigasi serta pengenalan
sistem pertanian yang hemat air. Selain itu peran masyarakat juga sangat dibutuhkan dalam
control pengelolaan sumberdaya air mengingat masyarakat sebagai pihak terdekat dalam
pemanfaatan air (first responder) (Anshori, 2010). Selain partisipasi masyarakat yang selalu
berkesinambungan dalam pengelolaan DAS, juga diperlukan sinergi antar kelembagaan,
sinergi antar stakeholder yang berhubungan dalam pengelolaan sumberdaya air terpadu.
Untuk itu sangat diperlukan suatu manajemen stakeholder dalam pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (DAS)
Dalam penerapan manajemen stakeholder, perlu difahami terlebih dahulu mengenai
pengertian pengelolaan sumberdaya air, yaitu merupakan upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumberdaya air,
pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air. Maksud konservasi
sumberdaya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat
dan fungsi sumberdaya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik diwaktu sekarang maupun akan
datang. Pendayagunaan sumberdaya air adalah suatu upaya penatagunaan, penyediaan,
penggunaan, pengembangan dan penguasaan sumber daya air secara optimal agar berhasil
guna dan berdaya guna. Sedangkan pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk
mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan
oleh daya rusak air, yaitu daya air yang dapat merugikan kehidupan.
Visi dalam pengelolaan sumberdaya air adalah mewujudkan kemanfaatan
sumberdaya air bagi kesejahteraan seluruh rakyat. Sementara misi pengelolaan sumberdaya
air adalah konservasi sumberdaya air yang berkelanjutan, pendayagunaan sumberdaya air
yang adil untuk berbagai kebutuhan masyarakat yang memenuhi kualitas dan kuantitas,
pengendalian daya rusak air, pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat, swasta,
dan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya air, peningkatan keterbukaan ketersediaan
data dan informasi dalam pengelolaan sumberdaya air. Dalam pengelolaan sumberdaya air
digunakan asas-asa kelestarian, keseimbangan fungsi social ekonomi dan lingkungan,
kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, transparansi dan
akuntabilitas (Sunaryo, dkk., 2004).

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Stakeholder
Stakeholder atau pemangku kepentingan merupakan orang-orang yang terlibat (baik
secara langsung maupun tidak langsung) dengan proyek dan orang-orang/lembaga yang
dipengaruhi oleh aktivitas proyek maupun hasil dari proyek.
Clarkson (dalam artikel tahun 1994) mendefinisikan Stakeholders sebagai suatu kelompok
atau individu yang menanggung suatu jenis risiko baik karena mereka telah melakukan
investasi (material ataupun manusia) di perusahaan tersebut (‘Stakeholders sukarela’),
ataupun karena mereka menghadapi risiko akibat kegiatan perusahaan tersebut
(‘Stakeholders non-sukarela’). Karena itu, Stakeholders adalah pihak yang akan dipengaruhi
secara langsung oleh keputusan dan strategi perusahaan atau organisasi. Clarkson membagi
Stakeholders menjadi dua: Stakeholders primer dan Stakeholders sekunder. Stakeholders
primer adalah pihak di mana tanpa partisipasinya yang berkelanjutan organisasi tidak dapat
bertahan. Contohnya adalah pemegang saham, investor, pekerja, pelanggan, dan pemasok.
Menurut Clarkson, suatu perusahaan atau organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem Stakeholders primer, yang merupakan rangkaian kompleks hubungan antara
kelompok-kelompok kepentingan yang mempunyai hak, tujuan, harapan, dan tanggung
jawab yang berbeda. Stakeholders sekunder didefinisikan sebagai pihak yang mempengaruhi
atau dipengaruhi oleh perusahaan, tapi mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan
perusahaan dan tidak begitu penting untuk kelangsungan hidup perusahaan. Contohnya
adalah media dan berbagai kelompok kepentingan tertentu. Perusahaan tidak bergantung
pada kelompok ini untuk kelangsungan hidupnya, tapi mereka bisa mempengaruhi kinerja
perusahaan dengan mengganggu kelancaran bisnis perusahaan atau organisasi.
Stakeholder merupakan dari suatu masyarakat, kelompok, komunitas maupun individu
manusia yang akan memiliki hubungan atau kepentingan terhadap suatu organisasi dan
perusahaan. Suatu masyarakat, kelompok, komunitas maupun individu tersebut dapat
dikatakan sebagai stakeholder jika mereka memiliki karekteristik seperti yang memiliki
kekuasaan atau kepentingan terhadap organisasi maupun perusahaan. Definisi lain dari
stakeholder yakni orang yang akan memiliki minat ataupun kepentingan di dalam suatu
perusahaan/pekerjaan. Hal ini juga bisa menyangkut kepentingan finansial atau juga
kepentingan yang lainnya. Jika orang tersebut terkena pengaruh dari apa yang terjadi pada
perusahaan/pekerjaan, baik itu dampak negatif maupun positif orang tersebut dapat juga
dikatakan sebagai stakeholder. ada Beberapa contoh stakeholder contohnya seperti pegawai
ataupun karyawan, pelanggan, staff dan supplier. Adapun juga organisasi yang hanya
memiliki stakeholder atau tidak memiliki shareholder , contohnya: seperti Universitas.
Universitas pada umumnya tidak akan memiliki saham akan tetapi hanya akan memiliki
stakeholder yang banyak contohnya mahasiswa, dosen, satpam, staff, akademik dan lain
sebagainya.

2.2 Jenis Stakeholder


Berdasarkan kekuatan, posisi penting, atau pengaruh stakeholder terhadap suatu issu,
stakeholder dapat kita diketegorikan kedalam beberapa kelompok yakni stakeholder primer,
sekunder maupun stakeholder kunci.
a. Stakeholder Utama (Primer)
Stakeholder utama merupakan stakeholder yang juga memiliki kaitan kepentingan secara
langsung dengan suatu peraturan, program, atau proyek. Mereka juga harus ditempatkan
sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan tersebut.
b. Stakeholder Pendukung (Sekunder)
Stakeholder juga pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak akan memiliki
kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, maupun proyek,
tetapi juga memiliki kepedulian (concern) dan keprihatinan sehingga mereka turut
bersuara atau sangat berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal
pemerintah. Yang juga termasuk dalam stakeholders pendukung (sekunder) yaitu:
• Lembaga pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak akan memiliki tanggung jawab
langsung.
• Lembaga pemerintah yang sudah terkait dengan issu tetapi tidak akan memiliki
kewenangan secara langsung dalam pengambilan keputusan.
• Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat: LSM yang akan bergerak di bidang
yang bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang akan memiliki
concern.
• Perguruan Tinggi yaitu kelompok akademisi ini akan memiliki pengaruh penting
dalam pengambilan keputusan pemerintah serta Pengusaha yang juga terkait
sehingga mereka juga akan masuk dalam kelompok stakeholder pendukung.
• Pengusaha yang terkait
c. Stakeholder Kunci
Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang akan memiliki kewenangan secara legal
dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang akan dimaksud merupakan
unsur eksekutif sesuai levelnya, legislatif maupun instansi. Stakeholder kunci untuk suatu
keputusan untuk proyek level daerah kabupaten. Yang juga termasuk dalam stakeholder
kunci yaitu :
• Pemerintah Kabupaten
• DPR Kabupaten
• Dinas yang membawahi langsung proyek yang akan bersangkutan.
Contoh stakeholder yang sering kita temui antara lain staff, karyawan, suplier, dosen,
satpam, bahkan mahasiswa. Selama berkaitan dengan sebuah usaha, siapa saja bisa akan
menduduki sebagai pemangku kepentingan. Dari sisi pemerintahan contohnya. Peraturan
yang dikeluarkan akan berpengaruh pada kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan. Bisa
jadi akan menguntungkan maupun bahkan sebaliknya. Karena itulah seorang manajer yang
harus mengetahui cara membina hubungan baik dengan berbagai pihak.
Kelompok masyarakat juga akan memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan
pendapatan kepada perusahaan. Perannya tentu saja sebagai konsumen yang akan membeli
produk yang dihasilkan. Semakin banyak pembelian maka keuntungan yang akan diperoleh
juga akan bertambah, karena itu pemuasan pelanggan sangat akan dibutuhkan agar
masyarakat tetap akan menggunakannya dan tidak akan beralih ke yang lainnya.

2.3 Teknik Manajemen Stakeholder


Keberhasilan proyek tidak dapat dilepaskan terhadap seberapa baiknya hubungan
antara project manager dengan stakeholder proyek. Hubungan tersebut harus bersifat
kolaboratif yang saling menguntungkan dan mendukung dalam rangka mencapai target
proyek. Beberapa teknik yang dapat digunakan di lapangan pada proyek dengan high-
visibility dan beragam kelompok stakeholder adalah sebagai berikut:
a. Build a Trusting, Collaborative Relationship With The Executive Sponsor: Suatu teknik
dimana kepercayaan dibangun antar stakeholher, di samping itu juga membuat hubungan
yang kolaboratif dengan sponsor utama. Jika proyek tidak memiliki sponsor, dapatkan
minimal satu sponsor. Mintalah mentoring dan bimbingan dari sponsor tersebut.
b. Establish a Governance Committee Consisting of The Project sponsor and Key Members of
Management Impacted by the Project: Aplikasinya dapat dengan membangun suatu
kerangka kerja untuk pengambilan keputusan yang efektif, fokus pada realisasi
keuntungan proyek, pencapaian tujuan strategis, penempatan risiko, mengelola
perubahan dan menetapkan ekspektasi.
c. Identify Key Stakeholder and Assess Their Political Influence: Teknik ini adalah dengan
melakukan identifikasi semua stakeholder proyek, lalu menilai mereka dari aspek
pengaruh secara politis yang mereka miliki atau dapat lakukan. Aplikasinya dapat berupa
melaksanakan suatu analisa yang menentukan orang atau institusi yang penting yang
memiliki perngaruh penting secara politis terhadap pelaksanaan proyek.
d. Promote The Project As Important For Organizational Goals and Strategies: Teknik ini
adalah dengan menemukan jalan untuk mempromosikan diri sendiri. Untuk itu haruslah
sungguhsungguh, berkompeten dan kredibel.
e. Ensure Expected Benefit are Spesific, Measurable, Agreed to, Realistic and Time bound :
Teknik ini dapat dilakukan dengan secara kontinyu menilai nilai dan dampak secara
organisasi atas keuntungan proyek. Buatlah proyek saat ini memiliki sponsor bisnis yang
bertanggung jawab dan akuntabel terhadap benefit yang diharapkan.
f. Virtual Alliance Management: Strategi ini dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan
supplier, pelanggan, agen terkait dan bahkan kompetitor yang terbaik di bidangnya.

2.4 Ruang Lingkup Pengelolaan Sumberdaya Air


Sunaryo, dkk (2004), menyebutkan terdapat 7 (tujuh) ruang lingkup dalam
pengelolaan sumberdaya air. Ketujuh ruang lingkup tersebut antara lain:
a. Pengelolaan daerah tangkapan hujan (watershed management)
Pengelolaan daerah tangkapan hujan dilakukan untuk menjaga fungsi Kawasan resapan
air. Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar fungsi Kawasan resapan air dapat terjaga
adalah penghijauan, terasering, dan pengendalian tataguna lahan.
b. Pengelolaan Kuantitas air (water quality management)
Tujuan pengelolaan kuantitas air adalah menyediakan air secara baik dan transparan,
dimana pencapaiannya dilakukan melalui kegiatan penetapan perizinan penggunaan air
dan alokasi air serta pengendalian distribusi air.
c. Pengelolaan kualitas air (water quality management)
Pengelolaan kualitas air merupakan upaya untuk menjaga kualitas air pada sumber-
sumber air agar tetap berada dalam kondisi yang sesuai dengan baku mutu yang telah
ditetapkan.
d. Pengendalian banjir (flood control management)
Pengendalian banjir dapat dilakukan seperti meminimalisasi limpasan permukaan yang
terjadi ketika hujan, membatasi pemompaan air tanah.
e. Pengelolaan lingkungan sungai (river environment management)
Fokus utama dalam pengelolaan lingkungan sungai adalah dengan pengendalian
penggunaan lahan di daerah sempadan sungai, wisata dan peningkatan biota air agar
fungsi sumber air dapat terjaga.
f. Pengelolaan prasarana pengairan (infrastructure management)
Agar fungsi sarana dan prasarana pengairan tetap terjaga sesuai dengan umur dan
tujuan yang telah ditetapkan maka diperlukan upaya pengelolaan prasarana pengairan.
Tindakan yang dapat dilakukan berupa pengamatan instrument keamanan bendungan,
pemeliharaan prasarana pengairan secara preventif, korektif dan darurat.
g. Penelitian dan pengembangan (research and development)
Dalam rangka upaya mendukung dan meningkatkan pengelolaan sumberdaya air
disuatu wilayah, sangat diperlukan adanya upaya-upaya inovasi baik dalam bidang
teknologi maupun system manajemennya.

3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini, antara lain:
a. Pengumpulan studi pustaka (studi terdahulu) mengenai Pengelolaan Sumberdaya air
b. Analisis pengelolaan sumberdaya air eksisting
c. Analisis stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya air

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Dari hasil analisis pengelolaan sumberdaya air eksisting, diperoleh beberapa
permasalahan antara lain:

5. KESIMPULAN DAN SARAN

REFERENSI
1. Anshori, 2010. Konsepsi Pengelolaan Sumberdaya Air Menyeluruh dan Terpadu. Dewan
Sumberdaya Air Nasional.
2. Sunaryo, M., Walujo, T., Harnanto, A. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Air: Konsep dan
Penerapannya. Malang. Banyumedia
3. Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung. Idea
Dharma

Anda mungkin juga menyukai