Anda di halaman 1dari 71

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

BAB
GAMBARAN UMUM 2
WILAYAH
Dalam bab ini, disampaikan gambaran umum lokasi wilayah studi, kondisi pengelolaan lingkungan
dan profil daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di Kota Pasuruan.

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN


2.1.1 Kondisi Geografis dan Batas Administrasi
Secara geografis, Kota Pasuruan terletak antara 7o35’ – 7o45’ Lintang Selatan dan 112o45’
– 112o55’ Bujur Timur merupakan salah satu daerah tingkat II di Provinsi Jawa Timur.
Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 4 meter diatas
permukaan laut. Berdasarkan posisi geografisnya Kota Pasuruan memiliki batas-batas.
Sebelah Utara : Kabupaten Pasuruan
Sebelah Selatan : Selat Madura
Sebelah Barat : Kabupaten Pasuruan
Sebelah Timur : Kabupaten Pasuruan
Secara administratif, Kota Pasuruan terbagi menjadi empat kecamatan dengan luas 35,29
km2. Empat kecamatan tersebut adalah Gadingrejo, Purworejo, Bugulkidul, dan
Panggungrejo. Dari keempat kecamatan tersebut Purworejo adalah kecamatan dengan
luas wilayah terkecil, sedangkan Bugulkidul adalah kecamatan dengan wilayah terluas.
Wilayah Kota Pasuruan ini dibagi menjadi 4 Kecamatan dan terbagi lagi menjadi 34
kelurahan. Adapun nama kecamatan dan luasannya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Luas Kecamatan di Kota Pasuruan


No Kecamatan Luas (km2)
1 Bugul Kidul 8,27
2 Gadingrejo 8,08
3 Panggungrejo 11,11
4 Purwerejo 7,83
Total 35,29
Sumber: BPS Kota Pasuruan Dalam Angka 2021

2-1
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

7,83 8,27

8,08
11,11

Bugul Kidul Gadingrejo Panggungrejo Purwerejo

Gambar 2.1 Distribusi Luas Kota Pasuruan Berdasarkan Kecamatan

2.1.2 Kondisi Fisik


2.1.2.1 Topografi
Kota Pasuruan merupakan wilayah datar yang melandai dari selatan ke utara dengan
kemiringan 0,1% dan ketinggian 0-4 meter dari permukaan laut. Di sebelah utara terdapat
bagian yang agak cekung sehingga pembuangan airnya terhambat. Ketinggian per
Kecamatan di Kota Pasuruan dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.2 Ketinggian (m) per Kecamatan di Kota Pasuruan


No Kecamatan Tinggi DPL (m)
1 Gadingrejo 4
2 Purworejo 4
3 Bugulkidul 4
4 Panggungrejo 4
Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka 2021

2.1.2.2 Kemiringan Lereng


Tinggi rata-rata wilayah Kota Pasuruan yang hanya 4 m dari permukaan laut
menyebabkan kota ini rawan terkena banjir di musim penghujan. Selain itu, kerawanan
banjir juga disebabkan oleh wilayah kota ini yang mempunyai kemiringan 0-3% dimana
sebagian adalah berupa cekungan, serta keberadaan 6 sungai tersebut.

2.1.2.3 Geologi
Kota Pasuruan terbentang di atas dataran alluvial yang terbentuk dari campuran bahan-
bahan endapan yang bersumber dari daerah tuf vulkanis intermediet. Jenis tanah di Kota
Pasuruan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Tanah hidromorfik kelabu, dengan daerah penyebaran terbatas di sepanjang pantai,
meliputi kurang lebih 15% luas areal Kota Pasuruan. Tanah jenis ini terbentuk dari

2-2
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

bahan induk campuran endapan baru dari sungai dan laut. Dalam keadaan basah tanah
mengembang dan lengket, apabila kering tanah berkerut, terjadi celah, dan bersifat
keras, sehingga tanah sulit diolah. Keasaman tanah netral sampai mendekati basa
dengan kadar hara N, F, K, Ca dan Mg yang cukup tinggi. Tetapi karena kadar Na
dan CI juga tinggi sebenarnya tanah jenis ini tidak sesuai untuk lahan pertanian.
2. Tanah alluvial, menyebar di daerah tengah hingga ke selatan kota terbentuk dari bahan
endapan dari daerah sekitarnya terutama yang berasal dari daerah sebelah selatan
kota. Belum mempunyai perkembangan penampang, berwarna kelabu tua, bertekstur
liat berdebu sampai liat berat. Dalam keadaan basah tanah mengembang dan melekat,
apabila kering tanah akan berkerut dan keras. Secara alami tanahnya agak kedap udara
dan tata aerasinya kurang lancar, sehingga drainase pada umumnya terhambat.
Tingkat keasaman tanahnya termasuk netral dengan pH 6.5 – 7.5, kadar hara N
rendah, P2CO5 sedang dan K2O tinggi sekali.

2.1.2.4 Hidrologi dan Hidrogeologi


Kota Pasuruan dilalui oleh beberapa sungai, yaitu di sebelah barat terdapat Sungai
Welang, di tengah kota mengalir Sungai Gembong dan di bagian timur mengalir Sungai
Petung. Ketiga sungai diatas berfungsi sebagai drainase alam yang seluruhnya bermuara
ke Selat Madura di sebelah utara Kota Pasuruan. Namun sungai-sungai tersebut memiliki
daerah aliran yang sempit sehingga sering terjadi banjir sebagai akibat luasan sungai yang
kurang dapat menampung curah hujan. Selain itu muara sungai Gembong berfungsi
sebagai pelabuhan sungai yang hanya dapat dilayari pada saat air pasang. Daerah
Pengaliran Sungai (DPS) Gembong secara administratif terletak di Kabupaten dan Kota
Pasuruan, DPS Welang terletak di Kabupaten Malang dan Pasuruan, DPS Gembong
berada di Kabupaten Pasuruan.

2.1.2.5 Jenis Tanah


Jenis tanah di Kota Pasuruan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Tanah hidromorfik kelabu, dengan daerah penyebaran terbatas di sepanjang pantai,
meliputi kurang lebih 15% luas areal Kota Pasuruan. Tanah jenis ini terbentuk dari
bahan induk campuran endapan baru dari sungai dan laut. Dalam keadaan basah
tanah mengembang dan lengket, apabila kering tanah berkerut, terjadi celah dan
bersifat keras, sehingga tanah sulit diolah. Keasaman tanah netral sampai mendekati
basa dengan kadar hara N, F, K, Ca dan Mg yang cukup tinggi. tetapi karena kadar
Na dan Cl juga tinggi sebenarnya tanah jenis ini tidak sesuai untuk lahan pertanian.
Tanah ini lebih sesuai untuk budidaya tambah dan penggaraman.
b) Tanah alluvial, menyebar di daerah tengah hingga ke selatan kota, terbentuk dari
bahan endapan dari daerah sekitarnya terutama yang berasal dari daerah sebelah
selatan kota. Belum mempunyai perkembangan penampang, berwarna kelabu tua,
bertekstur liat berdebu sampai liat berat. Dalam keadaan basah tanah mengembang

2-3
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

dan melekat, apabila kering tanah akan berkerut dan keras. Secara alami tanahnya
agak kedap udara dan tata aerasinya kurang lancar, sehingga drainase pada umumnya
terhambat. Tingkat keasaman tanahnya termasuk netral dengan pH 6.5 – 7.5, kadar
hara N rendah, P2CO5 sedang dan K2O tinggi sekali. Tanah jenis ini sesuai untuk
budidaya tanaman dengan catatan perlu perhatian khusus pada sistem pembuangan
airnya.

2.1.2.6 Klimatologi
Iklim suatu daerah sangat besar peranannya terhadap kegiatan usaha khususnya curah
hujan yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan manusia di bidang pertanian dan
perikanan. Intensitas dan besar kecilnya curah hujan sangat menentukan dan
mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap jenis dan pola
penggunaan lahan di suatu wilayah. Kota Pasuruan terdiri dari 2 musim, yakni musim
kemarau dan musim hujan. Berikut rincian jumlah hari hujan dan jumlah rata-rata curah
hujan di Kota Pasuruan pada tahun 2016 sampai dengan 2020.

Tabel 2.3 Jumlah Hari Hujan Menurut Bulan di Kota Pasuruan Tahun 2016-2020
Jumlah Hari Hujan
No Bulan
2016 2017 2018 2019 2020
1 Januari 10 19 22 22 16
2 Februari 16 14 16 17 14
3 Maret 16 9 10 20 -
4 April 17 2 - 7 -
5 Mei 17 17 - - -
6 Juni 8 8 - - -
7 Juli - - - - -
8 Agustus - - - - -
9 September - - - - -
10 Oktober 1 - - - -
11 November 5 9 6 - 6
12 Desember 10 9 11 3 20
Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka 2017-2021

Tabel 2.4 Jumlah Rata-Rata Curah Hujan (mm) Menurut Bulan di Kota Pasuruan
Tahun 2016-2020
Jumlah Rata-Rata Curah Hujan
No Bulan
2016 2017 2018 2019 2020
1 Januari 8 12 8 15 69
2 Februari 13 6 3 10 45
3 Maret 3 9 1 19 -
4 April 2 5 - 11 -
5 Mei 2 2 - - -
6 Juni 7 7 - - -
7 Juli - - - - -

2-4
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Jumlah Rata-Rata Curah Hujan


No Bulan
2016 2017 2018 2019 2020
8 Agustus - - - - -
9 September - - - - -
10 Oktober 29 - - - -
11 November 2 17 2 - 3
12 Desember 9 10 3 43 57
Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka 2017-2021

Suhu udara di Kota Pasuruan tahun 2018, menurut penelitian dan tertera pada IKPLHD
2017-2018, berkisar 29oC – 31oC. Suhu tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan
November. Sedangkan suhu terendah terjadi pada bulan Agustus. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.5 Suhu Udara Rata-Rata Kota Pasuruan

Nama dan Suhu Udara Rata-rata Bulanan (oC)


No.
Lokasi Stasiun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 Pos P3GI 29,5 29,9 31,2 30,2 31,0 29,9 29,3 29,6 30,2 31,1 31,2 30,1
Sumber : IKPLHD Kota Pasuruan 2017-2018

2.1.2.7 Kebencanaan
Jenis bencana yang terjadi di wilayah Kota Pasuruan antara lain adalah banjir, kebakaran,
dan rawan gelombang pasang. Jumlah kebencanaan sepanjang tahun 2017 mencapai 75
kasus. Adapu rincian 75 bencana tersebut yaitu 24 bencana banjir, 7 angin kencang, dan
22 bencana kebakaran di Kota Pasuruan. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2016 yang hanya mencapai 50 kejadian. Mayoritas adalah bencana banjir. Daerah
banjir musiman dengan genangan yang cukup lama berada di Kecamatan Gadingrejo,
Panggungrejo, Bugul Kidul dan sebagian kecil di Purworejo, hal tersebut dikarenakan
wilayah-wilayah tersebut merupakan wilayah DAS Welang-Rejoso.

Sementara itu, bencana kebakaran sering terjadi di daerah permukiman padat penduduk
dan perdagangan jasa. Adapun bencana rawan gelombang pasang dan abrasi pantai
berada di sepanjang pesisir mulai dari kecamatan pesisir Gadingrejo, Panggungrjeo, dan
Bugul Kidul.

Jenis-jenis bencana alam yang berpotensi tinggi mengancam wilayah Kota Pasuruan
antara lain sebagai berikut :
1. Banjir
Dilihat dari hidrologinya, Kota Pasuruan memiliki 6 sungai yaitu Sungai Welang
yang berada di Kecamatan Karangketug. Sungai Gembong yang berada di
Kecamatan Purworejo, Sungai Petung, Sungai Sodo, Sungai Kepel dan Sungai
Calung yang berada di Kecamatan Panggungrejo dan Kecamatan Bugulkidul. Total
panjang pantai kurang lebih 26,50 km. Sungai-sungai ini berfungsi sebagai drainase

2-5
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

alam yang bermuara di selat Madura, berpenampang relatif sempit dari beberapa
sempadan sempit dan beberapa sempadan sungai mempunyai tanggul sehingga
cukup berdampak bencana banjir. Tahun 2017, banjir terjadi di Kecamatan Bugul
Kidul dan Gadingrejo. Air datang dari Sungai Petung dan Welang yang meluap
dikarenakan intensitas hujan di wilayah itu, masih tinggi dan besar berpotensi terjadi
cukup lama.
Bencana alam banjir di Kota Pasuruan sering terjadi di beberapa wilayah. Luas total
banjir di Kota Pasuruan tahun 2018 pada data IKPLHD Kota Pasuruan 2017-2018
sekitar ± 28 Ha, tahun 2017 sekitar ± 30 Ha dan tahun 2016 sekitar ± 35 Ha. Wilayah
yang sering terjadi banjir, yaitu Kelurahan Karangketug, Kelurahan Kebonagung,
Kelurahan Kepel, Kelurahan Mandaranrejo, Kelurahan Ngemplakrejo, dan
Kelurahan Blandongan.
2. Kebakaran
BPBD mencatat sepanjang 2017 terjadi 44 kali kebakaran. Rinciannya, 22 kali di
Kota Pasuruan dan 22 kali di luar Kota Pasuruan. Mayoritas didominasi karena
kelalaian masyarakat. Misalnya, seperti lupa mematikan putung rokok, elpiji dan
kesalahan dalam instalasi listrik sehingga menyebabkan korsleting dan berujung
pada kebakaran.
3. Gelombang Pasang dan Tsunami
Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena
efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat
menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi
keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya 6ngina kencang,
gelombang tinggi disertai hujan deras. (Peraturan BNPB nomor 7 tahun 2012).
Berdasarkan dokumen kajian bencana Provinsi Jawa Timur tahun 2015, pesisir Kota
Pasuruan memiliki resiko gelombang pasang tinggi pada kecamatan pesisir
Gadingrejo, Panggungrejo dan Bugulkidul. Tingkat resiko tsunami di Kota Pasuruan
menurut IKPLHD Jawa Timur tahun 2016 masuk dalam resiko sedang tsunami. Oleh
karena tingkat resiko gelombang pasang yang tinggi dan resiko sedang tsunami
dibutuhkan kegiatan struktur/fisik untuk mitigasi terhadap bencana gelombang
pasang seperti penyediaan system peringatan dini, penggunaan bangunan peredam
gelombang, vegetasi pantai, dan pengelolaan ekosistem pesisir.

Tabel 2.6 Kawasan Rawan Bencana Banjir di Kota Pasuruan Januari, Februari
Tahun 2018
Lokasi Keterangan
Jenis Bencana
Kecamatan Kelurahan
Karangketug Luapan Sungai Welang
Gadingrejo Randusari Luapan Sungai Welang
Krapyakrejo Luapan Sungai Welang
Banjir
Bakalan Luapan Sungai Petung
Bugul Kidul
Blandongan Luapan Sungai Petung
Panggungrejo Kebonsari Luapan Sungai Petung

2-6
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Lokasi Keterangan
Jenis Bencana
Kecamatan Kelurahan
Petamanan Luapan Sungai Petung
Kandang Sapi Luapan Sungai Petung
Wirogunan Luapan Sungai Gembong
Purutrejo Luapan Sungai Gembong
Purworejo
Kebonagung Luapan Sungai Gembong
Purworejo Luapan Sungai Gembong
Pohjantrek Purworejo
Putting Beliung
Gadingrejo Krapyakrejo
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Pasuruan, 2018

2-7
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.2 Peta Administrasi Kota Pasuruan

2-8
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.3 Peta Topografi Kota Pasuruan

2-9
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.4 Peta Kelerengan Kota Pasuruan

2-10
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.5 Peta Geologi Kota Pasuruan

2-11
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.6 Peta Hidrologi Kota Pasuruan

2-12
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.7 Peta Jenis Tanah Kota Pasuruan

2-13
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.8 Peta Klimatologi Kota Pasuruan

2-14
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.9 Peta Risiko Bencana Banjir Kota Pasuruan

2-15
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.10 Peta Risiko Bencana Gempa Kota Pasuruan

2-16
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.11 Peta Risiko Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi Kota Pasuruan

2-17
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.1.3 Kondisi Kependudukan


Kondisi kependudukan merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam
merencanakan suatu kawasan atau wilayah perencanaan. Dikarenakan sebagai obyek,
penduduk juga berperan sebagai subyek dalam pembangunan serta tujuan akhir dari
produk perencanaan. Oleh karena itu, karakteristik demografi diperlukan untuk
menentukan distribusi penyediaan serta prioritas pelayanan fasilitas yang direncanakan
bagi kebutuhan masyarakat pada kawasan perencanaan.

2.1.3.1 Jumlah Dan Laju Pertumbuhan Penduduk


Jumlah penduduk Kota Pasuruan mengalami peningkatan setiap tahun sejak tahun 2016-
2020. Jumlah penduduk terbanyak pada Tahun 2019 yaitu Kecamatan Panggungrejo
sebanyak 69.050 jiwa dari total jumlah penduduk Kota Pasuruan, secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2016-2020


Jumlah Penduduk (Jiwa)
No. Kecamatan
2016 2017 2018 2019 2020
1. Gadingrejo 44.263 44.604 44.918 48.262 49.442
2. Purworejo 56.398 57.051 57.678 61.868 62.007
3. Bugulkidul 31.557 32.185 32.819 31.828 31.687
4. Panggungrejo 63.993 63.856 63.663 69.050 64.870
Jumlah 196.202 197.696 199.078 211.088 208.006
Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka, 2017-2021

80.000
70.000
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0
2016 2017 2018 2019 2020
Gadingrejo 44.263 44.604 44.918 48.262 49.442
Purworejo 56.398 57.051 57.678 61.868 62.007
Bugulkidul 31.557 32.185 32.819 31.828 31.687
Panggungrejo 63.993 63.856 63.663 69.050 64.870

Gambar 2.12 Distribusi Penduduk Per Kecamatan di Kota Pasuruan

Laju pertumbuhan penduduk di Kota Pasuruan dalam kurun waktu 2016-2019 terus
mengalami penurunan. Tingkat penurunan paling tinggi pada tahun 2019. Berikut data
laju pertumbuhan penduduk pada setiap kecamatan di Kota Pasuruan.

2-18
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota Pasuruan Tahun 2016-2019


No Kecamatan 2016 2017 2018 2019
1 Gadingrejo 0,81 0,77 0,70 1,26
2 Purworejo 1,20 1,17 1,10 0,83
3 Bugulkidul 1,92 1,99 1,97 0,74
4 Panggungrejo -0,17 -0,21 -0,30 -0,16
Kota Pasuruan 0,77 0,76 0,70 0,59
Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka, 2017-2019

Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Pasuruan


0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
2016 2017 2018 2019

Gambar 2.13 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Pasuruan

2.1.3.2 Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk Kota Pasuruan setiap tahun mengalami peningkatan, untuk
kepadatan penduduk terbesar ada di Kecamatan Panggungrejo di Tahun 2019 dengan
jumlah 8.819 jiwa/km2, sedangkan untuk jumlah terendah ada di Kecamatan Bugul Kidul
di Tahun 2020 dengan jumlah 2.852 jiwa/km2.

Tabel 2.9 Kepadatan Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2016 – 2020


Luas Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
No. Kecamatan
(km2) 2016 2017 2018 2019 2020
1. Gadingrejo 8,27 5.352 5.393 5.431 5.836 5.978
2. Purworejo 8,08 6.819 7.061 7.138 7.657 7.674
3. Bugul Kidul 11,11 3.816 2.897 2.954 2.865 2.852
4. Panggungrejo 7,83 7.738 8.155 8.131 8.819 8.285
Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka Tahun 2017-2021

2-19
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.1.3.3 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Struktur penduduk Kota Pasuruan berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa lebih
banyak penduduk dengan jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan penduduk
berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 2.10 Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kota Pasuruan Tahun 2019
No Kecamatan Kelurahan Laki-laki Perempuan Sex Ratio
1 Krapyakrejo 3.384 3.380 100,12
2 Bukir 2.225 2.180 102,06
3 Sebani 2.034 1.896 107,28
4 Gentong 2.648 2.698 98,15
Gadingrejo
5 Gadingrejo 6.094 5.649 107,88
6 Petahunan 3.059 3.011 101,59
7 Randusari 1.535 1.494 102,74
8 Karangketug 3.494 3.481 100,37
9 Pohjentrek 4.877 4.803 101,54
10 Wirogunan 2.108 2.072 101,74
11 Tembokrejo 3.742 3.731 100,29
12 Purworejo Purutrejo 3.712 3.694 100,49
13 Kebonagung 5.499 5.565 98,81
14 Purworejo 6.010 6.063 99,13
15 Sekargadung 4.974 5.018 99,13
16 Bakalan 3.490 3.568 97,81
17 Krampyangan 1.488 1.526 97,51
18 Blandongan 2.571 2.604 98,73
Bugulkidul
19 Kepel 2.053 2.019 101,68
20 Bugulkidul 4.493 4.577 98,16
21 Tapaan 1.714 1.725 99,36
22 Petamanan 1.921 1.911 91,31
23 Pekuncen 1.214 1.281 95,21
24 Bugullor 4.297 4.389 101,45
25 Kandangsapi 810 902 89,86
26 Bangilan 953 970 87,40
27 Kebonsari 4.098 4.164 86,05
28 Panggungrejo Karanganyar 4.949 5.125 98,14
29 Trajeng 4.209 4.256 96,22
30 Mayangan 1.256 1.280 97,41
31 Mandaranreji 2.624 2.709 96,38
32 Panggungrejo 1.789 1.724 100,59
33 Ngemplakrejo 4.047 4.013 98,80
34 Tambaan 2.121 2.038 100,87
Sumber: Kecamatan Gadingrejo, Kecamatan Purworejo, Kecamatan Bugulkidul, Kecamatan Panggungrejo
Dalam Angka, 2020

2.1.3.4 Migrasi, Kelahiran dan Kematian


Penduduk yang datang dan tinggal di Kota Pasuruan pada Tahun 2019 mengalami
peningkatan sebesar 4,9% dibandingkan dengan migrasi kedatangan pada tahun 2018.
Pada tahun 2019 migrasi kedatangan sebanyak 1.236 jiwa sedangkan migrasi keluar
sebanyak 1.090 jiwa. Kelahiran penduduk memiliki jumlah yang lebih besar

2-20
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

dibandingkan kematian penduduk. Pada tahun 2019 terdapat 928 kelahiran dan 454
kematian di Kota Pasuruan.

Tabel 2.11 Migrasi, Kelahiran, Dan Kematian Penduduk Di Kota Pasuruan


2018 2019
No Komponen Cohort
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
1 Migrasi Datang 595 580 616 620
2 Migrasi Keluar 546 520 575 515
3 Kelahiran 438 413 472 456
4 Kematian 258 258 232 222
Sumber: Sistem Informasi Penduduk Kota Pasuruan, 2020

2.1.4 Karakteristik Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan secara umum di Kota Pasuruan masih didominasi oleh kawasan
pertanian lahan basah seperti sawah yaitu seluas 847,08 Ha. Dan peruntukan lahan untuk
permukiman memiliki luasan 815,51 Ha.
Penggunaan lahan pada dasarnya merupakan gambaran distribusi penduduk dalam kota.
Sebagian besar lahan yang ada di Kota Pasuruan merupakan pertanian lahan basah yang
digunakan untuk sawah. Penggunaan lahan di Kota Pasuruan dapat dilihat pada
Tabel 2.12 berikut ini.

Tabel 2.12 Penggunaan Lahan Eksisting


Luas (Ha)
Pola Ruang Grand
Bugulkidul Gadingrejo Panggungrejo Purworejo
Total
Rencana Kawasan Lidung
Sempadan Pantai 12,82 - 15,82 - 28,64
Sempadan Rel 3,99 4,46 5,13 - 13,58
Sempadan Sungai 17,91 2,80 9,21 8,85 38,76
Ruang Terbuka Hijau 40,89 41,65 49,01 61,39 192,95
Hutan Bakau 28,66 - 10,90 - 39,56
Rencana Kawasan Budidaya
Budidaya Perikanan
Air Payau 536,47 6,90 40,08 - 583,45
Kawasan Pertanian
Lahan Basah 509,42 244,40 15,81 77,45 847,08
Kawasan Pertanian
Lahan Kering 6,58 7,57 - 5,73 19,88
Industri Sedang &
Pergudangan 25,26 105,75 61,38 9,37 201,76
Perdagangan dan Jasa 11,89 9,27 115,78 45,26 182,20
Perkantoran 10,73 2,47 33,19 5,92 52,31
Permukiman 158,35 178,63 260,11 218,41 815,51
Rencana Permukiman 191,05 175,27 136,17 97,70 600,19
Pariwisata Alam 6,74 - 3,30 - 10,04
Fasilitas Pendidikan - - 0,94 - 0,94
Fasilitas Umum 5,72 11,74 20,50 16,17 54,13
Prasarana
Transportasi 1,90 0,10 - 2,00

2-21
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Luas (Ha)
Pola Ruang Grand
Bugulkidul Gadingrejo Panggungrejo Purworejo
Total
Kawasan Pelabuhan - - 45,74 - 45,74
Kawasan Pertahanan
& Keamanan - 0,93 7,42 - 8,35
Tempat Pembuangan
Akhir 6,23 - - - 6,23
Jalan 24,47 21,94 39,07 18,23 103,72
Sungai 15,75 3,02 5,53 7,33 31,64
Grand Total 1.614,83 816,82 875,19 571,82 3.878,67
Sumber: Perda RTRW Kota Pasuruan No 1 Tahun 2012

2-22
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.14 Peta Landuse Kota Pasuruan

2-23
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.1.5 Kondisi Sarana dan Prasarana


2.1.5.1 Kondisi Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan di Kota Pasuruan terdiri dari sekolah tingkat TK, SD, SMP, SMA dan
Perguruan Tinggi/Akademi tersebar di seluruh kecamatan di Kota Pasuruan. Jumlah
sarana pendidikan terbanyak yaitu TK sebanyak 107, dan paling sedikit perguruan tinggi
sebanyak 3 buah.

Tabel 2.13 Jumlah Sarana Pendidikan Di Kota Pasuruan Tahun 2019


No Kecamatan TK SD SMP SMA PT
1 Gadingrejo 24 8 4 1 0
2 Purworejo 34 7 5 6 1
3 Bugulkidul 14 6 5 6 1
4 Panggungrejo 35 12 10 9 1
Total 107 33 24 22 3
Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2020

2.1.5.2 Kondisi Sarana Kesehatan


Sarana kesehatan di Kota Pasuruan terdiri dari rumah sakit, poliklinik, puskesmas,
puskesmas pembantu dan apotik. Sarana kesehatan terlengkap berada di Kecamatan
Gadingrejo dan Kecamatan Purworejo.

Tabel 2.14 Jumlah Sarana Kesehatan Di Kota Pasuruan Tahun 2019


Rumah Puskesmas Apotek
No Kecamatan Poliklinik Puskesmas
Sakit Pembantu
1 Gadingrejo 1 1 1 6 3
2 Purworejo 1 3 2 7 4
3 Bugulkidul 0 1 1 6 2
4 Panggungrejo 0 5 4 7 5
Total 2 10 8 26 14
Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2020

2.1.5.3 Kondisi Sarana Peribadatan


Penduduk Kota Pasuruan didominasi oleh pemeluk agama islam, sehingga fasilitas
peribadatan agama islam berupa masjid dan mushola merupakan sarana peribadatan
terbanyak dan tersebar di seluruh kecamatan di Kota Pasuruan. Sarana peribadatan umat
beragama lainnya yang terdapat di Kota Pasuruan diantaranya gereja protestan, gereja
katolik dan vihara.

Tabel 2.15 Jumlah Sarana Peribadatan Di Kota Pasuruan Tahun 2019


Gereja Gereja Pura Vihara
No Kecamatan Masjid Mushola
Protestan Katolik
1 Gadingrejo 20 176 - - - -
2 Purworejo 35 210 1 - - -
3 Bugulkidul 24 96 - - - -
4 Panggungrejo 30 193 8 1 - 2

2-24
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gereja Gereja Pura Vihara


No Kecamatan Masjid Mushola
Protestan Katolik
Total 109 675 9 1 - 2
Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2020

2.1.5.4 Kondisi Sarana Jaringan Jalan


Kota Pasuruan memiliki 14.756 km jalan negara, 1.400 km jalan provinsi dan 78.933 km
jalan kota yang hampir seluruhnya telah diaspal. Selama tahun 2019, jalan kota yang
mengalami rusak berat sebanyak 6.980 km. Total kondisi jalan yang berada dalam kondisi
baik sepanjang 59.650 km, sedangkan yang lain kondisi sedang, rusak, dan rusak berat.

Tabel 2.16 Jalan Berdasarkan Tingkat Kewenangan Di Kota Pasuruan


No Tingkat Kewenangan 2017 2018 2019
1 Nasional 14.756 14.756 -
2 Provinsi 1.400 1.400 -
3 Kota 91.515 78.933 79.933
Total 107.671 95.089 79.933
Sumber:Kota Pasuruan Dalam Angka, 2020

Tabel 2.17 Jalan Berdasarkan Jenis Permukaan Di Kota Pasuruan


No Jenis Permukaan 2017 2018 2019
1 Aspal 91.515 78.933 76.425
2 Kerikil - - 2.508
3 Tanah - - -
4 Lainnya - - -
Total 91.515 78.933 79.933
Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2020

Tabel 2.18 Kondisi Jalan Di Kota Pasuruan


No Jenis Permukaan 2017 2018 2019
1 Baik 59.650 44.333 41.087
2 Sedang 16.830 21.397 21.170
3 Rusak 8.055 15.924 12.211
4 Rusak Berat 6.980 9.861 3.745
Total 91.515 78.933 79.933
Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2020

2.1.5.5 Kondisi Sarana Air Bersih


Air bersih di Kota Pasuruan dilayani oleh PDAM. Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) adalah produsen air bersih yang utama di Kota Pasuruan, dengan jumlah
pelanggan PDAM Kota Pasuruan memiliki 20.430 pelanggan. Volume air yang
disalurkan kepada pelanggan. Selama tahun 2019, PDAM menyalurkan air sebanyak
4.305.269 m3 dengan nilai mencapai lebih dari 15 miliar rupiah. Air minum yang
disalurkan oleh PDAM terhadap dua puluh jenis pelanggan. Jumlah Pelanggan dari
golongan rumah tangga urutan teratas merupakan pelanggan yang terbanyak adalah
golongan rumah tangga.

2-25
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Tabel 2.19 Jumlah Pelanggan dan Air yang Disalurkan Di Kota Pasuruan Tahun 2019
Nilai
No Kecamatan Pelanggan Air Disalurkan (m3)
(Rupiah)
1 Gadingrejo 2.847 599.956 2.128.316.919
2 Purworejo 6.880 1.449.841 5.143.245.663
3 Bugulkidul 3.464 729.978 2.589.564.386
4 Panggungrejo 7.239 1.525.494 5.411.621.418
Total 20.430 4.305.269 15.272.748.386
Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2020

Tabel 2.20 Jumlah Pelanggan dan Air yang Disalurkan Menurut Jenis Kelompok Tarif
di Kota Pasuruan Tahun 2019
Air Disalurkan Nilai
No Kelompok Tarif Pelanggan
(m3) (Rupiah)
1 Sosial 456 263.263 466.965.969
2 Rumah Tangga 20.293 3.894.782 12.276.484.878
3 Instansi Pemerintah 177 143.575 835.610.497
4 Niaga 628 213.719 2.074.906.756
5 Industri 46 27.833 464.341.916
6 Khusus 2 10.971 37.312.371
Total 21.611 4.554.143 16.155.622.387
Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2020

2.1.5.6 Kondisi Sarana Listrik


Kebutuhan listrik Kota Pasuruan dilayani oleh PT. PLN yang memiliki 92.998 pelanggan
pada 2019, golongan terbanyak pada golongan rumah tangga. Selama tahun 2019, PT.
PLN (Persero) menghasilkan 243.601 MWH. Listrik yang diproduksi tersebut memiliki
tarif yang berbeda beda tergantung pada golongannya. Tarif tertinggi rata-rata dikenakan,
untuk golongan industri dan usaha multiguna hotel.

Tabel 2.21 Daya Terpasang, Produksi, dan Distribusi Listrik PT. PLN
di Kota Pasuruan Tahun 2019
Daya Terpasang Produksi Listrik Listrik Terjual
No Kecamatan
(KVA) (MWh) (MWh)
1 Gadingrejo 25.191 46.067 42.314
2 Purworejo 37.105 67.857 62.328
3 Bugulkidul 13.040 23.847 21.904
4 Panggungrejo 57.868 105.829 97.206
Total 133.204 243.601 223.751
Sumber: Kota Pasuruan Dalam Angka, 2020

2.2 KONDISI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


2.2.1 Kondisi dan Kualitas Air Sungai
Kondisi dan kualitas air sungai di Kota Pasuruan dapat dilihat dan dipantau dari 3 sungai
utama yang melintasi Kota Pasuruan. Ketiga sungai tersebut antara lain Sungai Welang,
Sungai Gembong, dan Sungai Petung.

2-26
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Tabel 2.22 Kondisi Sungai Kota Pasuruan

Lebar Lebar
Panjang Kedalaman Debit Maks Debit Min
No Nama Sungai Permukaan Dasar
(km) (m) (m3/dtk) (m3/dtk)
(m) (m)
1 Welang 1,00 35 30 4,5 130,5 40,5
2 Gembong 7,50 25 21 4 105 32,5
3 Petung 6,00 20 16 4 127,5 35
Sumber : IKPLHD Kota Pasuruan 2019

Hasil pemantauan kualitas air sungai dari ketiga sungai utama di Kota Pasuruan dapat
disimpulkan. Parameter Oksigen Terlarut/DO (Dissolved Oxygen) di ketiga sungai, 100%
telah memenuhi baku mutu kelas III dan 83% memenuhi baku mutu kelas II. Parameter
BOD (Biologycal Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen untuk mereduksi zat organik
secara biologi/alami, pemantauan november 2018 kelas II dan kelas III tidak memenuhi
baku mutu. Parameter COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen untuk
mengurangi zat organik secara kimiawi, pada pemantauan april 2018 Sungai Gembong
memenuhi baku mutu kelas II, pemantauan november 2018 Sungai Gembong dan Petung
memenuhi baku mutu kelas II. Parameter TSS (Total Suspended Solids) atau kepadatan
yang terlarut, berdasarkan hasil pemantauan april 2018 Sungai Welang memenuhi baku
mutu kelas II, Sungai Gembong tidak memenuhi baku mutu kelas III.

2.2.2 Kondisi dan Kualitas Air Tanah


Kondisi dan kualitas air tanah Kota Pasuruan saat ini setelah dilakukan uji laboratorium
kualitas air sumur tahun 2018 pada 3 lokasi yaitu RPH (Rumah Potong Hewan), PT. Serba
Gurih Indonesia, dan di RSUD Dr. R. Soedarsono. Hasil uji laboratorium menyatakan
parameter residu terlarut tidak melebihi baku mutu air maksimal 1.000, pH tidak melebihi
baku mutu air maksimal 8,5, dan Fecal Coliform melebihi baku mutu air yang seharusnya
negatif sesuai dengan KepMenKes Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002. Adapun 2 hal
yang mempengaruhi terhadap kualitas air tanah, yaitu curah hujan dan sumber air minum.

2.2.3 Kondisi dan Kualitas Air Laut


Kondisi dan kualitas air laut di pantai Kota Pasuruan saat ini telah dilakukan pengujian
yang dilakukan di Kecamatan Panggungrejo Kelurahan Panggungrejo. Hasil uji
laboratorium terhadap kualitas air laut sebagai berikut :
 Parameter Warna, daerah Panggungrejo berwarna coklat, lepas pantai berwarna hijau,
dan stasiun kontrol berwarna hijau kebiruan.
 Parameter Bau, pada ketiga lokasi pengamatan hasilnya tidak berbau
 Paramater Kecerahan, daerah Panggungrejo mempunyai nilai 0,55, lepas pantai
mempunyai nilai 1,52, dan stasiun kontrol mempunyai nilai 1,44

2-27
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

 Parameter TSS, daerah Panggungrejo hasilnya tidak melebihi baku mutu kualitas air
laut
 Parameter DO, pada semua lokasi menunjukan hasil yang tidak melebihi baku mutu
kualitas air laut

2.2.4 Kondisi Mangrove


Hutan mangrove merupakan ekosistem vegetasi pantai tropis dan sub tropis yang
didominasi oleh satu atau lebih jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan
berkembang pada daerah pasang surut pantai. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis
dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : menahan abrasi, mencegah
dari gempuran ombak, mengurangi resiko tsunami, pelindung garis pantai, mencegah
instrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat pencarian makan (feeding ground), tepat
asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijakan (spawing ground) bagi
aneka biota perairan serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonomis
mengandung nilai komersial penting yang menghasilkan bahan dasar untuk keperluan
rumah tangga, industri dan penghasil bibit.
Luas keseluruhan potensi lahan hutan mangrove di Kota Pasuruan adalah 1.500 Ha, pada
tahun 2019 kawasan mengrove mencapai 625 Ha. 5 kelurahan yang memiliki hutan
mangrove yaitu Kelurahan Mandaranrejo, Kelurahan Panggungrejo, Kelurahan Kepel,
Kelurahan Blandongan, dan Kelurahan Tapaan. Dengan jumlah pohon mangrove
keseluruhan 290.250 pohon.

Tabel 2.23 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove di Kota Pasuruan Tahun 2019
Luas Lokasi Persentase Tutupan Kerapatan
No Kecamatan
(Ha) (%) (Pohon/Ha)
1 Panggungrejo 114 70 400
2 Bugul Kidul 447 85 510
3 Purworejo 0 0 0
4 Gadingrejo 64 75 450
Sumber : IKPLHD Jawa Timur Tahun 2019

Tabel 2.24 Perkembangan Luas Tutupan Mangrove Kota Pasuruan


Luas Lokasi
No Tahun
(Ha)
1 2016 826
2 2017 750
3 2018 625
4 2019 625
Sumber : IKPLHD Jawa Timur Tahun 2019

Rencana perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan mangrove yang dikembangkan


pada sempadan pantai di wilayah utara kota. Adapun upaya pengelolaan kawasan pantai
berhutan mangrove dilakukan dengan :

2-28
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

a. Menetapkan kawasan pantai berhutan mangrove dengan fungsi utama sebagai


kawasan lindung yang terintegrasi dengan kegiatan ekowisata dan ilmu pengetahuan.
b. Melakukan upaya peningkatan dan rehabilitasi berupa penanaman kembali tanaman
mangrove pada kawasan sempadan pantai berhutan mangrove antara lain di wilayah
Kecamatan Bugul Kidul dan Panggungrejo terutama pada kawasan muara sungai,
dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter.
c. Melakukan upaya peningkatan dan rehabilitasi berupa penanaman kembali tanaman
mangrove pada kawasan sempadan pantai berhutan mangrove di wilayah Gadingrejo
dan Bugul Kidul dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-
rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukut dari garis air surut
terendah ke arah darat.

Gambar 2.15 Hutan Mangrove

2.2.5 Lahan Kritis


Luas lahan kritis Kota Pasuruan tahun 2018 sekitar 34 Ha. Berada di wilayah Kecamatan
Gadingrejo 14 Ha (lahan kritis terluas di Kelurahan Petahunan 6 Ha dan terkecil
Kelurahan Sebani 1 Ha). Kecamatan Panggungrejo 20 Ha (lahan kritis terluas di
Kelurahan Karanganyar dan Kelurahan Tapaan seluas 5 Ha, terkecil di Kelurahan
Krampyangan 1 Ha).

Tabel 2.25 Luas Lahan Kritis Di Dalam dan Luar Kawasan Hutan

Kritis (Ha) Sangat Kritis (Ha)


Penyebab
No Kecamatan Luar Luar lahan
Hutan Hutan Hutan Hutan Hutan Hutan
Kawasan Kawasan Kritis
Produksi Lindung Konservasi Produksi Lindung Konservasi
Hutan Hutan

Tidak
1 Gadingrejo 0,00 0,00 0,00 14,00 0,00 0,00 0,00 0,00
terawat
2 Purworejo 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -

3 Bugul Kidul 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -

4 Panggungrejo 0,00 0,00 0,00 20,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Tergenang
Sumber : IKPLHD Kota Pasuruan 2019

2-29
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.2.6 Kondisi Flora dan Fauna


Kondisi flora dan fauna di Kota Pasuruan dibagi dalam beberapa bagian, berikut beberapa
spesies yang ada dan dilindungi. Spesies Mamalia yang dilindungi kucing bakau,
trenggiling, landak dan kucing hutan. Spesies Burung yang dilindungi kuntul karang dan
jalak putih. Spesies Burung yang berlimpah kecer, perkutut jawa, parkit, gelatik jawa,
burung gereja, prenjak padi dan trucukan. Spesies Apmphibi yang berlimpah katak kebun
dan katak sawah. Reptil Dilindungi yang termasuk pada spesies langka ular karung, ular
gadung, bulus, sanca hijau, ular kobra, kura-kura gading, dan biawak air tawar. Reptil
dengan spesies yang berlimpah ular kadut, ular welang, ular tambak, toket dan cicak.
Spesies Burung yang terancam punah kuntul putih besar, kuntul sedang, kuntul welang,
kakatua putih, beo, kepodang, merakbitu dan jalak putih.

2.2.7 Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status


Kota Pasuruan memiliki beberapa hutan yang dibagi menurut fungsi atau status. Hutan
Mangrove di Kota Pasuruan memiliki luas hutan yaitu 44,94 Ha. Hutan Rakyat di Kota
Pasuruan memiliki luas 2 Ha. Dan Hutan Kota di Kota Pasuruan memiliki luas 7,53 Ha.

2.2.8 Kualitas Udara Ambien


Pemantauan udara ambien dilakukan di 6 lokasi pantau antara lain yaitu :
1. Area Pasar Besar
2. Pintu Masuk Perum Graha Candi
3. Pasar Kebonagung
4. Mebel Bukir Rabdusari
5. Kompleks Perkantoran Pemkot
6. Timur Jembatan Bangil

Hasil dari pemantauan tersebut untuk SO2 (Sulfur Dioksida) gas hasil pembakaran dari
kegiatan rumah tangga, dari hasil pengamatan dari 6 titil lokasi sudah memenuhi kriteria
atau tidak melebihi baku mutu. CO (Karbon Monoksida) gas yang tidak berwarna dan
berbau dari emisi kendaraan bermotor, hasil pemantauan sudah memenuhi kriteria atau
tidak melebihi baku mutu. NO2 gas yang berasal dari mesin kendaraan dan mesin industri,
dari hasil pemantauan sudah memenuhi kriteria atau tidak melebihi baku mutu. O3 (Ozon)
gas yang dapat merugikan manusia karena berbahaya bagi kehidupan, menurut hasil
pemantauan sudah memenuhi kriteria atau tidak melebihi baku mutu. Pb (Timbal Hitam)
gas buang kendaraan bermotor yang membahayakan kesehatan manusia, hasil
pemantauan sudah memenuhi kriteria atau tidak melebihi baku mutu.

2-30
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.2.9 Pengelolaan Air Limbah Domestik


Jumlah pengolahan limbah di Kota Pasuruan terdapat 27 perusahaan mempunyai
pengolahan limbah padat. 29 perusahaan mempunyai pengolahan limbah cair. 18
perusahaan mempunyai pengolahan limbah gas. 24 industri mempunyai pengolahan
limbah padat. 17 industri mempunyai pengolahan limbah cair. Dan 1 industri mempunyai
pengolahan limbah gas.

2.2.10 Pengelolaan Sampah


Tempat pembuangan akhir terletak di Kelurahan Blandongan Kecamatan Bugulkidul
dengan luas 6,15 Ha, kapasitas 256.704 m3. Jumlah eksisting tahun 2018 sampah
sebanyak 218.198 m3. Tempat Pembuangan Sampah terbanyak 11 TPS di Kecamatan
Panggungrejo, terkecil di Kecamatan Bugulkidul dengan 9 TPS. Untuk jumlah TPS 3R
terbanyak di Kecamatan Gadingrejo yaitu 5 unit, dan terkecil di Kecamatan Purworejo
yaitu 1 unit. Sarana dan tenaga pengelola sampah terdapat peningkatan jumlah gerobak
dan becak sampah tahun 2017 sebanyak 248 unit menjadi 500 unit tahun 2018, tenaga
pengelola sampah sebanyak 94 tenaga tetap dan 321 tenaga kontrak.
Timbulan sampah di Kota Pasuruan adalah 329,47 m 3/hari penyumbang sampah terbesar
dari Kecamatan Gadingrejo, penyumbang sampah terendah dari Kecamatan Bugulkidul
sebesar 53,64 m3/hari. Pengelolaan sampah harian yang terangkut ke TPA sekitar 61,48%
lalu 19,42% dilakukan komposting, 0,01% di daur ulang, 7,22% dikelola bank sampah,
dan 11,87% tidak terkelola. Bank sampah menurut data IKPLHD tahun 2017-2018 pada
tahun 2018 bank sampah di Kota Pasuruan sebanyak 134 dengan jumlah karyawan 549
orang.

2.3 KONDISI PERUBAHAN IKLIM


Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu perubahan iklim akan
membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan maupun siklus
beberapa tahunan. Selain perubahan yang berpola siklus, aktivitas manusia menyebabkan
pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam skala global maupun skala lokal.
Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam
melakukan klasfikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan
(presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan
penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian
iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi
hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung
mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Hidayati, 2001).

Kajian risiko iklim dirancang untuk menganalisis dan membangun pemahaman mengenai
kerentanan terhadap perubahan iklim guna mendukung dan memberi informasi dalam

2-31
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

proses perencanaan dan pengambilan keputusan di suatu kota. Tujuan utama dari
pendekatan kajian risiko iklim adalah untuk menyediakan informasi mengenai proil, pola,
dan perubahan risiko dengan tujuan untuk mendeinisikan prioritas, memilih alternatif
strategi, atau memformulasikan respon strategi baru (IPCC, 2012). Kajian risiko iklim
distrukturkan sebagai suatu proses identifikasi dan deskripsi yang terdiri dari dua
komponen yaitu bahaya dan kerentanan. Proses ini dimulai dengan mengumpulkan dan
menganalisis data untuk membentuk framework dan konteks penilaian (assessment), dan
juga menilai kondisi kerentanan saat ini. Tahapan berikutnya adalah melihat kondisi di
masa depan; seperti skenario/prediksi di masa depan yang berhubungan dengan
bagaimana kondisi kerentanan dan risiko iklim mungkin dapat berubah dari waktu ke
waktu.

Besar kecilnya dampak atau Konsekuensi (K) yang ditimbulkan oleh kejadian bencana
(perubahan iklim) pada suatu sistem akan ditentukan oleh tingkat keterpaparan
(Exposure, E), Sensitivitas (Sensitivity, S) dan Kapasitas (C) dari sistem
tersebut. Kerentanan (Vulnerability) mengambarkan sejauh mana sistem tersebut dapat
mentolerir suatu perubahan atau penyimpangan (dalam kaitannya dengan perubahan
iklim). Apabila perubahan/penyimpangan sudah melewati batas toleransi dari
sistem maka sistem menjadi rentan karena penyimpangan atau perubahan iklim tersebut
menyebabkan dampak negatif. Oleh karena itu, Kerentanan (V) dapat direpresentasikan
oleh kondisi biofisik dan lingkungan, serta kondisi sosial-ekonomi, yang selanjutnya
dinyatakan dengan indek sensitifitas dan keterpaparan (Sensitivity and Exposure Index,
SEI). Misalnya orang miskin lebih rentan dari orang kaya, atau orang yang tinggal di
pinggir sungai lebih rentan terhadap bahaya banjir.

Kapasitas (C) menunjukkan kemampuan untuk menghindari atau mengantisipasi,


mengatasi atau mengelola dampak atau kemampuan untuk pulih kembali dengan cepat
setelah terkena dampak. Sistem yang memiliki kapasitas yang tinggi akan memiliki
selang toleransi yang lebar terhadap keragaman atau perubahan iklim yang terjadi.
Kapasitas juga direpresentasikan oleh kondisi biofisik dan lingkungan, serta kondisi
sosial-ekonomi yang terkait dengan kemampuan. Misalnya petani yang sumber
pencaharian satu-satunya hanya dari usahatani akan memiliki kapasitas yang rendah
dibanding petani yang memiliki sumber pencaharian alternatif yang banyak. Kemampuan
adaptasi ini dinyatakan dalam Adaptive Capacity Index (ACI).

2-32
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.16 Kerangka Pikir Perumusan Kategori Risiko Terhadap Penyimpangan Iklim

Nilai risiko dari dampak iklim tersebut selain dipengaruhi oleh indeks kerentanan, juga
dipengaruhi oleh peluang kemunculannya. Seperti telah disebutkan diatas, besarnya
dampak dipengaruhi tingkat toleransi sistem terhadap penyimpangan iklim yang terjadi.
Dalam hal risiko terhadap bencana banjir dan kekeringan, maka peubah iklim curah hujan
dapat dipergunakan sebagai pemicu kemunculan bencana. Dengan demikian, peluang
kemunculan curah hujan di atas batas tertentu (untuk bencana banjir) atau curah hujan di
bawah batas tertentu (dalam hal bencana kekeringan) bersama dengan indeks kerentanan
dapat dipergunakan sebagai kategori terhadap nilai risiko yang akan terjadi. Gambar
diatas menyajikan logika berpikir dalam mengkategorikan tingkat risiko terhadap
penyimpangan iklim.

2.3.1 Metode Penentuan Perubahan Iklim


Secara umum ada 4 tahap perhitungan untuk menentukan kelas kerentanan dan risiko
iklim, yaitu:
1. Praproses: tahapan untuk memberikan kode diskret serta normalisasi peubah atau
indikator yang dipergunakan sebelum dimasukkan ke dalam Penghitungan indek.
Pemberian kode diskret adalah untuk beberapa indikator, seperti misalnya indikator
pendidikan, jenis mata pencaharian, jenis permukaan jalan, dsb. Normalisasi
dilakukan pada beberapa indikator, misalnya jumlah KK yang ada di bantaran sungai
dibagi (dinormalisasi) dengan jumlah KK, indikator luas area sawah dengan luas area
Pertanian, dsb.
2. Penghitungan nilai SEI (Sensitivity and Exposure Index), atau IKS (Indek
Keterpaparan dan Sensitifitas), dan nilai ACI (Adaptive Capacity Index) atau IKA
(Indek Kapasitas Adaptif): Nilai IKS dan IKA merupakan jumlah terboboti dari
semua indikator yang sudah dinormalisasi tersebut di atas. Nilai bobot dapat

2-33
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

ditentukan secara subyektif oleh penggua maupun menggunakan default yang sudah
ada di dalam sistem.
3. Penentuan Kelas Kerentanan: Kelas kerentanan sebagai fungsi dari IKA dan IKS yang
sudah dikonversi ke interval [-0.5,0.5]. Dalam hal ini ada 5 kelas yang didasarkan
pada level IKA dan IKS (Low, Medium, ataupun High), yaitu (seperti disajikan pada
Gambar 2.17):

Gambar 2.17 Matriks Kelas Kerentanan

Kuadran 1 (Veri Low) : ACI High, SEI Low


Kuadran 2 (High) : ACI High, SEI High
Kuadran 3 (Moderat) : ACI Medium, SEI Medium
Kuadran 4 (Low) : ACI Low, SEI Low
Kuadran 5 (Very High) : ACI Low, SEI High

4. Penentuan Kelas Risiko Iklim: Kelas risiko iklim ditentukan berdasar kelas
kerentanan dan peluang terjadinya penyimpangan iklim (curah hujan). Dalam hal ini
ada dua jenis kelas risiko iklim, yaitu untuk banjir dan kekeringan. Nilai peluang
hujan mencapai (melebihi batas tertentu untuk banjir atau kurang dari batas tertentu
untuk kekeringan) dibagi menjadi 5 kelas, sehingga akan diperoleh matrik 5x5 (5 dari
kelas kerentanan dan 5 dari kelas peluang). Selanjutnya 25 sel dalam matriks tersebut
dikelompokkan menjadi 9 kelas risiko iklim seperti diperlihatkan pada Gambar 2.18.

2-34
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.18 Kategorisasi Risiko Iklim Berdasar Tingkat Kerentanan dan


Peluang Bencana Iklim

2.3.2 Hasil Analisa Perubahan Iklim (SIDIK)


Berdasarkan sumber data yang didapatkan, dipilih beberapa perubah yang mencirikan
tingkat keterpaparan dan sensitifitas (diformulasikan dalam bentuk indeks, yaitu Indeks
Keterpaparan dan Sensitifitas atau IKS) dan tingkat kemampuan beradaptasi (dengan
Indeks Kemampuan Adaptif atau IKA). IKS semakin tinggi menunjukkan semakin
rentan, sedangkan IKA semakin tinggi menunjukkan semakin tidak rentan. Berdasarkan
SIDIK dari KLHK, maka untuk Kota Pasuruan untuk Indeks Kemampuan Adaptif atau
IKA memiliki nilai 0,68, sedangkan untuk Indeks Keterpaparan dan Sensitifitas atau IKS
memiliki nilai 0,46. Kesimpulannya bahwa lebih besar nilai IKA maka menunjukkan
semakin tidak rentan.
Tabel 2.26 Data SIDIK Kota Pasuruan Tahun 2018
Risiko Risiko
Provinsi Kabupaten IKA IKS Kerentanan
Banjir Kering
Jawa Timur Kota Pasuruan 0,68 0,46 3 3 3
Sumber : SIDIK KLHK, 2020

Setelah melihat tabel diatas maka dapat disimpulkan kembali angka kerentanan 3
menunjukkan bahwa tingkat kerentanan cukup rentan. Begitu pula dengan risiko banjir
dan kekeringan dengan nilai 3 dapat diartikan bahwa Kota Pasuruan berada pada risiko
banjir dan kekeringan yang cukup rentan. Secara lebih jelas dapat dilihat pada peta risiko
banjir, peta risiko kekeringan, peta kerentananan perubahan iklim pada gambar dibawah
ini.

2-35
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.19 Peta Resiko Banjir SIDIK Kota Pasuruan

2-36
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.20 Peta Resiko Kekeringan SIDIK Kota Pasuruan

2-37
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.21 Peta Kerentanan Perubahan Iklim SIDIK Kota Pasuruan

2-38
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.4 PROFIL DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG


LINGKUNGAN HIDUP
2.4.1 Persebaran Populasi Penduduk
Populasi penduduk merupakan salah satu faktor penting sebagai pelaku pemanfaatan
sumber daya alam di suatu wilayah. Persebaran penduduk di suatu wilayah dapat
dianalisis secara spasial menggunakan sistem grid melalui pendekatan terhadap tata guna
lahan dan jaringan jalan di setiap kecamatan. Persamaan matematis yang digunakan
adalah model densitas penduduk sebagai berikut.
Wtotal
𝑃𝑖𝑗0 = × 𝑃𝑗0 ……………………………………………………Rumus
∑𝑗𝑖=1 𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Dimana,
Pij = Jumlah penduduk grid ke-i di kelurahan j (kapita)
Wtotal = bobot densitas penduduk berdasarkan kelas lahan dan jenis jalan
Pj = populasi penduduk kelurahan (kapita)
∑Wtotal = jumlah bobot densitas penduduk dari seluruh grid pada keluarahan j

Bobot tata guna lahan dan kelas jalan untuk distribusi penduduk dalam grid skala ragam
(Nengsih, 2014) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.27 Bobot Tata Guna Lahan dan Kelas Jalan untuk Distribusi Penduduk
Jenis Jalan dan Kelas Jalan Bobot
Jalan Arteri 0,095
Jalan Lokal 0,180
Jalan Kolektor 0,009
Kelas Tata Guna Lahan Bobot
Rawa 0,007292
Kebun 0,023
Terminal/Stasiun 0,02415
Hutan Kota 0,05223
Tegalan/Ladang 0,06048
Kolam 0,09263
Tambak 0,1
Sawah 0,13817
Lahan Kosong 0,1429
Toko/Pertokoan 0,15074
Taman/Taman Kota 0,2117
Industri 0,28376
Sekolah/Lembaga Institusi 0,29303
Rumah 0,437

2-39
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.4.2 Daya Dukung Air


Secara keseluruhan jumlah air di bumi ini relatif tetap dari masa ke masa (Suripin, 2002).
Konsep siklus hidrologi adalah bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu di hamparan
bumi dipengaruhi oleh masukan (input) dan keluaran (output) yang terjadi. Proses
perubahan bentuk air terjadi dengan adanya terik matahari pada siang hari menyebabkan
air di permukaan Bumi mengalami evaporasi (penguapan) maupun transpirasi menjadi
uap air. uap air akan naik hingga mengalami pengembunan (kondensasi) membentuk
awan. Akibat pendinginan terus-menerus, butir-butir air di awan bertambah besar hingga
akhirnya jatuh menjadi hujan (presipitasi). Selanjutnya, air hujan ini akan meresap ke
dalam tanah (menjadi air tanah) atau mengalir menjadi air permukaan yang akhirnya
membentuk sungai, danau atau rawa. Pendekatan siklus air ini dihitung menggunakan
neraca air. neraca air lahan merupakan suatu estimasi ketersediaan air yang berada pada
suatu lahan tertentu dengan jenis tutupan tertentu. Ketersediaan air yang berada dibumi
merupakan suatu sistem yang dinamik, artinya selalu berubah dari waktu ke waktu.
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1982) neraca air merupakan penjelasan tentang
hubungan keseimbangan antara aliran yang masuk (inlflow) dan aliran yang keluar
(outflow) dari air di suatu hamparan lahan pada periode tertentu. Hal yang sama juga
dijelaskan oleh Hillel (1972), dimana neraca air lahan merupakan rincian perubahan
simpanan air yang terdapat pada suatu lingkungan tertentu selama periode tertentu.

Neraca air lahan merupakan suatu estimasi ketersediaan air yang berada pada suatu lahan
tertentu dengan jenis tutupan tertentu. Ketersediaan air yang merupakan bagian dari
fenomena alam, sering sulit untuk diatur dan diprediksi dengan akurat. Hal ini karena
ketersediaan air mengandung unsur variabilitas ruang (spatial variability) dan variabilitas
waktu (temporal variability) yang sangat tinggi. mengingat daya dukung lingkungan
hidup tidak dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana
tata ruang harus memperhatikan aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi
pemanfaatan ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar daerah.

2.4.2.1 Metode Penentuan Daya Dukung Air


Metode daya dukung air di suatu wilayah, dengan mempertimbangkan ketersediaan dan
kebutuhan akan sumber daya air bagi penduduk yang hidup di wilayah itu. Dengan
metode ini, dapat diketahui secara umum apakah sumber daya air di suatu wilayah dalam
keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan air di
suatu wilayah tercukupi, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa wilayah tersebut
tidak dapat memenuhi kebutuhan airnya. Hasil perhitungan dengan metode ini dapat
dijadikan bahan masukan/pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruang dan
evaluasi pemanfaatan ruang dalam rangka penyediaan sumber daya air yang
berkelanjutan. Penentuan daya dukung air dilakukan dengan membandingkan
ketersediaan dan kebutuhan air dengan mengacu pada Permen LH Nomor 17 Tahun 2009.
Alur penentuan daya dukung air dapat dilihat pada Gambar 2.22.

2-40
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.22 Penentuan Daya Dukung Air

Ketersediaan air ditentukan dengan menggunakan metode koefisien limpasan


berdasarkan informasi penggunaan lahan serta data curah hujan tahunan. Sementara itu,
kebutuhan air dihitung dari hasil konservasi terhadap kebutuhan hidup layak.
Rumus :
C = ∑ (ci x Ai) / ∑Ai
R = ∑ Ri / m
SA = 10 x C x R x A
Keterangan:
SA = ketersediaan air (m3/tahun)
C = koefisien limpasan tertimbang
Ci = Koefisien limpasan penggunaan lahan i (lihat Tabel 9)
Ai = luas penggunaan lahan i (ha) dari data BPS atau Daerah Dalam Angka
R = rata-rata curah hujan tahunan wilayah (mm/tahunan) dari data BPS atau BMG
atau dinas terkait
Ri = curah hujan tahunan pada stasiun i
m = jumlah stasiun pengamatan curah hujan
A = luas wilayah (ha)
10 = faktor konversi dari mm.ha menjadi m3

Tabel 2.28 Koefisien Limpasan

Sumber : Permen LH 17/2009

2-41
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Untuk memenuhi kebutuhan air secara minimal yang harus dipenuhi untuk setiap
masyarakat Kota Pasuruan. Asumsi kebutuhan air dengan mengacu pada
SNI.6728.1:2015 yaitu pada skala kota sedang yaitu 120 L/orang/hari, sedangkan asumsi
20% untuk kebutuhan air bersih domestik (sekolah, kantor, tempat ibadah, dll).
Kebutuhan perkapita untuk air bersih domestik dan non domestik tersebut kemudian
dikalikan dengan jumlah penduduk pada setiap Desa/Kelurahan di Kota Pasuruan. Untuk
kebutuhan air pertanian dan kebutuhan air untuk industri berdasarkan penggunaan lahan
pertanian dan industri yang ada di Kota Pasuruan. Asumsi untuk kebutuhan air pada
kegiatan pertanian dihitung dengan mengalikan luas lahan pertanian sawah terhadap 1,2
Liter/detik/Ha pada setiap musim panen sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal untuk
irigasi pada Permen PU 01/2014 untuk standar pelayanan minimal kebutuhan irigasi
sawah, sedangkan untuk kebutuhan air industri sebanyak sebanyak 0,7 Liter/detik/Ha.

2.4.2.2 Hasil Analisa Daya Dukung Air


Ketersediaan air ditentukan dengan menggunakan metode koefisien limpasan
berdasarkan informasi penggunaan lahan serta data curah hujan tahunan yang ada di Kota
Pasuruan (4 Kecamatan) selama 10 tahun terakhir mulai dari tahun 2009 sampai 2019
pada Tabel 2.29 dibawah ini.

Untuk analisa kebutuhan air, dibagi berdasarkan jenis penggunaannya antara lain
kebutuhan air domestik, kebutuhan air non domestik, kebutuhan air pertanian dan
kebutuhan air untuk industri. Adapun untuk perhitungan jumlah kebutuhan air untuk
kegiatan domestik dan non domestik, pertanian dan industri untuk jumlah kebutuhan air
dapat dilihat pada Tabel 2.30 dibawah ini.

Berdasarkan perhitungan ketersediaan air dengan metode koefisien limpasan dimana


mengacu pada data klimatologi curah hujan rata-rata 172,8 mm/tahun (Kota Pasuruan
Dalam Angka, 2019) terhadap informasi penggunaan lahan di Kota Pasuruan, maka hasil
dari potensi debit air permukaan (run off) dan air tanah dangkal (infiltrasi) dapat dilihat
pada untuk jumlah total ketersediaan air dapat dilihat pada Tabel 2.31 sampai Tabel 2.34
dibawah ini.

2-42
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Tabel 2.29 Rekapitulasi Curah Hujan Selama 10 Tahun Terakhir


Bulan Jumlah
Tahun Rata-rata
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des (mm/tahun)
2009 273.0 186.0 57.0 56.0 264.0 48.0 0.0 0.0 0.0 0.0 61.0 79.0 1,024.0 85.3
2010 227.0 93.0 87.0 154.0 123.0 29.0 17.0 0.0 57.0 46.0 33.0 48.0 914.0 76.2
2011 64.0 63.0 160.0 69.0 20.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 55.0 79.0 510.0 42.5
2012 219.0 92.0 24.0 50.0 32.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 20.0 110.0 547.0 45.6
2013 26.0 23.0 17.0 25.0 20.0 34.0 6.0 0.0 0.0 0.0 34.0 8.0 193.0 16.1
2014 223.0 68.0 183.0 12.0 1.0 8.0 3.0 0.0 0.0 0.0 0.0 169.0 667.0 55.6
2015 10.0 5.0 3.0 4.0 2.0 0.0 0.0 2.0 0.0 0.0 2.0 9.0 37.0 3.1
2016 8.0 13.0 3.0 2.0 2.0 7.0 0.0 0.0 0.0 29.0 2.0 9.0 75.0 6.3
2017 12.0 6.0 9.0 5.0 2.0 7.0 0.0 0.0 0.0 0.0 17.0 10.0 68.0 5.7
2018 8.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.0 3.0 17.0 1.4
Rata-rata (mm/bulan) 107.0 55.2 54.4 37.7 46.6 13.3 2.6 0.2 5.7 7.5 22.6 52.4 405.20
Sumber : Hasil Analisa Data Curah Hujan, 2020

Tabel 2.30 Perhitungan Kebutuhan Air Per Kecamatan Tahun 2020


Kebutuhan Air
Jumlah Luasan lahan Luasan Kebutuhan Kebutuhan Air Kebutuhan Total
N Kebutuhan
Kecamatan Penduduk pertanian Kawasan Air Non Pertanian Per Air Untuk Kebutuhan
o Air Domestik
(Jiwa) (Ha) Industri (Ha) Domestik Musim Tanam Industri Air (L/detik)
(L/detik)
(L/detik) (L/detik) (L/detik)
1 Kec. Gadingrejo 48.782 251,97 105,75 67,75 13,55 302,36 74,03 457,69
2 Kec. Purworejo 62.640 83,18 9,37 87,00 17,40 99,82 6,56 210,77
3 Kec. Bugulkidul 35.642 516,00 25,26 49,50 9,90 619,20 17,68 696,29
4 Kec. Panggungrejo 69.140 15,81 61,38 96,03 19,21 18,97 42,97 177,17
Sumber : Hasil Analisa, 2020

2-43
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Tabel 2.31 Perhitungan Ketersediaan Debit Air Permukaan (Run Off) dan Air Tanah Dangkal (Infiltrasi) Kecamatan Gadingrejo

Luasan Luasan R I
No Jenis Penggunaan Lahan Luasan (Ha) Nilai C* IK
(Km2) (m2) (L/detik) (L/detik)
1 Sempadan Pantai - - - 0,15 0,85 - -
2 Sempadan Rel 4,46 0,04 44.600 0,15 0,85 0,09 0,49
3 Sempadan Sungai 2,80 0,03 28.000 0,3 0,7 0,11 0,25
4 Ruang Terbuka Hijau 41,65 0,42 416.500 0,15 0,85 0,80 4,55
5 Hutau Bakau - - - 0,18 0,82 - -
6 Budidaya Perikanan Air Payau 6,90 0,07 69.000 0,35 0,65 0,31 0,58
7 Kawasan Pertanian Lahan Basah 244,40 2,44 2.444.000 0,2 0,8 6,28 25,12
8 Kawasan Pertanian Lahan Kering 7,57 0,08 75.700 0,2 0,8 0,19 0,78
9 Industri Sedang dan Pergudangan 105,75 1,06 1.057.500 0,35 0,65 4,76 8,83
10 Perdagangan dan Jasa 9,27 0,09 92.700 0,35 0,65 0,42 0,77
11 Perkantoran 2,47 0,02 24.700 0,3 0,7 0,10 0,22
12 Permukiman 178,63 1,79 1.786.300 0,4 0,6 9,18 13,77
13 Rencana Permukiman 175,27 1,75 1.752.700 0,3 0,7 6,76 15,76
14 Pariwisata Alam - - - 0,2 0,8 - -
15 Fasilitas Pendidikan - - - 0,18 0,82 - -
16 Fasilitas Umum 11,74 0,12 117.400 0,2 0,8 0,30 1,21
17 Prasarana Transportasi - - - 0,18 0,82 - -
18 Kawasan Pelabuhan - - - 0,18 0,82 - -
19 Kawasan Pertahanan dan Keamanan 0,93 0,01 9.300 0,18 0,82 0,02 0,10
20 Tempat Pembuangan Akhir - - - 0,2 0,8 - -
21 Jalan 21,94 0,22 219.400 0,18 0,82 0,51 2,31
22 Sungai 3,02 0,03 30.200 0,2 0,8 0,08 0,31
TOTAL 816,80 8,17 8.168.000 5,08 16,92 29,9 75,1
Sumber : Hasil Analisa, 2020

2-44
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Tabel 2.32 Perhitungan Ketersediaan Debit Air Permukaan (Run Off) dan Air Tanah Dangkal (Infiltrasi) Kecamatan Purworejo

Luasan Luasan Nilai R I


No Jenis Penggunaan Lahan Luasan (Ha) IK
(Km2) (m2) C* (L/detik) (L/detik)
1 Sempadan Pantai - - - 0,15 0,85 - -
2 Sempadan Rel - - - 0,15 0,85 - -
3 Sempadan Sungai 8,85 0,09 88.500 0,3 0,7 0,34 0,80
4 Ruang Terbuka Hijau 61,39 0,61 613.900 0,15 0,85 1,18 6,70
5 Hutau Bakau - - - 0,18 0,82 - -
6 Budidaya Perikanan Air Payau - - - 0,35 0,65 - -
7 Kawasan Pertanian Lahan Basah 77,45 0,77 774.500 0,2 0,8 1,99 7,96
8 Kawasan Pertanian Lahan Kering 5,73 0,06 57.300 0,2 0,8 0,15 0,59
9 Industri Sedang dan Pergudangan 9,37 0,09 93.700 0,35 0,65 0,42 0,78
10 Perdagangan dan Jasa 45,26 0,45 452.600 0,35 0,65 2,04 3,78
11 Perkantoran 5,92 0,06 59.200 0,3 0,7 0,23 0,53
12 Permukiman 218,41 2,18 2.184.100 0,4 0,6 11,23 16,84
13 Rencana Permukiman 97,70 0,98 977.000 0,3 0,7 3,77 8,79
14 Pariwisata Alam - - - 0,2 0,8 - -
15 Fasilitas Pendidikan - - - 0,18 0,82 - -
16 Fasilitas Umum 16,17 0,16 161.700 0,2 0,8 0,42 1,66
17 Prasarana Transportasi - - - 0,18 0,82 - -
18 Kawasan Pelabuhan - - - 0,18 0,82 - -
19 Kawasan Pertahanan dan Keamanan - - - 0,18 0,82 - -
20 Tempat Pembuangan Akhir - - - 0,2 0,8 - -
21 Jalan 18,23 0,18 182.300 0,18 0,82 0,42 1,92
22 Sungai 7,33 0,07 73.300 0,2 0,8 0,19 0,75
TOTAL 571,81 5,72 5.718.100 5,08 16,92 22,4 51,1
Sumber : Hasil Analisa, 2020

2-45
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Tabel 2.33 Perhitungan Ketersediaan Debit Air Permukaan (Run Off) dan Air Tanah Dangkal (Infiltrasi) Kecamatan Bugulkidul

Luasan Luasan R I
No Jenis Penggunaan Lahan Luasan (Ha) Nilai C* IK
(Km2) (m2) (L/detik) (L/detik)
1 Sempadan Pantai 12,82 0,13 128.200 0,15 0,85 0,25 1,40
2 Sempadan Rel 3,99 0,04 39.900 0,15 0,85 0,08 0,44
3 Sempadan Sungai 17,91 0,18 179.100 0,3 0,7 0,69 1,61
4 Ruang Terbuka Hijau 40,89 0,41 408.900 0,15 0,85 0,79 4,47
5 Hutau Bakau 28,66 0,29 286.600 0,18 0,82 0,66 3,02
6 Budidaya Perikanan Air Payau 536,47 5,36 5.364.700 0,35 0,65 24,13 44,80
7 Kawasan Pertanian Lahan Basah 509,42 5,09 5.094.200 0,2 0,8 13,09 52,36
8 Kawasan Pertanian Lahan Kering 6,58 0,07 65.800 0,2 0,8 0,17 0,68
9 Industri Sedang dan Pergudangan 25,26 0,25 252.600 0,35 0,65 1,14 2,11
10 Perdagangan dan Jasa 11,89 0,12 118.900 0,35 0,65 0,53 0,99
11 Perkantoran 10,73 0,11 107.300 0,3 0,7 0,41 0,97
12 Permukiman 158,35 1,58 1.583.500 0,4 0,6 8,14 12,21
13 Rencana Permukiman 191,05 1,91 1.910.500 0,3 0,7 7,36 17,18
14 Pariwisata Alam 6,74 0,07 67.400 0,2 0,8 0,17 0,69
15 Fasilitas Pendidikan - - - 0,18 0,82 - -
16 Fasilitas Umum 5,72 0,06 57.200 0,2 0,8 0,15 0,59
17 Prasarana Transportasi 1,90 0,02 19.000 0,18 0,82 0,04 0,20
18 Kawasan Pelabuhan - - - 0,18 0,82 - -
19 Kawasan Pertahanan dan Keamanan - - - 0,18 0,82 - -
20 Tempat Pembuangan Akhir 6,23 0,06 62.300 0,2 0,8 0,16 0,64
21 Jalan 24,47 0,24 244.700 0,18 0,82 0,57 2,58
22 Sungai 15,75 0,16 157.500 0,2 0,8 0,40 1,62
TOTAL 1.614,83 16,15 16.148.300 5,08 16,92 58,9 148,6
Sumber : Hasil Analisa, 2020

2-46
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Tabel 2.34 Perhitungan Ketersediaan Debit Air Permukaan (Run Off) dan Air Tanah Dangkal (Infiltrasi) Kecamatan Panggungrejo

Luasan Luasan R I
No Jenis Penggunaan Lahan Luasan (Ha) Nilai C* IK
(Km2) (m2) (L/detik) (L/detik)
1 Sempadan Pantai 15,82 0,16 158.200 0,15 0,85 0,30 1,73
2 Sempadan Rel 5,13 0,05 51.300 0,15 0,85 0,10 0,56
3 Sempadan Sungai 9,21 0,09 92.100 0,3 0,7 0,36 0,83
4 Ruang Terbuka Hijau 49,01 0,49 490.100 0,15 0,85 0,94 5,35
5 Hutau Bakau 10,90 0,11 109.000 0,18 0,82 0,25 1,15
6 Budidaya Perikanan Air Payau 40,08 0,40 400.800 0,35 0,65 1,80 3,35
7 Kawasan Pertanian Lahan Basah 15,81 0,16 158.100 0,2 0,8 0,41 1,63
8 Kawasan Pertanian Lahan Kering - - - 0,2 0,8 - -
9 Industri Sedang dan Pergudangan 61,38 0,61 613.800 0,35 0,65 2,76 5,13
10 Perdagangan dan Jasa 115,78 1,16 1.157.800 0,35 0,65 5,21 9,67
11 Perkantoran 33,19 0,33 331.900 0,3 0,7 1,28 2,99
12 Permukiman 260,11 2,60 2.601.100 0,4 0,6 13,37 20,05
13 Rencana Permukiman 136,17 1,36 1.361.700 0,3 0,7 5,25 12,25
14 Pariwisata Alam 3,30 0,03 33.000 0,2 0,8 0,08 0,34
15 Fasilitas Pendidikan 0,94 0,01 9.400 0,18 0,82 0,02 0,10
16 Fasilitas Umum 20,50 0,21 205.000 0,2 0,8 0,53 2,11
17 Prasarana Transportasi 0,10 0,00 1.000 0,18 0,82 0,00 0,01
18 Kawasan Pelabuhan 45,74 0,46 457.400 0,18 0,82 1,06 4,82
19 Kawasan Pertahanan dan Keamanan 7,42 0,07 74.200 0,18 0,82 0,17 0,78
20 Tempat Pembuangan Akhir - - - 0,2 0,8 - -
21 Jalan 39,07 0,39 390.700 0,18 0,82 0,90 4,12
22 Sungai 5,53 0,06 55.300 0,2 0,8 0,14 0,57
TOTAL 875,19 8,75 8.751.900 5,08 16,92 34,9 77,5
Sumber : Hasil Analisa, 2020

2-47
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Tabel 2.35 Total Ketersediaan Air Per Kecamatan Tahun 2020

Ketersediaan Air Permukaan Ketersediaan Air Tanah Ketersediaan Total


No Kecamatan Luas wilayah (Ha)
(L/Detik) (L/Detik) (L/Detik)

1 Kec. Gadingrejo 816,80 29,89 75,05 104,95


2 Kec. Purworejo 571,81 22,36 51,11 73,47
3 Kec. Bugulkidul 1.614,83 58,93 148,55 207,49
4 Kec. Panggungrejo 875,19 34,94 77,51 112,45
Sumber : Hasil Analisa, 2020

Tabel 2.36 Status Daya Dukung Air Tahun 2020

Total Ketersediaan Air Total Kebutuhan


No Kecamatan Jumlah Penduduk Selisih Status Rasio
(L/Detik) Air (L/detik)

1 Kec. Gadingrejo 48.782 104,95 383,67 -278,72 Terlampaui 0,3


2 Kec. Purworejo 62.640 73,47 204,22 -130,75 Terlampaui 0,4
3 Kec. Bugulkidul 35.642 207,49 678,60 -471,11 Terlampaui 0,3
4 Kec. Panggungrejo 69.140 112,45 134,20 -21,75 Terlampaui 0,8
Sumber : Hasil Analisa, 2020

2-48
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Untuk menunjukan besaran relatif, perlu juga dinyatakan dengan nilai supply/demand.
Supply menujukan jumlah ketersediaan air di wilayah tersebut yaitu berupa jumlah
ketersediaan air dari volume curah hujan rerata kawasan, sedangkan demand menunjukan
jumlah kebutuhan air berdasarkan faktor penentuan kebutuhan air di Kota Pasuruan.
Dalam perhitungan maka status daya dukung air di Kota Pasuruan berada pada kondisi
terlampaui, artinya ada yang tidak memenuhi daya dukung air (Tabel 2.36). Kriteria
status daya dukung lingkungan berbasis neraca air tidak cukup dinyatakan dengan
terlampaui dimana rasio daya dukung air Kota Pasuruan per kecamatan kurang dari 1.
Penggambaran dari model sebaran kebutuhan dan ketersediaan air serta status daya
dukung air berdasarkan sebaran kepadatan penduduk dapat dilihat pada Gambar 2.23.

Tahun 2020
800
678,60
700
600
Liter/Detik

500 383,67
400
300 204,22 207,49
200 104,95 112,45134,20
73,47
100
0
Kec. Gadingrejo Kec. Purworejo Kec. Bugulkidul Kec. Panggungrejo
Kecamatan

Total Ketersediaan Air (L/Detik) Total Kebutuhan Air (L/detik)

Gambar 2.23 Grafik Proyeksi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Tahun 2020

2-49
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.24 Peta Status Daya Dukung Air Kota Pasuruan

2-50
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.4.3 Daya Dukung Lahan


Untuk mengetahui daya dukung lahan berdasarkan perbandingan antara ketersediaan dan
kebutuhan lahan bagi penduduk yang hidup di suatu wilayah. Pendekatan ini dapat
menunjukkan gambaran umum apakah daya dukung lahan suatu wilayah dalam keadaan
surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat di
suatu wilayah masih dapat mencukupi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah
tersebut, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat
sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah tersebut. hal ini
sebagaimana diatur dalam Permen LH No. 17 Tahun 2009. Hasil perhitungan dengan
pendekatan ini dapat dijadikan bahan masukan/pertimbangan dalam penyusunan rencana
tata ruang dan evaluasi pemanfaatan ruang, terkait dengan penyediaan produk hayati
secara berkelanjutan melalui upaya pemanfaatan ruang yang menjaga kelestarian fungsi
lingkungan hidup. Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per
penduduk merupakan kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi produktivitas beras
lokal, dimana :
 Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan sebesar 1 ton setara
beras/kapita/tahun
 Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras lokal, dapat menggunakan data
rata-rata produktivitas beras nasional sebesar 2.400 kg/ha/tahun

Perhitungan ketersediaan lahan dilakukan berdasarkan Permen LH No. 17 Tahun 2009


tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang
Wilayah. Sedangkan kebutuhan lahan adalah kebutuhan hidup minimum. Tekanan
penduduk terhadap daya dukunglah dapat ditentukan berdasarkan nilai perbandingan
antara jumlah penduduk dan presentase petani dengan luas lahan minimal untuk hidup
layak (Soermarwoto, 2000). Penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan
membandingkan ketersediaan dan kebutuhan lahan sehingga dapat dilihat status daya
dukung lahan yang mencukupi kebutuhan akan produksi hayati terhadap penduduk yang
tinggal di suatu kawasan. Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara
ketersediaan lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL) (Permen LH No.17 Tahun 2009),
bahwa :
 Bila SL > DL, daya dukung lahan dinyatakan Tidak Terlampaui
 Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan Terlampaui

2.4.3.1 Metode Penentuan Daya Dukung Lahan


Perhitungan daya dukung lahan di Kota Pasuruan dengan data yang diperlukan dalam
perhitungan ketersediaan lahan yaitu produksi aktual tiap jenis komoditi dan harga beras
di tingkat produsen, harga satuan tiap komoditi ditingkat produsen, dan produktivitas
beras di Kota Pasuruan. Data yang digunakan berasal dari jenis-jenis komoditas pangan
yang berada di Kota Pasuruan, yang terdiri dari pertanian, perkebunan dan buah-buahan

2-51
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

berasal dari BPS Kota Pasuruan terbaru. Untuk perhitungan kebutuhan lahan diperoleh
dengan cara mengalikan jumlah penduduk dengan kebutuhan lahan untuk hidup layak
(KHLL). Luas lahan yang dibutuhkan untuk kehidupan hidup layak per penduduk
merupakan kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi produktivitas beras lokal.

Hasil status daya dukung lahan per kecamatan yang ada di Kota Pasuruan, maka dapat
dilihat terdapat perbedaan daya dukung lahan terhadap penyediaan pangan pada setiap
desa/kelurahannya. Jika desa/kelurahan yang memiliki daya dukung lahan memenuhi
daya dukung (tidak terlampaui) maka memperlihatkan bahwa daerah desa/kelurahan
tersebut memiliki lahan yang produktif untuk beras dan jenis pangan lainnya. Secara
esensial pemenuhan pangan untuk masyarakat di daerah kecamatan tersebut dapat
tercukupi. Sedangkan jika terdapat kecamatan yang memiliki tidak memenuhi daya
dukung lahan (terlampaui) maka daerah tersebut dalam pemenuhan pangannya tidak
tercukupi dengan jumlah produktivitas lahan yang ada. Penentuan daya dukung lahan
dilakukan dengan membandingkan ketersediaan dan kebutuhan lahan seperti digambar
dalam diagram dibawah ini.

Gambar 2.25 Diagram Penentuan Daya Dukung Lahan

Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan data total produksi aktual setempat dari setiap
komoditas di suatu wilayah, dengan menjumlahkan produk dari semua komoditas yang
ada di wilayah tersebut. Untuk penjumlahan ini digunakan harga sebagai faktor konversi
karena setiap komoditas memiliki satuan yang beragam. Sementara itu, kebutuhan lahan
dihitung berdasarkan kebutuhan hidup layak.

Perhitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :


1. Perhitungan Ketersediaan (Supply) Lahan
Rumus :
Σ (𝑃𝑖 𝑥 𝐻𝑖) 1
𝑆𝐿 = 𝑋
𝐻𝑏 𝑃𝑡𝑣𝑏
Keterangan :
SL = Ketersediaan lahan (ha)
Pi = Produksi aktual tiap jenis komoditi (satuan tergantung kepada jenis komoditas)
Komoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan dan perikanan.
Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) di tingkat produsen

2-52
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Hb = Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat produsen


Ptvb = Produktivitas beras (kg/ha)

Dalam perhitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk menyetarakan produk
non beras ddengan beras adalah harga.

2. Perhitugan Kebutuhan (Demand) Lahan


Rumus :
𝐷𝐿 = 𝑁 𝑥 𝐾𝐻𝐿𝐿

Keterangan :
DL = Total kebutuhan lahan setara beras (ha)
N = Jumlah penduduk (orang)
KHLL = Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak
per penduduk

2.4.3.2 Hasil Analisa Daya Dukung Lahan


 Analisis Ketersediaan Lahan
Perhitungan daya dukung lahan di Kota Pasuruan dengan data yang diperlukan dalam
perhitungan ketersediaan lahan yaitu produksi aktual tiap jenis komoditi (Pi) dan harga
beras di tingkat produsen (Hb), harga satuan tiap komoditi ditingkat produsen (Hi), dan
produktivitas beras di Kota Pasuruan (Pt). Data yang digunakan berasal dari jenis-jenis
komoditas pangan yang tersebut di Kota Pasuruan sebagaimana pada Tabel 2.37.

Tabel 2.37 Hasil Perhitungan Nilai Produksi Total Kota Pasuruan

Produksi Aktual Harga Satuan


Jenis Nilai Produksi
No Komoditas
Komoditas Kwintal Kg (Rp)
(Rp/kg)
1 Padi Sawah 649,20 64.920 8.000 519.360.000
2 Padi Gogo - - - -
3 Jagung - - - -
4 Kedelai 140 14.000 8.000 112.000.000
5 Alpukat 168 16.800 17.000 285.600.000
6 Anggur 600 60.000 20.000 1.200.000.000
7 Belimbing 3.175 317.500 12.000 3.810.000.000
8 Jambu Air 1.637 163.700 10.000 1.637.000.000
9 Jambu Biji 1.370 137.000 15.000 2.055.000.000
10 Jeruk Besar 57 5.700 15.000 85.500.000
11 Jeruk 57 5.700 15.000 85.500.000
12 Mangga 29.970 2.997.000 22.000 65.934.000.000
13 Nangka 1.360 136.000 7.500 1.020.000.000
14 Pepaya 1.181 118.100 6.000 708.600.000

2-53
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Produksi Aktual Harga Satuan


Jenis Nilai Produksi
No Komoditas
Komoditas Kwintal Kg (Rp)
(Rp/kg)
15 Pisang 4.091 409.100 7.500 3.068.250.000
16 Salak 128 12.800 10.000 128.000.000
17 Sawo 721 72.100 13.000 937.300.000
18 Sirsak 643 64.300 10.000 643.000.000
19 Sukun 6 600 5.000 3.000.000
20 Melinjo 2.475 247.500 8.000 1.980.000.000
TOTAL 84.212.110.000
Sumber : Hasil Analisa (2020) dari Kota Pasuruan Dalam Angka (2019)

Perhitungan ketersediaan lahan (SL) berdasarkan persamaan sebagai berikut :


𝑅𝑝 84.212.110.000 1
𝑆𝐿 = 𝑥 𝑘𝑔 = 137.351 𝐻𝑎
𝑅𝑝 8.000 76,6
ℎ𝑎

Jadi ketersediaan lahan (SL) di Kota Pasuruan yaitu 137.351 Ha

 Analisis Kebutuhan Lahan


Kebutuhan lahan diperoleh dengan cara mengalikan jumlah penduduk (N) dengan
kebutuhan lahan untuk hidup layak (KHLL). Luas lahan yang dibutuhkan untuk
kebutuhan hidup layak per penduduk merupakan kebutuhan hidup layak per penduduk
dibagi produktivitas beras lokal. Menurut Permen LH No. 17 Tahun 2009, untuk
kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan sebesar 1 ton setara beras/kapita/tahun.
Seperti yang telah diketahui di atas, produktivitas beras di Kota Pasuruan adalah
153,3 kg/Ha/tahun. Perhitungan kebutuhan lahan untuk hidup layak adalah sebagai
berikut :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑠
1 𝑡𝑜𝑛
𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐾𝐻𝐿 = 𝑘𝑔 = 6,52 Ha/orang
153,3 /𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
ℎ𝑎

Jadi kebutuhan lahan untuk hidup layak di Kota Pasuruan adalah 6,52 Ha/orang.
Kebutuhan lahan diperoleh dengan cara mengalikan jumlah penduduk (N) dengan
kebutuhan lahan untuk hidup layak (KHL). Perhitungan kebutuhan lahan (DL) pada tahun
saat ini dengan jumlah penduduk tahun 2020 sebesar 216.203 jiwa, dengan menggunakan
persamaan :
DL = 216.203 jiwa x 6,52 jiwa/Ha
= 1.410.517,68 Ha

Sehingga untuk kebutuhan lahan (DL) untuk Kota Pasuruan pada tahun 2020 adalah
1.410.517,68 Ha.

2-54
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

 Status Daya Dukung Lahan (Pangan)


Hasil status daya dukung lahan yang ada di Kota Pasuruan, maka dapat dilihat bahwa
daerah tersebut tidak memenuhi daya dukung lahan (terlampaui), daerah tersebut dalam
pemenuhan pangannya tidak tercukupi dengan jumlah produktivitas lahan yang ada,
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 2.38 Status Daya Dukung Lahan (Pangan) Kota Pasuruan

Status
Jumlah Ketersedia
N Kebutuhan Daya
Tahun Penduduk an Lahan Selisih Rasio
o Lahan (Ha) Dukung
(jiwa) (Ha)
Lahan
1 2020 216.203 1.410.517,68 137.350,57 -1.273.167,11 Terlampaui 0,10
Sumber: Hasil analisa, 2020

Model persebaran kebutuhan dan ketersediaan lahan pangan serta status daya dukung
lahan pangan berdasarkan distribusi penduduk grid dapat dilihat pada Gambar 2.26.

Pada dasarnya daya dukung lahan ini telah memberikan gambaran tentang rencana
program atau kegiatan yang dapat dilakukan dalam pembangunan lahan untuk komoditas
pangan. Kondisi degradasi lahan berupa penurunan daya dukung lahan dan pencemaran
lahan perkebunan, menjadi ancaman serius yang harus dihindari. Kota Pasuruan sebagai
wilayah perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan untuk komoditas pangan dalam
kondisi defisit haruslah melakukan strategi dalam peningkatan daya dukung lahan yang
ada, dengan melakukan :
 Konsep pertanian berkelanjutan
 Penggunaan lahan yang tepat, salah satu bagian dari konservasi tanah dan air pada
setiap bidang tanah sehingga penggunaan lahan yang ada tidak rusak dan dapat
menjamin produktifitas lahan yang tinggi.
 Meminimalisir input dari luar daerah (pupuk, bibit, dan pestisida)
 Mengurangi pengolahan tanah yang terlalu intesif

2-55
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.26 Peta Status Daya Dukung Pangan Kota Pasuruan

2-56
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.4.4 Daya Dukung dan Daya Tampung Berbasis Jasa Ekosistem


Konsep penentuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan
memperhitungkan kondisi daya dukung, daya tampung dimana :
 Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan
antarkeduanya.
 Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan
kedalamnya.

Berdasarkan batasan konsep tersebut, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
diukur dengan pendekatan jasa ekosistem. Semakin tinggi nilai jasa ekosistem, maka
semakin tinggi pula kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Untuk
memperoleh nilai jasa ekosistem digunakan dua penaksiran yaitu landscape based proxy
dan landcover/landused based proxy, yang selanjutnya digunakan dasar untuk melakukan
pemetaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Jasa ekosistem adalah keuntungan yang diperoleh manusia dari ekosistem (MA, 2005).
Jasa ekosistem dikategorikan menjadi empat, yaitu meliputi jasa penyediaan
(provisioning), jasa pengaturan (regulating), jasa budaya (cultural), dan jasa pendukung
(supporting) (MA, 2005).
a. Jasa Penyediaan : bahan makanan, air bersih, serat, bahan bakar dan
bahan dasar lainnya, materi genetik, bahan obat dan biokimia,
spesies hias.
b. Jasa Pengaturan : pengaturan kualitas udara, pengaturan iklim, pencegahan
gangguan, pengaturan air, pengolahan limbah, perlindungan
tanah, penyerbukan, pengaturan biologis, pembentukan tanah
c. Jasa Budaya : estetika, rekreasi, warisan dan identitas budaya, spiritual dan
keagamaan, pendidikan
d. Jasa Pendukung : habitat berkembang biak, perlindungan plasma nutfah

Tabel 2.39 Klasifikasi Jasa Ekosistem


No Jenis Jasa Ekositem Jenis DDL DTL
1 Jasa Penyediaan 1. Pangan
(Provisioning) 2. Air bersih
3. Serat (fiber)
4. Bahan bakar (fuel), Kayu dan Fosil
5. Sumberdaya genetik

2-57
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

No Jenis Jasa Ekositem Jenis DDL DTL


2 Jasa Pengaturan 1. Pengaturan iklim
(Regulating) 2. Pengaturan tata aliran air & banjir
3. Pencegahan dan perlindungan dari bencana
alam
4. Pemurnian air
5. Pengolahan dan penguraian limbah
6. Pemeliharaan kualitas udara
7. Pengaturan penyerbukan alami (pollination)
8. Pengendalian hama & penyakit
3 Jasa Budaya (Cultural)* 1. Tempat tinggal & ruang hidup (sense of place)
2. Rekreasi & ecotourism
3. Estetika (Alam)
4. Pendidikan & pengetahuan
5. Ikatan budaya, adat, pola hidup
6. Spiritual & warisan leluhur
4 Jasa Pendukung 1. Pembentukan lapisan tanah & pemeliharaan
(Supporting) kesuburan
2. Siklus hara (nutrient cycle)
3. Produksi primer
4. Biodiversitas (perlindungan plasma nutfah)
5. Habitat perkembangbiakan flora fauna
Sumber: Millenium Ecosystem Assessment, 2005

Dalam kajian KLHS RDTR BWP Pasuruan ini, maka dengan bersumber dari dokumen
Daya Dukung dan Daya Tampung Jasa Ekosistem Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 yang
disusun oleh Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Pulau Jawa, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Adapun metode yang digunakan dalam analisa daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk Kota Pasuruan ini dengan mengacu
pada indeks daya dukung daya tampung berbasis jasa ekosistem Provinsi Jawa Timur
dengan kedetailan skala peta 1:50.000 yang disesuaikan dan dianalisa berdasarkan peta
tutupan lahan Kota Pasuruan skala 1:50.000 yang berasal dari interpretasi citra pleiades
Tahun 2017 dengan survey Tahun 2018.
Penilaian DDDT-LH Jasa Ekosistem Kota Pasuruan mengambil 6 jenis jasa ekosistem
yaitu Jasa Ekosistem Penyedia Air, Jasa Ekosistem Penyedia Pangan, Jasa Ekosistem
Pengaturan Tata Aliran Air Dan Banjir, Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan
Kualitas Udara, Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air dan Jasa Ekosistem Budidaya
Tempat Tinggal dan Ruang Hidup. Dasar pertimbangan dalam penentuan jasa ekosistem
yang dibahas dalam KLHS ini yaitu bahwa 6 jasa ekosistem ini merupakan fungsi
lingkungan hidup paling prioritas yang mampu memberikan layanan terhadap manusia
untuk tinggal didalamnya, yang dipengaruhi oleh kondisi tutupan lahan yang ada di Kota
Pasuruan. Hal ini dengan melihat aspek kualitas dan kuantitas air, penyediaan lahan untuk
ruang hidup dan tempat tinggal serta kualitas udara. Secara lebih lengkap uraian dari
masing-masing kondisi dan fungsi jasa ekosistem di Kota Pasuruan dapat dijelaskan
dibawah ini.

2-58
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.4.4.1 Jasa Ekosistem Penyedia Air


Ketersediaan air di suatu wilayah bergantung kepada pasokan dan cadangan air tanah dan
permukaan. Karakteristik tanah mempengaruhi kemampuan untuk menyerap dan
mengalirkan air. Jenis batuan setiap ekoregion akan menggambarkan potensi akuifer. Hal
ini berpengaruh untuk penyerapan air hujan di dalam tanah. Kota Pasuruan didominasi
jasa ekosistem penyedia air kategori sangat rendah mencapai 2.316,62 Ha atau 59,4%.
Kemudian disusul kategori penyedia air rendah sangat tinggi sebanyak 883,87 Ha atau
22,7%. Secara lengkap dapat dilihat dalam Tabel 2.40 dibawah ini.

Tabel 2.40 Luas dan Presentase Jasa Ekosistem Penyedia Air


Jenis DDDTLH Kategori Luas (Ha) %
Sangat Rendah 2.316,62 59,4%
Rendah 191,98 4,9%
Jasa Ekosistem Sedang 435,63 11,2%
Penyedia Air Tinggi 73,13 1,9%
Sangat Tinggi 883,87 22,7%
Jumlah 3.901,24 100,00%
Sumber : Hasil Analisa, 2020

Karakteristik tanah di dataran aluvial dan kaki gunung api didominasi pasir rongga antar
pori-pori tanah, di tanah bertekstur pasir relatif besar sehingga dapat menampung air
tanah. Jarak pori antar tanah yang besar juga memudahkan air hujan masuk dan mengalir.
Perbedaan karakteristik tanah dan batuan antar ekoregion menyebabkan variasi
kemampuan dalam mennyerap dan mengalirkan air. Luas dan persentase Jasa Ekosistem
Penyediaan Air Bersih tiap kecamatan di Kota Pasuruan dapat dilihat pada grafik dan peta
Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih dapat dilihat pada Gambar 2.27 - Gambar 2.28.

100% 3%
2%
18% 25%
80% 34% 21%
12% 2%
11% 8% Sangat Tinggi
60% 18% 14%
23% Tinggi
6%
40% Sedang
25% 63%
46% 51% Rendah
20%
8% Sangat Rendah
0% 10%
Kec. Bugul Kec. Kec. Kec.
Kidul Gadingrejo Panggungrejo Purworejo

Gambar 2.27 Grafik Jasa Ekosistem Penyedia Air Berdasarkan Kecamatan

2-59
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.28 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Air

2-60
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.4.4.2 Jasa Ekosistem Penyedia Pangan


Ekoregion menggambarkan karakteristik geografis suatu wilayah. Setiap karakteristik
mencerminkan potensi dan masalah masing-masing ekoregion. Kegiatan pertanian dan
lahan basah membutuhkan lahan yang subur serta ketersediaan air yang cukup. Kota
Pasuruan didominasi oleh jasa ekosistem penyediaan pangan dengan kategori sangat
rendah sebanyak 1.425,63 Ha atau 36,5% dan kategori sangat tinggi sebanyak 890,06 Ha
atau 22,8%. Secara lengkap kondisi jasa ekosistem penyedia pangan di Kota Pasuruan
dapat dilihat pada Tabel 2.41 dibawah ini.

Tabel 2.41 Luas dan Presentase Jasa Ekosistem Penyedia Pangan


Jenis DDDTLH Kategori Luas (Ha) %
Sangat Rendah 1.425,63 36,5%
Rendah 360,49 9,2%
Jasa Ekosistem Sedang 746,94 19,1%
Penyedia Pangan Tinggi 478,11 12,3%
Sangat Tinggi 890,06 22,8%
Jumlah 3.901,24 100,00%
Sumber : Hasil Analisa, 2020

Perbedaan karakteristik jenis tanah dan ketersediaan air mempengaruhi kesesuaian lahan
untuk pengembangan pertanian lahan basah. Dataran aluvial dan kaki gunung api
memiliki kesuburan tanah yang tinggi karena kaya unsur hara. Berdasarkan luasannya
dalam penyedia pangan per kecamatan di Kota Pasuruan, maka grafik dan peta Jasa
Ekosistem Penyediaan Pangan Kota Pasuruan dapat dilihat pada Gambar 2.29 dan
Gambar 2.30.

100% 3%
2%
18% 25%
80% 34% 21%
12% 2%
11% 8% Sangat Tinggi
60% 18% 14%
23% Tinggi
6%
40% Sedang
25% 63%
51% Rendah
20% 46%
8% Sangat Rendah
10%
0%
Kec. Bugul Kec. Kec. Kec.
Kidul Gadingrejo Panggungrejo Purworejo

Gambar 2.29 Grafik Jasa Ekosistem Penyedia Pangan Berdasarkan Kecamatan

2-61
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.30 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Pangan

2-62
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.4.4.3 Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir


Setiap ekoregion mempunyai tanah dan batuan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut
mencerminkan kemampuan ekoregion dalam meloloskan dan mengalirkan air. Semakin
baik kemampuan tersebut maka potensi pengaturan untuk tata air dan banjir juga akan
semakin tinggi. Jasa Ekosistem Pengatur air di Kota Pasuruan didominasi oleh kategori
sangat rendah seluas 2.113,93 Ha atau 54,2% dari luas wilayah total 3.901,24 Ha.
Kemudian disusul dengan kategori tinggi sebanyak 943,81 Ha atau 24,2%. Secara
lengkap dapat dilihat dalam Tabel 2.42 dibawah ini.

Tabel 2.42 Luas dan Persentase Jasa Ekosistem Pengatur Tata Aliran Air dan Banjir
Jenis DDDTLH Kategori Luas (Ha) %
Sangat Rendah 2.113,93 54,2%
Jasa Ekosistem Rendah 813,46 20,9%
Pengatur Tata Sedang 27,13 0,7%
Aliran Air dan Tinggi 943,81 24,2%
Banjir Sangat Tinggi 2,92 0,1%
Jumlah 3.901,24 100,00%
Sumber : Hasil Analisa, 2020

Data aluvial yang sudah menjadi permukiman mempunyai potensi sangat rendah.
Sebagian besar permukaan tanah sudah diperkeras sehingga air hujan langsung menuju
ke sungai atau menggenang. Kondisi ini memicu peningkatan potensi banjir karena
kenaikan aliran sungai terjadi dalam waktu yang singkat. Jumlah vegetasi sebagai
penahan air hujan relatif minim karena telah berganti menjadi bangunan dan permukiman.
Karakteristik jenis tanah dan batuan akan mempengaruhi potensi untuk mengatur tata air
dan banjir. Berdasarkan luasannya dalam pengaturan tata air dan banjir di Kota Pasuruan
ini bervariasi untuk setiap kelurahannya. Grafik dan peta Jasa Ekosistem Pengaturan Tata
Aliran Air dan Banjir Kota Pasuruan dapat dilihat pada Gambar 2.31 dan Gambar 2.32.

100%

80%
Sangat Tinggi
60%
Tinggi
40% Sedang

20% Rendah
Sangat Rendah
0%
Kec. Bugul Kec. Kec. Kec.
Kidul Gadingrejo Panggungrejo Purworejo

Gambar 2.31 Grafik Jasa Ekosistem Pengatur Tata Aliran Air dan Banjir
Berdasarkan Kecamatan

2-63
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.32 Peta Jasa Ekosistem Pengatur Tata Aliran Air dan Banjir

2-64
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.4.4.4 Jasa Ekosistem Pengatur Pemurnian Air


Air mempunyai kemampuan untuk memurnikan dirinya sendiri (self purification).
Kondisi ini tergantung dari jenis zat pencemarnya, dan penyaring alami di alam. Tanah
dan batuan dapat menjadi penyaring alami untuk membantu air memurnikan dirinya
sendiri. Jasa Ekosistem Pengatur Pemurnian Air di Kota Pasuruan didominasi oleh
kategori sangat rendah seluas 2.163,33 Ha atau 55,5% dari luas wilayah total 3.901,24
Ha, disusul kategori sangat tinggi sebanyak 946,73 Ha atau 24,3% dan kategori rendah
seluas 755,65 Ha atau 19,4%. Secara lengkap dapat dilihat dalam Tabel 2.43.

Tabel 2.43 Luas dan Persentase Jasa Ekosistem Pengatur Pemurnian Air
Jenis DDDTLH Kategori Luas (Ha) %
Sangat Rendah 2.163,33 55,5%
Rendah 755,65 19,4%
Jasa Ekosistem
Sedang 12,73 0,3%
Pengatur
Tinggi 22,81 0,6%
Pemurnian Air
Sangat Tinggi 946,73 24,3%
Jumlah 3.901,24 100,00%
Sumber : Hasil Analisa, 2020

Setiap ekoregion mempunyai karakteristik tanah dan batuan yang berbeda sehingga
potensi pengaturannya bervariasi. Tanah dan batuan akan membantu proses alami
membersihkan air secara fisik. Sebagian ekoregion yang memiliki lahan pengaturan
pemurnian air rendah adalah berpenggunaan lahan permukaan. Secara lengkap luas dan
persentase jasa ekosistem pengaturan pemurnian air per kecamatan di Kota Pasuruan
dapat dilhat pada grafik dan peta dari persentase jasa ekosistem pengaturan pemurnian air
pada Gambar 2.33 dan Gambar 2.34.

100% 3%
2%
18% 25%
80% 34% 21%
12% 2%
11% 8% Sangat Tinggi
60% 18% 14%
23% Tinggi
6%
40% Sedang
25% 63%
51% Rendah
20% 46%
8% Sangat Rendah
10%
0%
Kec. Bugul Kec. Kec. Kec.
Kidul Gadingrejo Panggungrejo Purworejo

Gambar 2.33 Grafik Jasa Ekosistem Pengatur Pemurnian Air Berdasarkan Kecamatan

2-65
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.34 Peta Jasa Lingkungan Pengatur Pemurnian Air

2-66
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.4.4.5 Jasa Ekosistem Pengatur Pemeliharaan Kualitas Udara


Kebutuhan oksigen merupakan paling utama bagi kehidupan manusia. Kebutuhan tidak
hanya secara kuantitas akan tetapi kualitas. Kualitas udara yang buruk justru akan
berdampak terhadap kesehatan manusia. Jasa Ekosistem Pengaturan pemeliharaan
kualitas udara di Kota Pasuruan didominasi oleh kategori sangat rendah dengan
persentase 65,9% atau 2.570,93 Ha. Lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.44.

Tabel 2.44 Luas dan Persentase Jasa Ekosistem Pengatur Pemeliharaan Kualitas Udara
Jenis DDDTLH Kategori Luas (Ha) %
Sangat Rendah 2.570,93 65,9%
Jasa Ekosistem Rendah 283,03 7,3%
Pengatur Sedang 80,66 2,1%
Pemeliharaan Tinggi 966,62 24,8%
Kualitas Udara Sangat Tinggi 0 0%
Jumlah 3.901,24 100,00%
Sumber : Hasil Analisa, 2020

Perbedaan penggunaan lahan di ekoregion membuat potensi untuk pengaturan kualitas


udara berbeda. Penggunaan lahan berupa perkebunan, semak belukar dan padang rumput
mempunyai kerapatan vegetasi lebih rendah dibandingkan kawasan hutan. Ekoregion
yang sudah menjadi wilayah terbangun mempunyai potensi sangat rendah untuk
pengaturan kualitas udara. Polusi di permukiman sudah masif dari kendaraan bermotor
atau industri sehingga udara terkontaminasi. Kondisi ini diperparah jumlah vegetasi yang
minim sehingga produksi oksigen rendah. Secara lebih lengkap persentase jasa ekosistem
pengaturan pemeliharaan kualitas udara per kecamatan di Kota Pasuruan berupa grafik
dan peta Jasa Ekosistem Pemeliharaan Kualitas Udara dapat dilihat pada Gambar 2.35
dan Gambar 2.36.

100% 3%
2%
18% 25%
80% 34% 21%
12% 2%
11% 8% Sangat Tinggi
60% 18% 14%
23% Tinggi
6%
40% Sedang
25% 63%
51% Rendah
20% 46%
8% Sangat Rendah
10%
0%
Kec. Bugul Kec. Kec. Kec.
Kidul Gadingrejo Panggungrejo Purworejo

Gambar 2.35 Grafik Jasa Ekosistem Pengatur Pemeliharaan Kualitas Udara


Berdasarkan Kecamatan

2-67
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.36 Peta Jasa Ekosistem Pengatur Pemeliharaan Kualitas Udara

2-68
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2.4.4.6 Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal dan Ruang Hidup


Ekosistem memberikan manfaat positif bagi manusia khususunya ruang untuk tinggal dan
hidup sejahtera. Ruang hidup ini didukung oleh kemampuan dan kesesuaian lahan yang
tinggi sehingga memberikan dukungan kehidupan baik secara sosial, ekonomi maupun
budaya. Jasa ekosistem sebagai tempat tinggal dan ruang hidupa secara sosial sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik dan geografis serta peluang pengembangan
wilayah yang lebih besar. Jasa ekosistem budaya tempat tinggal dan ruang hidup di Kota
Pasuruan ini didominasi oleh kategori sedang sebanyak 43,5% atau 1.697,72 Ha disusul
dengan kategori tinggi sebanyak 32,9% atau 1.283,11 Ha dan kategori sangat rendah
sebanyak 20,1% atau 782,28 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.45.

Tabel 2.45 Luas dan Persentase Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal dan Ruang Hidup

Jenis DDDTLH Kategori Luas (Ha) %


Sangat Rendah 782,28 20,1%
Rendah 32,56 0,8%
Jasa Ekosistem Budaya Sedang 1.697,72 43,5%
Tempat Tinggal dan
Ruang Hidup Tinggi 1.283,11 32,9%
Sangat Tinggi 105,58 2,7%
Jumlah 3.901,24 100,00%
Sumber : Hasil Analisa, 2020

Semakin tinggi jasa ekosistem untuk tempat tinggal dan ruang hidup maka semakin besar
kemungkinan manusia untuk bisa menempati ruang sebagai tempat tinggalnya. Rincian
luas jasa ekosistem budaya tempat tinggal dan ruang hidup di Kota Pasuruan per
kecamatan dapat dilihat pada grafik dan peta jasa ekosistem budaya tempat tinggal dan
ruang hidup pada Gambar 2.37 dan Gambar 2.38.

100% 3%
2%
18% 25%
80% 34% 21%
12% 2%
11% 8% Sangat Tinggi
60% 18% 14%
23% Tinggi
6%
40% Sedang
25% 63%
51% Rendah
20% 46%
8% Sangat Rendah
10%
0%
Kec. Bugul Kec. Kec. Kec.
Kidul Gadingrejo Panggungrejo Purworejo

Gambar 2.37 Grafik Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal dan Ruang Hidup
Berdasarkan Kecamatan

2-69
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

Gambar 2.38 Peta Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal dan Ruang Hidup

2-70
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
RDTR KOTA PASURUAN TAHUN 2020

2-71

Anda mungkin juga menyukai