Anda di halaman 1dari 35

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Deskripsi Studio Akhir Arsitektur


Studio Akhir Arsitektur merupakan mata kuliah perancangan akhir yang
memberikan wawasan dan keterampilan pada mahasiswa untuk dapat
merancang bangunan dengan kompleksitas tertentu, hfungsi khusus dan
dengan konsep kuat pada tapak, baik pada kepadatan
tinggi/sedang/renggang, dengan pendalaman lebih dari segi teknikal/ sosial/
budaya/lingkungan, dan memenuhi persyaratan kemudahan, keamanan,
kenyamanan, keindahan, kesehatan, dan keselamatan.
1.2. Capaian Pembelajaran Lulusan
(terlampir)

1.3. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


(CPMK KAAB Terlampir)
Berikut adalah rangkuman kemampuan dan pengetahuan dalam SAA. Warna abu muda
menunjukkan kemampuan kumulatif dari studio sebelumnya.

2
II. PENUGASAN SAA-54

Studio Akhir Arsitektur (SAA) merupakan Studio Akhir di tingkat program Sarjana
Arsitektur yang merupakan kumulatif dari Studio 1 sampai 6. Pengetahuan yang
dikembangkan di Studio Akhir ini merupakan sarana untuk memasuki Pendidikan
Profesi Arsitek. Di dalam SAA ini peserta diminta untuk mengembangkan
gagasannya dengan menekankan pada tema yang berkaitan aspek-aspek
pengetahuan yang merujuk pada kompentensi dalam UIA yakni Cultural and
Artistic (Studies), Social (Studies), Environmental (Studies), Technical (Studies).
Empat aspek ini menjadi dasar dalam pengembangan tema desainnya. Penekanan
pada tema tersebut diharapkan dapat memberi warna dalam perwujudan desainnya.
Pada dasarnya desain arsitektural adalah bersifat total yakni mencakup aspek seni
dan teknologi yang diwujudkan dalam ruang dan bentuk secara fungsional untuk
mendukung kehidupan manusia. Lokasi yang digunakan adalah di daerah urban,
sub-urban, dan pusat kota dengan masing-masing memiliki karakteristik khusus,
baik di Bandung maupun luar Bandung. Setiap tapak memiliki karakterisitik dan
sifat serta konteks yang wajib diperhatikan dalam perancangan arsitekturnya.
Merancang arsitektural tidak lain adalah tindakan menggubah ruang-massa dan
tapaknya. Poetic of Architecture tidak dapat dilepaskan dari pemikiran Poetic of
Space sampai pada Poetic of Place. "The Poetics of Space" Gaston Bachelard
(1958/1994) introduces his concept of "topoanalysis" which he defines as "the
systematic psychological study of the sites of out intimate lives". Ruang hadir dalam
‘Site’ tapak, sehingga mengenali tapak dan lingkungannya menjadi aspek penting
untuk dapat ‘living and livable’ bahkan ‘dwelling’ di atasnya. Setiap tapak dengan
karakteristik ‘Space’ hendaknya menjadi ‘Place’, karena disanalah arsitektur hadir,
memiliki arti dan jiwa. Menjadi place berarti memiliki karakter Community-driven,
Visionary, Function before form, Adaptable, Inclusive. Focused on creating
destinations, Flexible, Culturally aware, Ever changing, Multi-disciplinary,
Transformative, Context-sensitive, Inspiring, Collaborative, Sociable. Christian
Norberg-Schulz (1980) membagi struktur dari ‘place’ menjadi dua yakni lansekap
dan settlement (bangunan) dengan elemen pembentuknya berupa space (aspek tiga
dimensi) dan karakter (atmosfer yang melingkupinya). Keterpaduannya akan dapat
menghasilkan Spirit of Place sebagai representasi dari budaya, estetika, fungsional,
teknologi dan sebagainya yang ada di sana.

3
Mark Galenter (1995) sumber-sumber penciptaan bentuk (form) dalam desain
arsitektural dapat dicapai sebagai berikut : (1) An architectural form is shaped by
intended function. Desain bentuk suatu bangunan dapat diciptakan melalui
pertimbangan fungsi-fungsi tertentu, misalnya aspek fisik, sosial, psikologi, dan
fungsi simbolik. Dalam hal ini bentuk merupakan representasi fungsi, (2) An
Architectural form is generated within the creative imagination. Originalitas ide
bentuk arsitektural dilahirkan melalui kreativitas imaginatif dan intuitif pemikiran
arsiteknya. Hal ini didasarkan pada kemerdekaan berfikir intuitif yang mandiri dan
tidak terjebak oleh batasan-batasan formal, contoh ekstrimnya adalah desain-desain
yang utopis, fantastik, futuristik, dekonstruksi, dsb. (3) An Architectural form is
shaped by the prevailing spirit of age. Bentuk arsitektural diciptakan mengikuti
semangat jamannya. Pertimbangan ideologi/semangat/ faham global dan dominan
dapat berpengaruh terhadap penciptaan bentuknya, misal Post-Modernisme yang
pro-history. (4) An Architectural form is determined by the prevailing social and
economic condition. Bentuk arsitektural dapat diciptakan dengan
mempertimbangkan aspek sosial (untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak)
dan ekonomi (efektif-efisien-fungsional).(5) An Architectural form is derives from
timeless principles of form that transcend particular designers, culture, dan climate.
Bentuk-bentuk arsitektural dapat dilahirkan melalui konsep-konsep masa lalu.
Konsep ini digunakan karena dianggap mempunyai keunikan/kekhasan, untuk
tujuan khusus, pertimbangan budaya (misalnya: lokalitas), dan kontektualitas iklim,
dsb. Hal ini dapat menyangkut aspek kesejarahan (pro-history), type, dsb.
Pemahaman ini yang menunjukkan adanya kemungkinan penggunaan unsur-unsur
desain masa lalu dalam bangunan pada masa kini
Menurut Yasser Mahgoub (2017) proses berfikir dalam merancang arsitektur dapat
dikenali sebagai: B-A-S-E-D: Briefing (site, programming, pengumpulan data,
preseden, dan seterusnya) Analysis (identifikasi obyektif - pertanyaan desain dan
analisis data) – Synthesis (Formulasi konsep, alterasi, dan presentasi) – Evaluation
(Review pilihan dan alterasi) – Detail (implementasi desain dan komunikasi desain).
Hasso-Plattner menyatakan juga menyatakan adanya proses : Understand/
Emphatize- Observe/ Point of View-Define-Ideate-Prototype-Test. Proses berfikir
ini bersifat interatif dan tidak linear searah, berputar-putar sampai bertemu titik
optimasi dan keseimbangan tertentu berupa “desain”

4
Strategi desain menurut Antoniades (1992) dapat dilakukan secara tradisional-
konvesional (B-A-S-E-D), meminjam (bentuk/wujud), atau dekontrusksi. Menurut
Jomarka (2013) metode desain dapat menggunakan pendekatan Nature and
Geometry as Authorities (biomorphics, etc), Music and Mathematics as Models
(musical analogies, proportions, etc), Accident and The Unconscious as Sources
(Heterophia, etc), Rationalist Approaches (performance form, design research),
Precedent (Typology, Transformation, etc), Responses to Site (regionalism,
contextualism), Generative Processes (Superposisi, morphing-folding, datascape,
diagram, parametric). Menurut Yasser Mahgoub (2017) pendekatan berfikir desain
dapat berupa pendekatan Konseptual, Issue based, Teoritikal, Pendekatan Gabungan
(Issue+Teori).

Perancangan arsitektur di Unpar menekankan pada aspek Buildability, bukan


gagasan yang tidak membumi dan mengada-ada. Buildability adalah representasi
simulasi nyata dari pertanggungjawaban professional dalam praktik. Namun
demikian Buildability ini tidak ditafsirkan menjadi sempit namun terbuka terhadap
perkembangan teknologi dan jaman. Perkembangan Arsitektur yang sedang berjalan
dalam era kini (Turner's post-postmodernism atau Epstein's trans-postmodernism
atau Gans' post-millennialism atau Kirby's pseudo-modernism or digimodernism
atau Vermeulen and van den Akker's metamodernism atau New Modern atau masih
Jencks-Postmodern-nya) menawarkan pendekatan dan solusi yang sangat bervariasi.

5
Dengan demikian menurut Yuswadi Saliya (2018) desain diharapkan sungguh
merupakan solusi holistik–elegan terhadap suatu permasalahan desain dan lebih lagi
merupakan demonstrasi cara berpikir solutif-etis-berkarakter, bukan sekedar
“penyajian flamboyan tanpa pesan”

2.1. Pilihan Fungsi dan Tapak

Pada prinsipnya penugasan perancangan Studio Akhir Arsitektur bersifat


project-based:
• Mahasiswa menata/ merancang bangunan di suatu lahan sebaik-baiknya
agar dapat menampung fungsi tertentu. Proses merancang arsitektur mulai
ketika ada fungsi dan tapak. Catatan: sebetulnya yang dirancang (‘diubah’
dan ‘digubah’) adalah suatu obyek, dalam hal ini tapak, dari kondisi
terkini menjadi keadaan baru seperti yang dibayangkan.
• Mahasiswa menetapkan tema perancangan masing-masing sesuai minat,
dengan menghubungkan nantinya dengan fungsi-fungsi dan tapak-tapak
yang disediakan, berdasarkan pertimbangan rasional (masalah fungsi dan
tapak, kelayakan sesuai peraturan berlaku, dan aspek perkotaan lain).
• Mahasiswa bertolak dari dari tapak dan ‘memilih’ fungsi sesuai minat
dengan batasan peraturan dan atau arahan fungsi yang berlaku pada tapak
tersebut. Tiap mahasiswa mengajukan tapak dan mengajukan usulan
fungsi pada tapak tersebut. Persetujuan akhir atas fungsi dan tapak
diputuskan dalam sidang penetapan proyek oleh tim pembimbing/ penguji
kelompok masing-masing.
• Pengelola SAA 55 melampirkan data data yang bersumber dari ketentuan
seperti RTRW, RDTRK, dan sebagainya yang relevan. Peserta perlu
mempelajari Perangkat tersebut dan menyertakannya dalam proposal dan
materi Sidang 1 sebagai justifikasi atas fungsi yang akan dirancang.

6
2.1.1. Pilihan Fungsi
Arahan fungsi yang dapat dipilih sesuai dengan minat peserta dapat
dipelajari dari Perangkat RDTRK (dan lampirannya) yang
dilampirkan sebagai pelengkap pedoman pelaksanaan SAA- 55.
Mahasiswa dianjurkan merujuk juga ke buku Time-Saver Standards
for Building Types. Fungsi yang diajukan harus memiliki preseden
terbangun, dan dengan luas setara.

2.1.2. Pilihan Tapak


Disediakan lokasi tapak lihat lampiran, dengan besaran tapak dan
ketentuan-ketentuan perkotaan (KDB, KLB, dan lain-lain) yang sesuai
agar memungkinkan variasi/ alternatif desain, tetapi tetap ‘setara’.
KDB dan KLB ditentukan dengan besaran koefisien berbeda pada
setiap tapak. Peserta dapat mengacu pada file CAD tapak*. Asumsi
kepemilikan lahan tidak ditentukan pengelola. Peserta dapat membuat
asumsinya sendiri terkait kepemilikan lahan.

* Peta kawasan dalam bentuk file CAD diserahkan kepada peserta melalui
ketua kelas.

2.2. Tema Perancangan


• Peserta dapat menyusun tema khusus berdasarkan isu lokal dan konteks
(segi teknikal/ sosial/ budaya/ lingkungan) dengan memperhatikan
semangat jaman.
• Mahasiswa perlu menyusun konsep perancangan yang ditarik dari analisis
fungsi dan tapak (aspek teknikal/ sosial/ budaya/ lingkungan) sebagai
‘dasar’ rancangan tapak dan bangunannya sesuai konteks masing-masing.
• Perlu ditekankan bahwa rancangan bangunan/ lingkungan harus
memenuhi/ menjamin: kemudahan, keamanan, kenyamanan, keindahan,
kesehatan, dan keselamatan bagi penghuni/ penggunanya dengan merujuk
UU Bangunan Gedung, dan/atau peraturan dan standar teknis berlaku. IO
AKHIR ARSITEKTUR

7
III. TATA LAKSANA STUDIO AKHIR ARSITEKTUR

3.1. Pengelola Studio Akhir Arsitektur


1. Penanggung Jawab Studio Akhir Arsitektur 55: Dr. Rahadhian P,
Herwindo, S.T., M.T. IAI
2. Koordinator Studio Akhir Arsitektur 55: Christianto Hendrawan, S.T.,
MT., IAI
3. Administrator Studio Akhir Arsitektur 55: Wardoyo & Tasya

3.2. Persyaratan Menempuh Studio Akhir Arsitektur


Untuk dapat menempuh Studio Akhir Arsitektur, maka calon Peserta SAA
harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
• Telah Lulus 100 sks
• Telah lulus SPA1, SPA2, SPA3, SPA4, SPA5, SPA6 (dengan nilai
minimal C)
• Lulus semua Mata Kuliah Struktur dan Konstruksi (dengan nilai minimal
D)
• Mengisi Borang Pendaftaran
• Mematuhi semua aturan pada Buku Pedoman Pelaksanaan Studio Akhir
Arsitektur Peserta yang tidak memenuhi syarat tersebut di atas, wajib
mendapatkan dispensasi dari Kepala Program Studi Arsitektur dan
melampirkan surat dispensasi tersebut.

3.3. Tata Laksana Pendaftaran Peserta Studio Akhir Arsitektur


1. Mengisi Borang Pendaftaran dan membuat Sinopsis Awal
2. Wajib hadir pada pertemuan awal untuk mendapat penjelasan dan
pengarahan langsung dari Pengelola Studio mengenai: pilihan jenis
proyek, pilihan lokasi, arahan survey, tata laksana dan jadwal kegiatan
studio, serta petunjuk pengisian borang pendaftaran : Borang Perjanjian
Peserta - Borang Pernyataan (memenuhi seluruh persyaratan pada butir
3.2).
3. Usulan proposal proyek rancangan arsitektur berisi uraian singkat
mengenai latar belakang yang melandasi pemilihan fungsi/ tapak serta isu,
masalah, pendekatan, serta tema dan konsep perancangan yang ingin
ditekankan.

8
4. Mengikuti Sidang I (Sidang Proposal Proyek Rancangan) dan
mendapatkan persetujuan dari Dosen Pembimbing maupun Dosen
Penguji.
5. Memasukkan Borang-Borang yang telah ditandatangani oleh Dosen
Pembimbing dan Dosen Penguji ke sekretariat sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan.

3.4. Pembentukan Kelompok Sidang


1. Kelompok Sidang diumumkan setelah seleksi peserta dilaksanakan.
2. Setiap Kelompok Sidang terdiri dari 3-4 Dosen dimana salah satu Dosen
Pembimbing akan merangkap sebagai Ketua Sidang.
3. Tiap Dosen Pembimbing bertugas membimbing sejumlah mahasiswa.
4. Dosen Pembimbing dapat didampingi oleh satu orang Ko-Pembimbing.
5. Dosen Pembimbing akan bertugas sebagai Dosen Penguji bagi Peserta
SAA yang dibimbing oleh Dosen Pembimbing lain yang berada pada
Kelompok Sidang yang sama. Setiap Peserta SAA akan diuji oleh 2 orang
Dosen Penguji.

3.5. Tugas dan Kewajiban Peserta Studio Akhir Arsitektur


1. Menaati seluruh jadwal dan tata tertib di studio.
2. Menghadiri setiap pertemuan dan kuliah umum.
3. Pada awal studio ( dalam kondisi non daring) , menetapkan ketua
kelompok untuk bersama-sama:
• Menata tempat kerja pada kapling yang telah ditentukan
• Saling membantu menjaga kebersihan, ketertiban, dan kelancaran
studio.
4. Melakukan proses bimbingan secara aktif dan tertib.
5. Membuat semua komponen tugas dan mengumpulkan sesuai jadwal.
6. Menjaga harkat dan martabat dengan tidak melakukan kecurangan dalam
bentuk apapun.
7. Mengikuti Sidang I - Proposal Rancangan.
8. Mengikuti Sidang II dan Ujian Tengah Semester.
9. Mengumpulkan seluruh produk studio, termasuk laporan, secara
lengkap, tuntas, dan tepat waktu.
10. Mengikuti Sidang Akhir dan Ujian Akhir Semester.
9
3.6. Tata Tertib dan Tata Laksana Studio Akhir Arsitektur
3.6.1. Tata Tertib di Ruang Studio
(berlaku jika tidak dalam kondisi tatap muka daring/online akibat
keadaan pandemi Covid saat kini)
• Peserta bisa bekerja di Studio SAA penuh waktu (36 jam/minggu).
• Peserta diwajibkan hadir di Studio SAA minimal 16 jam/ minggu.
• Berpakaian sopan dan rapi di studio.
• Selalu menjaga ketertiban dan kebersihan ruang studio.
• Selain Peserta Studio, Dosen Pembimbing/ Penguji, Administrator
Studio dan Karyawan yang bertugas, tidak ada pihak lain yang
diperkenankan masuk ke dalam ruang studio, kecuali ada ijin dari
pengelola studio dan untuk keperluan yang sangat penting/mendesak.

a. Meninggalkan studio
Meninggalkan studio hanya dibenarkan :
• Untuk kuliah (jadwal kuliah dipasang pada meja masing-masing)
• Bila sakit, secepatnya mengajukan surat dokter yang ditujukan
kepada Koordinator/ Administrator Studio. Selama cuti sakit,
sebaiknya gambar- gambar diserahkan kepada Koordinator studio.
• Bila sakit berkepanjangan, maka permasalahan dilimpahkan pada
PROGRAM STUDI.
• Meninggalkan studio dapat pula dibenarkan untuk keperluan
survei, berobat dan hal-hal lainnya atas izin Koordinator.
b. Mengundurkan Diri
• Untuk mengundurkan diri, Peserta wajib mengajukan
permohonan pengunduran diri kepada Koordinator secara tertulis
disertai alasan-alasan.
• Apabila sesudah mendaftar (FRS dan PRS) untuk ikut SAA,
calon peserta mengundurkan diri, maka akan dianggap telah ikut
dan diberi nilai akhir E.

10
3.6.2. Tata Laksana Pembimbingan
• Tiap mahasiswa diharuskan memperoleh minimum 5 (kali)
kali asistensi dengan dosen pembimbing sebelum UTS (yang
mencakup asistensi dengan ko-pembimbing, bila ada) dan 5
(kali) kali asistensi dosen pembimbing (mencakup asistensi
dengan ko-pembimbing, bila ada) sesudah UTS.
• Tiap mahasiswa disarankan memperoleh minimum 1 (satu)
kali asistensi dengan masing-masing dosen penguji sebelum
UTS dan diwajibkan 1 (satu) kali asistensi dengan masing-
masing dosen penguji sesudah UTS.
• Tatap muka harus dilakukan secara rutin dan persiapan yang
cukup, bila saat tatap muka peserta tidak memenuhi
kelengkapan atau target yang ditentukan bersama, maka
pembimbing/penguji dapat menolak memberikan bimbingan.
• Hasil diskusi saat tatap muka dengan dosen
pembimbing/penguji harus selalu dicatat dalam borang
bimbingan dan ditandatangani oleh kedua belah pihak/bukti
melalui print screen/screen shoot juga dapat dijadikan sebagai
bukti.
• Borang Bimbingan/bukti print screen/screen shoot dapat
dijilid bersama laporan perancangan.

11
IV. PRODUK STUDIO

4.1. Produk Tahap Pra-Studio


Produk tahap pra-studio ini dibuat sebagai persyaratan untuk mengikuti Sidang I
yang akan dijadikan landasan penilaian mengenai kelayakan untuk melanjutkan
SAA. Peserta harus dapat menjelaskan runutan pemikiran dalam perancangan
yang direncakan, dengan mengklasifikasikannya ke dalam bagian masalah tapak
dan fungsi, tujuan, pendekatan, tema dan konsep perancangan, serta rencana
metode perancangan yang akan digunakan.
Runutan pemikiran tersebut dilengkapi hasil survei objek nyata/studi preseden,
studi pustaka, program ruang dan struktur organisasi, serta besaran objek.
Produk tahap pra-studio ini berbentuk uraian singkat (Laporan I) yang berisi :
• Latar belakang pemilihan judul fungsi (situasi dan kondisi pada saat ini di
Bandung atau Kota lain dimana tapak berlokasi).
• Analisis pribadi terhadap hasil survei lapangan (dengan mengacu pada hasil
survey kelompok)
• Besaran tapak
• Masalah Tapak dan Fungsi, yang pada prinsipnya mengandung aspek-
aspek sosial, budaya, lingkungan, dan teknikal.
• Peraturan setempat (sejauh tidak ditentukan)
• Tujuan perancangan
• Pendekatan perancangan dan penjelasannya
• Tema dan konsep perancangan
• Usulan metode perancangan yang akan digunakan dan penjelasannya
• Survei obyek nyata yang sejenis/ studi preseden yang sesuai dengan judul
fungsi yang dipilih.
• Studi pustaka untuk mengumpulkan data-data yang mendukung
• Program ruang dan struktur organisasi dari judul yang dipilih
• Besaran obyek
Laporan 1 dikirimkan ke masing masing dosen regu (pembimbing, ko-
pembimbing dan penguji ) sesuai jumlah dosen dalam kelompok sidang, serta
dikumpulkan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan melalui IDE dan
Google Drive.
12
1.2. Produk Tahap Perancangan I
Produk Tahap Perancangan I dibuat untuk memenuhi persyaratan mengikuti
Sidang II - UTS, yang terdiri dari:
1. Laporan Interim ( Laporan II ), yang mencakup:
• Perbaikan dari Laporan I, dengan penekanan pada analisis, tema dan
konsep perancangan, serta rencana metode perancangan yang akan
digunakan, yang disajikan secara tertulis yang wajib diperiksa oleh
Dosen Pembimbing.
• Laporan dimasukkan pada waktu yang ditentukan.
2. Gambar pra-rancangan berupa rancangan preliminary yang terdiri dari:
• Rencana Blok ( skala 1 : 1000 / 1:500)
• Rencana Tapak ( skala 1 : 500 )
• Denah, Tampak, dan Potongan ( skala 1 : 200 )
• PotonganTapak(skala1:200/ skala1:500)
• Gambar dan Skema sistem struktur dan utilitas
• Gambar 3D(minimal 6 buah)/Animasi/Maket Studi
Gambar disajikan dengan format A2 dan digambar dengan tinta atau
digital.

3. Maket studi Tahap UTS :


• Peserta dapat membuat maket studi dari gubahan massa, rancangan
tapak, berikut lingkungan sekitarnya.
• Maket studi hendaknya dibuat sendiri dengan keterampilan
memadai dengan mempergunakan bahan sederhana (karton / kayu
balsa / styrofoam /dan lain-lain), tapi harus dapat memberi
gambaran yang jelas.
• Skala maket 1 : 500 atau 1:400. Ukuran maket adalah 60 x 60 cm.
Laporan II diperbanyak 3-4 rangkap sesuai jumlah dosen dalam
kelompok sidang dan dimasukkan sebelum Sidang II – UTS sesuai
jadwal yang telah ditentukan. Keterlambatan memasukkan Laporan
Perancangan, akan menggugurkan peluang peserta untuk mengikuti
Sidang dan peserta dinyatakan memperoleh nilai E (tidak lulus).
Berkas gambar dan maket dibawa pada saat Sidang II - UTS
dilaksanakan, dengan kondisi lengkap dan siap presentasi.

13
4.3. Produk Tahap Perancangan II
Peserta SAA diharuskan menyiapkan produk gambar hasil pengembangan
setelah Sidang II – UTS. Format kertas A2 dengan skala gambar disesuaikan,
(Jenis kertas kalkir / HVS-dalam kondisi normal).Draft Gambar Wajib, terdiri
dari : Rencana tata letak massa bangunan (block-plan)
• Rencana tapak (site-plan) tergambar dengan ground-floor.
• Denah per lantai termasuk lantai dasar (ground-floor) dan Denah Atap
pada ruang- ruang yang mempunyai fungsi pasti, lengkapi dengan tata letak
perabot.
• Tampak, minimal 2 (dua).
• Potongan, minimal 2 (dua).
• Potongan Tapak, Minimal 2 (satu)
• Denah Tipikal dan/atau Denah Unit (bila ada, disesuaikan dengan fungsi).
• Potongan prinsip, yang menjelaskan detail dan integrasi elemen
arsitektural, struktur dan utilitas mulai dari bagian teratas/ atap hingga
pondasi bangunan, minimal 1 (satu).
• Detail arsitektural, minimal 2 (dua).
• Sistem Utilitas Bangunan (mechanical, electrical, plumbing, penanganan
kebakaran).
• Sistem Struktur dan Konstruksi, mencakup sub-structure/ struktur bawah,
pembalokan dan struktur atap.
• Potongan Perspektif

Draft Gambar-gambar (sesuai dengan skala yang diminta) ini diperiksa oleh
Dosen Pembimbing masing-masing.
Kelengkapan Draft Gambar Final disertakan bukti asistensi (screen shoot/tanda
tangan Borang Pemeriksaan) oleh Dosen Pembimbing bila:
• Kematangan dan kelengkapan produk rancangan telah dianggap layak
untuk diopzet,
• Mahasiswa telah memperoleh asistensi dari masing-masing penguji min 1x
(diluar ko- pembimbing).
Borang ini sedapat mungkin telah disahkan oleh dosen pembimbing selambat-
lambatnya sebelum proses opzet studio (sesuai dengan jadwal yang ditentukan),
lamanya ozpet yang dilakukan adalah 2 minggu. Diharapkan sesudah melampaui
tahap ini, maka tidak ada lagi masalah yang mendasar dan dapat diatasi sambil
melakukan tahap penyelesaian Gambar Final.
14
4.4. Produk Tahap Gambar Final

Untuk Sidang Akhir – UAS, Peserta SAA harus menaati aturan berikut:
1. Memasukan Gambar Final tepat waktu sesuai jadwal dan menyajikan
gambar-gambar rancangan wajib dalam keadaan selesai dengan jumlah
yang sesuai daftar (mengacu pada ketentuan di bagian 4.3), dipajang
pada meja masing-masing. Keterlambatan memasukkan Gambar Final
akan menggugurkan peluang peserta untuk mengikuti Sidang Akhir
dan peserta dinyatakan memperoleh nilai E (tidak lulus).
Gambar yang dimasukan minimal memuat
• Konsep Desain maksimal 2 halaman
• Rencana tapak (site-plan) tergambar dengan ground-floor.
• Denah per lantai termasuk lantai dasar (ground-floor) dan Denah
Atap pada ruang- ruang yang mempunyai fungsi pasti, lengkapi
dengan tata letak perabot.
• Tampak, minimal 2 (dua).
• Potongan, minimal 2 (dua).
• Potongan Tapak, minimal 2 (dua)
• Denah Tipikal dan/atau Denah Unit (bila ada, disesuaikan dengan
fungsi).
• Potongan prinsip, yang menjelaskan detail dan integrasi elemen
arsitektural, struktur dan utilitas mulai dari bagian teratas/ atap
hingga pondasi bangunan, minimal 1 (satu).
• Detail arsitektural, minimal 2 (dua).
• Sistem Utilitas Bangunan (mechanical, electrical, plumbing,
penanganan kebakaran).
• Sistem Struktur dan Konstruksi, mencakup sub-structure/ struktur
bawah, pembalokan dan struktur atap.
• Perspektif Eksterior dan Interior (Jumlah akan diatur)
Peserta dapat menambah Gambar lainnya yang dianggap perlu,
pengumpulan gambar-gambar tersebut akan diatur penjadwalnya.
2. Semua gambar disajikan dalam Format A2 dengan kop sesuai ketentuan
dan jenis kertas setara dengan standar penyajian yang akan diberikan
oleh koordinator SAA.
3. Detail format dari dokumen gambar akan dijelaskan secara terpisah oleh
koordinator SAA.
4. Tidak diperkenankan menambah jumlah dokumen gambar untuk
disertakan saat Sidang Akhir.
15
5. Memasukkan maket final (bahan bebas) yang dirakit sendiri, untuk City
Center dan Urban skala maket adalah 1:400 dan Sub-Urban skala maket
adalah 1:500 dengan alas maket berukuran 60 x 60 cm. Pemasukan
maket final mengacu pada jadwal yang ditentukan. Keterlambatan
memasukkan maket akan menggugurkan peluang peserta untuk
mengikuti Sidang Akhir dan peserta dinyatakan memperoleh nilai E
(tidak lulus).
6. Memasukkan 3-4 rangkap Laporan Perancangan III (disesuaikan dengan
jumlah dosen di Kelompok Sidang) ke sekretariat prodi sesuai jadwal.
Keterlambatan memasukkan Laporan Perancangan atau Laporan
Perancangan yang dinilai tidak memenuhi kelengkapan isi, akan
menggugurkan peluang peserta untuk mengikuti Sidang Akhir dan
peserta dinyatakan memperoleh nilai E (tidak lulus).
7. Bila ada peserta yang sebelum tahap penyelesaian gambar final jatuh
sakit atau alasan lain yang dapat diterima dan dipertanggungjawabkan,
sehingga tidak dapat meneruskan tugasnya, maka atas pertimbangan
Ketua PROGRAM STUDI dan kesediaan dosen pembimbingnya, dapat
diberi perpanjangan waktu, tanpa harus mengulang keseluruhan. Waktu
untuk menyelesaikan gambar rancangan maksimum 2 minggu terhitung
dari hari pemasukan Gambar Final, agar memungkinkan disidangkan
dalam jadwal pekan Sidang, kecuali ada dispensasi atau ketentuan
khusus dari PROGRAM STUDI.

16
V. PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PERANCANGAN

Sebagai pedoman penyusunan laporan perancangan yang baik dan informatif,


maka di bawah ini diberikan hal-hal yang harus diperhatikan, seperti :
1. Petunjuk Umum Penyusunan Laporan
2. Laporan Awal (Tahap Pra Perancangan) – Laporan I
3. Laporan Interim ( Tahap Perkembangan Rancangan) – Laporan II
4. Laporan Akhir (Tahap akhir) – Laporan III
5. Rangkuman Laporan Perancangan
5.1. Petunjuk Umum Penyusunan Laporan
Ketentuan teknis penulisan Laporan Perancangan secara umum merujuk
pada Ketentuan Teknis penulisan Skripsi.
5.1.1. Format dan Penyajian Laporan

• Laporan dibuat dalam Format A4, kertas HVS 80 gram warna putih.
• Batas halaman berupa kertas HVS 80 gram berwarna hijau muda.
• Batas tulisan adalah : untuk tepi atas, bawah, dan kanan adalah 3 cm,
sedangkan batas tepi kiri 4 cm.
• Laporan dijilid dengan sampul berwarna hijau muda, dilapisi plastik
transparan, dan diberi lakban hitam .
• Nomor Halaman, pada bagian prakata, daftar isi, lampiran, dsb.
penomoran dilakukan dengan angka romawi kecil ( i, ii, iii, iv, dst. ) dan
penomoran pada bagian isi dilakukan dengan angka latin ( 1, 2, 3, 4, dan
seterusnya ).
• Sistematika Tulisan :
o Judul
o Halaman dalam dan halaman pengesahan
o Prakata
o Daftar Isi
o Daftar Gambar/Tabel / dan sebagainya.
o Bagian Utama, terdiri dari: Bab Pendahuluan, hingga Bab Penutup
o Daftar Pustaka dan Lampiran.

17
5.1.2. Teknik Penyusunan Laporan

• Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.


• Gunakan kalimat-kalimat yang efektif : singkat, jelas, tidak rancu.
• Gunakan istilah-istilah yang tepat dan definisi yang jelas.
• Penomoran bab, sub bab, tabel dan gambar dilakukan dengan sistem
yang jelas.
• Pisahkan setiap pokok pikiran dalam sebuah paragraf dengan diberi
jarak/spasi.
• Jaga keutuhan laporan dengan memeriksa kesinambungan antar
masing-masing bab, sub bab, dan paragraf.
• Hindari pengulangan dari pernyataan-pernyataan.
• Selalu lakukan pembacaan ulang, dan bila perlu minta bantuan orang
lain yang kompeten (punya keahlian di bidang terkait).

5.2. Laporan Awal – Tahap Pra Perancangan ( Laporan I )


Laporan I ini merupakan persyaratan untuk ikut Sidang I. Laporan ini bersifat
proposal proyek perancangan arsitektur yang memuat Latar belakang pemilihan
fungsi dan tapak, Identifikasi lapangan, peraturan setempat, survei/studi obyek
nyata yang sejenis dengan judul yang dipilih, studi pustaka untuk mengumpulkan
data-data yang mendukung, spesifikasi fungsi dan struktur organisasi pengelola
(“user”) dari judul yang dipilih, dan besaran obyek (perhitungan dasar luas lantai
total, jumlah lantai dan perkiraan tinggi bangunan) Isi laporan adalah sebagai
berikut :
1. Pendahuluan, yang memuat latar belakang pilihan fungsi dan tapak (proyek
rancangan) dan ringkasan dari data yang perlu disurvei.
2. Identifikasi masalah dilakukan dengan melakukan pengumpulan data-data:
• Data tapak/lingkungan sekitar / fasilitas kota yang tersedia di sekitar
tapak.
• Identifikasi potensi dan masalah tapak dan lingkungan sekitar, dengan
kerangka sebagai berikut: guna lahan/ relasi fungsi di sekitar tapak, tata
massa bangunan, sirkulasi kendaraan, fasilitas parkir, sirkulasi pejalan
kaki, ruang terbuka dan vegetasi, activity support, aktivitas sosial
ekonomi, serta aspek lain yang anda anggap perlu (penjabaran dapat
merujuk pada elements of urban design – Shirvani).
18
• Permasalahan tapak dan Fungsi dapat dikelompokkan ke dalam
permasalahan sosial, budaya, lingkungan, dan teknikal, yang akan
memperlihatkan bahwa permasalahan tapak dan fungsi yang dipilih
dapat dikelompokkan ke dalam aspek- aspek tersebut dalam porsi
besaran yang berbeda-beda. Satu atau lebih masalah akan lebih dominan
dibandingkan yang lainnya.

3. Referensi / acuan yang digunakan untuk pengumpulan data, seperti: preseden


objek nyata, tulisan dan foto, studi kepustakaan, instansi pemerintah yang
berhubungan, pakar sebagai narasumber.
4. Pendekatan Perancangan.
5. Tema dan Konsep Perancangan.
6. Metode Perancangan.
7. Program Ruang dan Besaran Objek.
8. Resume - Rangkuman
5.3. Laporan Interim – Tahap Perkembangan Rancangan ( Laporan II )
Disusun sebagai persyaratan untuk ikut sidang UTS – Sidang II, Isi laporan adalah
sebagai berikut :
BAB 1. PENDAHULUAN
•Latar Belakang Pemilihan Tema, Fungsi dan Tapak
•Tujuan dan Manfaat Proyek
•Ruang Lingkup Proyek
•Sistematika Penulisan Laporan
BAB 2. DATA
• Data Tapak (Survey Lapangan, Peraturan Daerah)
• Data Fungsi (Studi Literatur, Studi banding objek nyata sejenis)
• Data Bahan Bangunan (yang akan digunakan)
BAB 3. ANALISIS
• Analisis Tapak (Wajib Ada)
• Analisis Fungsi & Program Ruang (Wajib Ada)
• Analisis Bentuk Massa & Tampilan Bangunan (Wajib Ada)
• Analisis Struktur & Konstruksi
• Analisis Utilitas & Kelengkapan Bangunan
• Rumusan Tema dan Permasalahan Rancangan

19
BAB 4. PERANCANGAN
• Memperlihatkan alur pemikiran perancangan dengan
menunjukkan rangkuman Isu, Masalah, Tujuan, Pendekatan,
Tema, Konsep, dan Metode Perancangan. Konsep dapat terdiri
dari konsep-konsep berikut: Konsep Perancangan Tapak (wajib
ada), Konsep Bentuk Masa & Tampilan Bangunan (wajib ada),
Konsep Penataan Ruang (wajib ada), Konsep Struktur, Konsep
Utilitas & Kelengkapan Bangunan.
Daftar Pustaka
Lampiran

5.4. Laporan Akhir ( Laporan III )


Untuk persyaratan Sidang Akhir – UAS, maka Laporan Perancangan dibuat
dalam bentuk draft (belum di hardcover), tapi sudah tersusun lengkap. Isi
laporan adalah sebagai berikut:

BAB 1. PENDAHULUAN
• Latar Belakang Pemilihan Tema, Fungsi dan Tapak
• Tujuan dan Manfaat Proyek
• Ruang Lingkup Proyek
• Sistematika Penulisan Laporan

BAB 2. ANALISIS
• Analisis Tapak
• Analisis Fungsi & Program Ruang
• Analisis Bentuk Massa & Tampilan Bangunan
• Analisis Struktur & Konstruksi
• Analisis Utilitas & Kelengkapan Bangunan
• Rumusan Tema dan Permasalahan Rancangan

20
BAB 3. PERANCANGAN
• Harus dapat memperlihatkan alur pemikiran perancangan dengan
menunjukkan rangkuman Isu, Masalah, Tujuan, Pendekatan, Tema,
Konsep, Metode Perancangan.
Konsep dapat terdiri dari konsep-konsep berikut: Konsep
Perancangan Tapak (wajib ada), Konsep Bentuk Massa &
Tampilan Bangunan (wajib ada), Konsep Penataan Ruang (wajib
ada), Konsep Struktur, Konsep Utilitas & Kelengkapan Bangunan
(wajib ada).
BAB 4. DATA HASIL RANCANGAN AKHIR
• Daftar ruang dan luas total bangunan
• Penerapan BCR, FAR, GSB (as designed)
• Blok Plan, Site Plan, Denah, Tampak, Potongan
Daftar Pustaka
Lampiran (Gambar Rancangan)

Setelah disidangkan, maka laporan III ini harus diperbaiki, dengan


memperhatikan semua masukan dan koreksi dari pembimbing dan penguji.
Laporan Perancangan Final dijilid hardcover dan dimasukkan sebanyak 1
(satu) rangkap ke sekretariat (bila keadaan sudah normal kembali) sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan. Selain itu, file softcopy berisi laporan
perancangan final dan gambar final digabungkan ke dalam satu folder
dengan penamaan file sebagai berikut: NPM_Nama Mahasiswa_SAA54
untuk kemudian diunggah ke link google drive berikut yang ditentukan oleh
Pengelola Studio Akhir Arsitektur. Bila mahasiswa/ peserta tidak
memasukkan laporan perancangan final dan mengunggah file softcopy berisi
laporan perancangan final dan gambar final selambat-lambatnya pada batas
waktu yang ditentukan, maka nilai peserta SAA 54 yang telah diperoleh akan
dibatalkan dan diganti dengan nilai E (tidak lulus).
Ketentuan teknis penulisan Laporan Perancangan secara umum merujuk
pada Ketentuan Teknis penulisan Skripsi.

21
VI. PELAKSANAAN SIDANG

6.1. Tata Tertib dan Tata Laksana Sidang


• Seluruh Sidang akan dipimpin oleh Ketua Sidang dan dilaksanakan
dalam kelompok sidang yang telah ditentukan sebelumnya.
• Peserta SAA WAJIB mengikuti setiap sidang yang telah ditentukan
oleh pengelola SAA (1) Sidang Penentuan Fungsi dan Tapak, (2)
Sidang UTS dan (3) Sidang UAS. Peserta SAA yang tidak mengikuti
salah satu sidang tanpa berita maka dinyatakan GUGUR!
• Setiap peserta SAA dinyatakan layak mengikuti sidang apabila telah
mengumpulkan produk yang diminta: dokumen gambar wajib
(sebagaimana tercantum pada bagian 4.3), maket dan laporan
perancangan. Apabila salah satu atau lebih dari produk yang diminta,
terlambat dikumpulkan dan/atau tidak dikumpulkan sesuai
dengan isi dan jumlah yang diminta, maka peserta SAA tersebut
tidak diperkenankan mengikuti sidang dan dinyatakan TIDAK
LULUS!
• Setiap peserta SAA wajib memenuhi ketentuan jumlah asistensi
minimum dengan dosen pembimbing dan penguji (sebagaimana
tercantum pada bagian 3.6.2). Apabila ada jumlah asistensi minimum
dengan dosen pembimbing dan/atau penguji yang tidak terpenuhi,
maka peserta SAA tersebut tidak diperkenankan mengikuti sidang dan
dinyatakan TIDAK LULUS!
• Produk Rancangan tiap peserta akan disidangkan dalam rentang waktu
10-15 menit untuk penjelasan dan 20-45 menit untuk tanya jawab.
• Peserta SAA diwajibkan untuk membuat persiapan sebaik-baiknya,
agar tanya jawab dapat berjalan lancar dengan hasil yang memuaskan.
• Peserta SAA diwajibkan untuk hadir 15 menit sebelum waktu yang
dijadwalkan. Keterlambatan hadir atau sama sekali tidak hadir tanpa
alasan yang dapat diterima akan dikenakan sanksi tidak bisa
melanjutkan proses SAA tersebut dan peserta dinyatakan TIDAK
LULUS!
• Dosen pembimbing, Penguji dan Peserta, diwajibkan berpakaian
formal:
o Untuk pria mengenakan kemeja batik / kemeja dan berdasi,
o Untuk wanita mengenakan blus dan rok dan/atau batik.

22
• Gambar-gambar yang akan disidangkan harus sudah dipersiapkan
penyusunannya sebelum urutan sidang peserta dimulai.
Tata Laksana Sidang Daring/Hibrid (jika terjadi Force Majeur) :
• Sidang dilaksanakan sesuai jadwal dan media daring atau luring yang
telah ditentukan oleh masing-masing kelompok sidang,
• Mohon setiap ketua sidang/perwakilan dosen dalam kelompok
sidangnya dan perwakilan peserta sidang berkoordinasi untuk
mengatur link atau meeting ID yang akan digunakan jika daring,
• Peserta sidang wajib bersiap dan sudah masuk ke ruang tunggu
minimal 15 menit sebelum waktu pelaksanaan sidang. Pastikan
seluruh file presentasi sudah siap dan tidak terkendala teknis,
• Pembukaan dan penutupan sidang dilakukan oleh ketua sidang dan
wajib dihadiri oleh seluruh dosen pembimbing/ko-pembimbing,
penguji, dan peserta siding.
• Jika Daring Borang kehadiran dilakukan saat pembukaan dan
penutupan sidang melalui screenshot (oleh perwakilan peserta). Bukti
screenshot dikirim langsung ke email pengelola SAA 55
(saaunpar@unpar.ac.id) segera setelah penutupan siding. Jika Luring
maka Borang kehadiran akan diisi langsung pada saat ujian
berlangsung.
• Sidang akhir SAA 55 merupakan sidang tertutup. Pengaturan urutan
sidang dapat ditentukan pada saat pembukaan (atau sebelumnya).
Peserta yang belum waktunya sidang, dapat menunggu giliran di
waiting room / bersiap diluar media daring atau luring,
• Waktu sidang dapat diatur sebagai berikut. Presentasi (langsung,
bukan rekaman) 5-10 menit, dilanjutkan tanya jawab 15-20 menit.
Total waktu sidang ± 30 menit,
• Busana sidang formal dan sopan.
• Form penilaian mohon dapat segera diisi setelah sidang, ditanda
tangani oleh seluruh dosen dalam kelompok sidangnya dan kemudian
dikumpulkan ke pengelola SAA 54 melalui email
(saaunpar@unpar.ac.id) untuk direkap. Jika Daring : bentuk
tandatangan bisa berupa tandatangan digital ataupun file image dari
tandatangan basah.

23
6.2. Pedoman Penilaian
Nilai Akhir Final merupakan hasil rangkaian penilaian yang dilakukan sejak
awal masa bimbingan hingga keseluruhan rangkaian sidang dilalui dan
penyetaraan nilai di tahap akhir. Rangkaian penilaian mencakup:
6.2.1. Proses Selama Masa Bimbingan
• Kesungguhan dan ketekunan
• Kemampuan memahami tugas
• Kemampuan merancang (memiliki konsep, kemampuan sintesa,
kreatif, inovatif)

6.2.2. Hasil Rancangan (Produk Gambar + Laporan Perancangan +


Maket)
• Kelengkapan produk sesuai dengan yang diminta
• Penyajian yang informatif dari gambar rancangan, termasuk
sistem struktur dan konstruksi, sistem utilitas, dan detail-detail
yang menunjang kelengkapan rancangan.
• Maket dengan skala sesuai dengan ketentuan dan bentuk yang
dapat me-representasi-kan karya rancangan.
• Laporan Perancangan yang mendukung perkembangan proses
rancangan dari tahap awal hingga tahap final.
• Semua produk hasil rancangan harus ada dan memadai.

6.2.3. Ujian Tengah Semester (UTS)


Ujian tengah semester terkait dengan alur pemikiran perancangan
yang dikerjakan peserta. Masing-masing peserta perlu dapat
menjelaskan alur pemikiran dalam perancangan yang sedang
dilakukan.
6.2.4. Penilaian Sidang UTS
• Para Dosen Pembimbing akan mendapat formulir untuk mencatat
nilai dan masuka yang diberikan pada setiap peserta.
• Setelah sidang, foto kopi formulir tersebut diserahkan kepada
Koordinator. Yang asli dipegang Dosen Pembimbing masing-
masing, sebagai catatan untuk pembimbingan selanjutnya.
24
• Penilaian dibuatdalam bentuk angka dan atau hurufuntuk
mengetahui progres peserta selama bimbingan dan kesiapan
peserta untuk menuju tahap selanjutnya.

6.2.5. Pemeriksaan Kelengkapan Gambar


Pemeriksaan gambar yang akan dilakukan melingkupi :
• Administrator Studio akan memberikan cap legalisasi dari setiap
gambar yang dimasukkan.
• Koordinator dan tim pemeriksa akan menghitung jumlah
gambar, memeriksa kelengkapan, serta kualitas penyajian.
• Penanggung Jawab, Koordinator dan Tim pemeriksa mencatat
berkas yang tidak lengkap jumlahnya (jumlah harus 100%) dan
menyatakan bahwa peserta pemilik berkas yang tidak lengkap
tersebut, tidak berhak mengikuti sidang akhir.
• Apabila di dalam lembar gambar ada yang tidak sempurna
penyajiannya, maka keputusan kelayakan sidangnya akan dikaji
oleh Kepala Studio dan Penanggung Jawab SAA.
6.2.6. Penilaian Gambar Pra-sidang dan Sidang Ujian Akhir Semester
(UAS)
• Sebelum Sidang UAS, semua Dosen Pembimbing dan Dosen
Penguji telah melakukan penilaian Produk Gambar dari seluruh
peserta dari kelompok sidang masing-masing.
• Hasil penilaian produk gambar ini akan menjadi salah satu
acuan penilaian di tahap akhir.
• Formulir Nilai Gambar Pra-UAS harus dimasukkan di
sekretariat sebelum Sidang UAS dilaksanakan.
• Dosen Pembimbing akan memperoleh hasil pemeriksaan
kelengkapan gambar, untuk memastikan peserta tidak
menambahkan gambar yang belum dilegalisasi saat sidang.
• Penilaian akhir akan mencakup:
1. Nilai produk gambar
2. Nilai yang mencakup maket final, produk laporan
perancangan dan hasil tanya jawab saat sidang.

25
• Penilaian maket dilakukan secara implisit saat sidang akhir dan
menjadi salah acuan penilaian akhir SAA.
• Pada Sidang UAS nilai ujian peserta akan dinyatakan dalam
bentuk angka dan atau huruf.
• Nilai Sidang UAS bukan Nilai Akhir Final, karena harus melalui
satu tahap penilaian lagi yaitu tahap Penyetaraan Nilai.
• Setiap Dosen wajib mencantumkan nilainya masing-masing
pada borang penilaian, sebagai acuan saat penyetaraan nilai.

6.2.7. Penilaian Ujian Akhir Semester (UAS) SAA


• UAS SAA berupa Ujian Sidang dengan Tim Pembimbing dan
Penguji
• Jika terdapat soal tambahan berupa ujian tertulis maka soal
UAS SAA akan dirancang oleh Penanggungjawab SAA. Produk
ini akan menjadi bagian integral dari materi yang disidangkan
dalam sidang akhir.
• Nilai Akhir ditetapkan oleh dosen Penanggung Jawab SAA
setelah melalui tahapan penilaian dan penyetaraan dari Tim.
6.2.8. Penyetaraan Nilai
Agar komponen penilaian tahap sidang akhir dari tiap kelompok
sidang dapat cukup setara, maka dilakukan satu lagi tahap penilaian
yang dilakukan bersama antara seluruh Ketua Sidang dari masing-
masing Kelompok Sidang dengan arahan dari Penanggung Jawab
SAA.
Pada tahap ini hasil rekap nilai sidang akhir dari seluruh kelompok
akan dipelajari dan bila ada hal-hal yang tidak selaras, pada tahap
ini pula akan didiskusikan untuk mendapatkan penilaian yang lebih
objektif.
Nilai Akhir Final akan segera diumumkan secara lisan dan atau
tulisan sesegera mungkin oleh Pengelola SAA, diharapkan seluruh
peserta SAA untuk hadir.

26
6.2.9 Kriteria Penilaian Akhir
KAAB 16. Comprehensive Design mencakup :
• Rancangan yang sesuai dengan kaidah-kaidah perancangan
arsitektural melalui analisis (KAAB 9. Research and Analysis) Secara
Komprehensif mencakup:
(a) Penataan tapak dalam Konteks city center/urban/ sub-urban
KAAB 15. Architecture and Urban planning
(b) Penataan tapak secara integratif
KAAB 10. Site Planning
(c) Fungsi dan program ruang, pemahaman ordering-principles
KAAB 8 Form and Spatial Organization
(d) Pemenuhan persyaratan teknis kehandalan bangunan dan
kenyamanan, desain universal-difable-berkebutuhan khusus.
KAAB 11. Accessible Design
KAAB 12. Safety and Fire Protection
(e) Estetika dengan merujuk pada pemahaman hubungan antara
aspek bentuk, fungsi, keteknikan (struktur dan utilitas
bangunan), makna arsitektur, konteks, dan spirit aspek
ekologi dan efisiensi-efektivitas penggunaan energi (green
building), kesadaran aspek pengendalian biaya dalam
pembangunan, pemahaman tentang aspek kepranataan yang
berkaitan dengan aspek bangunan dan lingkungan.
KAAB 13. Integration of Building Systems in Design
KAAB 14. Design of Adaptive Reuse
(d) Kesadaran pada Budaya Indonesia
KAAB 03 History of Indonesian Architecture (Form, Space, Order,
and Tectonics)
(e)Inovasi dalam Desain
(f) komunikasi verbal dan Komunikasi tulisan (laporan
perancangan), Penyajian gambar dan model
KAAB 7 Architectural Communication
KAAB 20. Application of Digital Technology

(g)Nilai-nilai etika dalam proses merancang


KAAB Ethics of Architects and Professional Responsibility \
dan Proses Pembimbingan (Sikap- Unpar)
27
6.2.10. Pameran SAA

Setiap Peserta yang mendapatkan NILAI Final A WAJIB


memamerkan hasil karyanya melalui kegiatan SAA Awards dan
mengikuti prosedur dan tata cara yang ditetapkan khususnya
berkenaan dengan review eksternal. Jika peserta tidak mengikuti
prosedur yang sudah ditetapkan maka penetapan Nilai A akan
dibatalkan dan/atau diturunkan ke level yang lebih rendah satu atau
dua tingkat.

6.2.11. Daftar Pustaka


o Amril, Sjamsu (1992), Data Arsitek Ernst Neufert 1-2, Jakarta,
Penerbit Erlangga
o Antoniades, Anthony C. (1992), Poetics Of Architecture, Theory Of
Design, New York, Van Nostrand Reinhold.
o Arnold, Christopher (1982) Building Configuration and Seismic
Design, John Wiley & Sons Inc.
o Bielfield, Bert (2008), Basic Design Methods, Basel, Birkhauser
o Burry, Jane-Marc (2012) Architecture Problems & Purposes, Thames
& Hudson
o Charleson, Andrew (2014), Structure as Architecture: Routledge;
o Cullen, Gordon (1961) Concise Townscape, London, Routledge.
o D.Chiara. (1983) Times Saver Standard Building, McGraw-Hill. Inc
o Eisenman, Peter (1999), Diagram Diaries. Thames & Hudson
o Firley, Eric, Caroline Stahl (2009), The Urban Housing Handbook,
Wiley.
o Galenter, Mark (1995), Source of Architectural Form, Great Britain.
o Bachelard Gaston (1994), Poetics of Space, new-edition, Beacon
Press.
o Hart (1978) Multi-Storey Buildings in Steel, John Wiley & Sons Inc
o Ingels, Bjarke (2015) Hot to Cold: An Odyssey of Architectural
Adaptation, Taschen Book
o Jencks, Charles (2007) Critical Modernism - Where is Post
Modernism going,Wiley Academy, London.
o Koolhass, Bruce Mau, Hans Werlemann, (1997) S M L XL, The
Monacelli Press
o Leupen, Bernard dkk (1997), Design and Analysis, New York, Van
Nostrand Reinhold
28
o Lynch, Kevin, (1960) The Image of the City, MIT Press, Cambridge
MA.
o Lynch, Kevin, (1990) City Sense and City Design: Writings and
Projects of Kevin Lynch (Tridib Banerjee and Michael Southworth,
editors), MIT Press, Cambridge MA and London
o Macdonald, Angus J (2001), Structure and Architecture, Routledge
o Mahgoub, Yasser (2017), Architectural Design Concepts Approaches
https://issuu.com/ymahgoub/docs/architectural_design_concepts_app
ro
o Philips Derek, (2004), Daylighting : Natural Light in Architecture.
o Purbo, Hartono (2000) Struktur dan Konstruksi bangunan tinggi.
o Juwana, Jimmy S (2005) Panduan Sistem Bangunan Tinggi: Untuk
Arsitek Dan Praktisi Bangunan, Erlangga.
o Rossi, Aldo (1982), The Architecture of The City, Cambridge, The
MIT Press
o Makstutis, Geoffrey, (2018), Design Process in Architecture: From
Concept to Completion Laurence King Publishing
o Shirvani, Hamid (1985), The Urban Design Process, New York, Van
Nostrand Reinhold Company, Inc
o Schodek, Daniel L. (2002), Structures Fourth Edition, New Delhi,
Prentice-Hall of India.
o Schueller, Wolfgang (1989), Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi,
Bandung, Penerbit PT. Eresco.
o Tjahjono, Gunawan, editor (1998), Indonesian Heritage -
Architecture, Singapore, Editions Didier Millet.
o Tjahjono, Gunawan, editor (2009), Sejarah Kebudayaan Indonesia,
Arsitektur, Jakarta, Raja Grafindo Perkasa.
o Undang-Undang, SNI dan Peraturan Pemerintah tentang bangunan,
gedung, kawasan, dan fungsi.
o Ward, Ian (2004) Energy and Environmental Issues.
o Zumthor. Peter (2010), Thinking Architecture, Birkhäuser
Architecture; 3rd edition

29
Lampiran Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)
dan SPC-KAAB

30
No Sub-
Tingkat
No CPL /
Isi CPL Taksonomi Isi Sub-CPL / SPC KAAB **
CPL SPC
Bloom *
KAAB

Architecture, Science, Technology, and Fine Art


KAAB 1 Understanding of mutual relationship between architecture, science,
technology, and fine art.

Mampu untuk menganalisis (C4) hubungan timbal balik History and Culture of Global Architecture
4 antara sains, teknologi, seni, sejarah, dan budaya pada Cognitive 4 KAAB 2 Understanding parallel and divergent histories of architecture with
arsitektur di Indonesia dan lingkup global. cultural diversity.

History of Indonesian Architecture (Form, Space, Order, and Tectonics)


KAAB 3 Understanding of the unique philosophy and principles of Indonesian
architecture (Form, Space, Order, and Tectonics)

Architecture and Society


KAAB 4 Understanding of regional, social, cultural, economic, and policy aspects
and their mutual relationships that influence architecture and city.

Human behavior and Spaces


Mampu untuk menelaah (C4) hubungan timbal-balik antara
KAAB 5 Understanding of applying principles and methodologies of relationship
5 arsitektur dengan manusia, masyarakat, dan lingkungan Cognitive 4
alam between physical environment and human behavior to the spatial design.

Sustainable Architecture and Urbanism

KAAB 6 Understanding of principles of sustainable architecture and urban


planning for appropriate application of natural and artificial resources, and
the preservation of historical and cultural resources.

Mampu untuk menerapkan (C3) sistem struktur dan Principles of Building Structure and Structural System
KAAB
6 konstruksi bangunan, penggunaan material dalam desain Cognitive 3 Understanding of principles of forces, fundamental theories and various
17
perancangan bangunan. systems of building structure and their application in design.

31
Building Materials and Methods
KAAB
21 Understanding of property and application of building materials, and
construction methods of building components.

Environment Control Systems


Mampu untuk menerapkan (C3) prinsip dasar dan metode
aplikasi dari kenyamanan thermal, pencahayaan, akustik, Understanding of the basic principles of thermal, light, acoustic, indoor air
KAAB
7 kualitas udara ruang dalam, manajemen energi, dan sistem Cognitive 3 quality, energy management and the application method of the
18
kontrol lingkungan (environment control system) dalam environment control system.
konteks Arsitektur

Building Service Systems


Mampu untuk menerapkan (C3) prinsip dasar dan sistem
KAAB Understanding of the basic principles and the application method of
8 pada bangunan seperti mekanikal, elektrikal, data, dan Cognitive 3
19 appropriate building systems such as mechanical, electrical, data, and fire
pencegahan kebakaran dalam konteks Arsitektur.
protection services.

Application of Digital Technology


Mampu untuk menggunakan (C3) teknologi digital dalam KAAB
9 Cognitive 3 Understanding of the utilization and application of various digital
proses desain. 20
technologies in design process.

Building Construction and Construction Management


Mampu untuk memahami (C2) metode pekerjaan proyek
dan manajemen konstruksi untuk dapat mengelola secara KAAB Understanding of project delivery methods and construction management
10 Cognitive 2
efektif kebutuhan dari sumber daya fisik, manusia, teknis, 22 to effectively facilitate physical, human, technical resources and budget.
dan anggaran.

Ethics of Architects and Professional Responsibility


Mampu untuk memahami (C2) dan menghayati (A4) Cognitive 2
KAAB Understanding of Ethics of the profession, architect’s authority and
11 lingkup profesi arsitek dalam etika profesi, tanggung dan Affective
23 responsibility, rights and duties to client and society.
jawab, peran, kolaborasi, dan manajerial praktik profesi. 4

32
Architects Role in Project Execution

Understanding of professional documents and design phases such as initial


KAAB brief, schematic design, design development, construction document, and
24 architect’s role in multi-disciplinary, collaboration and reconciliation,
construction cost estimation, design addendum, construction supervision,
and building operation and maintenance.

Operation and Management of Architectural Practice

KAAB Understanding of the principles and management skills required in the


25 operation of an architectural firm such as contract, financing, business
planning, marketing, project acquisition, and general management.

Mampu untuk memahami (C2) dan melaksanakan (A2) Building Codes and Regulations
tentang kode dan peraturan bangunan yang berlaku terkait Cognitive 2
KAAB Understanding of building codes and regulations related to public safety,
12 dengan keselamatan publik, hak properti, desain, dan Affective
26 property rights, design, construction and practice, and of the legal
konstruksi dan praktik, dan tanggung jawab hukum dan 2
responsibility and liability of architects.
tanggung jawab arsitek.

Mampu untuk mengkomunikasikan (P5) dan memadukan Architectural Communication


(A4) ide arsitektural dalam berbagai fase desain
menggunakan media yang beragam seperti secara lisan, Psychomotoric Ability to express architectural ideas by design phases using diverse media
13 tertulis, sketsa, gambar, model yang secara efektif (dan 5 dan KAAB 7 such as oral, writing, sketch, drawing, model effectively chosen to
menggunakan bahasa inggris dalam beberapa tugas Affective 4 different circumstances and audiences. (using English language in some
desain) kepada pendengar dalam situasi yang berbeda- design projects)
beda.

Mampu untuk Mengemukakan (C3) permasalahan dan Research and Analysis


mengusulkan (A3) solusi yang sesuai berdasarkan dengan
Cognitive 3 Ability to identify problems and propose appropriate solutions based on
14 pemahaman dari riset dan analisis metodologi dari data KAAB 9
Affective 3 understanding of research and analysis methodologies of collected data
yang telah didapat dari preseden, teori, dan fenomena
from relevant precedents, theories, and social phenomena.
sosial.

15 KAAB 8 Form and Spatial Organization

33
Ability to understand the basic principles of 2D and 3D forms and design,
architectural composition and to apply such principles to generate
creative forms and spaces.

Site Planning
KAAB
10 Ability to analyze and evaluate social context and environmental factors of
the site and apply in site planning including exterior space design.

Accessible Design
KAAB
11 Ability to design a building to meet the various requirements of all user
groups including people with disabilities for their accessibility and safety.

Safety and Fire Protection


KAAB
12 Ability to design a building based on the principles of safety, fire
protection, and egress.
Mampu untuk merancang (C6) dan mendesain (P5)
Cognitive 6 Integration of Building Systems in Design
bangunan dan lingkungannya secara komprehensif dan KAAB
Psychomotoric
integratif dengan memperhatikan aspek keandalan 13 Ability to understand and integrate building systems such as structure,
5
bangunan dalam berbagai konteks perancangan arsitektur. building envelop, mechanical and electrical services in design projects.

Design of Adaptive Reuse


KAAB Ability to define conceptual design strategy of adaptive reuse to design
14 renovation of building in response to issues such as evolving social,
environmental values, and sense of places.

Architecture and Urban planning


KAAB
15 Ability to understand the principles of urban planning, to critically assess
existing urban plans and relevant issues to apply in architectural design.

Comprehensive Design

KAAB Ability to design on the basis of program’s educational objectives;


16 identifying problems and propose solutions, and to produce drawings and
design documents in variety of formats (thesis, reports, panels)
throughout design stages.

34
35

Anda mungkin juga menyukai