I. PENDAHULUAN
2
II. PENUGASAN SAA-54
Studio Akhir Arsitektur (SAA) merupakan Studio Akhir di tingkat program Sarjana
Arsitektur yang merupakan kumulatif dari Studio 1 sampai 6. Pengetahuan yang
dikembangkan di Studio Akhir ini merupakan sarana untuk memasuki Pendidikan
Profesi Arsitek. Di dalam SAA ini peserta diminta untuk mengembangkan
gagasannya dengan menekankan pada tema yang berkaitan aspek-aspek
pengetahuan yang merujuk pada kompentensi dalam UIA yakni Cultural and
Artistic (Studies), Social (Studies), Environmental (Studies), Technical (Studies).
Empat aspek ini menjadi dasar dalam pengembangan tema desainnya. Penekanan
pada tema tersebut diharapkan dapat memberi warna dalam perwujudan desainnya.
Pada dasarnya desain arsitektural adalah bersifat total yakni mencakup aspek seni
dan teknologi yang diwujudkan dalam ruang dan bentuk secara fungsional untuk
mendukung kehidupan manusia. Lokasi yang digunakan adalah di daerah urban,
sub-urban, dan pusat kota dengan masing-masing memiliki karakteristik khusus,
baik di Bandung maupun luar Bandung. Setiap tapak memiliki karakterisitik dan
sifat serta konteks yang wajib diperhatikan dalam perancangan arsitekturnya.
Merancang arsitektural tidak lain adalah tindakan menggubah ruang-massa dan
tapaknya. Poetic of Architecture tidak dapat dilepaskan dari pemikiran Poetic of
Space sampai pada Poetic of Place. "The Poetics of Space" Gaston Bachelard
(1958/1994) introduces his concept of "topoanalysis" which he defines as "the
systematic psychological study of the sites of out intimate lives". Ruang hadir dalam
‘Site’ tapak, sehingga mengenali tapak dan lingkungannya menjadi aspek penting
untuk dapat ‘living and livable’ bahkan ‘dwelling’ di atasnya. Setiap tapak dengan
karakteristik ‘Space’ hendaknya menjadi ‘Place’, karena disanalah arsitektur hadir,
memiliki arti dan jiwa. Menjadi place berarti memiliki karakter Community-driven,
Visionary, Function before form, Adaptable, Inclusive. Focused on creating
destinations, Flexible, Culturally aware, Ever changing, Multi-disciplinary,
Transformative, Context-sensitive, Inspiring, Collaborative, Sociable. Christian
Norberg-Schulz (1980) membagi struktur dari ‘place’ menjadi dua yakni lansekap
dan settlement (bangunan) dengan elemen pembentuknya berupa space (aspek tiga
dimensi) dan karakter (atmosfer yang melingkupinya). Keterpaduannya akan dapat
menghasilkan Spirit of Place sebagai representasi dari budaya, estetika, fungsional,
teknologi dan sebagainya yang ada di sana.
3
Mark Galenter (1995) sumber-sumber penciptaan bentuk (form) dalam desain
arsitektural dapat dicapai sebagai berikut : (1) An architectural form is shaped by
intended function. Desain bentuk suatu bangunan dapat diciptakan melalui
pertimbangan fungsi-fungsi tertentu, misalnya aspek fisik, sosial, psikologi, dan
fungsi simbolik. Dalam hal ini bentuk merupakan representasi fungsi, (2) An
Architectural form is generated within the creative imagination. Originalitas ide
bentuk arsitektural dilahirkan melalui kreativitas imaginatif dan intuitif pemikiran
arsiteknya. Hal ini didasarkan pada kemerdekaan berfikir intuitif yang mandiri dan
tidak terjebak oleh batasan-batasan formal, contoh ekstrimnya adalah desain-desain
yang utopis, fantastik, futuristik, dekonstruksi, dsb. (3) An Architectural form is
shaped by the prevailing spirit of age. Bentuk arsitektural diciptakan mengikuti
semangat jamannya. Pertimbangan ideologi/semangat/ faham global dan dominan
dapat berpengaruh terhadap penciptaan bentuknya, misal Post-Modernisme yang
pro-history. (4) An Architectural form is determined by the prevailing social and
economic condition. Bentuk arsitektural dapat diciptakan dengan
mempertimbangkan aspek sosial (untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak)
dan ekonomi (efektif-efisien-fungsional).(5) An Architectural form is derives from
timeless principles of form that transcend particular designers, culture, dan climate.
Bentuk-bentuk arsitektural dapat dilahirkan melalui konsep-konsep masa lalu.
Konsep ini digunakan karena dianggap mempunyai keunikan/kekhasan, untuk
tujuan khusus, pertimbangan budaya (misalnya: lokalitas), dan kontektualitas iklim,
dsb. Hal ini dapat menyangkut aspek kesejarahan (pro-history), type, dsb.
Pemahaman ini yang menunjukkan adanya kemungkinan penggunaan unsur-unsur
desain masa lalu dalam bangunan pada masa kini
Menurut Yasser Mahgoub (2017) proses berfikir dalam merancang arsitektur dapat
dikenali sebagai: B-A-S-E-D: Briefing (site, programming, pengumpulan data,
preseden, dan seterusnya) Analysis (identifikasi obyektif - pertanyaan desain dan
analisis data) – Synthesis (Formulasi konsep, alterasi, dan presentasi) – Evaluation
(Review pilihan dan alterasi) – Detail (implementasi desain dan komunikasi desain).
Hasso-Plattner menyatakan juga menyatakan adanya proses : Understand/
Emphatize- Observe/ Point of View-Define-Ideate-Prototype-Test. Proses berfikir
ini bersifat interatif dan tidak linear searah, berputar-putar sampai bertemu titik
optimasi dan keseimbangan tertentu berupa “desain”
4
Strategi desain menurut Antoniades (1992) dapat dilakukan secara tradisional-
konvesional (B-A-S-E-D), meminjam (bentuk/wujud), atau dekontrusksi. Menurut
Jomarka (2013) metode desain dapat menggunakan pendekatan Nature and
Geometry as Authorities (biomorphics, etc), Music and Mathematics as Models
(musical analogies, proportions, etc), Accident and The Unconscious as Sources
(Heterophia, etc), Rationalist Approaches (performance form, design research),
Precedent (Typology, Transformation, etc), Responses to Site (regionalism,
contextualism), Generative Processes (Superposisi, morphing-folding, datascape,
diagram, parametric). Menurut Yasser Mahgoub (2017) pendekatan berfikir desain
dapat berupa pendekatan Konseptual, Issue based, Teoritikal, Pendekatan Gabungan
(Issue+Teori).
5
Dengan demikian menurut Yuswadi Saliya (2018) desain diharapkan sungguh
merupakan solusi holistik–elegan terhadap suatu permasalahan desain dan lebih lagi
merupakan demonstrasi cara berpikir solutif-etis-berkarakter, bukan sekedar
“penyajian flamboyan tanpa pesan”
6
2.1.1. Pilihan Fungsi
Arahan fungsi yang dapat dipilih sesuai dengan minat peserta dapat
dipelajari dari Perangkat RDTRK (dan lampirannya) yang
dilampirkan sebagai pelengkap pedoman pelaksanaan SAA- 55.
Mahasiswa dianjurkan merujuk juga ke buku Time-Saver Standards
for Building Types. Fungsi yang diajukan harus memiliki preseden
terbangun, dan dengan luas setara.
* Peta kawasan dalam bentuk file CAD diserahkan kepada peserta melalui
ketua kelas.
7
III. TATA LAKSANA STUDIO AKHIR ARSITEKTUR
8
4. Mengikuti Sidang I (Sidang Proposal Proyek Rancangan) dan
mendapatkan persetujuan dari Dosen Pembimbing maupun Dosen
Penguji.
5. Memasukkan Borang-Borang yang telah ditandatangani oleh Dosen
Pembimbing dan Dosen Penguji ke sekretariat sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan.
a. Meninggalkan studio
Meninggalkan studio hanya dibenarkan :
• Untuk kuliah (jadwal kuliah dipasang pada meja masing-masing)
• Bila sakit, secepatnya mengajukan surat dokter yang ditujukan
kepada Koordinator/ Administrator Studio. Selama cuti sakit,
sebaiknya gambar- gambar diserahkan kepada Koordinator studio.
• Bila sakit berkepanjangan, maka permasalahan dilimpahkan pada
PROGRAM STUDI.
• Meninggalkan studio dapat pula dibenarkan untuk keperluan
survei, berobat dan hal-hal lainnya atas izin Koordinator.
b. Mengundurkan Diri
• Untuk mengundurkan diri, Peserta wajib mengajukan
permohonan pengunduran diri kepada Koordinator secara tertulis
disertai alasan-alasan.
• Apabila sesudah mendaftar (FRS dan PRS) untuk ikut SAA,
calon peserta mengundurkan diri, maka akan dianggap telah ikut
dan diberi nilai akhir E.
10
3.6.2. Tata Laksana Pembimbingan
• Tiap mahasiswa diharuskan memperoleh minimum 5 (kali)
kali asistensi dengan dosen pembimbing sebelum UTS (yang
mencakup asistensi dengan ko-pembimbing, bila ada) dan 5
(kali) kali asistensi dosen pembimbing (mencakup asistensi
dengan ko-pembimbing, bila ada) sesudah UTS.
• Tiap mahasiswa disarankan memperoleh minimum 1 (satu)
kali asistensi dengan masing-masing dosen penguji sebelum
UTS dan diwajibkan 1 (satu) kali asistensi dengan masing-
masing dosen penguji sesudah UTS.
• Tatap muka harus dilakukan secara rutin dan persiapan yang
cukup, bila saat tatap muka peserta tidak memenuhi
kelengkapan atau target yang ditentukan bersama, maka
pembimbing/penguji dapat menolak memberikan bimbingan.
• Hasil diskusi saat tatap muka dengan dosen
pembimbing/penguji harus selalu dicatat dalam borang
bimbingan dan ditandatangani oleh kedua belah pihak/bukti
melalui print screen/screen shoot juga dapat dijadikan sebagai
bukti.
• Borang Bimbingan/bukti print screen/screen shoot dapat
dijilid bersama laporan perancangan.
11
IV. PRODUK STUDIO
13
4.3. Produk Tahap Perancangan II
Peserta SAA diharuskan menyiapkan produk gambar hasil pengembangan
setelah Sidang II – UTS. Format kertas A2 dengan skala gambar disesuaikan,
(Jenis kertas kalkir / HVS-dalam kondisi normal).Draft Gambar Wajib, terdiri
dari : Rencana tata letak massa bangunan (block-plan)
• Rencana tapak (site-plan) tergambar dengan ground-floor.
• Denah per lantai termasuk lantai dasar (ground-floor) dan Denah Atap
pada ruang- ruang yang mempunyai fungsi pasti, lengkapi dengan tata letak
perabot.
• Tampak, minimal 2 (dua).
• Potongan, minimal 2 (dua).
• Potongan Tapak, Minimal 2 (satu)
• Denah Tipikal dan/atau Denah Unit (bila ada, disesuaikan dengan fungsi).
• Potongan prinsip, yang menjelaskan detail dan integrasi elemen
arsitektural, struktur dan utilitas mulai dari bagian teratas/ atap hingga
pondasi bangunan, minimal 1 (satu).
• Detail arsitektural, minimal 2 (dua).
• Sistem Utilitas Bangunan (mechanical, electrical, plumbing, penanganan
kebakaran).
• Sistem Struktur dan Konstruksi, mencakup sub-structure/ struktur bawah,
pembalokan dan struktur atap.
• Potongan Perspektif
Draft Gambar-gambar (sesuai dengan skala yang diminta) ini diperiksa oleh
Dosen Pembimbing masing-masing.
Kelengkapan Draft Gambar Final disertakan bukti asistensi (screen shoot/tanda
tangan Borang Pemeriksaan) oleh Dosen Pembimbing bila:
• Kematangan dan kelengkapan produk rancangan telah dianggap layak
untuk diopzet,
• Mahasiswa telah memperoleh asistensi dari masing-masing penguji min 1x
(diluar ko- pembimbing).
Borang ini sedapat mungkin telah disahkan oleh dosen pembimbing selambat-
lambatnya sebelum proses opzet studio (sesuai dengan jadwal yang ditentukan),
lamanya ozpet yang dilakukan adalah 2 minggu. Diharapkan sesudah melampaui
tahap ini, maka tidak ada lagi masalah yang mendasar dan dapat diatasi sambil
melakukan tahap penyelesaian Gambar Final.
14
4.4. Produk Tahap Gambar Final
Untuk Sidang Akhir – UAS, Peserta SAA harus menaati aturan berikut:
1. Memasukan Gambar Final tepat waktu sesuai jadwal dan menyajikan
gambar-gambar rancangan wajib dalam keadaan selesai dengan jumlah
yang sesuai daftar (mengacu pada ketentuan di bagian 4.3), dipajang
pada meja masing-masing. Keterlambatan memasukkan Gambar Final
akan menggugurkan peluang peserta untuk mengikuti Sidang Akhir
dan peserta dinyatakan memperoleh nilai E (tidak lulus).
Gambar yang dimasukan minimal memuat
• Konsep Desain maksimal 2 halaman
• Rencana tapak (site-plan) tergambar dengan ground-floor.
• Denah per lantai termasuk lantai dasar (ground-floor) dan Denah
Atap pada ruang- ruang yang mempunyai fungsi pasti, lengkapi
dengan tata letak perabot.
• Tampak, minimal 2 (dua).
• Potongan, minimal 2 (dua).
• Potongan Tapak, minimal 2 (dua)
• Denah Tipikal dan/atau Denah Unit (bila ada, disesuaikan dengan
fungsi).
• Potongan prinsip, yang menjelaskan detail dan integrasi elemen
arsitektural, struktur dan utilitas mulai dari bagian teratas/ atap
hingga pondasi bangunan, minimal 1 (satu).
• Detail arsitektural, minimal 2 (dua).
• Sistem Utilitas Bangunan (mechanical, electrical, plumbing,
penanganan kebakaran).
• Sistem Struktur dan Konstruksi, mencakup sub-structure/ struktur
bawah, pembalokan dan struktur atap.
• Perspektif Eksterior dan Interior (Jumlah akan diatur)
Peserta dapat menambah Gambar lainnya yang dianggap perlu,
pengumpulan gambar-gambar tersebut akan diatur penjadwalnya.
2. Semua gambar disajikan dalam Format A2 dengan kop sesuai ketentuan
dan jenis kertas setara dengan standar penyajian yang akan diberikan
oleh koordinator SAA.
3. Detail format dari dokumen gambar akan dijelaskan secara terpisah oleh
koordinator SAA.
4. Tidak diperkenankan menambah jumlah dokumen gambar untuk
disertakan saat Sidang Akhir.
15
5. Memasukkan maket final (bahan bebas) yang dirakit sendiri, untuk City
Center dan Urban skala maket adalah 1:400 dan Sub-Urban skala maket
adalah 1:500 dengan alas maket berukuran 60 x 60 cm. Pemasukan
maket final mengacu pada jadwal yang ditentukan. Keterlambatan
memasukkan maket akan menggugurkan peluang peserta untuk
mengikuti Sidang Akhir dan peserta dinyatakan memperoleh nilai E
(tidak lulus).
6. Memasukkan 3-4 rangkap Laporan Perancangan III (disesuaikan dengan
jumlah dosen di Kelompok Sidang) ke sekretariat prodi sesuai jadwal.
Keterlambatan memasukkan Laporan Perancangan atau Laporan
Perancangan yang dinilai tidak memenuhi kelengkapan isi, akan
menggugurkan peluang peserta untuk mengikuti Sidang Akhir dan
peserta dinyatakan memperoleh nilai E (tidak lulus).
7. Bila ada peserta yang sebelum tahap penyelesaian gambar final jatuh
sakit atau alasan lain yang dapat diterima dan dipertanggungjawabkan,
sehingga tidak dapat meneruskan tugasnya, maka atas pertimbangan
Ketua PROGRAM STUDI dan kesediaan dosen pembimbingnya, dapat
diberi perpanjangan waktu, tanpa harus mengulang keseluruhan. Waktu
untuk menyelesaikan gambar rancangan maksimum 2 minggu terhitung
dari hari pemasukan Gambar Final, agar memungkinkan disidangkan
dalam jadwal pekan Sidang, kecuali ada dispensasi atau ketentuan
khusus dari PROGRAM STUDI.
16
V. PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PERANCANGAN
• Laporan dibuat dalam Format A4, kertas HVS 80 gram warna putih.
• Batas halaman berupa kertas HVS 80 gram berwarna hijau muda.
• Batas tulisan adalah : untuk tepi atas, bawah, dan kanan adalah 3 cm,
sedangkan batas tepi kiri 4 cm.
• Laporan dijilid dengan sampul berwarna hijau muda, dilapisi plastik
transparan, dan diberi lakban hitam .
• Nomor Halaman, pada bagian prakata, daftar isi, lampiran, dsb.
penomoran dilakukan dengan angka romawi kecil ( i, ii, iii, iv, dst. ) dan
penomoran pada bagian isi dilakukan dengan angka latin ( 1, 2, 3, 4, dan
seterusnya ).
• Sistematika Tulisan :
o Judul
o Halaman dalam dan halaman pengesahan
o Prakata
o Daftar Isi
o Daftar Gambar/Tabel / dan sebagainya.
o Bagian Utama, terdiri dari: Bab Pendahuluan, hingga Bab Penutup
o Daftar Pustaka dan Lampiran.
17
5.1.2. Teknik Penyusunan Laporan
19
BAB 4. PERANCANGAN
• Memperlihatkan alur pemikiran perancangan dengan
menunjukkan rangkuman Isu, Masalah, Tujuan, Pendekatan,
Tema, Konsep, dan Metode Perancangan. Konsep dapat terdiri
dari konsep-konsep berikut: Konsep Perancangan Tapak (wajib
ada), Konsep Bentuk Masa & Tampilan Bangunan (wajib ada),
Konsep Penataan Ruang (wajib ada), Konsep Struktur, Konsep
Utilitas & Kelengkapan Bangunan.
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB 1. PENDAHULUAN
• Latar Belakang Pemilihan Tema, Fungsi dan Tapak
• Tujuan dan Manfaat Proyek
• Ruang Lingkup Proyek
• Sistematika Penulisan Laporan
BAB 2. ANALISIS
• Analisis Tapak
• Analisis Fungsi & Program Ruang
• Analisis Bentuk Massa & Tampilan Bangunan
• Analisis Struktur & Konstruksi
• Analisis Utilitas & Kelengkapan Bangunan
• Rumusan Tema dan Permasalahan Rancangan
20
BAB 3. PERANCANGAN
• Harus dapat memperlihatkan alur pemikiran perancangan dengan
menunjukkan rangkuman Isu, Masalah, Tujuan, Pendekatan, Tema,
Konsep, Metode Perancangan.
Konsep dapat terdiri dari konsep-konsep berikut: Konsep
Perancangan Tapak (wajib ada), Konsep Bentuk Massa &
Tampilan Bangunan (wajib ada), Konsep Penataan Ruang (wajib
ada), Konsep Struktur, Konsep Utilitas & Kelengkapan Bangunan
(wajib ada).
BAB 4. DATA HASIL RANCANGAN AKHIR
• Daftar ruang dan luas total bangunan
• Penerapan BCR, FAR, GSB (as designed)
• Blok Plan, Site Plan, Denah, Tampak, Potongan
Daftar Pustaka
Lampiran (Gambar Rancangan)
21
VI. PELAKSANAAN SIDANG
22
• Gambar-gambar yang akan disidangkan harus sudah dipersiapkan
penyusunannya sebelum urutan sidang peserta dimulai.
Tata Laksana Sidang Daring/Hibrid (jika terjadi Force Majeur) :
• Sidang dilaksanakan sesuai jadwal dan media daring atau luring yang
telah ditentukan oleh masing-masing kelompok sidang,
• Mohon setiap ketua sidang/perwakilan dosen dalam kelompok
sidangnya dan perwakilan peserta sidang berkoordinasi untuk
mengatur link atau meeting ID yang akan digunakan jika daring,
• Peserta sidang wajib bersiap dan sudah masuk ke ruang tunggu
minimal 15 menit sebelum waktu pelaksanaan sidang. Pastikan
seluruh file presentasi sudah siap dan tidak terkendala teknis,
• Pembukaan dan penutupan sidang dilakukan oleh ketua sidang dan
wajib dihadiri oleh seluruh dosen pembimbing/ko-pembimbing,
penguji, dan peserta siding.
• Jika Daring Borang kehadiran dilakukan saat pembukaan dan
penutupan sidang melalui screenshot (oleh perwakilan peserta). Bukti
screenshot dikirim langsung ke email pengelola SAA 55
(saaunpar@unpar.ac.id) segera setelah penutupan siding. Jika Luring
maka Borang kehadiran akan diisi langsung pada saat ujian
berlangsung.
• Sidang akhir SAA 55 merupakan sidang tertutup. Pengaturan urutan
sidang dapat ditentukan pada saat pembukaan (atau sebelumnya).
Peserta yang belum waktunya sidang, dapat menunggu giliran di
waiting room / bersiap diluar media daring atau luring,
• Waktu sidang dapat diatur sebagai berikut. Presentasi (langsung,
bukan rekaman) 5-10 menit, dilanjutkan tanya jawab 15-20 menit.
Total waktu sidang ± 30 menit,
• Busana sidang formal dan sopan.
• Form penilaian mohon dapat segera diisi setelah sidang, ditanda
tangani oleh seluruh dosen dalam kelompok sidangnya dan kemudian
dikumpulkan ke pengelola SAA 54 melalui email
(saaunpar@unpar.ac.id) untuk direkap. Jika Daring : bentuk
tandatangan bisa berupa tandatangan digital ataupun file image dari
tandatangan basah.
23
6.2. Pedoman Penilaian
Nilai Akhir Final merupakan hasil rangkaian penilaian yang dilakukan sejak
awal masa bimbingan hingga keseluruhan rangkaian sidang dilalui dan
penyetaraan nilai di tahap akhir. Rangkaian penilaian mencakup:
6.2.1. Proses Selama Masa Bimbingan
• Kesungguhan dan ketekunan
• Kemampuan memahami tugas
• Kemampuan merancang (memiliki konsep, kemampuan sintesa,
kreatif, inovatif)
25
• Penilaian maket dilakukan secara implisit saat sidang akhir dan
menjadi salah acuan penilaian akhir SAA.
• Pada Sidang UAS nilai ujian peserta akan dinyatakan dalam
bentuk angka dan atau huruf.
• Nilai Sidang UAS bukan Nilai Akhir Final, karena harus melalui
satu tahap penilaian lagi yaitu tahap Penyetaraan Nilai.
• Setiap Dosen wajib mencantumkan nilainya masing-masing
pada borang penilaian, sebagai acuan saat penyetaraan nilai.
26
6.2.9 Kriteria Penilaian Akhir
KAAB 16. Comprehensive Design mencakup :
• Rancangan yang sesuai dengan kaidah-kaidah perancangan
arsitektural melalui analisis (KAAB 9. Research and Analysis) Secara
Komprehensif mencakup:
(a) Penataan tapak dalam Konteks city center/urban/ sub-urban
KAAB 15. Architecture and Urban planning
(b) Penataan tapak secara integratif
KAAB 10. Site Planning
(c) Fungsi dan program ruang, pemahaman ordering-principles
KAAB 8 Form and Spatial Organization
(d) Pemenuhan persyaratan teknis kehandalan bangunan dan
kenyamanan, desain universal-difable-berkebutuhan khusus.
KAAB 11. Accessible Design
KAAB 12. Safety and Fire Protection
(e) Estetika dengan merujuk pada pemahaman hubungan antara
aspek bentuk, fungsi, keteknikan (struktur dan utilitas
bangunan), makna arsitektur, konteks, dan spirit aspek
ekologi dan efisiensi-efektivitas penggunaan energi (green
building), kesadaran aspek pengendalian biaya dalam
pembangunan, pemahaman tentang aspek kepranataan yang
berkaitan dengan aspek bangunan dan lingkungan.
KAAB 13. Integration of Building Systems in Design
KAAB 14. Design of Adaptive Reuse
(d) Kesadaran pada Budaya Indonesia
KAAB 03 History of Indonesian Architecture (Form, Space, Order,
and Tectonics)
(e)Inovasi dalam Desain
(f) komunikasi verbal dan Komunikasi tulisan (laporan
perancangan), Penyajian gambar dan model
KAAB 7 Architectural Communication
KAAB 20. Application of Digital Technology
29
Lampiran Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)
dan SPC-KAAB
30
No Sub-
Tingkat
No CPL /
Isi CPL Taksonomi Isi Sub-CPL / SPC KAAB **
CPL SPC
Bloom *
KAAB
Mampu untuk menganalisis (C4) hubungan timbal balik History and Culture of Global Architecture
4 antara sains, teknologi, seni, sejarah, dan budaya pada Cognitive 4 KAAB 2 Understanding parallel and divergent histories of architecture with
arsitektur di Indonesia dan lingkup global. cultural diversity.
Mampu untuk menerapkan (C3) sistem struktur dan Principles of Building Structure and Structural System
KAAB
6 konstruksi bangunan, penggunaan material dalam desain Cognitive 3 Understanding of principles of forces, fundamental theories and various
17
perancangan bangunan. systems of building structure and their application in design.
31
Building Materials and Methods
KAAB
21 Understanding of property and application of building materials, and
construction methods of building components.
32
Architects Role in Project Execution
Mampu untuk memahami (C2) dan melaksanakan (A2) Building Codes and Regulations
tentang kode dan peraturan bangunan yang berlaku terkait Cognitive 2
KAAB Understanding of building codes and regulations related to public safety,
12 dengan keselamatan publik, hak properti, desain, dan Affective
26 property rights, design, construction and practice, and of the legal
konstruksi dan praktik, dan tanggung jawab hukum dan 2
responsibility and liability of architects.
tanggung jawab arsitek.
33
Ability to understand the basic principles of 2D and 3D forms and design,
architectural composition and to apply such principles to generate
creative forms and spaces.
Site Planning
KAAB
10 Ability to analyze and evaluate social context and environmental factors of
the site and apply in site planning including exterior space design.
Accessible Design
KAAB
11 Ability to design a building to meet the various requirements of all user
groups including people with disabilities for their accessibility and safety.
Comprehensive Design
34
35