Program Studi Arsitektur Pasar merupakan salah satu penggerak utama perekonomian di Universitas Muhammadiyah Surakarta Indonesia, terutama pasar tradisional yang sangat berkaitan dengan nellyseptariani@yahoo.co.id kehidupan masyarakat. Untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional, pemerintah mencanangkan Program Revitalisasi Pasar Dyah Widi Astuti Rakyat. Program tersebut dilakukan untuk pembangunan, Program Studi Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta pemberdayaan, dan peningkatan kualitas pengelolaan pasar tradisional dyahwidi.dw@gmail.com untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap pasar modern. Pasar Kartasura merupakan salah satu pasar terbesar di Kabupaten Sukoharjo yang usia bangunannya sudah 27 tahun, dan kemungkinan akan segera direvitalisasi. Maka dari itu diperlukan evaluasi pada bangunan Pasar Kartasura, agar bangunan pasar yang telah direvitalisasi nantinya bisa berfungsi dengan optimal, terutama dari aspek fungsinya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengkaji kondisi eksisting Pasar Kartasura dengan standar dan teori yang ada. Melalui penulisan ini, ditemukan bahwa pada Pasar Kartasura terdapat permasalahan pada peruangan serta kesesuaian standar yang beragam. Temuan pada penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah lanjutan pada Pasar Kartasura. KATA KUNCI: Pasar tradisional, standar ruang, aksesibilitas, zonasi, fasilitas.
LATAR BELAKANG Lokasi pembangunan diprioritaskan untuk
Pasar merupakan salah satu penggerak pasar yang yang telah berumur lebih dari 25 perekonomian di Indonesia, terutama pasar tahun, pasar yang mengalami bencana kebakaran, tradisional yang menggerakan perekonomina pasca bencana alam, dan konflik social, daerah sebagian besar rakyat Indonesia. Selain itu pasar tertinggal, perbatasan, atau daerah yang minim juga merupakan tempat yang sangat berkaitan sarana perdagangannya, serta daerah yang dengan kehidupan masyarakat yang mewadahi memiliki potensi perdagangan besar. kegiatan ekonomi dan interaksi sosial. Pembangunan revitalisasi pasar dianjurkan Saat ini terdapat banyak pasar tradisional di dibangun dengan merujuk pada Standar Nasional beberapa daerah di Indonesia yang dilakukan Indonesia (SNI 8152, 2015) yang telah ditetapkan revitalisasi. Program revitalisasi tersebut untuk Pasar Rakyat (Karin, 2018). dilakukan untuk pembangunan, pemberdayaan, Salah satu pasar yang perlu dilakukan dan peningkatan kualitas pengelolaan pasar revitalisasi di Kabupaten Sukoharjo adalah Pasar tradisional yang berguna untuk meningkatkan Kartasura. Pasar ini berada di wilayah kecamatan daya saing pasar tradisional terhadap pasar Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. modern. Usaha perbaikan untuk meningkatkan Pasar Kartasura didirikan pada tahun 1993 oleh daya saing pasar tradisional ini sudah dilakukan pemerintah Kabupaten Sukoharjo, yang kemudian sejak lama. Kementerian Perdagangan dalam UU dikontrakkan kepada pihak ketiga PT Adhimas No.7 tahun 2014 tentang Perdagangan, Graha Perkasa asal Semarang sampai tahun 2023. mencantumkan usaha perbaikan tersebut yang Saat ini umur Pasar Kartasura sudah mencapai 27 kemudian direalisasikan dalam Program tahun, hal tersebut sesuai dengan salah satu Revitalisasi Pasar Rakyat (Karin, 2018).
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 32
syarat ketentuan revitalisasi pasar yang menengah, swadaya masyarakat atau koperasi diprioritaskan yaitu berumur lebih dari 25 tahun. dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan Pasar Kartasura sendiri memiliki letak yang proses jual beli barang dagangan melalui tawar strategis, yaitu terletak di Jl Raya Solo-Jogja yang menawar. Sedangkan menurut SNI 8152:2015 merupakan jalan utama yang menghubungkan tentang Pasar Rakyat, pasar rakyat merupakan Kota Solo dan wilayah sekitar seperti Boyolali dan pasar dengan lokasi tetap yang berupa sejumlah Klaten. Pasar ini memperdagangkan berbagai took,kios, los, dan bentuk lainnya dengan macam jenis barang yang diperlukan untuk pengelolaan tertentu yang menjadi tempat jual memenuhi kebuthan warga sekitar. Barang- beli dengan proses tawar menawar. barang tersebut seperti sayur mayu, lauk pauk, buah-buahan, makanan pokok, barang barang Evaluasi Purna Huni rumah tangga, pakaian, dll. Evaluasi Purna Huni (Post-Occupancy Keadaan bangunan pasar Kartasura sendiri Evaluation) adalah pengujian efektivitas sebuah sudah banyak yang rusak. Bangunan yang sudah lingkungan binaan bagi kebutuhan manusia, baik lama dan tidak terurus membuat bangunan pengujian efektivitas bangunannya sendiri tampak kumuh dan kotor. Selain itu pemanfaatan maupun efektivitas programnya terhadap ruang pasar juga tidak sesuai dengan tujuan. kebutuhan pengguna (Zimring dkk dalam Karin, Banyak ruang-ruang berdagang yang kosong. 2018). Evaluasi ini dapat dilakukan terhadap Sebagian pedagang malah menggelar dagangan perencanaan, pemrograman, perancangan, mereka ditempat yang tidak seharusnya seperti di konstruksi, dan penghunian bangunan. ruang sirkulasi dan luar pasar. Bahu jalan dan jalan Pengertian lain menurut Budiarso dalam yang seharusnya digunakan untuk fasilitas umum Dimas (2018), evaluasi purna huni merupakan malah digunakan oleh para pedagang untuk metoda standar akademis yang digunakan oleh menggelar dagangan mereka. Selain itu kurangnya kalangan ilmiah dan konsultan di bidang kawasan lahan parkir membuat banyak para pelanggan binaan dan arsitektur, dengan tujuan penggunaan memarkirkan kendaraan mereka secara yaitu untuk mengetahui sejauh mana hasil sebuah sembarangan dan menyebabkan kemacetan karya arsitektur dan lingkungan mempunyai ketika jam sibuk. dampak secara tangible dan intangible pada Dari gambaran kondisi di atas, dapat dilihat penghuninya. Dikarenakan tujuannya yang bahwa terdapat berbagai macam permasalahan mencari tahu mengenai dampak arsitektur yang menyebabkan ketidak tertiban para terhadap penggunanya maka dapat dikatakan pedagang dan pembeli di pasar Kartasura. Maka focus dari evaluasi purna huni adalah pada dari itu perlu dilakukan evaluasi purna huni pada pengguna dan kebutuhannya serta usaha dalam pasar Kartasura untuk mengetahui performa memberikan wawasan mengenai konsekuensi bangunan pasar tersebut. Aspek yang digunakan desain yang sudah ada. antara lain adalah aspek fungsional. Diharapkan hasil evaluasi ini nantinya dapat digunakan Berdasarkan Preiser dalam Karin (2018), sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan terdapat tigaaspek bangunan yang dapat langkah lanjutan pada Pasar ini. diidentifikasi kedalam evaluasi purna huni, yaitu : Aspek teknis TINJAUAN PUSTAKA Aspek teknikal dapat menjadi latar belakang Pasar Tradisional lingkungan pengguna beraktifitas. Aspek teknikal meliputi : struktur, sanitasi, ventilasi, Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 53/M- keselamatan, kebakaran, elektrikal, dinding DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan eksterior, finishing interior, atap, akustik, dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat pencahayaan, dan system control lingkungan. Perbelanjaan dan Toko Modern, pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Aspek fungsional Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Organisasi yang menempati gedung Usaha Milik Begara dan Badan Usaha Milik Daerah mengharapkan memperoleh kepuasan dari termasuk kerjasama dengan swasta dengan gedung tersebut karena kinerja tempat usaha berupa took, kios, los dan tenda fungsionalnya. Aspek fungsional meliputi yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, factor manusia, penyimpanan, komunikasi,
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 33
alur kerja, fleksibiliitas dan perubahan, Kios B : 3,6m x spesialisasi dalam tipe atau unit bangunan. 3,6m Kios C : 3,6m x Aspek perilaku 1,6m Aspek behavioral dari performansi 2 Los 2m x 1,5m 2,5m x 2,5m menghubungkan antara aktivitas dan 3 Tinggi meja 80 cm dari 80 cm kepuasan pengguna dengan lingkungan fisik. lantai 4 Lebar lorong >2,2 m Lorong 1 : 3,6m Aspek behavioral meliputi proksemik, Lorong 2 : 1,6m teritorilitas, privasi, interaksi, presepsi Lorong 3 : 1m lingkungan, citra dan makna, kognisi dan orientasi lingkungan. Pada penelitian ini hanya membahas mengenai Aksesibilitas evaluasi purna huni melalui aspek fungsional. Tabel 2 Indikator dan hasil observasi Tidak memasukkan aspek teknis sebagai fokus aksesibilitas Pasar Kartasura kajian karena keterbatasan data dan waktu serta No Faktor Indikator Hasil observasi tidak memasukkan aspek perilaku pula sebagai (mudah) 1 Jarak dari jalan <100 m 3-4 m fokus kajian karena kondisi saat penelitian raya ke pasar dilakukan tidak memungkinkan untuk berinteraksi 2 Jumlah pintu 3 12 secara langsung dengan para pengguna pasar masuk karena adanya pandemi covid-19. 3 Jumlah tangga per >3 9 lantai 4 Lebar pintu >2 m 3,6m METODE PENELITIAN masuk Metode Pengamatan 5 Lebar lorong >1,5 m Lorong 1 : 3,6m Metode pengumpulan data menggunakan Lorong 2 : 1,6m Lorong 3 : 1m teknik observasi langsung untuk mengetahui 6 Ramp Ada Ada aspek fungsional didalam pasar Kartasura dengan 7 Escalator Ada Tidak ada membandingkan kondisi eksisting pasar dengan 8 Akses untuk kursi Ada Ada (ramp) standar atau peraturan yang ada. roda 9 Transportasi >2 moda Becak, becak angkutan umum motor Metode Analisis Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Analisis pada penelitian ini Zonasi dilakukan dengan membandingkan hasil observasi Tabel 3 Indikator dan hasil observasi kondisi eksisting dengan teori, standar atau zonasi Pasar Kartasura peraturan yang berlaku. Peraturan yang No Zonasi Indikator Hasil digunakan dalam perbandingan penelitian ini observasi adalah Jurnal Karya Teknik Sipil Volume 6, Nomor 1 Papan nama Ada Tidak ada keterangan 1, Tahun 2017 dengan judul Standar Revitalisasi lokasi / zona Pasar Tradisional Di Indonesia (Studi Kasus Pasar 2 Papan identitas Ada Tidak ada Tradisional di Kota Semarang). setiap zona 3 Zonasi lantai 1 Bahan pangan Sembako kering Sayur Variabel Penelitian Sembako Buah Variabel penelitian yang akan diamati dalam Sayur Daging penelitian ini adalah aspek fungsional dengan sub Buah dan ikan variable standar ruang, zonasi, aksesibilitas dan Siap saji fasilitas pasar. Non pangan HASIL OBSERVASI 4 Zonasi lantai 2 Bahan Sembako Standar Ruang pangan Sayur Tabel 1 Indikator dan hasil observasi basah Buah standar ruang Pasar Kartasura (daging Daging No Standar Indikator Hasil observasi dan ikan) dan ikan ruang Siap saji Siap saji 1 Kios 3m x 3m Kios A : 3,6m x Non Non 4m pangan pangan
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 34
Fasilitas Tabel 4 Indikator dan hasil observasi fasilitas Pasar Kartasura No Fasilitas Indikator Hasil observasi 1 Kantor Di dalam Di dalam lokasi pasar 2 Tempat parkir Off street Off street parkir parkir On street Gambar 1 Keadaan lorong 2 Gambar 2 Keadaan lorong 3 parkir (sumber : dokumentasi pribadi, 2021) 3 Tempat bongkar Tersedia Ada muat barang khusus / ada 4 Pelayanan Ada Tidak ada 5 Masjid/mushalla Ada Ada 6 Toilet Min berada Ada di 1 lokasi 7 Listrik Ada Ada 8 Alat pemadam Ada Ada 9 Pos ukur ulang Min 1 Tidak ada ANALISA PEMBAHASAN Gambar 3 Keadaan lorong 1 sebelum toko dibuka (sumber : dokumentasi pribadi, 2021) Standar Ruang Dilihat dari tabel 1, standar ruang pada eksisting pasar Kartasura sebagian besar sudah sesuai dengan standar indikator yang penulis gunakan. Ketidaksesuian standar yang ada pada indicator standar ruang pasar Kartasura dapat dijelaskan sebagai berikut : Gambar 4 Keadaan lorong 1 setelah toko dibuka Kios C yang terletak pada lantai 1 ini di (sumber : dokumentasi pribadi, 2021) gunakan oleh berbagai macam komoditas mulai Aksesibilitas dari sembako, siap saji dan non pangan seperti Dilihat dari tabel 2 diatas, aksesibilitas pada pakaian, perabot, mainan, dan aksesoris. Hampir area Pasar Kartasura didominasi oleh eksisting sebagian besar pedagang yang menempati kios ini ruang yang telah sesuai dengan standar. Adapun menggunakan ruang melebihi kapasitas kios yang masih belum sesuai adalah tidak adanya tersebut. Sehingga hal ini mengakibatkan koridor escalator dan lorong 3 yang terletak pada lantai 2. menjadi lebih sempit karena digunakan untuk Berikut penjelasan kekurang sesuaian indicator menata dagangan. Menjadikan ruang akses aksesibilitas pada pasar Kartasura : lorong/koridor menjadi lebih terbatas. Namun hal 1. Eskalator ini juga terjadi pada kios A dan B serta los yang Tidak tersedianya eskalator dapat menjadi sudah sesuai dengan standar. salah satu penyebab sulitnya aksesibilita pada Lorong 2 terletak pada lantai 1, bagian tengah bangunan pasar terutama pasar yang memiliki dan belakang pasar. Sedangkan lorong 3 terletak lantai lebih dari 3. pada lantai 2 pasar. Hampir semua lorong yang 2. Akses kursi roda (Ramp) ada dipasar digunakan oleh para pedagang kios Akses kursi roda bisa diakses melalui pintu dan los untuk menggelar dagangan mereka, depan, sedangkan untuk mengakses lantai 2 sehingga lorong yang awalnya sempit dan tidak menggunakan ramp yang ada dibelakang sesuai standar menjadi lebih sempit lagi. Hal pasar. Namun yang terjadi adalah area ramp tersebut dapat menyebabkan akses pengguna tersebut digunakan oleh pedagang untuk menjadi tidak lancar. Selain itu juga dapat menggelar dagangan mereka. Akibatnya ramp menyulitkan aksesibilitas bagi penyandang cacat tidak berfungsi dengan baik karena lebar ramp dan evakuasi saat terjadinya keadaan darurat. menjadi lebih sempit dan tidak dapat Namun hal ini juga terjadi pada lorong 1 yang digunakan secara maksimal oleh penyandang sudah sesuai dengan standar. difabel yang memerlukan akses ke lantai 2.
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 35
Sehingga menjadikan ramp ini fasilitas yang tidak ada papan nama yang menunjukkan tidak layak, aman dan nyaman bagi pengguna keterangan zonasi pada pasar baik di luar, di lantai difabel pada pasar Kartasura. 1 maupun lantai 2 pasar. Ketidaksesuaian pada area zonasi dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Zonasi lantai 1 Pedagang pedagang komoditas yang terdapat pada lantai ini tersebar secara acak tanpa pengelompokkan komoditas yang jelas. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada lingkungan kebersihan dan kesehatan pasar terutama pada area belakang pasar yang bercampur dengan PKL.
Gambar 5 Keadaan ramp 1 Gambar 6 Keadaan ramp
2 (sumber : dokumentasi pribadi, 2021)
3. Pintu Masuk
Gambar 8 Percampuran komoditas pada lantai 1
(sumber : ddokumentasi pribadi, 2021) 2. Zonasi lantai 2 Komoditas pedagang pada lantai 2 ini juga tersebar secara acak, sama seperti pada zonasi lantai 1.
Gambar 7 Tampak depan Pasar Kartasura
(sumber : dokumentasi pribadi, 2021) Lebar pintu masuk area depan sudah sesuai dengan standar. Namun pada pintu masuk bangunan pasar, hampir setengah bagian digunakan oleh pedagang untuk menggelar dagangan mereka. Sehingga pintu masuk menjadi lebih sempit dari yang seharusnya dan menjadikan pintu masuk menjadi tidak Gambar 9 Keadaan komoditas pada lantai 2 terlihat. Selain itu, pada pintu masuk juga (sumber : dokumentasi pribadi, 2021) tidak adanya papan keterangan petunjuk. Hal ini dapat mengakibatan kesulitan dan Fasilitas kebingungan dalam akses masuk ke dalam Dilihat dari tabel 4, terlihat bahwa fasilitas bangunan pasar terutam bagi para pembeli yang ada di pasar Kartasura sebagian besar sudah yang ingin masuk, terutama pembeli yang sesuai dengan indikator yang penulis gunakan. baru pertama kali datang ke pasar Kartasura. Dimana fasilitas yang tidak sesuai adalah sebagai Dimana rute yang digunakan dalam bangunan berikut : seharusnya tidak ada yang menghalangi atau 1. Pos ukur ulang menutupi jalan keluar dan masuknya. Tidak tersedianya pos ukur ulang dapat menyebabkan tidak standarnya bangunan Zonasi pasar karena pos ini menjadi salah satu syarat Dilihat dari tabel 3, kondisi eksisting pada fasilitas yang harus ada pada pasar tradisional. Pasar kartasura belum sesuai dengan peraturan Pada pos ini harus tersedia alat ukur, takar dan zonasi yang ada karena belum menerapkan sistem timbang dan masih berlaku serta adanya pengelompokan komoditas dengan baik. Selain itu penandaan untuk digunakan konsumen atau
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 36
pedagang secara mandiri guna memeriksa Kios C Luas ruang kurang barang yang dibeli atau diperdagangkan. dari standar Penggunaan ruang 2. Parkir melebihi kapasitas Tempat parkir yang ada di pasar Kartasura Los Luas ruang sudah dibagi menjadi 2 jenis, offstreet parkir dan on sesuai dengan street parkir. On street parkir pada pasar standar Penggunaan ruang Kartasura terletak pada bahu jalan yang ada melebihi kapasitas disekeliling pasar. Hal ini dapat Tinggu meja Luas ruang sudah mengakibatkan kemacetan pada jalan ketika sesuai dengan jam sibuk dan mengganggu aksesibilitas ruko standar yang bagian depannya digunakan untuk Lorong 1 Lebar lorong sesuai dengan standar parkir. Lorong digunakan untuk menggelar dagangan Lorong 2 dan 3 Lebar lorong kurang dari standar Lorong digunakan untuk menggelar dagangan 2. Aksesibilitas Jarak dari jalan Lebar sudah sesuai Gambar 10 Offstreet parkir pasar raya ke pasar dengan standar (sumber : dokumentasi pribadi, 2021) Jumlah pintu Jumlah pintu sudah masuk sesuai dengan standar Jumlah tangga Jumlah tangga sudah per lantai sesuai dengan standar Lebar pintu Lebar pintu sudah masuk sesuai dengan standar Sebagian pintu masuk digunakan untuk menggelar dagangan Pintu masuk tertutup Gambar 11 Onstreet parkir pasar oleh para pedagang (sumber : dokumentasi pribadi, 2021) Lebar lorong 1 Lebar lorong sesuai dengan standar 3. Tempat bongkar muat barang Lorong digunakan Tempat bongkar muat barang pada pasar untuk menggelar Kartasura masih belum terpisah dengan dagangan tempat parkir kendaraan. Sehingga jika Lebar lorong 2 Lebar lorong kurang dan 3 dari standar kegiatan bongkar muat barang dilakukan Lorong digunakan ketika pasar sedang jam sibuk, hal tersebut untuk menggelar dapat mengakibatkan kemacetan pada area dagangan pasar tersebut. Eskalator Tidak ada escalator dalam pasar Dari penjelasan analisa data terhadap Pasar Ramp Ada ramp dalam Kartasura diatas dapat di rangkum sebagai berikut pasar : Ramp tidak mudah Tabel 5 Rangkuman hasil analisa data diakses pada Pasar Kartasura Ramp digunakan No. Komponen Hasil untuk menggelar 1. Standar Ruang dagangan Kios A dan B Luas ruang sudah Akses untuk Akses kursi roda dari sesuai dengan kursi roda pintu depan dan standar belakang Penggunaan ruang Akses ke lantai 2 melebihi kapasitas menggunakan ramp
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 37
Ramp digunakan bercampurnya komoditas pedagang yang berbeda untuk menggelar secara acak pada lantai 1 dan 2 pasar, serta dagangan koridor yang seharusnya digunakan untuk sirkulasi Transportasi Terdapat transportasi angkutan umum umum berupa becak malah digunakan pedagang untuk menata barang dan becak motor dagangan mereka sehingga menjadi lebih sempit. 3. Zonasi Papan nama Tidak ada papan SARAN keterangan nama keterangan lokasi / zona lokasi pada pasar Penelitian ini diharapkan menjadi bahan Papan identitas Tidak ada papan pertimbangan dan bahan evaluasi dalam tindakan setiap zona identitas zonasi pada lebih lanjut pada pasar Kartasura. Dengan pasar memperhatikan aspek fungsional ruang pasar Zonasi lantai 1 Komoditas pedagang berdasarkan standar ruang, aksesibilitas, zonasi masih tercampur secara acak dan fasilitas sesuai dengan fungsi ruang pengguna. Tidak ada papan Berikut beberapa rekomendasi yang dapat ditarik nama/identitas zonasi dari analisis diatas, yang dapat digunakan dalam Ketidak teraturan upaya perbaikan ruang pasar : papan nama toko dan 1. Memberikan jarak antara lorong dan kios/los dagangan di langit- langit bangunan untuk digunakan sebagai zona aktivitas Zonasi lantai 2 Komoditas pedagang transaksi jual beli dan display barang masih tercampur dagangan. secara acak 2. Memberikan penanda yang jelas terhadap Tidak ada papan penempatan zona sesuai dengan komoditas nama/identitas zonasi 4. Fasilitas dagangan. Kantor Ada kantor pengelola 3. Tidak memajang papan nama kios pada Tempat parkir Parkir pasar berupa lorong, tetapi diletakkan pada ruang offstreet dan onstreet dagang/kios/los masing-masing agar penanda parkir zonasi dapat terlihat dengan jelas. Tempat bongkar Tempat bongkar muat muat barang barang belum 4. Penataan komoditas dagang dapat dilakukan terpisah dengan dengan menempatkan komoditas bahan tempat parkir pangan basah dan kering pada lantai 1 dan pengunjung komoditas non pangan dan siap saji pada Pelayanan Ada kantor pelayanan lantai 2. Masjid/mushalla Ada mushalla Toilet Ada toilet 5. Memberikan point of view pada pintu masuk Listrik Ada listrik pasar agar tampak dengan jelas dari luar Alat pemadam Ada alat pemadam bangunan pasar. Pos ukur ulang Tidak ada pos ukur 6. Memisahkan sirkulasi yang diperuntukkan ulang bagi pembeli dan muatan barang.
KESIMPULAN dan SARAN
Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA Dari hasil observasi dan analisis yang dilakukan pada Pasar Kartasura, dapat dilihat dalam aspek Gita Anggraini, D. A. 2017. Standar Revitalisasi fungsional yang mencangkup standar ruang, Pasar Tradisional Di Indonesia (Studi Kasus Pasar aksesibilitas, dan fasilitas sudah banyak yang Tradisiona Di Kota Semarang). Jurnal Karya Teknik sesuai dengan standar peraturan yang penulis Sipil , 6, 12-22. gunakan. Namun pada elemen zonasi masih belum sesuai dengan peraturan yang ada, Lieswidayanti, K. 2018. Evaluasi Purna Huni Pasar sehingga diperlukannya perbaikan pada area ini. Tradisional Pada Pasar Bogor, Kota Bogor. Selain itu pada Pasar Kartasura juga memiliki Malang: Universitas Brawijaya. beberapa permasalahan keruangan. Permasalahan tersebut antara lain adalah tidak Wijaya, D. P. 2018. Evaluasi Purna Huni Alun-Alun adanya penanda zonasi yang jelas pada area pasar Kota Malang . Malang: Universitas Brawijaya. baik di luar mapun didalam bangunan,
SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 38
Peraturan Menteri Perdagangan Republik SNI 8152:2015, Pasar Rakyat. 2015. Indonesia Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008, Pedoman Penataan & Pembinaan Pasar https://www.hestanto.web.id/pasar/ Tradisional, Menteri Perdagangan Republik Indonesia.
Pendekatan sederhana untuk analisis teknikal di pasar keuangan: Cara membuat dan menafsirkan grafik analisis teknikal untuk meningkatkan aktivitas trading online Anda
Pendekatan sederhana untuk kandil jepang dalam berinvestasi: Panduan pengantar untuk trading kandil dan strategi analisis teknikal yang paling efektif dalam bidang kandil Jepang