Anda di halaman 1dari 8

ISSN: 2721-8686 (online)

EVALUASI ASPEK FUNGSIONAL PADA PASAR KARTASURA

Nelly Septariani Nurcahya ABSTRAK


Program Studi Arsitektur Pasar merupakan salah satu penggerak utama perekonomian di
Universitas Muhammadiyah Surakarta Indonesia, terutama pasar tradisional yang sangat berkaitan dengan
nellyseptariani@yahoo.co.id kehidupan masyarakat. Untuk mempertahankan eksistensi pasar
tradisional, pemerintah mencanangkan Program Revitalisasi Pasar
Dyah Widi Astuti
Rakyat. Program tersebut dilakukan untuk pembangunan,
Program Studi Arsitektur
Universitas Muhammadiyah Surakarta pemberdayaan, dan peningkatan kualitas pengelolaan pasar tradisional
dyahwidi.dw@gmail.com untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap pasar
modern. Pasar Kartasura merupakan salah satu pasar terbesar di
Kabupaten Sukoharjo yang usia bangunannya sudah 27 tahun, dan
kemungkinan akan segera direvitalisasi. Maka dari itu diperlukan
evaluasi pada bangunan Pasar Kartasura, agar bangunan pasar yang
telah direvitalisasi nantinya bisa berfungsi dengan optimal, terutama dari
aspek fungsinya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan mengkaji kondisi eksisting Pasar Kartasura dengan standar dan
teori yang ada. Melalui penulisan ini, ditemukan bahwa pada Pasar
Kartasura terdapat permasalahan pada peruangan serta kesesuaian
standar yang beragam. Temuan pada penelitian ini diharapakan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah
lanjutan pada Pasar Kartasura.
KATA KUNCI:
Pasar tradisional, standar ruang, aksesibilitas, zonasi, fasilitas.

LATAR BELAKANG Lokasi pembangunan diprioritaskan untuk


Pasar merupakan salah satu penggerak pasar yang yang telah berumur lebih dari 25
perekonomian di Indonesia, terutama pasar tahun, pasar yang mengalami bencana kebakaran,
tradisional yang menggerakan perekonomina pasca bencana alam, dan konflik social, daerah
sebagian besar rakyat Indonesia. Selain itu pasar tertinggal, perbatasan, atau daerah yang minim
juga merupakan tempat yang sangat berkaitan sarana perdagangannya, serta daerah yang
dengan kehidupan masyarakat yang mewadahi memiliki potensi perdagangan besar.
kegiatan ekonomi dan interaksi sosial. Pembangunan revitalisasi pasar dianjurkan
Saat ini terdapat banyak pasar tradisional di dibangun dengan merujuk pada Standar Nasional
beberapa daerah di Indonesia yang dilakukan Indonesia (SNI 8152, 2015) yang telah ditetapkan
revitalisasi. Program revitalisasi tersebut untuk Pasar Rakyat (Karin, 2018).
dilakukan untuk pembangunan, pemberdayaan, Salah satu pasar yang perlu dilakukan
dan peningkatan kualitas pengelolaan pasar revitalisasi di Kabupaten Sukoharjo adalah Pasar
tradisional yang berguna untuk meningkatkan Kartasura. Pasar ini berada di wilayah kecamatan
daya saing pasar tradisional terhadap pasar Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
modern. Usaha perbaikan untuk meningkatkan Pasar Kartasura didirikan pada tahun 1993 oleh
daya saing pasar tradisional ini sudah dilakukan pemerintah Kabupaten Sukoharjo, yang kemudian
sejak lama. Kementerian Perdagangan dalam UU dikontrakkan kepada pihak ketiga PT Adhimas
No.7 tahun 2014 tentang Perdagangan, Graha Perkasa asal Semarang sampai tahun 2023.
mencantumkan usaha perbaikan tersebut yang Saat ini umur Pasar Kartasura sudah mencapai 27
kemudian direalisasikan dalam Program tahun, hal tersebut sesuai dengan salah satu
Revitalisasi Pasar Rakyat (Karin, 2018).

SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 32


syarat ketentuan revitalisasi pasar yang menengah, swadaya masyarakat atau koperasi
diprioritaskan yaitu berumur lebih dari 25 tahun. dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan
Pasar Kartasura sendiri memiliki letak yang proses jual beli barang dagangan melalui tawar
strategis, yaitu terletak di Jl Raya Solo-Jogja yang menawar. Sedangkan menurut SNI 8152:2015
merupakan jalan utama yang menghubungkan tentang Pasar Rakyat, pasar rakyat merupakan
Kota Solo dan wilayah sekitar seperti Boyolali dan pasar dengan lokasi tetap yang berupa sejumlah
Klaten. Pasar ini memperdagangkan berbagai took,kios, los, dan bentuk lainnya dengan
macam jenis barang yang diperlukan untuk pengelolaan tertentu yang menjadi tempat jual
memenuhi kebuthan warga sekitar. Barang- beli dengan proses tawar menawar.
barang tersebut seperti sayur mayu, lauk pauk,
buah-buahan, makanan pokok, barang barang Evaluasi Purna Huni
rumah tangga, pakaian, dll.
Evaluasi Purna Huni (Post-Occupancy
Keadaan bangunan pasar Kartasura sendiri Evaluation) adalah pengujian efektivitas sebuah
sudah banyak yang rusak. Bangunan yang sudah lingkungan binaan bagi kebutuhan manusia, baik
lama dan tidak terurus membuat bangunan pengujian efektivitas bangunannya sendiri
tampak kumuh dan kotor. Selain itu pemanfaatan maupun efektivitas programnya terhadap
ruang pasar juga tidak sesuai dengan tujuan. kebutuhan pengguna (Zimring dkk dalam Karin,
Banyak ruang-ruang berdagang yang kosong. 2018). Evaluasi ini dapat dilakukan terhadap
Sebagian pedagang malah menggelar dagangan perencanaan, pemrograman, perancangan,
mereka ditempat yang tidak seharusnya seperti di konstruksi, dan penghunian bangunan.
ruang sirkulasi dan luar pasar. Bahu jalan dan jalan
Pengertian lain menurut Budiarso dalam
yang seharusnya digunakan untuk fasilitas umum
Dimas (2018), evaluasi purna huni merupakan
malah digunakan oleh para pedagang untuk
metoda standar akademis yang digunakan oleh
menggelar dagangan mereka. Selain itu kurangnya
kalangan ilmiah dan konsultan di bidang kawasan
lahan parkir membuat banyak para pelanggan
binaan dan arsitektur, dengan tujuan penggunaan
memarkirkan kendaraan mereka secara
yaitu untuk mengetahui sejauh mana hasil sebuah
sembarangan dan menyebabkan kemacetan
karya arsitektur dan lingkungan mempunyai
ketika jam sibuk.
dampak secara tangible dan intangible pada
Dari gambaran kondisi di atas, dapat dilihat
penghuninya. Dikarenakan tujuannya yang
bahwa terdapat berbagai macam permasalahan
mencari tahu mengenai dampak arsitektur
yang menyebabkan ketidak tertiban para
terhadap penggunanya maka dapat dikatakan
pedagang dan pembeli di pasar Kartasura. Maka focus dari evaluasi purna huni adalah pada
dari itu perlu dilakukan evaluasi purna huni pada
pengguna dan kebutuhannya serta usaha dalam
pasar Kartasura untuk mengetahui performa
memberikan wawasan mengenai konsekuensi
bangunan pasar tersebut. Aspek yang digunakan
desain yang sudah ada.
antara lain adalah aspek fungsional. Diharapkan
hasil evaluasi ini nantinya dapat digunakan Berdasarkan Preiser dalam Karin (2018),
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan terdapat tigaaspek bangunan yang dapat
langkah lanjutan pada Pasar ini. diidentifikasi kedalam evaluasi purna huni, yaitu :
 Aspek teknis
TINJAUAN PUSTAKA Aspek teknikal dapat menjadi latar belakang
Pasar Tradisional lingkungan pengguna beraktifitas. Aspek
teknikal meliputi : struktur, sanitasi, ventilasi,
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 53/M-
keselamatan, kebakaran, elektrikal, dinding
DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan
eksterior, finishing interior, atap, akustik,
dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
pencahayaan, dan system control lingkungan.
Perbelanjaan dan Toko Modern, pasar tradisional
adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh  Aspek fungsional
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Organisasi yang menempati gedung
Usaha Milik Begara dan Badan Usaha Milik Daerah mengharapkan memperoleh kepuasan dari
termasuk kerjasama dengan swasta dengan gedung tersebut karena kinerja
tempat usaha berupa took, kios, los dan tenda fungsionalnya. Aspek fungsional meliputi
yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, factor manusia, penyimpanan, komunikasi,

SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 33


alur kerja, fleksibiliitas dan perubahan, Kios B : 3,6m x
spesialisasi dalam tipe atau unit bangunan. 3,6m
Kios C : 3,6m x
 Aspek perilaku 1,6m
Aspek behavioral dari performansi 2 Los 2m x 1,5m 2,5m x 2,5m
menghubungkan antara aktivitas dan 3 Tinggi meja 80 cm dari 80 cm
kepuasan pengguna dengan lingkungan fisik. lantai
4 Lebar lorong >2,2 m Lorong 1 : 3,6m
Aspek behavioral meliputi proksemik, Lorong 2 : 1,6m
teritorilitas, privasi, interaksi, presepsi Lorong 3 : 1m
lingkungan, citra dan makna, kognisi dan
orientasi lingkungan.
Pada penelitian ini hanya membahas mengenai Aksesibilitas
evaluasi purna huni melalui aspek fungsional. Tabel 2 Indikator dan hasil observasi
Tidak memasukkan aspek teknis sebagai fokus aksesibilitas Pasar Kartasura
kajian karena keterbatasan data dan waktu serta No Faktor Indikator Hasil observasi
tidak memasukkan aspek perilaku pula sebagai (mudah)
1 Jarak dari jalan <100 m 3-4 m
fokus kajian karena kondisi saat penelitian raya ke pasar
dilakukan tidak memungkinkan untuk berinteraksi 2 Jumlah pintu 3 12
secara langsung dengan para pengguna pasar masuk
karena adanya pandemi covid-19. 3 Jumlah tangga per >3 9
lantai
4 Lebar pintu >2 m 3,6m
METODE PENELITIAN masuk
Metode Pengamatan 5 Lebar lorong >1,5 m Lorong 1 : 3,6m
Metode pengumpulan data menggunakan Lorong 2 : 1,6m
Lorong 3 : 1m
teknik observasi langsung untuk mengetahui 6 Ramp Ada Ada
aspek fungsional didalam pasar Kartasura dengan 7 Escalator Ada Tidak ada
membandingkan kondisi eksisting pasar dengan 8 Akses untuk kursi Ada Ada (ramp)
standar atau peraturan yang ada. roda
9 Transportasi >2 moda Becak, becak
angkutan umum motor
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Analisis pada penelitian ini Zonasi
dilakukan dengan membandingkan hasil observasi Tabel 3 Indikator dan hasil observasi
kondisi eksisting dengan teori, standar atau zonasi Pasar Kartasura
peraturan yang berlaku. Peraturan yang No Zonasi Indikator Hasil
digunakan dalam perbandingan penelitian ini observasi
adalah Jurnal Karya Teknik Sipil Volume 6, Nomor 1 Papan nama Ada Tidak ada
keterangan
1, Tahun 2017 dengan judul Standar Revitalisasi lokasi / zona
Pasar Tradisional Di Indonesia (Studi Kasus Pasar 2 Papan identitas Ada Tidak ada
Tradisional di Kota Semarang). setiap zona
3 Zonasi lantai 1 Bahan pangan  Sembako
kering  Sayur
Variabel Penelitian  Sembako  Buah
Variabel penelitian yang akan diamati dalam  Sayur  Daging
penelitian ini adalah aspek fungsional dengan sub  Buah dan ikan
variable standar ruang, zonasi, aksesibilitas dan  Siap saji
fasilitas pasar.  Non
pangan
HASIL OBSERVASI 4 Zonasi lantai 2  Bahan  Sembako
Standar Ruang pangan  Sayur
Tabel 1 Indikator dan hasil observasi basah  Buah
standar ruang Pasar Kartasura (daging  Daging
No Standar Indikator Hasil observasi dan ikan) dan ikan
ruang  Siap saji  Siap saji
1 Kios 3m x 3m Kios A : 3,6m x  Non  Non
4m pangan pangan

SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 34


Fasilitas
Tabel 4 Indikator dan hasil observasi
fasilitas Pasar Kartasura
No Fasilitas Indikator Hasil
observasi
1 Kantor Di dalam Di dalam
lokasi pasar
2 Tempat parkir Off street Off street
parkir parkir
On street
Gambar 1 Keadaan lorong 2 Gambar 2 Keadaan lorong 3
parkir
(sumber : dokumentasi pribadi, 2021)
3 Tempat bongkar Tersedia Ada
muat barang khusus / ada
4 Pelayanan Ada Tidak ada
5 Masjid/mushalla Ada Ada
6 Toilet Min berada Ada
di 1 lokasi
7 Listrik Ada Ada
8 Alat pemadam Ada Ada
9 Pos ukur ulang Min 1 Tidak ada
ANALISA PEMBAHASAN Gambar 3 Keadaan lorong 1 sebelum toko dibuka
(sumber : dokumentasi pribadi, 2021)
Standar Ruang
Dilihat dari tabel 1, standar ruang pada
eksisting pasar Kartasura sebagian besar sudah
sesuai dengan standar indikator yang penulis
gunakan.
Ketidaksesuian standar yang ada pada
indicator standar ruang pasar Kartasura dapat
dijelaskan sebagai berikut : Gambar 4 Keadaan lorong 1 setelah toko dibuka
Kios C yang terletak pada lantai 1 ini di (sumber : dokumentasi pribadi, 2021)
gunakan oleh berbagai macam komoditas mulai Aksesibilitas
dari sembako, siap saji dan non pangan seperti Dilihat dari tabel 2 diatas, aksesibilitas pada
pakaian, perabot, mainan, dan aksesoris. Hampir area Pasar Kartasura didominasi oleh eksisting
sebagian besar pedagang yang menempati kios ini ruang yang telah sesuai dengan standar. Adapun
menggunakan ruang melebihi kapasitas kios yang masih belum sesuai adalah tidak adanya
tersebut. Sehingga hal ini mengakibatkan koridor escalator dan lorong 3 yang terletak pada lantai 2.
menjadi lebih sempit karena digunakan untuk Berikut penjelasan kekurang sesuaian indicator
menata dagangan. Menjadikan ruang akses aksesibilitas pada pasar Kartasura :
lorong/koridor menjadi lebih terbatas. Namun hal 1. Eskalator
ini juga terjadi pada kios A dan B serta los yang Tidak tersedianya eskalator dapat menjadi
sudah sesuai dengan standar. salah satu penyebab sulitnya aksesibilita pada
Lorong 2 terletak pada lantai 1, bagian tengah bangunan pasar terutama pasar yang memiliki
dan belakang pasar. Sedangkan lorong 3 terletak lantai lebih dari 3.
pada lantai 2 pasar. Hampir semua lorong yang 2. Akses kursi roda (Ramp)
ada dipasar digunakan oleh para pedagang kios Akses kursi roda bisa diakses melalui pintu
dan los untuk menggelar dagangan mereka, depan, sedangkan untuk mengakses lantai 2
sehingga lorong yang awalnya sempit dan tidak menggunakan ramp yang ada dibelakang
sesuai standar menjadi lebih sempit lagi. Hal pasar. Namun yang terjadi adalah area ramp
tersebut dapat menyebabkan akses pengguna tersebut digunakan oleh pedagang untuk
menjadi tidak lancar. Selain itu juga dapat menggelar dagangan mereka. Akibatnya ramp
menyulitkan aksesibilitas bagi penyandang cacat tidak berfungsi dengan baik karena lebar ramp
dan evakuasi saat terjadinya keadaan darurat. menjadi lebih sempit dan tidak dapat
Namun hal ini juga terjadi pada lorong 1 yang digunakan secara maksimal oleh penyandang
sudah sesuai dengan standar. difabel yang memerlukan akses ke lantai 2.

SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 35


Sehingga menjadikan ramp ini fasilitas yang tidak ada papan nama yang menunjukkan
tidak layak, aman dan nyaman bagi pengguna keterangan zonasi pada pasar baik di luar, di lantai
difabel pada pasar Kartasura. 1 maupun lantai 2 pasar. Ketidaksesuaian pada
area zonasi dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Zonasi lantai 1
Pedagang pedagang komoditas yang terdapat
pada lantai ini tersebar secara acak tanpa
pengelompokkan komoditas yang jelas. Hal ini
dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada
lingkungan kebersihan dan kesehatan pasar
terutama pada area belakang pasar yang
bercampur dengan PKL.

Gambar 5 Keadaan ramp 1 Gambar 6 Keadaan ramp


2
(sumber : dokumentasi pribadi, 2021)

3. Pintu Masuk

Gambar 8 Percampuran komoditas pada lantai 1


(sumber : ddokumentasi pribadi, 2021)
2. Zonasi lantai 2
Komoditas pedagang pada lantai 2 ini juga
tersebar secara acak, sama seperti pada
zonasi lantai 1.

Gambar 7 Tampak depan Pasar Kartasura


(sumber : dokumentasi pribadi, 2021)
Lebar pintu masuk area depan sudah sesuai
dengan standar. Namun pada pintu masuk
bangunan pasar, hampir setengah bagian
digunakan oleh pedagang untuk menggelar
dagangan mereka. Sehingga pintu masuk
menjadi lebih sempit dari yang seharusnya
dan menjadikan pintu masuk menjadi tidak Gambar 9 Keadaan komoditas pada lantai 2
terlihat. Selain itu, pada pintu masuk juga (sumber : dokumentasi pribadi, 2021)
tidak adanya papan keterangan petunjuk. Hal
ini dapat mengakibatan kesulitan dan Fasilitas
kebingungan dalam akses masuk ke dalam Dilihat dari tabel 4, terlihat bahwa fasilitas
bangunan pasar terutam bagi para pembeli yang ada di pasar Kartasura sebagian besar sudah
yang ingin masuk, terutama pembeli yang sesuai dengan indikator yang penulis gunakan.
baru pertama kali datang ke pasar Kartasura. Dimana fasilitas yang tidak sesuai adalah sebagai
Dimana rute yang digunakan dalam bangunan berikut :
seharusnya tidak ada yang menghalangi atau 1. Pos ukur ulang
menutupi jalan keluar dan masuknya. Tidak tersedianya pos ukur ulang dapat
menyebabkan tidak standarnya bangunan
Zonasi pasar karena pos ini menjadi salah satu syarat
Dilihat dari tabel 3, kondisi eksisting pada fasilitas yang harus ada pada pasar tradisional.
Pasar kartasura belum sesuai dengan peraturan Pada pos ini harus tersedia alat ukur, takar dan
zonasi yang ada karena belum menerapkan sistem timbang dan masih berlaku serta adanya
pengelompokan komoditas dengan baik. Selain itu penandaan untuk digunakan konsumen atau

SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 36


pedagang secara mandiri guna memeriksa  Kios C  Luas ruang kurang
barang yang dibeli atau diperdagangkan. dari standar
 Penggunaan ruang
2. Parkir melebihi kapasitas
Tempat parkir yang ada di pasar Kartasura  Los  Luas ruang sudah
dibagi menjadi 2 jenis, offstreet parkir dan on sesuai dengan
street parkir. On street parkir pada pasar standar
 Penggunaan ruang
Kartasura terletak pada bahu jalan yang ada melebihi kapasitas
disekeliling pasar. Hal ini dapat  Tinggu meja  Luas ruang sudah
mengakibatkan kemacetan pada jalan ketika sesuai dengan
jam sibuk dan mengganggu aksesibilitas ruko standar
yang bagian depannya digunakan untuk  Lorong 1  Lebar lorong sesuai
dengan standar
parkir.  Lorong digunakan
untuk menggelar
dagangan
 Lorong 2 dan 3  Lebar lorong kurang
dari standar
 Lorong digunakan
untuk menggelar
dagangan
2. Aksesibilitas
 Jarak dari jalan  Lebar sudah sesuai
Gambar 10 Offstreet parkir pasar raya ke pasar dengan standar
(sumber : dokumentasi pribadi, 2021)  Jumlah pintu  Jumlah pintu sudah
masuk sesuai dengan
standar
 Jumlah tangga  Jumlah tangga sudah
per lantai sesuai dengan
standar
 Lebar pintu  Lebar pintu sudah
masuk sesuai dengan
standar
 Sebagian pintu masuk
digunakan untuk
menggelar dagangan
 Pintu masuk tertutup
Gambar 11 Onstreet parkir pasar oleh para pedagang
(sumber : dokumentasi pribadi, 2021)  Lebar lorong 1  Lebar lorong sesuai
dengan standar
3. Tempat bongkar muat barang  Lorong digunakan
Tempat bongkar muat barang pada pasar untuk menggelar
Kartasura masih belum terpisah dengan dagangan
tempat parkir kendaraan. Sehingga jika  Lebar lorong 2  Lebar lorong kurang
dan 3 dari standar
kegiatan bongkar muat barang dilakukan  Lorong digunakan
ketika pasar sedang jam sibuk, hal tersebut untuk menggelar
dapat mengakibatkan kemacetan pada area dagangan
pasar tersebut.  Eskalator  Tidak ada escalator
dalam pasar
Dari penjelasan analisa data terhadap Pasar
 Ramp  Ada ramp dalam
Kartasura diatas dapat di rangkum sebagai berikut pasar
:  Ramp tidak mudah
Tabel 5 Rangkuman hasil analisa data diakses
pada Pasar Kartasura  Ramp digunakan
No. Komponen Hasil untuk menggelar
1. Standar Ruang dagangan
 Kios A dan B  Luas ruang sudah  Akses untuk  Akses kursi roda dari
sesuai dengan kursi roda pintu depan dan
standar belakang
 Penggunaan ruang  Akses ke lantai 2
melebihi kapasitas menggunakan ramp

SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 37


 Ramp digunakan bercampurnya komoditas pedagang yang berbeda
untuk menggelar secara acak pada lantai 1 dan 2 pasar, serta
dagangan
koridor yang seharusnya digunakan untuk sirkulasi
 Transportasi  Terdapat transportasi
angkutan umum umum berupa becak malah digunakan pedagang untuk menata barang
dan becak motor dagangan mereka sehingga menjadi lebih sempit.
3. Zonasi
 Papan nama  Tidak ada papan SARAN
keterangan nama keterangan
lokasi / zona lokasi pada pasar
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan
 Papan identitas  Tidak ada papan pertimbangan dan bahan evaluasi dalam tindakan
setiap zona identitas zonasi pada lebih lanjut pada pasar Kartasura. Dengan
pasar memperhatikan aspek fungsional ruang pasar
 Zonasi lantai 1  Komoditas pedagang berdasarkan standar ruang, aksesibilitas, zonasi
masih tercampur
secara acak
dan fasilitas sesuai dengan fungsi ruang pengguna.
 Tidak ada papan Berikut beberapa rekomendasi yang dapat ditarik
nama/identitas zonasi dari analisis diatas, yang dapat digunakan dalam
 Ketidak teraturan upaya perbaikan ruang pasar :
papan nama toko dan 1. Memberikan jarak antara lorong dan kios/los
dagangan di langit-
langit bangunan
untuk digunakan sebagai zona aktivitas
 Zonasi lantai 2  Komoditas pedagang transaksi jual beli dan display barang
masih tercampur dagangan.
secara acak 2. Memberikan penanda yang jelas terhadap
 Tidak ada papan penempatan zona sesuai dengan komoditas
nama/identitas zonasi
4. Fasilitas
dagangan.
 Kantor  Ada kantor pengelola 3. Tidak memajang papan nama kios pada
 Tempat parkir  Parkir pasar berupa lorong, tetapi diletakkan pada ruang
offstreet dan onstreet dagang/kios/los masing-masing agar penanda
parkir zonasi dapat terlihat dengan jelas.
 Tempat bongkar  Tempat bongkar muat
muat barang barang belum
4. Penataan komoditas dagang dapat dilakukan
terpisah dengan dengan menempatkan komoditas bahan
tempat parkir pangan basah dan kering pada lantai 1 dan
pengunjung komoditas non pangan dan siap saji pada
 Pelayanan  Ada kantor pelayanan lantai 2.
 Masjid/mushalla  Ada mushalla
 Toilet  Ada toilet
5. Memberikan point of view pada pintu masuk
 Listrik  Ada listrik pasar agar tampak dengan jelas dari luar
 Alat pemadam  Ada alat pemadam bangunan pasar.
 Pos ukur ulang  Tidak ada pos ukur 6. Memisahkan sirkulasi yang diperuntukkan
ulang bagi pembeli dan muatan barang.

KESIMPULAN dan SARAN


Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
Dari hasil observasi dan analisis yang dilakukan
pada Pasar Kartasura, dapat dilihat dalam aspek Gita Anggraini, D. A. 2017. Standar Revitalisasi
fungsional yang mencangkup standar ruang, Pasar Tradisional Di Indonesia (Studi Kasus Pasar
aksesibilitas, dan fasilitas sudah banyak yang Tradisiona Di Kota Semarang). Jurnal Karya Teknik
sesuai dengan standar peraturan yang penulis Sipil , 6, 12-22.
gunakan. Namun pada elemen zonasi masih
belum sesuai dengan peraturan yang ada, Lieswidayanti, K. 2018. Evaluasi Purna Huni Pasar
sehingga diperlukannya perbaikan pada area ini. Tradisional Pada Pasar Bogor, Kota Bogor.
Selain itu pada Pasar Kartasura juga memiliki Malang: Universitas Brawijaya.
beberapa permasalahan keruangan.
Permasalahan tersebut antara lain adalah tidak Wijaya, D. P. 2018. Evaluasi Purna Huni Alun-Alun
adanya penanda zonasi yang jelas pada area pasar Kota Malang . Malang: Universitas Brawijaya.
baik di luar mapun didalam bangunan,

SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 38


Peraturan Menteri Perdagangan Republik SNI 8152:2015, Pasar Rakyat. 2015.
Indonesia Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008,
Pedoman Penataan & Pembinaan Pasar https://www.hestanto.web.id/pasar/
Tradisional, Menteri Perdagangan Republik
Indonesia.

SIAR II 2021: SEMINAR ILMIAH ARSITEKTUR | 39

Anda mungkin juga menyukai