ABSTRAK
The purpose of the research is to define the design concept of the interior space in traditional market
with smart market concept, especially in market spatial planning, market zoning, determination on
selling product type, convenient accesibility and pleasant feel for the market user. The method that
used on research is qualitative method. Analysis are done by doing the observation and by being
participant specifically the buyer and the seller to get the result that researcher wanted. The
researcher obtain space planning and the accesibility in accordance with the need of the market user.
Therefore, researcher get the conclusion from the criteria of smart market concept to be used as a
design guideline for designing the space planning and circulation of traditional market. (JNY)
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan konsep rancangan ruang dalam pada Pasar Tradisional
berdasarkan konsep pasar pintar, khususnya pada aspek tata ruang pasar, zonasi ruang pasar,
penentuan jenis barang produksi yang dijual, dan aksesibilitas yang mudah dan nyaman untuk
pengguna pasar. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif.
Analisa yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi dan partisipasi sebagai pembeli dan
pedagang untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hasil yang dicapai dari penelitian ini, terciptanya
peletakan ruang dan aksesibilitas sesuai dengan kebutuhan pengguna pasar. Dengan demikian,
diperoleh kesimpulan melalui Kriteria Konsep Pasar Pintar untuk dijadikan pedoman dalam
merancang peletakan ruang dan sirkulasi pada pasar tradisional. (JNY)
1
PENDAHULUAN
Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan
berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa, yang kemudian membangkitkan berbagai
aktivitas di dalam kota. Saat orang melakukan jual beli bukan sekadar barang dan jasa yang
dipertukarkan, tetapi juga informasi dan pengetahuan. Pasar Tradisional merupakan ruang publik yang
menjadi identitas kota, tempat dimana masyarakat kota berkumpul dan membangun relasi sosial di
antara mereka. Pasar Tradisional dianggap berhasil apabila pasar ramai oleh aktivitas ekonomi dan
sosial, yang ditandai dengan ramainya pengunjung, tersedianya ruang-ruang yang mudah dan
nyaman, aksesibilitas, dan berkualitas tinggi dan menjadi wadah aktivitas sosial-kultural. Pasar
tradisional cenderung hanya memperdagangkan kebutuhan sandang dan pangan.
Meski secara esensial pasar memegang peran penting bagi masyarakat kota, namun saat ini
kondisi Pasar Tradisional di Indonesia menunjukkan penurunan peran yang secara tajam. Secara fisik,
kemunduran ini dicitrakan oleh kondisi pasar tradisional yang kumuh dan kotor, dan menjadi tempat
yang tidak aman dan nyaman untuk aktivitas. Secara ekonomi, penurunan ini juga ditunjukkan dengan
semakin enggannya masyarakat kota memilih pasar tradisional sebagai tempat belanja. Jika
kemunduran pasar tradisional ini terus berlanjut, diperkirakan fungsi pasar sebagai ruang sosial
perkotaan akan segera menjadi masa lalu. (Cahyono, 2006).
Berdasarkan hasil survey A.C. Nielsen, menunjukkan jumlah pasar tradisional di Indonesia
terus mengalami penurunan (Gambar.1). Pada tahun 2000 masih terdapat 78,3% pasar tradisional dari
total jumlah pasar, namun pada tahun 2005 jumlahnya menurun menjadi 70,5% pasar tradisional.
Bahkan pada tahun 2008 diperkirakan jumlah pasar tradisional berkurang menjadi hanya 65% dari
total jumlah pasar tradisional di Indonesia. Pada tahun 2013, Pasar Modern di Indonesia tumbuh
35,1% pertahun sedangkan pasar tradisional menyusut hingga 8% pertahun. Maka dari hal itu maka
dilakukanlah revitalisasi sebuah pasar tradisional dimana sebagai identitas dan kebutuhan dari
masyarakat.
Dalam catatan PD Pasar Jaya, dari 153 pasar tradisional yang di Jakarta dan hanya 61 pasar
yang kondisi fisik bangunannya masih dalam keadaan baik, sisanya sebanyak 73 pasar dalam keadaan
rusak berat, 19 pasar lainnya keadaanya rusak ringan, dan sisa di antaranya telah ditutup (Julyani,
2013). Ciri – ciri kondisi pasar yang masuk dalam kategori rusak ringan atau rusak berat dapat dilihat
pada gambar 2.
Gambar 2. Ciri – Ciri Pasar Rusak Ringan Dan Pasar Rusak Berat.
Sumber : PD.Pasar Jaya, 2010.
Untuk memperbaiki kondisi fisik pasar tradisional yang rusak dan menurun kualitasnya, maka
perlu adanya Revitalisasi terhadap pasar tradisional untuk meningkatkan perekonomian pasar.
Demikian juga pada pasar Muara Karang, perlu adanya pembaharuan dan penambahan baru pada los /
kios tanpa menghilangkan fungsi pasar tradisional dengan penerapan konsep pasar pintar yang
dikutip dari perancangan Agus. S Ekomadyo yang berjudul “Pasar Tradisional Sebagai
Pengembangan Rancangan Revitalisasi Pasar Tradisional sebagai Aset
As Sosial – Kultural Kota”, tahun
2012. Menggunakan
enggunakan konsep pasar pintar, pasar ini dibuat sebagai ruang ekonomi, dan sebagai ruang
sosial.
Tujuannya adalah memetakan aspek kecerdasan lokal lokal dari pasar tradisional, dan merevitalisasi
pasar tersebut dengan konsep pasar pintar. Penelitian ini dilakukan dengan melihat perbandingan
antara isu, tujuan, dan kriteria dari pasar tradisional, antara lain melihat tipe dan luas unit, lebar jalur
sirkulasi,
asi, zoning, penghawaan, pencahayaan, fasilitas umum, dan utilitas air bersih dan kotor.
Tabel 2. Isu, tujuan, dan kriteria perancangan pasar tradisional dalam aspek penciptaan
karakter lokal
Isu Tujuan Kriteria
Tampilan fisik Menampilkan karakter fisik pasar Perancangan bangunan harus
yang berasosiasi dengan arsitektur menggunakan elemen-elemen arsitektur
lokal lokal
Pengalaman Menyajikan pengalaman ruang Zoning dan alur sirkulasi dapat
ruang yang menarik bagi pengunjung dirancang dengan memperhitungkan
saat berbelanja pengalaman ruang dan suasana yang
menarik bagi pengunjung
Jalur-jalur sirkulasi harus dirancang
agar pengunjung bisa menikmati
suasana pasar
Unit jual bisa dirancang dengan
menjadikan barang dagangan sebagai
atraksi visual
Ruang sosio- Menjadikan pasar tradisional Ruang-ruang sosio-kultural, baik
kultural sebagai ruang sosio-kultural bagi permanen atau temporer, harus tersedia
warga kota untuk menampung aktivitas sosial atau
seni pertunjukan rakyat di pasar
Sumber : Agus S. Ekomadyo, Temu Ilmiah IPLBI 2012
Untuk peningkatan perekonomian pasar tradisional dibutuhkan dari sebuah “isu, tujuan, dan
kriteria perancangan pasar tradisional”, oleh Agus .S Ekomadyo, tahun 2012 dinyatakan bahwa
keberhasilan pasar tradisional ditentukan oleh keramaian bangunan ini oleh aktivitas ekonomi dan
sosial. Perancangan fisik berkontribusi dalam menyedikan ruang yang nyaman untuk aktivitas,
tempat-tempat yang aksesibel (mudah dijangkau), dan adanya ruang-ruang sosial-kultural. Salah
satunya adalah membagi permasalahan perancangan pasar menjadi 3 aspek, yaitu aspek arsitektur
kota, aspek standar fungsional, dan aspek penciptaan karakter lokal.
Rumusan masalah difokuskan pada kondisi fisik pasar tradisional dan penataan ruang dalam
aksesibilitas atau ruang gerak dalam pasar berdasarkan penerapan kriteria pasar pintar yang akan
dibuat untuk peningkatan ekonomi sebuah pasar, agar dapat diminati oleh pengguna pasar , yang
tujuannya untuk mengetahui kondisi fisik pasar berdasarkan kriteria pasar pintar untuk Menentukan
konsep rancangan ruang dalam pada Pasar Muara Karang berdasarkan konsep pasar pintar, khusunya
pada aspek tata ruang pasar, zonasi ruang pasar, penentuan jenis barang produksi yang dijual, dan
aksesibilitas yang mudah dan nyaman untuk pengguna pasar.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer didapat dari melalui wawancara yang berupa data : aktivitas
pedagang, jumlah pedagang, kegiatan pedagang. Data sekunder berupa data tentang penerapan pasar
tradisional dan revitalisasi pasar.
Penerapan Konsep Pasar Pintar yang dimaksud disini adalah penerapan kriteria – kriteria
terkait agar dihasilkan rancangan pasar dengan penataan ruang yang efektifitas untuk kenyamanan dan
keamanan bagi pengguna pasar. Cara pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan survei.
Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung aktifitas yang biasa dilakukan oleh pedagang
dan pembeli dipasar, mengamati kondisi penataan ruang dan kemudahan aksesibilitas bangunan pasar
tradisional secara srsitektural. Partisipasi dilakukan bisa mengamati dan merasakan secara langsung
pola perilaku pengunjung dan pedagang di Pasar Muara Karang. Wawancara dengan pihak terkait di
pasar tradisional dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pasar yang diteliti.Informasi
seperti jenis pedagang, kegiatan, aktivitas, sarana, prasarana, jumlah pedagang, dapat diketahui dalam
wawancara dari pihak pasar. Sedangkan wawancara dengan pihak pembeli dilakukan untuk
mendapatkan informasi tentang kenyamanan, kekurangan dan kelebihan yang dirasakan oleh pembeli
dalam pengguna pasar.
Penelitian dilakukan dengan mengkaji hasil yang didapat dari pasar tradisional sebelumnya dari
hasil suvei dan pemetaan pasar terhadap kondisi fisik pasar muara karang berdasarkan kriteria pasar
pintar, dimana dari kondisi pasar tradisional muara karang dapat dikategorikan dengan 10 kriteria dari
konsep pasar pintar berikut diterapkan.
Tabel 4. Kriteria Pasar Pintar Dengan Melihat Aspek Pasar Muara karang.
Kriteria Aspek Aspek tidak
memenuhi memenuhi
Bangunan pasar 11 % 89 %
Keamanan pasar 50 % 50 %
Kios / los 25 % 75 %
Tempat berjualan makanan dan bahan pangan 40 % 60 %
Tempat pembuangan 25 % 75 %
Saluran limbah dan drainase 28,5 % 71,5 %
Kondisi toilet 40 % 60 %
Kondisi tempat parkir dan sirkulasi jalan 25 % 75 %
Perilaku pedagang 20 % 80 %
Kondisi untuk pengunjung 33 % 67 %
Dari 10 kriteria terkait pasar pintar, hasil dari pasar Muara Karang rata – rata tidak memenuhi
kriteria tersebut, baik dari aspek : bangunan pasar, keamanan pasar, kondisi kios/los, kondisi tempat
berjualan makanan dan bahan pangan, tempat pembuangan, saluran drainase atau limbah, kondisi
toilet, kondisi tempat parkir dan sirkulasi jalan, perilaku pedagang, dan kondisi untuk pengunjung
yang menggunakan pasar.Untuk data memenuhi persyaratan pasar pintar dan menyediakan solusi
desain, maka beberapa konsep rancangan diajukan, antara lain :
1. Aspek Lingkungan
• Orientasi Bangunan
Berdasarkan arah matahari dan angin di kondisi tapak maka untuk mengoptimalkan potensi
matahari ke dalam tapak sehingga peletakkan massa bangunan dapat dilihat dari tabel berikut :
Permasalahan terjadi disisi barat, dimana sisi tersebut mendapatkan radiasi matahari yang relatif
tinggi. Solusi terbaik yaitu dengan meletakkan massa bangunan yang dapat meminimalkan
penerimaan radiasi matahari yaitu dengan penempatan ruang – ruang utama. Pada sisi barat akan
digunakan sebagai area private yang diletakkan pada bagian yang terkena sinar matahari yang
berlebihan, dimana area tersebut akan digunakan penghawaan buatan berupa AC sentral.
• Pencapaian Tapak
Berdasarkan pola jalan yang sesuai untuk kawasan ini adalah pola triplet(pemisahan jalur masuk
antara jalur servis, jalur kendaraaan pribadi, kenderaan umum dan jalur pejalan kaki), dimana agar
menghindari terjadinya crossing yang mengganggu pengguna jalan.
Hasil diatas bahwa Entrance masuk kedalam bangunan tidak dibatasi setiap sisi bangunan
bisa langsung masuk kedalam tapak, dimana dibuat pasar yang dalam keadaan terbuka. Entrance
servis dipisah dari jalur kenderaan pribadi dan kenderaan umum sehingga tidak menganggu
entrancepembeli yang datang, sedangkan untuk yang pengguna kenderaan umum masuk melalui jalur
utama yaitu jalur yang sama dengan jalur kenderaan pribadi dimana pada jalan tersebut disediakan
area tunggu untuk pengunjung yang datang atau turun dengan kenderaan umum dan kenderaan
pribadi, agar tidak terjadi crossing pada tapak. Berikut standar jarak jalur kenderaan untuk terhindar
dari crossing(gambar 4).
Zoning pada tapak dibuat berdasarkan peletakkan yang efektivitas, dimana dibuat area parkir
pada lantai dasar bangunan karena kawasan yang sering terkena banjir dan area parkir diletakkan pada
tepi area pasar dan perumahan ruko. Pada bagian lainnya dibuat kios berupa toko deret sebagai main
entrancepada pasar.
Peletakkan TPS pada ujung tapak agar memudahkan pengambilan sampah dan tidak menganggu
sirkulasi gerak pengunjung pasar. Solusi dalam analisa sampah adalah dengan menyediakan TPS yang
tertutup rapat dan pada setiap tapak yang terdapat di dalam kawasan Muara Karang. Sampah-sampah
di setiap TPS juga akan diangkut setiap harinya oleh truk sampah.
2. Aspek Manusia
Berdasarkan survei yang dilakukan pada Pasar Muara Karang di Jakarta Utara. Dapat dilihat
pengguna kegiatan bangunan pasar tradisional tidak lepas hubungannya antara 2 kelompok pengguna
yaitu penjual dan pembeli. Manusia yang terlibat dalam proyek :
1. Penjual
2. Pembeli
3. Staff dan staff servis.
Kemudian peneliti memilih penjual dan pembeli pasar sebagai aspek yang paling penting yang perlu
di perhatikan dalam perancangan konsep pasar pintar. Oleh sebab itu, maka peneliti mejabarkan
aktivitas pengguna berdasarkan waktu dan kegiatan, sehingga didapatkan hasil penelitian kegiatan
sebagai berikut :
Berdasarkan dari analisa waktu kegiatan diatas, kawasan ini beroperasi selama 10 jam setiap
harinya. Dari analisa tersebut, maka pada kawasan ini akan dibuat restoran khas berbagai daerah
dengan waktu 12 jam sebagai fungsi baru. Adanya penambahan fungsi baru dilihat dari kalangan
masyarakat kawasan pemukiman tersebut dimana selalu berkumpul di waktu senggang.
Frekuensi jumlah pengunjung yang datang ke masing-masing kios dalam waktu sehari, untuk
menentukan jenis pedagang yang berjualan pada pasar Muara Karang.
3. Aspek Bangunan
Analisa yang digunakan adalah dengan membandingkan kondisi Pasar Muara karang yang
sebelumnya dengan melihat persamaan dan perbedaan, kesenjangan bangunan yang diketahui dari
pemenuhan Kriteria – Kriteria Konsep Pasar Pintar, untuk membuat suatu pasar yang memiliki prinsip
dari standar dalam mendesain pasar.
Tabel 6. Perbandingan Kondisi Pasar Muara Karang.
TEORI YANG DITERAPKAN DATA DI DAPAT
Kriteria Konsep Pasar Pintar Kondisi Pasar Muara Karang
Kondisi bangunan pasar Bangunan pasar tidak terpelihara
Keamanan pasar Adanya pengelola pasar tetapi tidak berkerja
Kondisi kios / los Space tiap kios yang kecil
Kondisi tempat berjualan makanan dan Perabotan yang digunakan tidak mendukung
bahan pangan penjualan bahan pangan
Kondisi tempat pembuangan Memiliki TPS tetapi keadaan tidak dibersihkan
atau ditutup
Kondisi saluran drainase dan limbah Saluran yang macet dan tidak ditutup
Kondisi fisik toilet Memiliki toilet umum tetapi dijadikan toilet
pribadi
Kondisi tempat parkir dan sirkulasi jalan Akses jalan kaki tidak ada dan parkiran macet
Perilaku pedagang Kebersihan tidak dijaga dan tidak mengatur
barang dagangan yang berantakan
Kondisi untuk pengunjung pasar Petunjuk arah dan akses yang mudah
Sumber : Hasil Olahan Peneliti.
SIMPULAN
Terdapat beberapa faktor yang harus dianalisis dalam perencanaan sebuah bangunan, yaitu
analisis lingkungan, manusia, dan bangunan itu sendiri. Perancangan bangunan pasar tradisional ini
menerapkan Konsep Pasar Pintar, salah satu alasannya karena berhubungan dengan barang dagangan
yang akan dijual yaitu pasar primer, skunder, tersier, yang mutunya harus selalu terjaga dengan baik.
Perbandingan kondisi Pasar Muara karang yang sebelumnya dengan melihat persamaan dan
perbedaan, kesenjangan bangunan yang diketahui dari pemenuhan Kriteria – Kriteria Konsep Pasar
Pintar, agar pasar memiliki prinsip dari standar dalam mendesain suatu pasar.
Dari tabel diatas bahwa pasar tradisional Muara Karang ini tidak termasuk kedalam standar pasar
atau dengan Kriteria Pasar Pintar, dimana hampir keseluruhan aspek Pasar Muara Karang tidak
termasuk ke dalam prinsip teori kriteria pasar pintar.
Penerapan Konsep Pasar Pintar berdasarkan standarisasi pasar ,aktifitas dan kegiatan akan
menghasilkan kondisi pasar yang lebih baik untuk pengguna pasar. Bentuk bangunan yang dihasilkan
berasal dari analisis lingkungan, manusia, dan bangunan. Dengan analisis manusia dihasilkan
kebutuhan ruang, luasan ruang, dan hubungan ruang yang pada akhirnya akan menghasilkan zoning
horisontal maupun vertikal. Kemudian dengan analisis lingkungan, bentuk massa bangunan yang
dihasilkan sesuai dengan orientasi dan keadaan lingkungan sekitarnya.
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran untuk penelitian berikutnya, antara
lain adalah:
- Merancang bangunan pasar tradisional sesuai dengan syarat yang diberlakukan sehingga
kondisi fisik dan mutu produk yang dijual dapat bertahan lama di pasaran.
- Memanfaatkan waktu untuk melakukan penelitian dan penyusunan data sehingga
menghasilkan hasil yang optimal.
- Fokus terhadap rumusan masalah serta penyelesaiannya dalam segi desain.
Pada kesimpulannya peraturan yang diterapkan pemerintah belum memenuhi standar dalam
kenyamanan bangunan secara keseluruhan. Sebaiknya pemerintah dapat mengatur peraturan terkait
atas standarisasi dari pasar tradisional, terutama menyangkut masalah keamanan, kenyamanan,
kesehatan perlu diutamakan mengingat bahwa pasar tradisional sangat dibutuhkan untuk seluruh
masyarakat untuk mencakupi kebutuhan sehari – hari.
REFERENSI
A.C. Nielsen (2013). “ Revitalisasi Pasar Tradisional dan Pertumbuhan Pasar Tradisional 2013”.
(online)https://indonesiacompanynews.wordpress.com/, diakses 1 febuari 2015.
Ekomadya, Agus S., Hidayatsyah, Sutan, dan Siswanto, Joko (2012). Model Revitalisasi Pasar
Tradisional dengan Konsep “Pasar Pintar” untuk Meningkatkan Peran Pasar Tradisional Dalam
Perekonomian Kota, 2012.
Ekomadya, Agus S. (2012). “Isu Tujuan Kriteria Perancangan”, Laporan Kemajuan Program
Penelitian Strategi Nasional, Tahun 2012.
Ekomadya, Agus S. (2009). “Kajian Beberapa Pasar Tradisional di Negara Maju”. Makalah
publikasikan.
Ekomadya, Agus S, Zahra, Atya, Najmi, Isan (2012). “Public Market as Urban Social Nodes : an
Architecture Phenomology Approach”. Makalah dipresentasikan pada Artepolis 4 Internasional
Conference on Creativeity and the Making of Place : Living Smart by Design, School of Architecture
Planning and Policy Development ITB, July 2012.
Ekomadya, Agus S., Hidayatsyah, Sutan, dan Siswanto, Joko (2012). Model Revitalisasi Pasar
Tradisional dengan Konsep “Pasar Pintar” untuk Meningkatkan Peran Pasar Tradisional Dalam
Perekonomian Kota, 2012.
Ekomadya, Agus S. (2012). “Isu Tujuan Kriteria Perancangan”, Laporan Kemajuan Program
Penelitian Strategi Nasional, Tahun 2012.
Riwayat Penulis
Jessica lahir di kota Tanjung Balai Sumatera Utara Pada 17 Juli 1994. Penulis menamatkan
pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Arsitektur pada tahun 2015.