Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI KONDISI PASAR

TRADISIONAL DIJAKARTA UTARA


DENGAN PENDEKATAN KONSEP PASAR
PINTAR

Jessica Novia Yapiter, Nina Nurdiani, Ren Katili


Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, Kampus Syahdan Jl. K.H. Syahdan No.9,
Kemanggisan, Jakarta Barat 11480, Telp. (62-21) 534 5830, jezz_Noviapg@yahoo.co.id

ABSTRAK

The purpose of the research is to define the design concept of the interior space in traditional market
with smart market concept, especially in market spatial planning, market zoning, determination on
selling product type, convenient accesibility and pleasant feel for the market user. The method that
used on research is qualitative method. Analysis are done by doing the observation and by being
participant specifically the buyer and the seller to get the result that researcher wanted. The
researcher obtain space planning and the accesibility in accordance with the need of the market user.
Therefore, researcher get the conclusion from the criteria of smart market concept to be used as a
design guideline for designing the space planning and circulation of traditional market. (JNY)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan konsep rancangan ruang dalam pada Pasar Tradisional
berdasarkan konsep pasar pintar, khususnya pada aspek tata ruang pasar, zonasi ruang pasar,
penentuan jenis barang produksi yang dijual, dan aksesibilitas yang mudah dan nyaman untuk
pengguna pasar. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif.
Analisa yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi dan partisipasi sebagai pembeli dan
pedagang untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hasil yang dicapai dari penelitian ini, terciptanya
peletakan ruang dan aksesibilitas sesuai dengan kebutuhan pengguna pasar. Dengan demikian,
diperoleh kesimpulan melalui Kriteria Konsep Pasar Pintar untuk dijadikan pedoman dalam
merancang peletakan ruang dan sirkulasi pada pasar tradisional. (JNY)

Kata kunci: Pasar Pintar, Pasar Tradisional, Peletakan Ruang.

1
PENDAHULUAN
Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan
berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa, yang kemudian membangkitkan berbagai
aktivitas di dalam kota. Saat orang melakukan jual beli bukan sekadar barang dan jasa yang
dipertukarkan, tetapi juga informasi dan pengetahuan. Pasar Tradisional merupakan ruang publik yang
menjadi identitas kota, tempat dimana masyarakat kota berkumpul dan membangun relasi sosial di
antara mereka. Pasar Tradisional dianggap berhasil apabila pasar ramai oleh aktivitas ekonomi dan
sosial, yang ditandai dengan ramainya pengunjung, tersedianya ruang-ruang yang mudah dan
nyaman, aksesibilitas, dan berkualitas tinggi dan menjadi wadah aktivitas sosial-kultural. Pasar
tradisional cenderung hanya memperdagangkan kebutuhan sandang dan pangan.
Meski secara esensial pasar memegang peran penting bagi masyarakat kota, namun saat ini
kondisi Pasar Tradisional di Indonesia menunjukkan penurunan peran yang secara tajam. Secara fisik,
kemunduran ini dicitrakan oleh kondisi pasar tradisional yang kumuh dan kotor, dan menjadi tempat
yang tidak aman dan nyaman untuk aktivitas. Secara ekonomi, penurunan ini juga ditunjukkan dengan
semakin enggannya masyarakat kota memilih pasar tradisional sebagai tempat belanja. Jika
kemunduran pasar tradisional ini terus berlanjut, diperkirakan fungsi pasar sebagai ruang sosial
perkotaan akan segera menjadi masa lalu. (Cahyono, 2006).
Berdasarkan hasil survey A.C. Nielsen, menunjukkan jumlah pasar tradisional di Indonesia
terus mengalami penurunan (Gambar.1). Pada tahun 2000 masih terdapat 78,3% pasar tradisional dari
total jumlah pasar, namun pada tahun 2005 jumlahnya menurun menjadi 70,5% pasar tradisional.
Bahkan pada tahun 2008 diperkirakan jumlah pasar tradisional berkurang menjadi hanya 65% dari
total jumlah pasar tradisional di Indonesia. Pada tahun 2013, Pasar Modern di Indonesia tumbuh
35,1% pertahun sedangkan pasar tradisional menyusut hingga 8% pertahun. Maka dari hal itu maka
dilakukanlah revitalisasi sebuah pasar tradisional dimana sebagai identitas dan kebutuhan dari
masyarakat.

Gambar 1. Presentasi Penurunan Jumlah Pasar Tradisional.


Sumber : Survey A.C. Nielsen.2013.

Dalam catatan PD Pasar Jaya, dari 153 pasar tradisional yang di Jakarta dan hanya 61 pasar
yang kondisi fisik bangunannya masih dalam keadaan baik, sisanya sebanyak 73 pasar dalam keadaan
rusak berat, 19 pasar lainnya keadaanya rusak ringan, dan sisa di antaranya telah ditutup (Julyani,
2013). Ciri – ciri kondisi pasar yang masuk dalam kategori rusak ringan atau rusak berat dapat dilihat
pada gambar 2.

Gambar 2. Ciri – Ciri Pasar Rusak Ringan Dan Pasar Rusak Berat.
Sumber : PD.Pasar Jaya, 2010.

Untuk memperbaiki kondisi fisik pasar tradisional yang rusak dan menurun kualitasnya, maka
perlu adanya Revitalisasi terhadap pasar tradisional untuk meningkatkan perekonomian pasar.
Demikian juga pada pasar Muara Karang, perlu adanya pembaharuan dan penambahan baru pada los /
kios tanpa menghilangkan fungsi pasar tradisional dengan penerapan konsep pasar pintar yang
dikutip dari perancangan Agus. S Ekomadyo yang berjudul “Pasar Tradisional Sebagai
Pengembangan Rancangan Revitalisasi Pasar Tradisional sebagai Aset
As Sosial – Kultural Kota”, tahun
2012. Menggunakan
enggunakan konsep pasar pintar, pasar ini dibuat sebagai ruang ekonomi, dan sebagai ruang
sosial.

Gambar 3. Diagram Kriteria Pasar Pintar


Sumber : Agus.s.Ekomadyo

Tujuannya adalah memetakan aspek kecerdasan lokal lokal dari pasar tradisional, dan merevitalisasi
pasar tersebut dengan konsep pasar pintar. Penelitian ini dilakukan dengan melihat perbandingan
antara isu, tujuan, dan kriteria dari pasar tradisional, antara lain melihat tipe dan luas unit, lebar jalur
sirkulasi,
asi, zoning, penghawaan, pencahayaan, fasilitas umum, dan utilitas air bersih dan kotor.

Tabel 1. Isu, tujuan, dan kriteria perancangan pasar tradisional


tradisional dalam aspek standar fungsional.
Isu Tujuan Kriteria
Tipe dan luas unit kios Manentukan tipe dan dimensi Kios-kios yang disediakan
kios yang ergonomis dan harus mempunyai tipe dan
efisien dimensi yang sesuai dengan
karakter komoditas jualan
Efektifitas pemanfaatan ruang Memperbanyak proporsi luas Jalur sirkulasi seharunya
ruang yang bias dijual (sellable menggunakan sistem double
area) loaded (melayani dua sis unit
jual)
Luas sellable ara seharunya
mencapai 65% dari luas
bangunan keseluruhan
Lebar jalur sirkulasi Menentukan lebar jalur Lebar jalur sirkulasi minimal
sirkulasi yang efisien namun bias dilewati dua orang dan
tetap nyaman maksimal 30% dari jumlah
lebar unit jual yang diapitnya
Zoning Menata zone komoditas untuk Zona komoditas inti (yang
mengatur alur pengunjung paling dicari pengunjung)
guna meningkatkan diletakkan di tempat paling
aksesibilitas ke semua unit jual sulit dijangkau dan berperan
sebagai magnet yang menarik
pengunjung untuk
menghidupkan zona komoditas
lainnya.
Mengefisienkan penyediaan Unit-unit jual yang
utilitas, terutama jaringan air membutuhkan utilitas air
bersih dan air kotor bersih dan utilitas air kotor
harus diletakkan berdekatan
Memudahkan pengunjung Zone komoditas tertentu harus
untuk menemukan area diberi penanda tertentu agar
berdasarkan komoditas memudahkan dikenali
pengunjung
Aksesibilitas dan sistem Menjamin semua unit pasar Pintu masuk dan hirarki
sirkulasi dapat dijangkau oleh sirkulasi harus dirancang agar
pengunjung semua area pasar mudah
dijangkau
Zone komoditas inti
ditempatkan pada area tertentu
agar dapat menarik
pengunjung untuk
menghidupkan zone komoditas
lainnya
Unit-unit jual harus
mendapatkan aksesibiitas
visual yang memadai dari
pengunjung
Memudahkan pengunjung Lantai-lantai bias dirancang
untuk menjangkau lantai-lantai dengan sistem split level untuk
atasa pasar meratakan aksesibilitas
vertikal
Escalator bias disediakan
untuk pasar dengan ketinggian
4 lantai atau lebih
Memudahkan orientasi Jalur sirkulasi harus dirancang
pengunjung di dalam pasar secara hirarki
Simpul-simpul sirkulasi harus
disediakan pada jalur sirkulasi
yang panjang
Penghawaan Menciptakan ruang-ruang Area pubik dan sirkulasi harus
pasar yang segar dan tidak dirancang dengan
pengap memaksimalkan sirkulasi
udara silang
Penghawaan di dalam unit jual
bias menggunakan sirkulasi
udara buatan (kipas angina/wc)
Pencahayaan Menciptakan ruang-ruang Area publik dan sirkulasi harus
pasar yang terang dan tidak dirancang dengan
terkesan gelap mengoptimalkan pencahayaan
alami
Penghawaan di dalam unit jual
bias menggunakan lampu
terutama untuk menerangi
komoditas yang dijual
Fasilitas umum Menyediakan fasilitas umum Fasilitas umum minimal yang
yang mendukung fungsi pasar harus disediakan adalah
KM/WC, mushola, kantor
pengelola dan ruang serba
guna
Fasilitas umum lain data
ditambahkan sesuai karakter
pasar setempat
Utilitas air bersih Menyediakan sarana air bersih Zona-zona komuditas basah
yang memadai bagi pedagang harus diletakkan berdekatan
komoditas basah untuk efisiensi utilitas air
bersih
Outlet air bersih harus
disediakan di tiap unit
daging/ikan, sedangkan untuk
komoditas sayur/buah satu
outlet air bersih bisa digunakan
bersama-sama
Utilitas air kotor Menciptakan ruang-ruang Saluran pembuangan air kotor
pasar yang bersih dan tidak harus dibedakan pada zona
becek komditas basah
Fasilitas fisik pada zona basah
harus dirancang untuk
meminimalkan genangan air
kotor
Persampahan Menciptakan pasar yang bersih Tempat penampungan sampah
dari sampah harus disediakan dan
ditempatkan berlindung dari
aktifitas publik
Sumber : Agus S. Ekomadyo, Temu Ilmiah IPLBI 2012

Tabel 2. Isu, tujuan, dan kriteria perancangan pasar tradisional dalam aspek penciptaan
karakter lokal
Isu Tujuan Kriteria
Tampilan fisik Menampilkan karakter fisik pasar Perancangan bangunan harus
yang berasosiasi dengan arsitektur menggunakan elemen-elemen arsitektur
lokal lokal
Pengalaman Menyajikan pengalaman ruang Zoning dan alur sirkulasi dapat
ruang yang menarik bagi pengunjung dirancang dengan memperhitungkan
saat berbelanja pengalaman ruang dan suasana yang
menarik bagi pengunjung
Jalur-jalur sirkulasi harus dirancang
agar pengunjung bisa menikmati
suasana pasar
Unit jual bisa dirancang dengan
menjadikan barang dagangan sebagai
atraksi visual
Ruang sosio- Menjadikan pasar tradisional Ruang-ruang sosio-kultural, baik
kultural sebagai ruang sosio-kultural bagi permanen atau temporer, harus tersedia
warga kota untuk menampung aktivitas sosial atau
seni pertunjukan rakyat di pasar
Sumber : Agus S. Ekomadyo, Temu Ilmiah IPLBI 2012

Untuk peningkatan perekonomian pasar tradisional dibutuhkan dari sebuah “isu, tujuan, dan
kriteria perancangan pasar tradisional”, oleh Agus .S Ekomadyo, tahun 2012 dinyatakan bahwa
keberhasilan pasar tradisional ditentukan oleh keramaian bangunan ini oleh aktivitas ekonomi dan
sosial. Perancangan fisik berkontribusi dalam menyedikan ruang yang nyaman untuk aktivitas,
tempat-tempat yang aksesibel (mudah dijangkau), dan adanya ruang-ruang sosial-kultural. Salah
satunya adalah membagi permasalahan perancangan pasar menjadi 3 aspek, yaitu aspek arsitektur
kota, aspek standar fungsional, dan aspek penciptaan karakter lokal.
Rumusan masalah difokuskan pada kondisi fisik pasar tradisional dan penataan ruang dalam
aksesibilitas atau ruang gerak dalam pasar berdasarkan penerapan kriteria pasar pintar yang akan
dibuat untuk peningkatan ekonomi sebuah pasar, agar dapat diminati oleh pengguna pasar , yang
tujuannya untuk mengetahui kondisi fisik pasar berdasarkan kriteria pasar pintar untuk Menentukan
konsep rancangan ruang dalam pada Pasar Muara Karang berdasarkan konsep pasar pintar, khusunya
pada aspek tata ruang pasar, zonasi ruang pasar, penentuan jenis barang produksi yang dijual, dan
aksesibilitas yang mudah dan nyaman untuk pengguna pasar.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer didapat dari melalui wawancara yang berupa data : aktivitas
pedagang, jumlah pedagang, kegiatan pedagang. Data sekunder berupa data tentang penerapan pasar
tradisional dan revitalisasi pasar.

Tabel 3. Sumber Data


DATA TEKNIK SUMBER
Kondisi kawasan Muara Karang Survey Observasi
Penataan ruang pasar Muara Karang Survey Observasi
Prilaku pedagang terhadap produk Survey Observasi
Proses kegiatan pada produk Studi literatur Observasi
Aktivitas pedagang Survey Observasi
Karakteristik pedagang Survey Observasi
State of the art Studi literatur Penelitian terdahulu
Jenis-jenis pasar Studi literatur Penelitian terdahulu
Pasar tradisional Studi literatur Penelitian terdahulu
Prinsip konsep pasar pintar Studi literatur Penelitian terdahulu
Aktivitas pengunjung Studi literatur Penelitian terdahulu
Prilaku konsumen Studi literatur Penelitian terdahulu
Studi banding berkaitan dengan topik dan
Studi literatur Penelitian terdahulu
objek
Jumlah pedagang di pasar Muara Karang wawancara Observasi
Sumber : Hasil Olahan Penelitian

Penerapan Konsep Pasar Pintar yang dimaksud disini adalah penerapan kriteria – kriteria
terkait agar dihasilkan rancangan pasar dengan penataan ruang yang efektifitas untuk kenyamanan dan
keamanan bagi pengguna pasar. Cara pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan survei.
Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung aktifitas yang biasa dilakukan oleh pedagang
dan pembeli dipasar, mengamati kondisi penataan ruang dan kemudahan aksesibilitas bangunan pasar
tradisional secara srsitektural. Partisipasi dilakukan bisa mengamati dan merasakan secara langsung
pola perilaku pengunjung dan pedagang di Pasar Muara Karang. Wawancara dengan pihak terkait di
pasar tradisional dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pasar yang diteliti.Informasi
seperti jenis pedagang, kegiatan, aktivitas, sarana, prasarana, jumlah pedagang, dapat diketahui dalam
wawancara dari pihak pasar. Sedangkan wawancara dengan pihak pembeli dilakukan untuk
mendapatkan informasi tentang kenyamanan, kekurangan dan kelebihan yang dirasakan oleh pembeli
dalam pengguna pasar.

HASIL DAN BAHASAN


Dari kriteria konsep pasar pintar, maka ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Bangunan
2. Lingkungan
3. Keamanan
4. Fasilitas
5. Penataan wilayah

Penelitian dilakukan dengan mengkaji hasil yang didapat dari pasar tradisional sebelumnya dari
hasil suvei dan pemetaan pasar terhadap kondisi fisik pasar muara karang berdasarkan kriteria pasar
pintar, dimana dari kondisi pasar tradisional muara karang dapat dikategorikan dengan 10 kriteria dari
konsep pasar pintar berikut diterapkan.

Tabel 4. Kriteria Pasar Pintar Dengan Melihat Aspek Pasar Muara karang.
Kriteria Aspek Aspek tidak
memenuhi memenuhi
Bangunan pasar 11 % 89 %
Keamanan pasar 50 % 50 %
Kios / los 25 % 75 %
Tempat berjualan makanan dan bahan pangan 40 % 60 %
Tempat pembuangan 25 % 75 %
Saluran limbah dan drainase 28,5 % 71,5 %
Kondisi toilet 40 % 60 %
Kondisi tempat parkir dan sirkulasi jalan 25 % 75 %
Perilaku pedagang 20 % 80 %
Kondisi untuk pengunjung 33 % 67 %

Dari 10 kriteria terkait pasar pintar, hasil dari pasar Muara Karang rata – rata tidak memenuhi
kriteria tersebut, baik dari aspek : bangunan pasar, keamanan pasar, kondisi kios/los, kondisi tempat
berjualan makanan dan bahan pangan, tempat pembuangan, saluran drainase atau limbah, kondisi
toilet, kondisi tempat parkir dan sirkulasi jalan, perilaku pedagang, dan kondisi untuk pengunjung
yang menggunakan pasar.Untuk data memenuhi persyaratan pasar pintar dan menyediakan solusi
desain, maka beberapa konsep rancangan diajukan, antara lain :

1. Aspek Lingkungan
• Orientasi Bangunan
Berdasarkan arah matahari dan angin di kondisi tapak maka untuk mengoptimalkan potensi
matahari ke dalam tapak sehingga peletakkan massa bangunan dapat dilihat dari tabel berikut :

Gambar 4. Konsep Orientasi Bangunan.

Permasalahan terjadi disisi barat, dimana sisi tersebut mendapatkan radiasi matahari yang relatif
tinggi. Solusi terbaik yaitu dengan meletakkan massa bangunan yang dapat meminimalkan
penerimaan radiasi matahari yaitu dengan penempatan ruang – ruang utama. Pada sisi barat akan
digunakan sebagai area private yang diletakkan pada bagian yang terkena sinar matahari yang
berlebihan, dimana area tersebut akan digunakan penghawaan buatan berupa AC sentral.

• Pencapaian Tapak
Berdasarkan pola jalan yang sesuai untuk kawasan ini adalah pola triplet(pemisahan jalur masuk
antara jalur servis, jalur kendaraaan pribadi, kenderaan umum dan jalur pejalan kaki), dimana agar
menghindari terjadinya crossing yang mengganggu pengguna jalan.

Gambar 5. Konsep Peletakkan Entrance dan Sirkulasi JalanTapak.

Hasil diatas bahwa Entrance masuk kedalam bangunan tidak dibatasi setiap sisi bangunan
bisa langsung masuk kedalam tapak, dimana dibuat pasar yang dalam keadaan terbuka. Entrance
servis dipisah dari jalur kenderaan pribadi dan kenderaan umum sehingga tidak menganggu
entrancepembeli yang datang, sedangkan untuk yang pengguna kenderaan umum masuk melalui jalur
utama yaitu jalur yang sama dengan jalur kenderaan pribadi dimana pada jalan tersebut disediakan
area tunggu untuk pengunjung yang datang atau turun dengan kenderaan umum dan kenderaan
pribadi, agar tidak terjadi crossing pada tapak. Berikut standar jarak jalur kenderaan untuk terhindar
dari crossing(gambar 4).

Gambar 6. Standar Pedestrian Pejalan Kaki.

Zoning pada tapak dibuat berdasarkan peletakkan yang efektivitas, dimana dibuat area parkir
pada lantai dasar bangunan karena kawasan yang sering terkena banjir dan area parkir diletakkan pada
tepi area pasar dan perumahan ruko. Pada bagian lainnya dibuat kios berupa toko deret sebagai main
entrancepada pasar.

Gambar 7. Zoning Tapak.

• Kondisi TPS (Tempat Pembuangan Sampah)


Pasar Muara Karang memiliki TPS yang menampung sampah hasil dari pasar dan pemukiman
warga. Namun jumlah sampah yang dihasilkan per hari tidak sebanding melainkan melebihi dari
tempat TPS, sehingga sampah berserakan di luar TPS yang menimbulkan bau yang tidak sedap.Truk
pengangkut sampah biasanya mengambil sampah dari TPSsetiap hari sekitar pukul 16.00.
Gambar 8. Konsep Peletakkan TPS Dan Lift Barang.

Peletakkan TPS pada ujung tapak agar memudahkan pengambilan sampah dan tidak menganggu
sirkulasi gerak pengunjung pasar. Solusi dalam analisa sampah adalah dengan menyediakan TPS yang
tertutup rapat dan pada setiap tapak yang terdapat di dalam kawasan Muara Karang. Sampah-sampah
di setiap TPS juga akan diangkut setiap harinya oleh truk sampah.

2. Aspek Manusia
Berdasarkan survei yang dilakukan pada Pasar Muara Karang di Jakarta Utara. Dapat dilihat
pengguna kegiatan bangunan pasar tradisional tidak lepas hubungannya antara 2 kelompok pengguna
yaitu penjual dan pembeli. Manusia yang terlibat dalam proyek :
1. Penjual
2. Pembeli
3. Staff dan staff servis.
Kemudian peneliti memilih penjual dan pembeli pasar sebagai aspek yang paling penting yang perlu
di perhatikan dalam perancangan konsep pasar pintar. Oleh sebab itu, maka peneliti mejabarkan
aktivitas pengguna berdasarkan waktu dan kegiatan, sehingga didapatkan hasil penelitian kegiatan
sebagai berikut :

Gambar 9. Kegiatan Pedagang Ikan.


Gambar 10. Kegiatan Pedagang Sayur.

Gambar 11. Kegiatan Konsumen Pasar.

Berdasarkan dari analisa waktu kegiatan diatas, kawasan ini beroperasi selama 10 jam setiap
harinya. Dari analisa tersebut, maka pada kawasan ini akan dibuat restoran khas berbagai daerah
dengan waktu 12 jam sebagai fungsi baru. Adanya penambahan fungsi baru dilihat dari kalangan
masyarakat kawasan pemukiman tersebut dimana selalu berkumpul di waktu senggang.
Frekuensi jumlah pengunjung yang datang ke masing-masing kios dalam waktu sehari, untuk
menentukan jenis pedagang yang berjualan pada pasar Muara Karang.

Tabel 5. Frekuensi Produk Total Dibeli di Pasar Muara Karang.


NO. Keterangan Total
1. Kebutuhan Primer 450
2. Kebutuhan Sekunder 281
3. Kebutuhan Tersier 309
Sumber : Olahan peneliti Berdasarkan Wawancara.

• Analisa kebutuhan parkir loading dock


- Trus bermuataan 2 ton (datang 60 ton perhari) semua jenis produk
- Pelaksanaan loading dock membutuhkan waktu 60 menit / truk.
- Waktu loading 2 – 3 jam = 180 menit / 60 menit = 3 shift.
- Shift 1 (loading kebutuhan primer) pukul 03.00 – 05.00.
- Shift 2 (loading kebutuhan sekunder) pukul 05.00 – 07.00.
- Shift 3 (loading kebutuhan tersier) pukul 07.00 – 09.00.

3. Aspek Bangunan
Analisa yang digunakan adalah dengan membandingkan kondisi Pasar Muara karang yang
sebelumnya dengan melihat persamaan dan perbedaan, kesenjangan bangunan yang diketahui dari
pemenuhan Kriteria – Kriteria Konsep Pasar Pintar, untuk membuat suatu pasar yang memiliki prinsip
dari standar dalam mendesain pasar.
Tabel 6. Perbandingan Kondisi Pasar Muara Karang.
TEORI YANG DITERAPKAN DATA DI DAPAT
Kriteria Konsep Pasar Pintar Kondisi Pasar Muara Karang
Kondisi bangunan pasar Bangunan pasar tidak terpelihara
Keamanan pasar Adanya pengelola pasar tetapi tidak berkerja
Kondisi kios / los Space tiap kios yang kecil
Kondisi tempat berjualan makanan dan Perabotan yang digunakan tidak mendukung
bahan pangan penjualan bahan pangan
Kondisi tempat pembuangan Memiliki TPS tetapi keadaan tidak dibersihkan
atau ditutup
Kondisi saluran drainase dan limbah Saluran yang macet dan tidak ditutup
Kondisi fisik toilet Memiliki toilet umum tetapi dijadikan toilet
pribadi
Kondisi tempat parkir dan sirkulasi jalan Akses jalan kaki tidak ada dan parkiran macet
Perilaku pedagang Kebersihan tidak dijaga dan tidak mengatur
barang dagangan yang berantakan
Kondisi untuk pengunjung pasar Petunjuk arah dan akses yang mudah
Sumber : Hasil Olahan Peneliti.

SIMPULAN
Terdapat beberapa faktor yang harus dianalisis dalam perencanaan sebuah bangunan, yaitu
analisis lingkungan, manusia, dan bangunan itu sendiri. Perancangan bangunan pasar tradisional ini
menerapkan Konsep Pasar Pintar, salah satu alasannya karena berhubungan dengan barang dagangan
yang akan dijual yaitu pasar primer, skunder, tersier, yang mutunya harus selalu terjaga dengan baik.
Perbandingan kondisi Pasar Muara karang yang sebelumnya dengan melihat persamaan dan
perbedaan, kesenjangan bangunan yang diketahui dari pemenuhan Kriteria – Kriteria Konsep Pasar
Pintar, agar pasar memiliki prinsip dari standar dalam mendesain suatu pasar.

Tabel 7. Perbandingan Kondisi Pasar Muara Karang.


DATA DI DAPAT TEORI YANG DITERAPKAN
Kondisi Pasar Muara Karang Kriteria Konsep Pasar Pintar
Bangunan pasar tidak terpelihara Kondisi bangunan pasar
Adanya pengelola pasar tetapi tidak bekerja Keamanan pasar
Space tiap kios yang kecil Kondisi kios / los
Perabotan yang digunakan tidak mendukung Kondisi tempat berjualan makanan dan
penjualan bahan pangan bahan pangan
Memiliki TPS tetapi keadaan tidak dibersihkan atau Kondisi tempat pembuangan
ditutup
Saluran yang macet dan tidak ditutup Kondisi saluran drainase dan limbah
Memiliki toilet umum tetapi dijadikan toilet pribadi Kondisi fisik toilet
Akses jalan kaki tidak ada dan parkiran macet Kondisi tempat parkir dan sirkulasi jalan
Kebersihan tidak dijaga dan tidak mengatur barang Perilaku pedagang
dagangan yang berantakan
Petunjuk arah dan akses yang mudah Kondisi untuk pengunjung pasar
Sumber : Hasil Olahan Peneliti.

Dari tabel diatas bahwa pasar tradisional Muara Karang ini tidak termasuk kedalam standar pasar
atau dengan Kriteria Pasar Pintar, dimana hampir keseluruhan aspek Pasar Muara Karang tidak
termasuk ke dalam prinsip teori kriteria pasar pintar.

Penerapan Konsep Pasar Pintar berdasarkan standarisasi pasar ,aktifitas dan kegiatan akan
menghasilkan kondisi pasar yang lebih baik untuk pengguna pasar. Bentuk bangunan yang dihasilkan
berasal dari analisis lingkungan, manusia, dan bangunan. Dengan analisis manusia dihasilkan
kebutuhan ruang, luasan ruang, dan hubungan ruang yang pada akhirnya akan menghasilkan zoning
horisontal maupun vertikal. Kemudian dengan analisis lingkungan, bentuk massa bangunan yang
dihasilkan sesuai dengan orientasi dan keadaan lingkungan sekitarnya.
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran untuk penelitian berikutnya, antara
lain adalah:
- Merancang bangunan pasar tradisional sesuai dengan syarat yang diberlakukan sehingga
kondisi fisik dan mutu produk yang dijual dapat bertahan lama di pasaran.
- Memanfaatkan waktu untuk melakukan penelitian dan penyusunan data sehingga
menghasilkan hasil yang optimal.
- Fokus terhadap rumusan masalah serta penyelesaiannya dalam segi desain.
Pada kesimpulannya peraturan yang diterapkan pemerintah belum memenuhi standar dalam
kenyamanan bangunan secara keseluruhan. Sebaiknya pemerintah dapat mengatur peraturan terkait
atas standarisasi dari pasar tradisional, terutama menyangkut masalah keamanan, kenyamanan,
kesehatan perlu diutamakan mengingat bahwa pasar tradisional sangat dibutuhkan untuk seluruh
masyarakat untuk mencakupi kebutuhan sehari – hari.

REFERENSI

A.C. Nielsen (2013). “ Revitalisasi Pasar Tradisional dan Pertumbuhan Pasar Tradisional 2013”.
(online)https://indonesiacompanynews.wordpress.com/, diakses 1 febuari 2015.

Agus S.Ekamadya & Sutan Hidayatsyah (November 2012).Pengembangan Rancangan Revitalisasi


Pasar Tradisional Sebagai Aset Sosial-kultural Kota, Jurnal Ilmu Pendidikan, Tahun 2012, diakses 12
desember 2014.

Agus S.Ekamadya &Sutan Hidayatsyah (November 2012).Pengembangan Rancangan Revitalisasi


Pasar Tradisional Sebagai Aset Sosial-kultural Kota, Jurnal Ilmu Pendidikan, Tahun 2012, diakses 12
desember 2014.

Ekomadya, Agus S., Hidayatsyah, Sutan, dan Siswanto, Joko (2012). Model Revitalisasi Pasar
Tradisional dengan Konsep “Pasar Pintar” untuk Meningkatkan Peran Pasar Tradisional Dalam
Perekonomian Kota, 2012.

Ekomadya, Agus S. (2012). “Isu Tujuan Kriteria Perancangan”, Laporan Kemajuan Program
Penelitian Strategi Nasional, Tahun 2012.

Ekomadya, Agus S. (2009). “Kajian Beberapa Pasar Tradisional di Negara Maju”. Makalah
publikasikan.

Ekomadya, Agus S, Zahra, Atya, Najmi, Isan (2012). “Public Market as Urban Social Nodes : an
Architecture Phenomology Approach”. Makalah dipresentasikan pada Artepolis 4 Internasional
Conference on Creativeity and the Making of Place : Living Smart by Design, School of Architecture
Planning and Policy Development ITB, July 2012.

Ekomadya, Agus S., Hidayatsyah, Sutan, dan Siswanto, Joko (2012). Model Revitalisasi Pasar
Tradisional dengan Konsep “Pasar Pintar” untuk Meningkatkan Peran Pasar Tradisional Dalam
Perekonomian Kota, 2012.

Ekomadya, Agus S. (2012). “Isu Tujuan Kriteria Perancangan”, Laporan Kemajuan Program
Penelitian Strategi Nasional, Tahun 2012.

Riwayat Penulis

Jessica lahir di kota Tanjung Balai Sumatera Utara Pada 17 Juli 1994. Penulis menamatkan
pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Arsitektur pada tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai