Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS REVITALISASI PASAR PUJASERA LAMA BERDASARKAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KUNINGAN JAWA BARAT

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu
Mata Kuliah Tempat Ruang dan Sistem Sosial
Dosen Pengampu: Nunu Nurfirdaus, M.Pd.

Oleh

RINA RISDAYANTI
NIM 166223034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sucipto (2017: 500) Revitalisasi adalah salah satu kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah terhadap pasar tradisional dalam memenuhi ketentuan wajib.
Revitalisasi adalah suatu proses yang harus dilalui oleh pasar tradisional dalam
persaingan era globalisasi. Banyaknya pasar modern dengan fasilitas yang
memadai akan mengurangi peran pasar tradisional. Revitalisasi dapat
dilaksanakan apabila semua pihak yang terkait saling mendukung, baik pihak
pemerintah, pedagang hingga pembeli. Aspek fisik, aspek ekonomi serta aspek
sosial menjadi perhatian yang utama dalam melaksanakan revitalisasi.
Kenyamanan dalam aktivitas ekonomi merupakan target yang ingin dicapai,
sehingga diharapkan akan memberi keuntungan bagi semua pihak yang terlibat.
Tujuan akhir yang ingin dicapai dengan adanya revitalisasi adalah mencapai
kesejahteraan untuk seluruh masyarakat. Masyarakat harus menyadari bahwa
berbelanja di pasar tradisional tidak lagi dianggap ketinggalan zaman.
Pangestu dalam Nida (2014: 170) revitalisasi pasar berarti perubahan pasar
secara fisik dan pengelolaanya secara modern yang ditujukan untuk memacu
pertumbuhan pasar dengan menyelaraskan pasar dengan liingkungannya., dan
sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Mengacu pada pengertian diatas,
revitalisasi pasar tradisional berarti upaya mensinergiskan sumberdaya yang ada
di pasar tradisional secara komprehensif dan tersinegrasi sehingga dapat
meningkatkan daya saing pasar tradisional dengan tetap mempertahankan
kekhasan dan keunggulan yang dimiliki pasar tersebut.
Sukwika (2018: 126) Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek
penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur
memegang peranan penting dan strategis dalam menggerakan roda perekonomian.
Gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu Negara tidak dapat dipisahkan dari
ketersediaan infrastruktur seperti jalan, transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan
energi. Dalam hal ini, pembangunan sector infrastruktur menjadi salah satu
fondasi dari pembangunan ekonomi ke depan. Beberapa studi menyebutkan
bahwa keberadaan infrastruktur memiliki keterkaitan yang erat dengan tingkat
perkembangan suatu wilayah, yang dicorikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.
Revitalisasi pasar Pujasera Lama menjadi pasar Langlangbuana yang terjadi di
belakang Jalan Siliwangi Kuningan Kota, ini terlihat akan perubahan baik secara
fisik maupun secara non-fisik, bahwasannya sebelum direvitalisasi ada kegiatan
atau aktivitas perdagangan diluar pasar Pujasera Lama dengan bisa dikatakan
adanya pedagang kaki lima di sekitaran halaman depan maupun belakang sekitar
pasar Pujasera Lama. Namun setelah dilakukannya revitalisasi pada bangunan dan
sekiatrnya pasar Pujasera Lama yang sekarang berganti nama menjadi pasar
Langlangbuana ini tidak ramai lagi akan aktivitas pedagang kecil/kaki lima
berjualan didisekitaran pasar Langlangbuana karena sudah dirubah menjadi lahan
parkir kendaraan roda dua sebab adapun peraturan lalu lintas bahwasannya tidak
diperbolehkan parkir di area pertokoan Jalan Siliwangi. Kemudian aktivitas
pedagang kaki lima yang tergusur dari tempat usaha berjualannya di area sekitar
pasar langlangbuana ini menjadikan hilangnya tempat mata pencaharian warga
masyarakat yang berdagang di area tersebut. Hal ini menjadikan adanya
perubahan sistem sosial maupun sistem ekonomi. Sebab adapun permasalahan
yang timbul akibat revitalisasi pasar ini menjadikan hilangnya mata pencaharian
warga yang dahulunya berjualan disekitaran area halaman belakang dan depan
pasar langlangbuana. Bahkan adapun masyarakat yang berjualan di area dalam
pasar menjadi lebih memilih pindah tempat karena biaya sewa lapak yang baru
terlalu tinggi sehingga masyarakat kecil yang dahulu menyewa lapak tersebut
sebagai mata pencahariannya tidak sanggup menyewa dengan harga tinggi.
Adapun yang dikeluhkan pedagang di area dalam pasar langlangbuana perihal
ketidaksanggupannya untuk membayar sewa lapak dengan harga tinggi.
Bahwasannya setelah revitalisasi pasar pujasera lama ini dan adanya peraturan
tidak diperbolehkannya pedagang kaki lima berjualan di tempat dahulu yang biasa
dijadikan tempat berjualan berdampak pada sepinya pengunjung di pasar
Langlangbuana. Kemudian masyarakat yang berjualan di pasar langlangbuana
mengeluhkan penghasilannya kurang menutupi biaya kebutuhan sehari-hari.
Pembangunan infrastruktur seharusnya dapat menjadikan pertumbuhan dan
perubahan daripada sistem sosial maupun sistem ekonomi. Tetapi hal tersebut
belum nampak terlihat, karena setelah adanya revitalisasi pasar Pujasera Lama
menjadi pasar Langlangbuana ini menjadi sepi pengunjung dan adanya lahan
yang belum termanfaatkan dengan baik. Kemudian di area halaman depan pasar
Langlangbuana yang cukup luas tidak termanfaatkan dengan baik selain daripada
peraturan bahwasannya halaman depan pasar Langlangbuana itu dijadikan
sebagai lahan parkir pengunjung pasar Langlangbuana bukan lagi sebagai
difungsikan keduanya baik dijadikan sebagai lahan parkir maupun sebagai lahan
tempat berjualan pedagang kaki lima. Namun akan tetapi kondisi pasar
Langlangbuana yang sepi menjadikan lahan parkir tersebut terlihat kosong dan
lahan tersebut tidak termanfaatkan dengan baik.
Revitalisasi pasar berdasarkan pembangunan infrastruktur seharusnya dapat
meningkatkan sistem sosial dan ekonomi masyarakat pasar Langlangbuana.
Harapan pemerintah akan revitalisasi pasar ini cukup baik sebab dengan adanya
revitalisasi pasar terhadap pembangunan infrastruktur ini untuk menata wajah
pasar Pujasera Lama di kota Kuningan agar terlihat rapih dan tidak semrawut.
Akan tetapi hal ini menjadikan hilangnya sebagaian mata pencaharian masyarakat
yang menggantungkan kebutuhan hidupnya di pasar tersebut. Kemudian pada
sistem sosial yang terjadi pada pasar Pujasera Lama yang mana berubah menjadi
pasar Langlangbuana ini seharusnya dapat meningkatkan unsur sosial pada
bagian-bagian yang saling berhubungan dimana hubungan tersebut saling
mempengaruhi dalam kesatuan sosial dengan saling mendukung dan bertujuan
untuk mencapai ntujuan bersama. Selain itu pada sistem ekonomi yang
seharusnya terjadi peningkatan pula terhadap revitalisasi pembangunan
infrastruktur pasar dapat mengoordinasikan perilaku masyarakat (para produsen,
konsumen maupun pemerintah) dapat menjalankan kegiatan ekonomi (produksi,
konsumsi dan sebagainya) untuk membentuk satu kesatuan yang teratur dan
dinamis sehingga kekacauan dalam bidang ekonomi dapat dihindari. Tetapi
adanya hilang sebagian tempat mata pencaharian masyarakat yang
menggantungkan kebutuhan hidupnya dari hasil usaha di pasar tersebut. Sehingga
pemerintah dapat memberikan kebijakan baru untuk pemanfaatan lahan daripada
pasar Langlangbuana yang belum termanfaatkan secara menyeluruh. Penulis
tertarik akan permasalahan yang terjadi disekitaran penulis sendiri dan ingin
mengakaji lebih lanjut dengan melakukan penelitian berjudul “Analisis
Revitalisasi Pasar Pujasera Lama Berdasarkan Pembangunan Infrastruktur
di Kuningan Jawa Barat”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis memfokuskan masalah
dalam penelitian sebagai berikut:
1. Revitalisasi pasar dalam penelitian ini, difokuskan pada pasar Pujasera
Lama
2. Revitalisasi dalam penelitian ini, difokuskan berdasarkan pembangunan
infrastruktur di Kuningan Jawa Barat
3. Analisis revitalisasi dalam penelitian ini, difokuskan pada analisis
revitalisasi pasar Pujasera Lama berdasarkan pembangunan infrastruktur
di Kuningan Jawa Barat
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan batasan masalah penelitian diatas, penulis merumuskan rumusan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis revitaliasi pasar Pujasera Lama berdasarkan
pembangunan infrastruktur di Kuningan Jawa Barat
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, penulis merumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui serta memahami analisis revitalisasi pasar Pujasera Lama
berdasarkan pembangunan infrastruktur di Kuningan Jawa Barat
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam dua aspek sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pegetahuan
kepada masyarakat atas bagaimana dalam strategisnya memanfaatkan
fasilitas yang diberikan pemerintah dengan baik. Selain itu penelitian ini
diharapkan menjadi bahan kajian dalam melakukan revitalisasi
pembangunan harus dapat mempertimbangkan kembali dampak yang akan
diterima oleh warga pasar yang dilakukan revitalisasi dan mengkaji
kembali solusi akan warga pasar yang terkena dampak revitalisasi.
Kemudian diharapkan pula dapat menjadi suatu rujukan bagi pelaksana
penelitian untuk melanjutkan penelitian ini dengan lebih spesifik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
kepada masyarakat bahwa pemanfaatan fasilitas berupa bangunan
untuk tempat mata pencaharian harus dapat di dimanfaatkan dengan
baik dan menjaga lingkungan sekitar tersebut agar fasilitas yang
diberikan oleh pemerintahan dapat terawat dan termanfaatkan dengan
baik.
b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran serta
wawasan ilmu baru sebagai bekal bagi peneliti mengenai analisis
revitalisasi pasar Pujasera Lama berdasarkan pembangunan
infrastruktur di Kuningan Jawa Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pasar
a. Pengertian Pasar
Mirah dalam Stutiari dan Arka (2019: 156) bahwa pasar merupakan
suatu institusi tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan
transaksi, yaitu hubungan timbal balik antara penjual dan pembeli untuk
mencapai kesepakatan harga terhadap suatu barang atau jasa yang hendak
dibeli.
Nasution (2012: 247) pasar adalah bertemunya permintaan dan
penawaran atas satu macam barang/jasa. Di pasar antara para pembeli dan
penjual saling tawar-menawar untuk menentukan harga berbagai jenis
barang. Dalam analisis ekonomi, pengertian pasar tidak terbatas kepada
suatu tempat tertentu tetapi meliputi suatu daerah, Negara dan bahkan
dunia internasional. Pasar untuk karet dan timah misalnya, bukanlah
dimaksudkan sebagai tempat jual beli karet dan timah di suatu kampung
atau wilayah tertentu tetapi meliputi interaksi di antara produsen-produsen
dan pembeli karet atau timah di seluruh pelosok dunia.
Rahmi (2015: 178) pasar adalah tempat bertemunya antara penjual dan
pembeli dan melakukan transaksi barang atau jasa. Pasar merupakan
sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan telah
berlangsung sejak awal peradaban manusia. Dalam islam pasar sangatlah
penting dalam perekonomian. Pasar telah terjadi pada masa Rasulullah
dan khulafaur Rasyidin dan menjadi sunatullah yang telah dijalani selama
berabad-abad.
Nurmalasari dalam Rusham (2016: 156) pasar merupakan sekumpulan
orang yang memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk
belanja (disposable income) serta kemauan untuk membelanjakannya.
Dalam persfektif sosial budaya, pasar merupakan tempat berlangsungnya
interaksi sosial lintas strata. Dikotomi tradisional jenis pasar bersumber
dari pergeseran pemaknaan terhadap pasar, yang semula menjadi ruang
bagi berlangsungnya interaksi sosial, budaya dan ekonomi dan pencitraan
terhadap moderenisasi yang berlangsung dalam masyarakat.
Sunyoto (2013: 129) sebuah pasar terdiri dari pelanggan potensial
dengan kebutuhan dan keinginan tertentu yang mungkin mau dan mampu
untum ambil bagian jual beli guna memuaskan kebutuhan dan keinginan
tersebut. Karena itu besar kecilnya suatu psar tergantung pada jumlah
orang yang menunjukkan kebutuhan, mempunyai sumber daya yang
menarik bagi orang lain dan mau menyediakan sumber daya tersebut
untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.
Sukaesih dalam Rusham (2016: 156) menyatakan bahwa citra pasar
dalam arti fisik telah mengalami banyak pembenahan dan peningkatan
menjadi hal yang menarik seiring dengan kemajuan pembangunan
ekonomi. Manarik atau tudaknya sarana tempat berdagang tersebut baik
yang dikeola oleh pemerintahan maupun swasta, ditentukan oleh
pengelola pasar atau tempat perdagangan dan tidak kalah pentingnya yang
dilakukan atau peranan pedagang itu sendiri. Pengelola hanya
menyediakan fasilitas dan kemudahan untuk keperluan pedagang dan
pengunjung, sedangkan para pedagang perlu memperhatikan kelengkapan
barang, penataan barang (display), kualitas barang, harga barang,
kemudahan berbelaja, dan ketepatan ukuran.
Daryanto (2012: 107) menyatakan bahwa pasar diartikan sebagai suatu
tempat dimana dijumpai sejumlah penjual yang menjual barang dan
pembeli yang datang membeli barang, seperti misalnya Pasar Baru di
Bandung atau Pasar Senen di Jakarta. Oleh karena dapat dilihat wujudnya
baik berupa bangunan yang sifatnya sementara ataupun permanen, maka
pasar seperti ini disebut sebagai Pasar Konkrit. Dalam ilmu ekonomi pasar
adalah keadaan dimana terjadi kekuatan permintaan dan penawaran yang
seimbang dari suatu barang atau jasa. Keseimbangan kekuatan antara
permintaan (konsumen) dan penawaran (penjual) tidak dapat dilihat
dikarenakan peristiwa atau kejadiannya tidak berupa wujud sebagai suatu
bangunan, oleh karena itu disebut sebagai Pasar Abstrak. Seandainya pada
pasar konkrit suatu saat tidak terjadi lagi persesuaian permintaan dan
penawaran maka ini berarti disana tidak ada proses jual neli, sehingga
pasar konkrit tidak berfungsi lagi sebagai suatu pasar melainkan hanya
merupakan gedung semata. Jadi dapatlah dinyatakan bahwa dimana ada
suatu tempat/gedung yang berupa pasar maka disitu pasti terjadi suatu
proses jual beli atau terjadi persesuaian antara penawaran dan permintaan.
Dengan demikian semua pasar yang konkrit adalah juga merupakan pasar
abstrak, tetapi tidak semua pasar abstrak adalah pasar konkrit.
Sukaesih dalam Rusham (2016: 157) pasar tradisional merupakan
pasar yang bentuk bagunannya relative sederhana, dengan suasana yang
relative kurang menyenangkan (ruang usaha sempit, sarana parkir kurang
memadai, kurang menjaga kebersihan pasar dan penerangan yang kurang
baik). Barang yang diperdagangkan adalah kebutuhan sehari-hari, harga
barang relative murah dengan mutu yang kurang diperhatikan dan cara
pembeliannya dengan tawar menawar.
Duwit, dkk (2015: 421) pasar tradisonal sebagai kerumunan pedagang
dan pembeli yang memperjualkan barang/jasa. Pelaku dipasar adalah
pedagang kecil, yang sebagian besar menjual komoditas pertanian
(sayuran, buah-buahan, beras dan ain-lain), kerajinan rakyat (tikar, topi),
dan lain-lain (ayam, telur, daging). Sedangkan para pembelinya adalah
masyarakat sekitar pasar yang saling mengenal, baik dengan sesame
pembeli maupun penjual.
Sulistyo dan Cahyono (2010: 517) pasar tradisional biasanya terdiri
dari kios-kios yang dibuka oleh penjual dan kebanyakan menjual
kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, sayur-
sayuran, telur, daging dan lain-lain. Fungsi dan peranan pasar tradisional
dalam memperdagangkan bahan makanan di kota kecil atau daerah sangat
besar. Banyak pemerintah kota dan kabupaten berusaha mempertahankan
eksistensi pasar tradisional melalui upaya revitalisasi dan renovasi pasar.
Jadi pasar adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki
keinginan atau suatu kebutuhan hidup sebagai para pedagang dan juga
pembeli dengan maksud jual beli barang maupun jasa sesuai dengan
kebutuhan sehari-hari. Kemudian pada pasar tradisional melalui tahapan
atau proses transaksi secara langsung.
b. Ciri-ciri Pasar Tradisional
Sasanto dan Yusuf (2010: 5) Ciri-ciri dari pasar tradisional adalah
letaknya yang strategis, dimana sebagian besar pasar tradisional terletak
dekat wilayah pemukiman, biasanya komoditi yang diperdagangkan
adalah komoditi kebutuhan hidup sehari-hari, di pasar-pasar tradisional
masih ada budaya tawar menawar dalam proses jual beli. Kemudian hal
inilah yang menjadi ciri khas pasar tradisional yang tidak dapat dijumpai
pada pasar-pasar modern karena proses tawar menawar tersebut sudah ada
semenjak timbulnya pasarsehingga menjadi budaya tersendiri bagi pasar-
pasar tradisional seta kondisi fisiknya yang terkesan tidak terawat seperti
kotor, bau dan becek apabila hari hujan.
Syarifuddin (2018: 23) Pada ciri-ciri tradisional tentang pasar
tradisional bahwa pasar tradisional adalah tempat berkumpulnya penjual
dan pembeli dalam kegiatan yang bernilai ekonomis melalui aktivitas jual
beli barang dan jasa kemudian memiliki ciri bernilai sosial adanya
hubungan sosial dalam bentuk tawar menawar barang, dengan transaksi
dilaksanakan secara alami dan para penjual berperan melaksanakan
penawaran, penjualan, dan transaksi keungan.
Jadi ciri pada pasar tradisional ini adalah adanya budaya tawar-
menawar dimana penjual sebagai penawar dengan proses tawar menawar
secara langsung tanpa melalui media apapun. Kemudian kondisi tempat
yang strategis walaupun terlihat kurang terawat seperti, bau, kotor, becek
apabila hujan ataupun becek dari air penjual ikan hidup dan disebabkanhal
lain.
2. Revitalisasi
Danisworo dalam Dewi (2018: 5) bahwa revitalisasi adalah suatu proses
yang harus dilalui oleh pasar tradisional dalam persaingan era globalisasi.
Revitalisasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memvitalkan
kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah hidup, namun
mengalami degradasi oleh perkembangan jaman. Program revitalisasi
diharapkan meningkatkan persaingan pasar tradisional agar tidak bersaing
dengan pasar modern.
Sucipto (2017: 500) Revitalisasi adalah salah satu kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah terhadap pasar tradisional dalam memenuhi
ketentuan wajib. Revitalisasi adalah suatu proses yang harus dilalui oleh pasar
tradisional dalam persaingan era globalisasi. Banyaknya pasar modern dengan
fasilitas yang memadai akan mengurangi peran pasar tradisional. Revitalisasi
dapat dilaksanakan apabila semua pihak yang terkait saling mendukung, baik
pihak pemerintah, pedagang hingga pembeli. Aspek fisik, aspek ekonomi
serta aspek sosial menjadi perhatian yang utama dalam melaksanakan
revitalisasi. Kenyamanan dalam aktivitas ekonomi merupakan target yang
ingin dicapai, sehingga diharapkan akan memberi keuntungan bagi semua
pihak yang terlibat. Tujuan akhir yang ingin dicapai dengan adanya
revitalisasi adalah mencapai kesejahteraan untuk seluruh masyarakat.
Masyarakat harus menyadari bahwa berbelanja di pasar tradisional tidak lagi
dianggap ketinggalan zaman.
Danisworo dalam Nida (2014: 170) adalah upaya untuk memvitalkan
kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup,
namun kemudian mengalami kemunduran atau degradasi. Tingkat skala
revitalisasi ada dua, yaitu makro dan mikro. Revitalisasi makro meliputi
revitalisasi fisik maupun revitalisasi human relation (hubungan antar
manusia), sedangkan revitalisasi mikro meliputi aspek fisik yang bertujuan
untuk merubah suatu kawasan agar lebih jelas fungsi dan manfaatnya.
Jadi revitalisasi adalah suatu kebijakan dari pemerintahan untuk
dilakukannya perubahan wajah pasar yang mengalami penurunan degrades
ataupun sudah terlihat perlunya perbaikan dengan adanya kebutuhan akan
persiangan terhadap pasar modern. Sehingga revitalisasi penting dilakukan
agar konsumen pasar tradisional dapat merasakan kenyamanan berbelanja di
pasar tradisional. Dalam hal ini agar tidak menghilangkan ataupun dapat
menurunnya minat konsumen untuk berbelanja di pasar tradisional.
3. Revitalisasi Pasar berdasarkan Pembangunan Infrastruktur
a. Revitalisasi Pasar Tradisional
Pangestu dan Nida (2014:170) revialisasi pasar berarti perubahan
pasar secara fisik dan pengelolaannya secara modern yang ditujukan untuk
memacu pertumbuhan pasar dengan menyelaraskan pasar dengan
lingkungannya, dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.
Mengacu pada pengertian diatas, revitalisasi pasar tradisional berarti
upaya mensinergikan sumberdaya yang ada di pasar tradisional secara
komprehensif dan terintegrasi sehingga dapat meningkatkan daya saing
pasar tradisional dengan tetap mempertahankan kekhasan dan keunggulan
yang dimiliki pasar tersebut.
Kuncoro dalam Dewi (2018: 6) bahwa permasalahan umum yang
dihadapi pasar tradisional antara lain banyaknya pedagang yang tidak
tertampung, pasar tradisional mempunyai kesan kumuh, dagangan yang
bersifat makanan siap saji mempunyai kesan kurang higienis, pusat
perbelanjaan modern yang banyak tumbuh dan berkembang merupakan
pesaingan serius pasar tradisional, rendahnya kesadaran pedagang untuk
mengembangkan usahanya dan menempati tempoat dasaran yang sudah
ditentukan, banyaknya pasar yang tidak beroperasi maksimal, kesadaran
membayar retribusi dan masih ada pasar yang kegiatannya hanya pada
harin pasar. Revitalisasi pasar tradisonal yang dilakukan oleh pemerintah
tidak hanya memerhatikan kondisi pasar, volume perdagangan dalam
pasar, ketersediaan lahan yang digunakan untuk perbaikan pasar, dan
desain rencana perbaikan pasar. Selain itu perlu membatasi pertumbuhan
pasar modern merupakan hal pertama yang harus diperhatikan.
Revitalisasi pasar tanpa membatasi pertumbuhan pasar modern tidak akan
berpengaruh signifikan apabila program revitalisasi yang dikeluarkan
pemerintah hanya dalam bentuk berupa perbaikan fisik tanpa memperbaiki
regulasi. Tujuan akhir yang ingin dicapai dengan adanya revitalisasi
adalah mencapai kesejahteraan untuk seluruh masyarakat. Masyarakat
harus menyadari bahwa berbelanja dipasar tradisional tidak lagi dianggap
ketinggalan zaman.
b. Pembangunan Infrastruktur
Sanusi dalam Posumah (2015: 4) pembangunan merupakan suatu
proses tranfortasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan
struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada
kerangka susunan ekonomi masyarakat bersangkutan.
Grigg dalam Posumah (2015: 5) pengertian infrastruktur merujuk pada
sisitem fisik dalam menyediakan transfortasi, pengairan drainase,
bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lain seperti listrik,
telekomunikasi, air bersih dan sebagainya, yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.
Sistem infrastrukturmerupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem
sosial dan sisitem ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Sistem
infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-
struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan
dibutuhkan untuk berpungsinya sistem sosial dan ekonomi masyarakat.
Susanto dalam Suhadak (2019: 101) infrastruktur merupakan
kebutuhan dasar fisik yang diperlukan seperti jalan, jalur kereta api,
jembatan, kelistrikan, telekomunikasi, pengairan/irigasi dan Bandar udara
yang bertujuan untuk pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan
agar ekonomi dapat berjalan. Dengan tersedianya infrastruktur fisik,
secara memadai akan mendukung kelancaran aktivitas ekonomi
masyarakat, distribusi aliran produksi barang dan jasa. Fungsi dari
kelancara arus barang dan jasa, infrastruktur transfortasi akan memberikan
dampak yang besar untuk biaya pokok produksi. Infrastruktur merupakan
peningkatan aksebilitas yang mampu untuk memfasilitasi mobilitas barang
dan jasa yang lebih efisien.
Maryaningsih, dkk ( 2014: 67) infrastruktur memiliki kontribusi dalam
meningkatkan produktivitas dan diharapkan mampu mendukung
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Merujuk pada publik World
Development Report bahwa infrastruktur berperan penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di mana pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi dijumpai pada wilayah dengan tingkat ketersediaan
infrastruktur yang mencukupi. Indentifikasi terhadap program
poembangunan infrastruktur di beberapa Negara menyimpulkan bahwa
pada umumnya program ditargetkan dalam jangka menengah dengan
fokus pada peningkatan kebutuhan dasar dan konektivitas manusia, mulai
dari air, listrik, energy, hingga transfortasi (jalan raya, kereta api,
pelabuhan, bandara).
Henner dalam Keusuma dan Suriani (2015:3) karakteristik
infrastruktur adalah eksternalisasi, baik positif maupun negatif dan adanya
monopoli alamiah ( natural monopoly) yang disebabkan oleh tingginya
biaya tetap serta tingkat kepentingannya dalam perekonomian. Selain itu
infrastruktur juga bersifat non ekslusif (tidak ada orang yang dapat
dikesampingkan), non rivalry ( konsumsi seorang individu tidak
mengurangi konsumsi individu yang lainnya) serta umumnya biaya
marginal adalah nol. Infrastruktur juga umumnya tidak diperjualbelikan
(non tradable).
Larimer dalam keusuma dan suriani (2015: 3) menyatakan bahwa
infrastruktur merupakan pondasi atau rancangan kerja yang mendasari
pelayanan pokok, fasilitas dan institusi di mana bergantung pada
pertumbuhan dan pembangunan dari suatu area, komunitas dan sistem.
Infrastruktur meliputi variasi yang luas dari jasa, institusi dan fasilitas
yang mencakup sistem transfortasi dan sarana umum untuk membiayai
sistem, hukum dan penegakan hokum pendidikan dan penelitian.
B. Penelitian yang Relevan
Sebelum penelitian ini dilakukan terdapat berbagai macam penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, yang berhubungan dengan Revitalisasi Pasar. Untuk
mengetahuinya relevansinya dengan penelitian ini maka hasil-hasilnya akan
diuraikan berikut ini :
Pertama penelitian yang relevan dengan judul “Pengaruh Revitalisasi
Aktivitas Perdagangan di Pasar Jongke Kecamatan Laweyan Kota Surakarta”,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fandy Ahmad Rivai (2017) Program Studi
Geografi Fakultas Geografi menunjukan tentang menganalisis kondisi pasar
jongke sebelum dan sesudah di revitalisasi dan pengaruh revitalisasi terhadap
aktivitas perdagangan. Dalam penelitian ini menggunakan sample yang diambil
dengan metode Stratified Proporsional Random Sampling dengan kriteria yang
telah ditentukan untuk responses pedagang dan metode aksidental untuk
responden pembeli. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis tabel frekuensi, analisis tabel silang, dan analisis geografi. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa kondisi pasar Jongke jauh lebih baik
dibandingkan sebelum dilakukan revitalisasi. Dan aktivitas perdagangan
membaik ditunjukan dengan meningkatnya pendapatan dan juga jenis barang.
Kedua penelitian yang relevan dengan judul “Efektivitas Revitalisasi Pasar
Tradisional Pa’baeng-Baeng di Kota Makasar”. Penelitian yang dilakukan oleh
Nur Asma (2016) Staf Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang menunjukan
tentang penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas revitalisasi pasar
tradisional Pa’baeng-Baeng di Kota Makasar. Jenis penelitian adalah
kualitatif.teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara serta telaah
dokumentasi. Teknik analisis data dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, dari variable jumlah hasil
dikategorikan tidak efektif, disebabkan karena adanya pekerjaan yang tidak
terealisasi dan dari segi kuantitas jumlah lods yang dibanguntidak dapat
menampung pedagang dan PKL yang berjualan diluar pasar. Dari variable tingkat
kepuasan yang diperoleh dikategorikan tidak efektif, disebabkan ukuran lods
sangat sempit dan belum tersedianya sarana yang memadai. Dari variable produk
kreatif dikategorikan tidak efektif, disebabkan penataan jenis barang jualan pasar
yang tidak terratur dan kurangnya sosialisasi pengelola pasar pada pedagang
sehingga tidak tercipta hubungan yang kondusif yang bisa menimbulkan
kreativitas pedagang. Dari variable intensitas yang dicapai dikategorikan tidak
efektif, disebabkan pengelola pasar masih kurang mematuhi aturan yang ada
mengenai pengelolaan pasar, begitupun dengan pedagang yang memiliki tibgkat
kesadaran yang rendah dalam hal menciptakan pasar yang berdaya saing.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode
Sugiyono (2015: 15) Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan
sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik
pengumpulan data trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.
Moleong dalam Sulistiyono (2015: 40) penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan
dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan
memanfaatkan nberbagai mertode alamiah.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Pujasera Lama Kelurahan Kuningan
Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Alasan peneliti
melaksanakan penelitian di Pasar Pujasera Lama Kuningan ini karena Pasar
Pujasera Lama tersebut merupakan salah satu fasilitas atau bangunan milik
pemerintahan yang dilakukan revitalisasi. Bagi peneliti terlihat Pasar Pujasera
Lama tersebut memiliki perubahan yang signifikan setelah adanya revitalisasi.
Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan analisis revitalisasi pasar pujasera
lama terhadap pembangunan infrastruktur di Kuningan Jawa Barat.
C. Sampel dan Sumber Data Penelitian
Miles dan Huberman dalam Sulistiyono (2013: 42) pemilihan informan
dipilih didasarkan hal berikut yaitu sample harus menghasilkan deskripsi yang
dapat dipercaya/penjelasan (dalam arti yang berlaku untuk kehidupan nyata).
Salah satu aspek dari validitas penelitian kualitatif berkaitan dengan apakah
ia menyediakan benar-benar meyakinkan penelitian dan penjelasan tentanf
apa yang diamati. Kriteria ini juga dapat mengangkat isu-isu reliabilitas dari
sumber informasi, dalam arti apakah mereka lengkap, dan apakah mereka
tunduh pada bias penting yang akan mempengaruhi jens penjelasan yang
dapat didasarkan atas mereka.
Sugiyono (2013: 300-301) Penelitian kualitatif teknik sampling yang
sering digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Seperti
telah dikemukakan bahwa, Purposive sampling adalah teknik pengambilan
sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini,
misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan
peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti. Selain itu snowball
sampling adalah teknik pengambilan sumber data yang pada awalnya
jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari
jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan data yang
lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber
data. Dengan demikian jumlah sample sumber data akan semakin besar,
seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar. Kemudian
penentuan sample dalam kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki
lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent sampling design).
Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan
memberikan data yang diperlukan. Selanjutnya berdasarkan data atau
informasi yang diperoleh dari sample sebelumnya itu, peneliti dapat
menetapkan sample lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data
lebih lengkap.
Sutopo dalam setiawati (2010: 41) mengatakan, “sumber data dalam
penelitian kualitatif secara menyeluruh berupa narasumber atau informan;
peristiwa atau aktivitas; tempat atau lokasi; benda, beragam gambar dan
rekaman; dokumen dan arsip’. Dari berbagai sumber data tersebut beragam
informasi dapat digali untuk menjawab dan memahami maslah yang telah
dirumuskan.
Mahdi dan Mujahidin (2014: 132) menyatakan bahwa sumber data
penelitian ada dua jenis, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumbernya langsung.
Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang
sudah ada dan mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti atau
sumber data pelengkap yang berfungsi sebagai pelengkap data-data yang
diperlukan oleh data primer. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber secara langsung
oleh peneliti melalui wawancara dan observasi terhadap informan
penelitian. Data ini diambil dengan cara wawancara, observasi dan
dokumentasi kepada narasumber yang menguasai permasalahan dalam
penelitian ini dan Data di ambil dari Pasar Pujasera Lama untuk
mendapatkan informasi langsung mengenai analisis revitalisasi pasar
pujasera lama terhadap pembangunan infrastruktur di Kuningan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai macam sumber lainnya, seperti dokumen, artikel, sumber dari
arsip dokumen pribadi dan lain sebagainya. Sehingga data sekunder dalam
penelitian ini diambil informasi dari berbagai dokumen penunjang, artikel
penunjang dan arsip dokumen lainnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Kriyantono dalam Sulistiyono (2015: 44) metode pengumpulan data
adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data. Ada beberapa teknik atau metode pengumpulan data
yang biasanya dilakukan oleh peneliti. Peneliti dapat menggunakan salah satu
atau gabungan dari metode yang ada tergantung masalah yang di hadapi.
Sugiyono (2013: 308-309) Teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. Dalam pengumpulan data pada penelitian kualitatif ini merupakan
suatu bagian dalam kegiatan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
data yang akurat, terperinci dan dapat dipercaya serta dipertanggung
jawabkan. Maka dalam penelitian ini menggunakan teknik obsevasi,
wawancara dan juga dokumentasi (berupa gambar ataupun rekaman serta
video)
1. Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2013: 310) mengemukakan bahwa, observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenain dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Dalam penelitian kualitatif ini data dikumpulkan
menggunakan teknik pengambilan data observasi partisipatif.
Stainack dalam Sugiyono (2013: 311-312) menyatakan “in participant
observation, the researcher observes what people do, listen to what they say,
and pasrticipates in their activites” dalam observasi partisipasi, peneliti
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka
ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Kemudian dalam
penelitian kualitatif pada pengumpulan data dengan menggunakan teknik
partisipasi pasif.
Partisipasi pasif (passive participation) adalah means the research is
present at the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam
hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati tetapi tidak ikut
terlibat dalam kegiatan tersebut.
Observasi yang dilakukan peneliti dalam hal ini dapat melihat secara jelas
kenyataan kondisi masyarakat pasar dalam revitalisasi pasar Pujasera Lama.
Kemudian dalam penelitian ini peneliti datang langsung ke lokasi penelitian di
pasar Pujasera Lama Kuningan Jawa Barat. Observasi dalam partisipasi pasif
dilakukan dalam tahap penelitian sebagai berikut:
a. Observasi pengenalan lokasi
Observasi dalam pengenalan lokasi ini yaitu peneliti mencari
informasi akan gambaran umum pada lokasi revitalisasi. Kemudian
peneliti menyampaikan serta menjelaskan maksud dari kedatangan peneliti
ke lokasi tersebut pada masyarakat pasar Pujasera Lama.
b. Observasi lanjutan
Observasi lanjutan yaitu peneliti mengamati secara mendalam akan
kondisi atau suatu keadaan bangunan infrastruktur pemerintah Kabupaten
Kuningan yang telah dilakukannya revitalisasi pasar Pujasera Lama
dengan meneliti proses jual beli ataupun keadaan aktivitas di sekitar pasar
Pujasera Lama.
2. Wawancara
Stainback dalam Sugiyono (2013: 318) menjelaskan bahwa dengan
wawancara maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang
terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Kemudian
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara
mendalam untuk dapat memperoleh data-data yang valid tentang analisis
revitalisasi pasar Pujasera Lama terhadap pembangunan infrastruktur di
Kuningan Jawa Barat. Wawancara mendalam dalam penelitian ini yaitu
dengan mengajukan pertanyaan kepada nnarasumber tentang permasalahan
yang sedang diteliti.
Esterberg dalam Sugiyono (2013: 319) mengemukakan beberapa macam
wawancara, yaitu “Wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak
terstruktur”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara
semiterstruktur. Peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur karena
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Tujuan peneliti menggunakan jenis wawancara semiterstruktur yaitu untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka mengenai analisis revitalisasi
pasar pujasera lama terhadap pembangunan infrastruktur di Kuningan, dimana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat serta ide-ide yang mereka
miliki. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan di
luar pedoman yang telah dibuat.
3. Dokumentasi
Sugiyono (2013: 329) dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup,
sketsa dan lain-lain.
Peneliti dalam penelitiannya mengambil teknik dokumentasi data berupa
gambar serta kernyataan lainnya yang terjadi dilapangan. Dengan tujuan
untuk melengkapi pengumpulan data serta sekaligus sebagai bukti pendukung
observasi dan wawancara. Kemudian peneliti mengambil dokumentasi dengan
menggunakan Handphone pribadi peneliti untuk mengabadikan kondisi serta
situasi pasar Pujasera Lama.
Dokumentasi ini berupa foto subjek penelitian, informan, kondisi fisik
bangunan, kondisi situasi pasar Pujasera Lama, serta hal yang berhubungan
dengan hal-hal pada perubahannya kondisi setelah di revitalisasi. Kemudian
foto atau gambar lainnya yang mendukung penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2013: 305-306) dalam penelitian kualitatif, yang menjadikan
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu
peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti
kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.
Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap
pemahaman metode peneliti kualitatif, penguasa wawasan terhadap bidang
yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara
akademik maupun logistik yang melakukan validitas adalah peneliti sendiri,
melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif,
penguasa teori dan wawancara terhadap bidang yang diteliti serta kesiapan
dan bakal memasuki lapangan.
Penelitian kualitatif sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian
masih belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang
diharapkan, semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian memasuki obyek
penelitian. Oleh karena itu penelitian kualitatif “the research is the key
instrument”.
Instrument penelitiannya adalah peneliti itu sendiri di mana Peneliti
merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Instrument penelitian
adalah alat yang digunakan oleh seorang peneliti untuk mengumpulkan data
pada saat penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
instrument penelitiannya sebagai berikut:
1. Pedoman wawancara
Untuk mencari kebenaran dari suatu informasi maka diperlukan suatu
pedoman wawancara
2. Pedoman observasi
Pedoman observasi adalah alat yang digunakan untuk memulai analisis
pada saat proses aktivitas jual beli atau aktivitas pasar berlangsung.
F. Teknik Analisis Data
Bogdan dalam Sugiyono (2013: 334) mengemukakan bahwa analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasi data,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Data collection
(Pengupulan Data)

Data Display

(Penyajian Data)

Data Reduction
(Reduksi Data)

Conclutions Drawing
(Kesimpulan/Verivikasi)

Gambar 3.1 Komponen dalam analisis data (interactive model)


Sumber: Sugiyono (2013)
G. Pengujian Keabsahan Data
Sugiyono (2013: 366) menyatakan bahwa “Uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability
(validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability
(obyektivitas)”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas
dalam menguji keabsahan data ini dilakukan dengan menggunakan
triangulasi, triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi referensi.
Berikut merupakan penjelasan mengenai triangulasi, triangulasi teknik dan
triangulasi referensi yang digunakan oleh peneliti.
1. Triangulasi
Sugiyono (2013: 372) Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu. Kemudian dalam penelitian ini peneliti menggunakan
triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi referensi dengan berikut
penjelasannya.
2. Triangulasi Sumber
Sugiyono (2013: 373) Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Dalam penelitian ini yaitu mengujikan data dari
penanggung jawab pasar Pujasera Lama, kemudia peneliti mengecek data
melalui pedagang dan pengunjung pasar Pujasera Lama. Seteah itu dari ketiga
data tersebut di deskripsikan, dikategorikan, dipilah dan dipilih mana yang
memiliki pandangan sama ataupun mana yang memiliki pandangan berbeda
serta yang lebih spesifik dari ketiga narasumber tersebut.
3. Triangulasi teknik
Sugiyono, (2013: 373) mengungkapkan bahwa triangulasi teknik untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda. Misalnya dalam
penelitian ini, peneliti memperoleh data tentang analisis revitalisasi pasar
pujasera lama melalui wawancara, kemudian dicek dengan observasi dan
dokumentasi. Begitu pula dengan data mengenai revitalisasi pasar Pujasera
Lama terhadap pembangunan infrastruktur.
4. Menggunakan Bahan Referensi
Sugiyono (2013: 375) berpendapat bahwa “Dalam laporan penelitian,
sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto
atau dokumentasi autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya”. Data-
data dalam penelitian ini dilengkapi dengan foto yang berkaitan dengan
analisis revitalisasi pasar pujasera lama terhadap pembangunan infrastruktur
di Kuningan.
H. Jadwal Penelitian
Bulan
No Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 Pengajuan Judul

2 Penyusunan

proposal

3 Seminar Proposal

4 Revisi Proposal

5 Pelaksanaan

Penelitian

6 Penyusunan Skripsi

7 Bimbingan Skripsi

8 Sidang Skripsi

9 Revisi Skripsi

10 Penggandaan
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2012. Pendidikan Kewirausahaan. Yogyakarta: GAVA MEDIA

Dewi, Putri Tunggal. 2018. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR


TRADISIONAL SRAGO KABUPATEN KLATEN TERHADAP
KESEJAHTERAAN PEDAGANG. Skripsi Universitas Islam Indonesia
Fakultas Ekonomi Yogyakarta

Duwit, Beatrix, dkk. 2015. PERSEPSI PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP AREA
BERJUALAN SEPANJANG JALAN PASAR PINASUNGKULAN
KAROMBASAN MANADO. Sabua Vol 7(2)

Keusuma, Cut Nanda dan Suriani. 2015. PENGARUH PEMBANGUNAN


INFRASTRUKTUR DASAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI
INDONESIA. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Pembangunan Vol. 4(1)

Maryaningsih, Novi, dkk. 2014. PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP


PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA. Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan Vol 17(1)

Mahdi, Adnan dan Mujahidin. 2014. Panduan Penelitian Praktis untuk Menyusun
Skripsi, Tesis, & Disertasi. Bandung: Alfabeta

Nasution, Yenni Samri Julianti. 2012. Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi
Islam. Media Syari’ah Vol 14(1)

Nida, Mufna Mubdiatun. 2014. Evaluasi Kebijakan Revitalisasi Pasar Tradisional di


Kota Surakarta. Biro Penerbit Planolog Undip Vol10(2)

Posumah, Ferdy. 2015. PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


TERHADAP INVESTASI DI KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Jurnal
berkala ilmiah efisiensi Vol 15(02)

Rahmi, Ain. 2015. Mekanisme Pasar dalam Islam. Jurnal Ekonomi Bisnis dan
Kewirausahaan Vol 4(2)

Rusham. 2016. ANALISIS DAMPAK PERTUMBUHAN PASAR MODEREN


TERHADAP EKSISTENSI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN BEKASI.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Manajemen dan Kewirausahaan “Optimal” Vol 10(2)
Sasanto, Reza dan Yusuf, Muhammad. 2010. IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK
PASAR TRADISIONAL DIWILAYAH JAKARTA SELATAN (STUDI KASUS:
PASAR CIPULIR, PASAR KEBAYORAN LAMA, PASAR BATA PUTIH, DAN
PASAR SANTA). Jurnal PLANESA™ Vol 1(1)

Setiawati, Devi. 2010. Persepsi Remaja Mengenai Pendidikan Seks (Studi Deskriptif
Kualitatif Pada Pelajar SMA Negeri 4 Magelang). Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Stutiari, Ni Putu Eka dan Arka, Sudarsana. 2019. DAMPAK REVITALISASI PASAR
TRADISIONAL TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DAN TATA
KELOLA PASAR DI KABUPATEN BANDUNG. E-Jurnal EP Unud Vol 8(1)

Sucipto, Hadi. 2017. PENGATURAN PASAR TRADISIONAL PUSAT


PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DALAM MEWUJUDKAN
PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT MENURUT HUKUM POSITIF
INDONESIA. Jurnal IUS Vol 5(3)

Sugiyono. 2015. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN. BANDUNG: ALFABETA

Sugiyono. 2013. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (Pendekatan kuantitatif,


kualitatif dan R&D). BANDUNG: ALFABETA

Suhadak, Mega Lestari. 2019. PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEMERATAAN EKONOMI
INDONESIA. Jurnal Administrasi Bisnis Vol 70(1)

Sukwika, Tatan. 2018. Peran Pembangunan Infrastruktur terhadap Ketimpangan


Ekonomi Antarwilayah di Indonesia. Jurnal Wilayah dan Lingkungan Vol 6(2)

Sulistiyono. 2015. STUDI KUALITATIF DESKRIPTIF PERILAKU KONSUMEN


RILISAN FISIK VYNIL DI YOGYAKARTA. Skripsi Program Studi Manajemen
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Sulistyo, Heru dan Cahyono, Budhi. 2010. MODEL PENGEMBANGAN PASAR


TRADISIONAL MENUJU PASAR SEHAT DI KOTA SEMARANG. EKOBIS
Vol 11(2)

Sunyoto, Danang. 2013. Kewirausahaan untuk Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai