Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

SEMINAR ARSITEKTUR

Revitalisasi Pasar Tradisional Rajawali, Palangkaraya Dengan Pendekatan


Ars. Ekologi

Di Susun Oleh :
Chantika Dian Mentari Kurniawan (193030502058)
Helsa Felia Meilani Samosir (193030502050)

Dosen Koordinator :
Dr. Indrabakti Sangalang ST., MT.
NIP. 19750111 200003 1 003

Dosen Pembimbing :
Joni W. Usop, S.Sn., M.Ds.
NIP. 19810614 200604 1 003

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan laporan Seminar Arsitektur
yang berjudul “Revitalisasi Pasar Tradisional Rajawali, Palangkaraya Dengan
Pendekatan Ars. Ekologi”.
Sebagai salah satu persyaratan mata kuliah Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Palangka Raya. Dalam proses penulisan seminar penelitian ini, penulis banyak
dibantu oleh berbagai pihak yang telah mengusulkan penyempurnaan kalimat, menunjukan
kesalahan-kesalahan dan meyarankan untuk pembahasan yang perlu ditambahkan atau
dibuang serta data yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Indrabakti Sangalang, ST., MT. selaku Dosen Koordinator Seminar serta
Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya.

2. Bapak Joni W. Usop, S.Sn., M.Ds. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk membimbing kami.

3. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan doa serta dukungan moral dan
materilnya selama ini.

4. Masyarakat maupun warga di Kawasan Pasar Rajawali yang bersedia diwawancarai


dan memberikan informasi yang jelas.

5. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas


Palangka Raya yang turut mendukung dan mendoakan kami.

Kami sadar bahwa penulisan Laporan Seminar Arsitektur ini masih terdapat banyak
kekurangan, karena keterbatasan ilmu dan referensi, maupun data yang kami miliki. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, semoga
bisa membawa manfaat dalam ilmu pengetahuan arsitektur dan bidang ilmu lainnya.

Palangka Raya, 04 April 2023


Penulis,
ABSTRAK
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pasar tradisional merupakan pasar yang berperan penting dalam memajukan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara alamiah. Keberadaan pasar
tradisional ini sangat membantu, tidak hanya bagi pemerintah daerah ataupun pusat tetapi juga para
masyarakat yang menggantungkan hidupnya dalam kegiatan berdagang, karena didalam pasar
tradisional terdapat banyak aktor yang memiliki arti penting dan berusaha untuk menyejahterakan
kehidupannya baik itu pedagang, pembeli, pekerja panggul dan sebagainya. Mereka semua adalah
aktor yang berperan penting dalam mempertahankan eksistensi pasar tradisional di Indonesia.

Dalam pasar tradisional terdapat banyak interaksi yang tidak ditemukan dalam pasar modern,
dimana para pedagang pasar tradisional tidak membeli suatu barang dagangan yang akan mereka
jajakan di tokonya dalam jumlah yang besar dari agen, hal ini disebabkan karena keterbatasan modal
yang mereka miliki tidak mencukupi untuk membeli barang-barang dalam jumlah yang besar
kemudian juga mereka tidak memiliki fasilitas yang lengkap untuk menyimpan barang dagangan
terlalu banyak karena pedagang tidak memiliki tempat yang luas untuk menyimpan barang
dagangannya seperti yang terlihat pada pasar modern.

Perkembangan globalisasi, laju kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan perubahan sistem nilai
telah membawa perubahan. Perubahan terhadap pola kehidupan dan kebutuhan masyarakat. Untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat muncul berbagai fasilitas perbelanjaan, pasar
sebagai salah satu fasilitas perbelanjaan selama ini sudah menyatu dan memiliki tempat penting
dalam kehidupan masyarakat.

Bagi masyarakat, pasar bukan sekedar tempat bertemunya penjual dan pembeli, pasar juga wadah
interaksi sosial dan representasi nilai-nilai tradisional. Pasar tradisional merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara
langsung. Bangunan biasanya terdiri dari toko atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh
penjual maupun suatu pengelola pasar.

Pengelolaan pasar dan kondisi lingkungan pasar menjadi masalah utama pada pasar tradisional
(Marhaeni, 2017). Pandangan masyarakat terhadap pasar tradisional mengalami perubahan dimana
saat ini pasar tradisonal memiliki citra buruk. Citra buruk pasar tradisional muncul dari kondisi
lingkungan pasar tradisonal yaitu terkait dengan kebersihan, keamanan, dan kenyamanan (Marhaeni,
2017). Untuk menghilangkan citra buruk tersebut dan mempertahankan eksistensinya maka pasar
tradisional perlu dirubah dan diperbaiki melalui proses revitalisasi.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 8 Tahun 2010 tentang Pedoman Revitalisasi
Kawasan, Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan/ kawasan melalui pembangunan
kembali dalam satu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya (pasal 1 ayat 1).
Revitalisasi dilakukan dengan tujuan agar pasar lebih bersih, nyaman, dan sehat, sehingga dapat
memperkuat eksistensi pasar dan mampu bersaing dengan toko modern. Revitalisasi pasar
mencangkup perbaikan aspek fisik, aspek manajemen, aspek ekonomi dan aspek sosial budaya.
Perbaikan aspek fisik pasar tradisonal dapat meningkatkan jumlah kunjungan masyarakat belanja di
pasar tradisonal (Putra & Yasa, 2017). Kenyamanan dan kepuasan dalam berbelanja di pasar
tradisional merupakan prioritas utama bagi pemerintah dan pengelola pasar dalam merevitalisasi
pasar. Sarana prasarana, kebersihan, keamanan, dan pelayanan menjadi hal yang sangat diperhatikan
karena dalam hal ini yang memanfaatkan pasar tradisional adalah masyarakat itu sendiri. Penelitian
Marhaeni (2017) bahwa konsumen merasa puas terhadap revitalisasi pasar tradisional seperti
penerapan zonasi pedagang, tingkat harga, manajemen pasar, pemeliharaan sarana pasar, kebersihan,
kenyamanan, keindahan dan kerapian pasar.

Kota Palangkaraya terletak di Provinsi Kalimantan Tengah yang memiliki beberapa jenis
pasar modern dan tradisional. Salah satu contoh pasar tradisional adalah Pasar Besar, Pasar Kahayan,
Pasar Badak dan Pasar Rajawali. Pasar tradisional Rajawali yang terletak di Jalan Rajawali Km. 4,5,
Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Pasar ini Pada mulanya hanya dimukim oleh beberapa penjual
dan pembeli namun seiring dengan perkembangan zaman, saat ini pasar Rajawali dijadikan sebagai
pasar tradisional yang gemar dikunjungi oleh masyarakat disekitarnya. Pada Pasar Rajawali terdapat
lapak berjumlah 160 yang terdiri dari lapak yang hanya beralaskan terpal dan beberapa dinding toko,
juga terdapat fasilitas pendukung lainnya seperti musholla dan kamar mandi umum. Pasar Rajawali
beroperasi setiap hari pada waktu pagi pukul 05.30 WIB sampai pukul 21.00 WIB malam.

Pembentukan nama pasar Rajawali diambil dari nama alamat pasar tersebut. Pasar tradisional
Rajawali berdiri sejak tahun 2012, belum bisa dipastikan tahun berdirinya. Bahkan orang yang
menetap disekitar Pasar Rajawali juga tidak bisa memastikan kapan orang-orang mulai berjualan di
pasar ini. Pada saat itu pedagang hanya terdapat lapak-lapak kecil dibelakang pasar, namun seiring
waktu berjalan pembangunan lapak di daerah depan pasar dilanjutkan dan seiring dengan berjalannya
waktu kebersihan serta jumlah lapak mulai meningkat.

Terdapat tiga akses masuk dan keluar pasar tradisional Rajawali, pertama dilalui Jalan
Rajawali bagian depan dari pasar, kedua dapat di akses pada Jalan Haruan yaitu bagian area belakang
pasar, dan ketiga dapat di akses pada Jalan Behau pada area depan samping pasar.
Zona pasar Rajawali terbagi menjadi tiga. Zona pertama, yaitu pada area depan pasar yang menjual
makanan seperti kue tradisional. Pada zona kedua, pada area lapak yang menjual sembako hingga
perlengkapan rumah tangga. Zona ketiga, adalah area penjual menjual sayur dan ikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung pasar, pedagang pasar serta pihak
pengelola pasar, mereka tidak cukup puas terhadap bangunan pasar, penataannya, sarana dan
prasarananya.
Pada utama akses masuk pada Jalan Rajawali di depan area toko, akses utama jalan rusak sehingga
jika terjadi hujan, area jalan banjir dan membahayakan pengguna jalan. Adanya tumpukan sampah
yang berserakan pada depan lapak, toko dan pelataran pedagang. Bangunan toko sudah ada yang
rusak dan tata hijau yang kurang pada area kawasan pasar terutama pada area parkir sehingga
membuat penghawaan udara menjadi panas. Pencahayaan pada siang hari cukup baik namun
diperlukan tambahan cahaya lampu dikarena jarak antar lapak dan ruang sirkulasi cahaya yang kurang
baik. Dimensi lapak yang kecil sehingga pedagang yang menggelar dagangannya dilorong pasar
membuat pengunjung merasa kurang nyaman.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang bejudul “Revitalisasi Pasar Tradisional Rajawali, Palangkaraya Dengan Pendekatan Ars.
Ekologi” revitalisasi pasar akan sangat memengaruhi keberadaan dan kelestarian pasar Rajawali
dengan mempertimbangkan berbagai aspek kenyamanan, kebersihan, kerapian dan keamanan
lingkungan pasar.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang terjadi adalah semakin
bertambahnya lapak yang tidak tertata yang tidak diimbangi dengan kualitas lingkungannya seperti
meningkatnya lapak-lapak penjual dilorong pasar karena ukuran lahan yang kecil sehingga
mengakibatkan beberapa masalah seperti, akses pejalan kaki terganggu, akses jalan rusak, tumpukan
sampah, bangunan toko yang rusak, kurangnya tata hijau, penghawaan dan dimensi lapak. Serta
kurangnya vegetasi pada area lapak sehingga ketika hujan mengakibatkan akses sirkulasi lapak
cenderung tergenang air.

1.3 RUMUSAN MASALAH


Bagimana menganalisa pengembangan pasar tradisional rajawali dengan pendekatan Arsitektur
Ekologi adapun masalah bangunan pasar yang kurang menarik perhatian pengunjung kebanyakan
lapak menggunakan atap terpal, tidak memiliki batas pasar dan penempatan lapak, toko dan lain-lain
yang kurang teratur serta mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan masyarakat Pasar Rajawali.
Serta akses lapak yang kurang memadai pengunjung maupun pedagang pada lapak pasar Rajawali.

1.4 TUJUAN DAN SASARAN


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah di uraikan diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kendala dan permasalahan yang masyarakat palangkaraya alami di pasar
tradisional baik penjual maupun pembeli. Serta melakukan pengembangan lapak pasar dan
lingkungan pasar berupa pembangunan lapak pasar yang lebih layak dan nyaman bagi penjual dan
pembeli menggunakan pendekatan arsitektur ekologi.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


Hasil survei ini dapat menjadi acuan dalam penataan lapak di pasar tradisional rajawali dengan
menggunakan pendekatan arsitektur ekologi, sehingga lingkungan pasar tradisional rajawali menjadi
bersih, terawat, dan tertata.

1.6 METODE PENELITIAN


Metode yang digunakan adalah metode kualitatif berdasarkan data – data pada lapangan baik survei
maupun wawancara untuk menganalisa perkembangan pasar rajawali termasuk sarana dan prasarana
yang ada.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pertama, merupakan bagian awal penulisan yang berisikan Latar Belakang, Identifikasi
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Sasaran, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika
Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab kedua, membahas kajian terhadap teori-teori yang menjadi landasan untuk mendukung
penelitian ini, diantaranya adalah teori tentang revitalisasi, pengertian pasar tradisional, revitalisasi
pasar, pengertian arsitektur ekologi, prisip-prinsip ekologi dan kriteria rumah sehat dan ekologis.
BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ketiga, berisikan metode penelitian, metode pendekatan, dan metode pengumpulan data
yang dilakukan dalam studi ini, yang menguraikan tentang, kondisi fisik bangunan pasar tradisional
rajawali, tata letak lapak dan pedagang kaki lima, serta kondisi eksisting di kawasan pasar tradisional
rajawali KM 4,5 Palangka Raya.

BAB IV GAMBAR WILAYAH PENELITIAN

Dalam bab empat, menguraikan tentang tinjauan umum pasar tradisional rajawali, Gambaran kegiatan
pengguna pedangang dan pembeli di pasar tradisional rajawali KM 4,5 Palangka Raya.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab lima, memuat hasil perbandingan teori pada BAB II dengan eksisting pada BAB IV dan analisa
pengembangan pasar tradisional rajawali berdasarkan penataan toko dan lapak yang ada di kawasan
pasar tradional rajawali KM 4,5 Palangka Raya

BAB VI KESIMPULAN

Pada bab enam, berisikan kesimpulan dari hasil analisis serta rekomendasi yang didapat sebagai hasil
akhir dari laporan penelitian

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN REVITALISASI

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya
pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada
tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik,
aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan
potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo, 2002). Menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 tahun 2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan,
Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan/ kawasan melalui pembangunan kembali
dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya (pasal 1 ayat 1).
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya (pasal 1 ayat 4).
Menurut Departemen Kimpraswil, revitalisasi adalah rangkaian upaya menghidupkan kembali
kawasan yang cenderung mati, meningkatkan nilai-nilai vitalitas yang strategis dan signifikan dari
kawasan yang masih mempunyai potensi dan atau mengendalikan kawasan yang cenderung kacau
atau semrawut.

2.2 PENGERTIAN PASAR TRADISIONAL

Menurut Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, pasar tradisional adalah pasar yang dibangun
dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los
dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi
dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar
menawar.

Samuelson dan Nordhaus (2000) mengemukakan pasar tradisional adalah suatu bentuk pasar nyata
sebagaimana definisi pasar, dimana barang yang diperjual belikan bisa dipegang oleh pembeli dan
memungkinkan terjadinya tawar menawar secara langsung antara penjual dan pembeli. Barang yang
diperjual belikan di pasar tradisional biasanya adalah barang kebutuhan sehari-hari. Sedangkan,
menurut Gallion (1986) pasar tradisional merupakan bentuk yang paling awal dari pasar yang terdiri
dari deretan stan atau lapak yang berada di ruang terbuka. Pada umumnya lapak atau toko di pasar
tradisional tersebut terletak di sepanjang jalan utama dekat pemukiman penduduk. Sejak dahulu para
pedagang dan petani sudah banyak melakukan pertukaran hasil pertanian di tempat tersebut.

2.3 REVITALISASI PASAR

Menurut Paskarina, dasar pertimbangan melakukan kerjasama merevitalisasi pasar tradisional adalah
agar berubahnya pandangan pasar yang tidak hanya sebagai pusat interaksi ekonomi, namun juga
sebagai ruang publik yang difokuskan pada upaya memperbaiki jalur distribusi komoditas yang
diperjualbelikan. Fungsi pembangunan pasar juga diharapkan tidak hanya mencari keuntungan
finansial dan merupakan langkah untuk meningkatkan perekonomian perdagangan kecil serta perlu
melibatkan pengembang untuk dikelola secara kreatif. Menurut Ahmad Heri Firdaus, revitalisasi
pasar sangat bagus untuk menarik kembali konsumen-konsumen agar mau berbelanja ke pasar dan
juga meningkatkan akses masyarakat terhadap kebutuhan utama. Dengan semakin ramainya pasar
tradisional, maka kesempatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk semakin
berkembang jadi luas.

2.4 PENGERTIAN ARSITEKTUR EKOLOGI


Menurut Ernst Haeckel (1866), ekologi adalah ilmu pengetahuan komprehensif tentang hubungan
organisme terhadap lingkungan hidupnya. Menurut Yuliani (2013) Ekologi Arsitektur merupakan
sebuah konsep yang memadukan ilmu lingkungan dan ilmu arsitektur. Ekologi Arsitektur memiliki
orientasi utama pada model pembangunan yang memperhatikan keseimbangan lingkungan alam dan
lingkungan buatan yang harmonis antara lingkungan, manusia dan bangunan. Heinz Frick (1998)
berpendapat bahwa, eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam
arsitektur, karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun
mencakup keselarasan antara manusia dan alam. Eko-arsitektur mengandung juga dimensi
waktu, alam, sosio-kultural, ruang dan teknik bangunan. Oleh karena itu eko arsitektur adalah
istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang.

2.5 PRINSIP ARSITEKTUR EKOLOGI

Desain ekologis menciptakan bangunan hijau yang menurut Brenda dan Robert Vale (1996), akan
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut;
Hemat energi
Menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi
yang sudah sangat langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali.
Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami
Melalui pendekatan Green architecture dan Bioclimatic design, bangunan menyesuaikan dan
beradaptasi dengan iklim, lingkungan dan keadaan sekeliling baik saat perencanaan, pembangunan
dan pengoperasian.
Menanggapi keadaan tapak pada bangunan
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapak. Hal ini dimaksudkan keberadaan
bangunan, baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasian bangunan tidak merusak lingkungan
sekitar. Sehingga, jika nanti bangunan sudah tidak terpakai, tapak asli masih ada dan tidak banyak
berubah.
Memperhatikan pengguna bangunan
Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi
kebutuhan, kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan.
Meminimalkan sumber daya baru
Suatu bangunan seharusnya dirancang dengan mengoptimalkan material yang ada dan tidak
berbahaya bagi ekosistem dengan meminimalkan penggunaan material baru, di mana pada akhir umur
bangunan dapat digunakan kembali untuk membentuk tatanan arsitektur lain.
Holistik Suatu bangunan harus memiliki pemikiran yang menyatakan bahwa sistem alam semesta,
baik yang bersifat fisik, kimiawi, hayati, sosial, ekonomi, mental-psikis dan kebahasaan serta segala
kelengkapannya harus dipandang sebagai sesuatu yang utuh dan bukan merupakan kesatuan dari
bagian-bagian yang terpisah.

2.6 KRITERIA BANGUNAN SEHAT DAN EKOLOGIS


Berdasarkan buku arsitektur ekologis versi Heinz Frick(2007), kriteria banguanan sehat dan
ekologis , antara lain :
Menciptakan kawasan hijau diantara kawasan bangunan
Memilih tapak bangunana yang sesuai Menggunakan bahan bangunan buatan lokal
Menggunakan ventilasi alam dalam bangunan
Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu mengalirkan uap air.
Menjamin bahwa bangunan tidak menimbulkan permasalahan lingkungan Menggunakan energi
terbarukan
Menciptakan bangunan bebas hamtan (dapat digunakan semua umur)

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 PENDEKATAN

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif sebagai metode ilmiah yang
digunakan dan dilaksanakan oleh sekelompok peneliti dalam bidang ilmu sosial, termasuk ilmu
pendidikan. Metode kualitatif membantu ketersediaan diskripsi yang kaya atas fenomena. Kualitatif
mendorong pemahaman atas substansi dari suatu peristiwa. Dengan demikian, penelitian kualitatif
tidak hanya untuk memenuhi keinginan peneliti untuk mendapatkan gambaran/penjelasan, tetapi juga
membantu untuk mendapatkan penjelasan yang lebih dalam (Sofaer, 1999).
Creswell (2007, p. 45-47) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian kualitatif yang baik, antara
lain:
a. peneliti menggunakan prosedur mendapatkan data yang tepat.
b. Peneliti membatasi penelitian di dalam asumsi dan karakteristik dari pendekatan kualitatif.
c. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitiannya.
d. Peneliti memulai penelitian dengan satu fokus.
e. Penelitian berisi metode yang rinci, pendekatan yang tepat dalam pengumpulan data, analisis data,
dan penulisan laporan.
f. Peneliti menganalisis data menggunakan pemisahan analisis dalam beberapa level.
g. Peneliti menulis secara persuasif, sehingga pembaca dapat merasakan pengalaman yang sama.
E. Proses penelitian dengan pendekatan kualitatif
Dalam hal pengumpulan data, Gill et. al. (2008) mengemukakan terdapat beberapa macam metode
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yaitu observasi, analisis visual, studi pustaka, dan
interview (individual atau grup). Namun demikian, yang paling popular adalah menggunakan metode
interview dan focus group discussion (FGD). Selanjutnya data yang berhasil dikumpulkan, dianalisis
untuk dapat memahami dan mendapatkan kesimpulan dalam penelitian tersebut.

3.2 VARIABEL

Variabel penelitian ini menggunakan variabel yang didapatkan dari pasar tradisional rajawali,
penelitian pasar tersebut terdiri dari 5 aspek yaitu berdasarkan kondisi bangunan pasar, jalan
dilingkungan pasar, drainase lingkungan, pengelolaan persampahan, dan juga penataan ruko pasar.

3.2.1 TUJUAN PENELITIAN KUALITATIF

Tujuan penelitian kualitatif menurut Kriyantono adalah untuk menjelaskan suatu fenomena dengan
sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data sedalam-dalamnya pula, yang menunjukkan
pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang diteliti. Pada penelitian kualitatif, semakin
mendalam, teliti, dan tergali suatu data yang didapatkan maka dapat dikatakan semakin baik pula
kualitas penelitian. Namun dari segi jumlah responden atau objek penelitian, kualitatif memiliki objek
yang lebih sedikit dibanding kuantitatif karena lebih mengedepankan kedalaman data bukan kuantitas
data.

3.3 TAHAP PENELITIAN

Tahap pertama, menetapkan focus penelitian pertanyaan tentang berbagai masalah yang ingin
diketahui jawabannya melalui kegiatan penelitian. Fokus penelitian memberi “batas” terkait dengan
masalah yang akan diteliti dan memberikan pengarahan selama proses penelitian berlangsung.
Menentukan Setting penelitian berkaitan dengan lokasi dan waktu penelitian serta subjek Penelitian
dengan informan. Pengumpulan data yang dapat digunakan, seperti observasi (pengamatan) dan
wawancara mendalam (in-depth interview). Pengolahan data dengan mengklasifikasikan atau
mengkategorikan data berdasarkan fokus penelitian. Analisis data yang dianggap penting dan sesuai
dengan topik penelitian akan dikaitkan dengan teori yang relevan. Penyajian data disajikan dalam
bentuk teks naratif, gambar, dan tabel. Data kualitatif disajikan ke dalam bentuk kutipan-kutipan
langsung dari hasil wawancara dengan informan.

3.4 PENDEKATAN ANALISA

Analisa arsitektur ekologi


Pengumpulan data penelitian dari instansi maupun sumber data lain yang menunjang RT RW dan
sebagainya. Menggunakan metode observasi pengumpulan data, analisis permasalahan dan penentuan
strategi. Adapun data yang dikumpulkan merupakan dokumetasi objek fisik seperti, ruko, jalan dan
aktivitas yang terdapat di wilayah penelitian. Hal ini, mempermudah mengidentifikasi objek
pengolahan lingkungan, pengolahan bangunan dan keterlibatan manusia dalam pembangunan yang
harmonis. Setelah mendapatkan data yang diperlukan perencanaan terhadap aktivitas dan kebutuhan
ruang berdasarkan kebutuhan objek pusat penelitian, yang dilanjutkan dengan menguraikan aplikasi
prinsip-prinsip arsitektur ekologi.

3.3 PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Pengumpulan data dan pengolahan data dan pengolahan data dilakukan beberapa aktifitas yaitu :
1. Survey
2. Kusioner atau wawancara secara tertutup
3. Wawancara secara terbuka
4. Kajian studi literatur dan jurnal yang terkait dengan revitalisasi pasar tradisional
5. Studi banding melakukan eksplorasi pada kawasan pasar tradisional

Anda mungkin juga menyukai