Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yehezkiel Yogi Saputra

NIM : 41219210008

Mata Kuliah : Kewarganegaraan

Penyebab sebuah negara runtuh dan muncul Negara baru

Menjaga keutuhan sebuah negara merupakan salah satu pekerjaaan yang tidak mudah. Diperlukan
kekompakan dari warga negaranya dan juga pemerintahan yang ada. Hal-hal yang dapat merusak persatuan di dalam
suatu negara adalah perbedaan ideologi yang dimiliki oleh warga negaranya. Sebuah negeri dapat didefinisikan
sebagai alat untuk menguasai yang diklaim dengan konsep kedaulatan tertentu. Selama ribuan tahun, kebangkitan
dan kejatuhan sebuah negara/bangsa bukan sesuatu hal aneh dan bisa terjadi kapan saja. Banyak factor yang
mempengaruhi di dalam runtuhnya sebuah negara. Robert I. Rotberg dalam bukunya berjudul Failed States,
Collapsed States, Weak States: Causes and Indicators (2011) menyebutkan, kini berbagai negara muncul dengan
ragam variasi yang lebih banyak dibandingkan setengah abad yang lalu. Pada tahun 1914, setelah runtuhnya
imperium Turki Usmani dan Austro-Hungaria, ada 50 pemerintahan nasional yang diakui. Pada 1919 terdapat 59
negara, dan pada tahun 1950 jumlahnya meningkat menjadi 69 negara. Ketika negara Uni Soviet runtuh atau pecah,
jumlah negara-negara di dunia menajdi 191. Bertambahnya negara-negara tersebut juga di sebabkan banyak negara
yang terlepas dari kolonialisme dan imperialism. Hal yang sama terjadi pada Indonesia. Menyatakan merdeka dari
Belanda pada 1945, mencaplok Timor Leste pada 1975 dan kehilangan Timor Leste pada tahun 1999.

Rotberg membuat analisis tentang bagaimana sebuah negara menemui kegagalan dan perpecahan. Sebuah
negara bangsa yang gagal diliputi suasana ketegangan. Mereka berkonflik dan diperebutkan sengit oleh faksi-faksi
yang berperang. Sebagian besar negara yang gagal diawali dengan pasukan pemerintah yang memerangi satu atau
lebih pemberontak bersenjata. Kerusuhan sipil, meluasnya ketidakpuasan publik dan pertentangan nilai yang hebat
menjadi unsur-unsur pendorong sebuah konflik nasional. Meski ini bukan parameter yang selalu berujung pada
bubarnya negara, tetapi bisa menjadi ciri khas dari sebuah negara yang kacau. Kegagalan dan runtuhnya sebuah
negara tidak semata-mata ketidakmampuan pemerintah dalam membangun kesatuan politik dari sekumpulan
golongan dengan beragam latarbelakang, tetapi juga pada penindasan kaum mayoritas kepada minoritas.

Analisis kegagalan dan perpecahan negara-bangsa yang telah disebutkan tersebut dapat dihubungkan kepada
gerakan separatisme atau pemisahan diri. Sementara bila merujuk pada jurnal David S. Siroky dan John Cuffe
berjudul Lost Autonomy, Nationalism and Separatism menunjukkan bahwa pemberian status otonomi kepada suatu
daerah yang bergejolak bisa mendorong tuntutan pemisahan diri yang lebih besar atau sebaliknya, meredam
separatisme. Penyebab bubarnya suatu negara bisa beraneka ragam. Berikut beberapa contoh negara yang sudah
bubar, termasuk penyebab-penyebabnya:
1. UNI SOVIET(URSS)

Uni Soviet termasuk negara dengan pimpinan terpusat dan menerapkan sistem ekonomi terencana. Tapi
kenyataannya, Uni Soviet bubar pasca-kematian pemimpin Soviet yang pertama, Vladimir Lenin, pada tahun
1924. Uni Soviet akhirnya dipimpin oleh Josef Stalin penggantinya setelah memenangkan perebutan kekuasaan.
Josef memimpin negara tersebut dengan proses industrialisasi besar-besaran dengan sistem ekonomi terencana
dan penindasan politik.

Penyebab bubarnya Uni Soviet karena Perang Dunia II, saat Nazi Jerman dan sekutunya menyerang Uni
Soviet melalui Operasi Barbarossa, Juni 1941. Padahal kedua negara ini sudah menandatangani Pakta Molotov-
Ribbentrop yang berisi perjanjian untuk tidak saling menyerang. Uni Soviet dan negara-negara kecilnya di Eropa
Timur terlibat dalam Perang Dingin, yaitu perebutan pengaruh ideologi dan politik global yang berkepanjangan
melawan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Blok Barat. Pada akhirnya, Uni Soviet mengalami kekalahan
dalam hal ekonomi serta politik dalam dan luar negeri. Pada akhir tahun 1980-an, pemimpin Soviet yang terakhir,
Mikhail Gorbachev, mencoba merestrukturisasi negara yang dipimpinnya melalui kebijakan glasnost dan
perestroika. Dalam buku Sejarah Eropa : Dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern (2012) karya Wahjudi Djaja,
Mikhail Gorbachev sebagai presiden Uni Soviet yang menerapkan Perestroika (restrukturisasi politik dan
ekonomi) untuk memperbaiki krisis Uni Soviet pada tahun 1985. Secara umum, kebijakan Perestroika berusaha
mengubah sistem komunisme menjadi lebih demokratis. Kebijakan Perestroika mempunyai tiga prinsip utama
yaitu Glasnost (keterbukaan politik), Democratizatsiya (demokratisasi) dan Rule of Law. Kebijakan Perestroika
pada perkembangannya dianggap sebagai blunder yang mempercepat keruntuhan Uni Soviet. Kebijakan tersebut
menyebabkan pertentangan antara kelompok moderat, konservatif dan radikal tentang sistem komunisme di Uni
Soviet. Uni Soviet yang akhirnya secara resmi bubar pada tanggal 26 Desember 1991.

Secara khusus, berikut faktor-faktor penyebab runtuhnya Uni Soviet:

• Munculnya ketidakpuasan kelas menengah dan kelompok elite terhadap penerapan sistem
komunisme.
• Sistem ekonomi sentralistik yang diterapkan mennyebabkan susahnya pemerataan
kesejahteraan dan perkembangan ekonomi daerah.
• Korupsi di kalangan partai komunis dan pemerintahan.
• Munculnya gerakan separatisme di negara-negara bawahan Uni Soviet.
• Presiden Michael Gorbachev dan Boris Yeltsin gagal melakukan perbaikan sistem
pemerintahan komunis di Uni Soviet.
2. VIETNAM SELATAN
Perang Vietnam atau Perang IndoCina kedua terjadi antara 1957 dan 1975. Pemicu perang ini
merupakan perang ideologi antara dua kubu besar yang ada di Vietnam yaitu Komunisme dan SEATO. Kubu
yang saling berperang merupakan Vietnam selatan (Republik Vietnam) yang di dukung oleh USA, Korea
Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina (yang bantuan militer oleh Taiwan dan

Spanyol) sedangkan Vietnam Utara (Republik Demokratik Vietnam) mendapat dukungan dari Uni

Soviet, Tiongkok, Korea Utara, Mongolia dan Kuba yang berideologi komunis.
Pihak Vietnam selatan kehilangan sekitar 280.000 korban jiwa, sedangkan Vietnam utara kehilangan
1.000.000 korban jiwa. pada 1975 peperangan sudah akan hampir berakhir. Namun, di tahun tersebut
Vietnam Utara kembali melakukan agresi militer dan saat itu Amerika berjanji untuk mengerahkan kekuatan
militer demi Vietnam Selatan. Hasilnya Nihil, Pesawat pengebom yang dijanjikan oleh AS tidak pernah
muncul untuk membantu Vietnam Selatan. Akhirnya, Vietnam Selatan kalah telak dan menyatakan
bergabung dengan Vietnam Utara menjadi negara Vietnam,
3. YUGOSLAVIA
Negara yang berdiri pada 1918 ini harus bubar pada 27 April 1992 akibat ketidakmampuan
pemerintah Yugoslavia dalam mengatasi masalah pelik yang dialami oleh negara. Selain itu, adanya campur
tangan tiga negara kuat membuat keadaan di Yugoslavia bertambah runyam. Inggris, Jerman, dan Amerika
Serikat adalah tiga negara yang konon menjadi salah satu penyebab perpecahan di Yugoslavia. Inggris
memberikan hukuman dan sanksi berupa embargo. Jerman juga ingin menguasai ekonomi Yugoslavia karena
ada isu utang yang cukup besar. Serta Amerika Serikat yang tampak ingin menjauhkan Yugoslavia dari
pengaruh komunis Rusia (Uni Soviet). Office of the Historian dalam lamannya menjelaskan bahwa memang
Yugoslavia terdiri dari banyak kelompok, suku, dan bahkan negara-negara kecil. Sebetulnya AS berhasil
dalam memisahkan Yugoslavia dari paham komunis ala Uni Soviet. Buktinya, pada 1948, dengan perlahan
Yugoslavia memisahkan diri dari Uni Soviet dan pernah menjadi negara Non-Blok pada 1961.
Pecahnya negara Yugoslavia menjadi beberapa negara baru disebabkan oleh perpecahan di dalam
negara itu sendiri. Pada tahun 1987, terjadi krisis ekonomi dan politik tingkat nasional di Yugoslavia. Krisis
tersebut disebabkan oleh perpecahan antar-etnis dan kondisi pemerintahan yang tidak menentu. Krisis
Yugoslavia tahun 1987 diperparah dengan terpilihnya Slobodan Milosevic sebagai presiden Serbia. Slobodan
Milosevic menerapkan kebijakan deskriminatif berdasarkan etnisitas yang merugikan bagi mayoritas
masyarakat Yugoslavia. Dalam jurnal Genosida terhadap Bosnia Hezergovina (2014) karya Siska Amelia,
kehidupan politik dan negara Yugoslavia yang kehilangan arah mennyebabkan munculnya aksi proklamasi
dari beberapa negara bagian Yugoslavia. Pada tahun 1991, Slovenia, Makedonia, Bosnia dan Kroasia
memproklamirkan kemerdekaannya secara sepihak. Mereka kemudian mendirikan pemerintah berdaulat
yang memiliki mata uang, angkatan bersenjata dan wilayah negara tersendiri. Pada perkembangannya,
proklamasi negara bagian Yugoslavia mendapat penolakan oleh Serbia. Serbia berupaya untuk tetap
mempertahankan eksistensi republik Yugoslavia.

Anda mungkin juga menyukai