Anda di halaman 1dari 20

BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Redesain Pasar
2.1.1.1 Pengertian Redesain
Menurut kamus kata “Redesain” berasal dari bahasa inggris (redesign) yang
terdiri dari dua kata yang digabungkan yaitu re dan design yang berarti “merancang
ulang” atau “merancang ulang produk” dari produk yang sudah ada sebelumnya
(KBBI, 2008). Bisa dikatakan bahwa redesain merupakan kegiatan merancang ulang
sebuah desain dengan mengubah tampilan fisik saja, fungsi saja, ataupun mengubah
bentuk fisik sekaligus fungsi untuk mencapai tujuan yang lebih baik (Nugroho, 2012).

2.1.1.2 Redesain pada Pasar


Berdasarkan pengertian redesain pada pembahasan sebelumnya, bisa dikatakan
bahwa Redesain Pasar berarti merancang atau merencanakan ulang bangunan pasar
yang sudah ada. Pada kasus kali ini bangunan yang di redesain adalah Pasar Niten.
Perancangan ulang yang dilakukan berupa perubahan pada bentuk fisik dan beberapa
perombakan pada fungsi. Hal ini dilakukan untuk menjawab isu yang ada salah satu
nya adalah adanya wacana untuk menata ulang pasar dengan menggabungkan dua
fungsi yaitu pasar utama dan pasar klitikan.

2.1.2 Behavioral Architecture


Behavioral Architecture merupakan salah satu metode dalam merancang yang
mengutamakan perilaku pengguna sebagai faktor utama dalam mempertimbangkan
alternatif-alternatif rancangan. Menurut metode ini, beberapa ahli berpendapat bahwa
setiap individu memiliki kegiatan dengan tujuannya masing-masing. Lalu tujuan
tersebut dijadikan oleh manusia sebagai motivasi untuk melakukan suatu kegiatan
tertentu untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Pada metode ini hal itu lah
yang dijadikan sebagai analisis utama dalam perancangan. Analisis yang digunakan
adalah hanya kepada perilaku yang terlihat dari beberapa individu. Baik itu yang
dapat dilihat, diukur, dan digambarkan (Antonius, 2011).

Gambar 2.1.1 Skema Behavioral Architecture


Sumber: Antonius, 2011
Redesain Pasar Niten Bantul 8
Pada perancangan berdasar metode Behavioral Architecture ini terdapat dua
arah dalam perancangan seperti terlihat pada Gambar 2.1.1. Pertama yang dimulai
dari behavior yang membentuk desain dan kedua dimulai dari rancangan arsitektur
yang membentuk behavior. Menurut Antonius dalam jurnal yang berjudul “Arsitektur
Berwawasan Perilaku”, Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi terbentuknya
perilaku pengguna sebuah bangunan baik dari tatanan ruang, warna, bentuk, cahaya,
dan suhu ruangan. Pada skema kedua (Gambar 2.1.1) arah rancangan yang terbentuk
hanya satu arah dimana rancangan dibuat terlebih dahulu dengan tujuan untuk
membentuk behavior baru yang jsutru nantinya akan mendorong untuk membuat
evaluasi rancangan arsitektur kembali. Ini berbeda dari skema kedua (Gambar
2.1.1) dimana arah rancangan berawal dari behavior itu sendiri, lalu mempengaruhi
rancangan arsitektur. Yang kemudia dari rancangan itu justru dapat memperbaiki
behavior yang sudah ada tanpa menciptakan behavior baru.

2.1.3 Pasar Tradisional


2.1.3.1 Pengertian Pasar Tradisional
Pasar Tradisional merupakan sebuah tempat dimana adanya interaksi jual-
beli antara pedagang dengan pengunjung secara langsung. Biasanya juga terdapat
interaksi antara orang yang memproduksi suatu barang dengan orang yang henda
membeli barang tersebut seperti terlihat pada Gambar 2.1.2. Pada pasar tradisional
kita menemukan bahwa adanya proses tawar-menawar barang. Kebiasaan ini sudah
ada sejak dahulu hingga sekarang. Hal inilah yang tidak dapat kita temui di pasar
modern dimana pasar modern tidak ada interaksi langsung antar aktor pasar (pedagang
dan pembeli). Sehingga tidak adanya proses tawar-menawar. Biasanya pasar rakyat
memiliki jam-jam tertentu sebagai jam operasi pasar. Bisa berupa pasar harian, pasar
mingguan, bahkan ada pasar yang muncul secara tiba-tiba (misal pada suatu event).

Gambar 2.1.2 Pasar Tradisional


Sumber: Penulis, 2017

Harga produk yang ada di pasar juga relatif terbilang murah karena awalnya
pasar rakyat digunakan bagi para petani untuk dijadikan sebagai sarana untuk
menukarkan hasil taninya. Dan suasana dari pasar rakyat sendiri masih terlihat
Redesain Pasar Niten Bantul 9
berantakan. Berbeda dengan sekarang. Sudah banyak pasar tradisional yang tertata
dengan rapi namun tidak menghilangkan karakteristik pasar pada umumnya yaitu
dengan harga yang murah, interaksi langsung antar pembeli dan pedagang, dan
adanya tawar-menawar.
Istilah pasar tradisional juga biasa dikenal dengan nama Pasar Rakyat. Menurut
Undang-undang tahun 2014 mengenai perdagangan, terdapat 7 fungsi strategis pasar,
antara lain:
1. Simpul kekuatan ekonomi lokal
2. Memberikan kontribusi terhadap perokonomian daerah
3. Meningkatkan peluang kerja
4. Menyediakan sarana untuk berjualan. Terutama untuk usaha kecil dan menengah
5. Menjadi patokan harga pokok yang mendasari perhitungan kestabilan harga
6. Meningkatkan pendapatan asli daerah
7. Sebagai sarana keberlanjutan budaya setempat
Tata Bangunan pasar rakyat biasanya terdiri dari kios-kios, los (lapak), tenda-
tenda, Dan langsung dikelola oleh pemerintah setempat atau badang pengelola khusus
untuk pasar tradisional. Dalam pembangunan pasar tradisional terdapat 4 aspek
utama yang mencakup dalam dasar pembangunan pasar itu sendiri, yaitu: 1) Fisik,
2) Manajemen, 3) Ekonomi, dan 4) Sosial. (Peraturan Presiden tahun 2016 tentang
Pengembangan, Penataan, dan Pembinaan Pasar Rakyat)
Terdapat beberapa persyaratan untuk elemen bangunan pasar yang ditentukan
dalam SNI-8152-2015 tentang Pasar Rakyat, antara lain:
1. Pertemuan antara dua dinding tidak boleh membentuk sudut
2. Apabila pasar berlantai dua, ketinggian anak tangga maksimal 18 cm
3. Lantai harus mempunyai kemiringan yang mengarah ke saluran pembuangan
(khusus untuk lantai yang terkena air)
4. Meja penjualan harus memiliki saluran untuk pembuangan air genangan dan
permukaan nya rata
5. Meja penjualan harus menggunakan material anti karat dengan tinggi minimal
60cm dari lantai

2.1.3.2 Pengguna Pasar Tradisional


1. Macam-macam Pengguna Pasar
Pada Pasar Niten terdapat 4 (empat) macam pengguna tetap yang dapat kita
temui yaitu para pedagang, pembeli, pengunjung, dan staf pengelola pasar. Pada
pasar ini pembeli dan pengunjung dapat dibedakan definisinya karena tidak semua
pengunjung pasar melakukan kegiatan beli-membeli. Macam-macam pengguna

Redesain Pasar Niten Bantul 10


dan definisinya antara lain:
a. Pedagang
Pedagang adalah pengguna inti dari pasar yang sekaligus merupakan penggerak
dari kegiatan pasar. Pedagang merupakan orang yang menjalankan kegiatan
menjual/berdagang. Pada Pasar Niten terdapat 3 jenis pedagang antara lain
pedagang produk kering (pakaian, kelontongan, snack kering, dan lain-lain),
pedagang produk basah (daging-daging dan sayuran), dan terakhir adalah
pedagang klitikan (barang bekas, komponen listrik, komponen kendaraan,
handphone, dan barang-barang antik).
b. Pembeli
Pembeli merupakan orang yang melakukan kegiatan membeli barang-barang
yang disediakan oleh para pedagang di pasar. Karena Pasar Niten merupakan
pasar relokasi dari pasar sebelumnya, maka terdapat 2 (dua) jenis pembeli yaitu
pelanggan lama (pelanggan pasar sebelum relokasi) dan pelanggan baru.
c. Pengunjung
Pengunjung merupakan orang yang mendatangi pasar tanpa melakukan kegiatan
jual-beli barang dan biasanya hanya berkunjung. Jenis pengunjung yang ada
padar Pasar Niten dapat berupa warga setempat dan wisatawan. Kegiatan yang
dilakukan oleh pengunjung didominasi oleh para warga setempat yang sering
berkumpul di area taman bermain anak-anak.
d. Pengelola
Pengelola pasar merupakan orang yang mengelola semua kegiatan yang
berlangsung di pasar. Mulai dari pendataan pedagang, pendataan kios, kegiatan
kebersihan yang dilakukan oleh staf cleaning service, keamanan yang dilakukan
security dan beberapa juru parkir, dan lain-lain. Biasanya semua anggota
pengelola pasar diketuai oleh lurah pasar yang bertugas untuk melaporkan
kegiatan pasar pada Dinas Pengelolaan Pasar (Laksmita, 2016).
2. Kategori Pembeli Pasar
Pembeli pasar sendiri mempunyai beberapa kategori (diluar pengunjung).
Kategori ini dibagi menurut bagaimana waktu kunjung dan cara berkunjung
para pembeli yang nantinya akan berpengaruh kepada bagaimana dampaknya
kepada kualitas ruang yang dibutuhkan (Hermanto, 2008).
• Pembeli yang mengutamakan kenyamanan, keterbatasan waktu untuk
berbelanja dan bagaimana memutuskan dimana akan berbelanja dan cara
untuk menyeleksi barang kebutuhan yang cepat tersaji.
• Pembeli rutin, merupakan kategori pengunjung yang memiliki waktu rutin
untuk mengunjungi pasar. Disini akan sangat diperlukan faktor kenyamanan
Redesain Pasar Niten Bantul 11
namun tetap mengutamakan faktor harga barang yang akan dibeli.
• Pembeli tidak tetap, mereka hanya akan datang ke pasar untuk membeli
barang tertentu. Maka faktor kenyamanan ruang tidak terlalu diperlukan.
• Pembeli yang bertujuan untuk berekreasi, bagi pembeli seperti ini faktor
yang dibutuhkan adalah berupa tingkat keunikan dan kualitas barang.
2.1.3.3 Pola Sirkulasi Pasar
Bangunan pasar juga merupakan salah satu tempat yang memilliki
kesamaan jenis sirkulasi dengan pusat perbelanjaan lainnya. Jika dilihat dari
pola sirkulasi pusat perbelanjaan, terdapat 3 (tiga) jenis pola penataan ruang
yang mempengaruhi sirkulasi pengunjung, yaitu I,L, dan T. Pola sirkulasi
yang baik adalah yang dimana dapat mengarahkan pengunjung agar arah
belanja menjadi lebih tertib dan tidak berantakan. Berikut beberapa pola
sirkulasi menurut Nadine Beddington pada buku nya yang berjudul “Design
for Shopping Center” tahun 1989:
•• Pola 1 (Banyak Koridor)
Pada pola ini (Gambar 2.1.3) dapat dilihat bahwa banyak koridor yag diciptakan
dari penataan ruang yang bagian tengah. Koridor bagian tengah membuka jalan
menuju area toko-toko yang bagian luar. Pada pola ini terdapat kekurangan
yaitu dimana bagian toko yang di tengah dianggap lebih strategis dan lebih
menonjol.

Gambar 2.1.3 Sirkulasi Banyak Koridor


Sumber: Penulis, 2018

•• Pola 2 (Plaza)
Dapat dilihat pada Gambar 2.1.4 bahwa pada pola ini terdapat satu ruang kosong
yang luas dan berpusat pada bangunan yaitu berupa void atau ruang terbuka.
Void tersebut difungsikan agar menjadi pusat orientasi sirkulasi pengunjung di
dalam bangunan dan dapat menjadi pembatas area pertokoan. Pada bagian void
ini bisa digunakan sebagai area taman ataupun tangga (jika memiliki 2 lantai).
Untuk sistem sirkulasi antar toko tetap menggunakan pola sirkulasi koridor.
Redesain Pasar Niten Bantul 12
Gambar 2.1.4 Sirkulasi Plaza
Sumber: Penulis, 2018

•• Pola 3 (Mall)
Pola ini (Gambar 2.1.5) memfokuskan arah sirkulasi hampir ke semua bagian
pertokoan. Di bagian tengah terdapat 2 (dua) buah void yang dapat memecah
orientasi sirkulasi pengunjung untuk dapat jalan kesemua arah toko. Pola seperti
ini cocok dijadikan sebagai bagian sirkulasi utama dari sebuah bangunan karena
dapat menghubungkan dua titik area pertokoan.

Gambar 2.1.5 Sirkulasi Mall


Sumber: Penulis, 2018

2.1.3.4 Jenis-jenis Pasar


Jenis pasar dapat dibagi menjadi beberapa kategori. Mulai dari berdasarkan
bentuk bangunan, waktu operasional, komoditas, dan lain-lain. Dalam buku yang
berjudul “Pengantar Bisnis” karya M. Fuad dkk (2000) terdapat beberapa kategori,
yaitu:
1. Jenis pasar menurut fisik
Jenis-jenisnya:
a. Pasar Nyata (Konkret)
Pasar dimana terjadi interaksi dan pertemuan secara langsung antara
penjual dan pembeli. Selain itu barang yang didagangkan juga tersedia di
pasarnya. Contohnya: Pasar Ikan, Pasar Sayur, Pasar Buah.
b. Pasar Tidak Nyata (Abstrak)
Pasar dimana antara penjual dan pembeli tidak bertemu secara langsung,
melainkan bertemu lewat internet, telepon, dan lain-lain. Contohnya:
Pasar Modal dan Toko Online.

Redesain Pasar Niten Bantul 13


2. Jenis pasar menurut waktu operasional
a. Pasar Harian
b. Pasar Mingguan
c. Pasar Bulanan
d. Pasar Tahunan
3. Jenis pasar menurut komoditas/barang yang didagangkan
a. Pasar Barang Konsumsi
Merupakan jenis pasar yang memperjual belikan barang-barang yang bisa
dikonsumsi atau digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan.
b. Pasar Sumber Daya Produksi
Merupakan jenis pasar yang memperjual belikan aspek-aspek produksi
seperti tenaga ahli, alat-alat dan mesin, tanah, dan lain-lain.
4. Jenis pasar menurut kegiatan
a. Pasar Setempat
Jenis pasar yang pedagang dan pembelinya semua berasal dari tempat/
lokasi itu sendiri.
b. Pasar Daerah
Jenis pasar yang menyediakan barang-barang khusus penduduk di daerah
tersebut.
c. Pasar Nasional
Jenis pasar yang transaksi nya bisa mencakup satu negara.
d. Pasar Internasional
Jenis pasar yang transaksinya bisa mencakup seluruh negara dan
menyediakan barang-barang yang diperlukan oleh masyarakat
internasional

2.1.3.5 Klasifikasi Pasar


Menurut Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan yang
ditetapkan oleh Kementrian (61/M-DAG/per8/2015), terdapat klasifikasi bangunan
pasar berdasarkan luasan bangunan pasar dan jumlah pedagang yang ada, yaitu:
1. Tipe A
Kriteria:
a. Memiliki luas lahan minimal 5000 m2
b. Memiliki jumlah pedagang minimal 750 orang
c. Jam operasional harian
d. Berlokasi di ibukota provinsi/kabupaten/kota

Redesain Pasar Niten Bantul 14


2. Tipe B
Kriteria:
a. Memiliki luas lahan minimal 2000 m2
b. Memiliki jumlah pedagang minimal 150 orang
c. Jam operasional minimal 3 kali dalam seminggu
d. Berlokasi di ibukota kabuaten/kota
3. Tipe C
Kriteria:
a. Memiliki luas lahan minimal 500 m2
b. Memiliki jumlah pedagang minimal 50 orang
c. Jam operasional minimal 2 kali dalam seminggu
d. Berlokasi di ibukota kecamatan/desa
4. Tipe D
Kriteria:
a. Memiliki luas lahan minimal 500 m2
b. Memiliki jumlah pedagang minimal 50 orang
c. am operasional minimal 1 kali dalam seminggu
d. Berlokasi di ibukota kecamatan/desa

2.1.3.6 Kriteria Pasar


Secara umun terdapat 2 (dua) kriteria pasar menurut Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Yogyakarta Tahun 2009, yaitu:
1. Kriteria sesuai kelasnya
a. Kelas I
Fasilitas yang tersedia harus lengkap mulai dari tempat parkir, loading-
unloading barang, tempat promosi, pelayanan kesehatan, kantor pengelola,
tempat ibadah, WC, sarana pengelolaan kebersihan, pengamanan, sarana
pnerangan umum, sarana air bersih, dan sarana listrik. Dan semua fasilitas
itu harus ternaungi didalam sebuah lahan dengan luas minimal 2000 m2.
b. Kelas II
Pasar yang tergolong kelas dua merupakan pasar yang terdapat fasilitas
berupa tempat parkir, tempat ibadah, tempat promosi, pelayanan
kesehatan, kantor pengelola, sarana pengaman, sarana air bersih, sarana
listrik, dan WC. Luas lahan minimal 1500 m2.
c. Kelas III
Pasar yang digolongkan sebagai pasar kelas III yaitu pasar yang
fasilitasnya berupa tempat promoi, kantor pengelola, tempat ibadah, WC,

Redesain Pasar Niten Bantul 15


sarana pengaman, sarana air bersih, dan instalasi listrik. Semua fasilitas
itu harus ternaungi didalam sebuah lahan dengan luas minimal 1000 m2.
d. Kelas IV
Fasilitas yang dibutuhkan sebuah pasar agar tergolong pasar kelas empat
adalah pasar itu harus memiliki fasilitas berupa tempat promosi, WC,
layanan pengaman, kantor pengelola, sarana air bersih, penerangan, dan
instalasi listrik dengan luas dasaran minimal 500 m2.
e. Kelas V
Untuk kategori pasar kelas 5, terdapat dua fasilitas yang dibutuhkan yaitu
berupa sarana pengaman dan pengelola kebersihan dengan luas dasaran
minimal 50 m2.
Pada kasus ini pasar niten dapat dikategorikan sebagai pasar kelas I
karena luasan pasar yang mencapai 24.000 m2 dan fasilitas yang sudah sesuai
dengan kriteria pasar kelas I.
2. Kriteria sesuai jenis barang dagangan
a. Golongan A
Barang-barang yang dijual pada pasar golongan A berupa logam mulia,
batu mulia, kebutuhan sehari-hari, tekstil, dan komponen kendaraan
bermotor.
b. Golongan B
Barang yang dijual pada pasar bergolongan B lebih beragam seperti
pakaian, pakaian adat, pakaian pengantin, aksesoris, sandal dan sepatu,
souvenir, kebutuhan sehari-hari, kelontong, obat-obatan, barang pecah
belah, kacamata dan arloji, barang-barang bekas, daging, sayur, dan
bumbu-bumbu dapur.
c. Golongan C
Barang : beras, ketan, palawija, jagung, ketela, terigu, gula, telur, minyak
goreng, susu, garam, bumbu, berbagai jenis maknan, melinjo, kripik
emping, kering-keringan mentah, mie, teh, kopi, buah-buahan, kolang
kaling, sayur mayur, jajanan, bahan jamu tradisonal, tembakau, kembang,
daun, hewan peliharaan, makanan hewan, sangkar, obat-obatan hewan,
tanaman hias, pupuk, pot, ikan hias, akuarium, elektronik baru/bekas,
onderdil baru/bekas, alat pertukangan baru/bekas, alat pertanian baru/
bekas, kerajinan anyaman,gerabah, ember, kompor minyak, sepeda baru/
bekas, goni, karung gandum, majalah baru/bekas, koran, arang, dan yang
dipersamakan. Pada golongan C juga terdapat jasa-jasa yang ditawarkan
seperti jasa menjahit, tukang cukur, salon, dan sablon.
Redesain Pasar Niten Bantul 16
d. Golongan D
Pasar yang dikategorikan bergolongan D adalah pasar yang menjual
barang-barang berupa barang bekas seperti kertas bekas, kardus bekas,
rongsokan, dan sejenisnya.

2.1.3.7 Tata Ruang Pasar


1. Tata Komoditi Barang
Dalam buku “Urban Market Developing Informat Retailing “ (1990)
karya David Dewar dan Vanessa Watson, pembagian tata ruang komoditi
barang dagangan dibagi sesuai dengan sifat barang. Misalkan barang
dagangan seperti daging dan ikan dapat didekatkan area dagangnya karena
memiliki sifat barang yang sama seperti basah, butuh tempat pendingin,
butuh ruang untuk memotong, dan lain-lain. Berikut beberapa alasan
mengapa barang dagangan harus dipisahkan sesuai dengan sifat barang
tersebut:
a. Mempermudah konsumen untuk memilik dan membanding-bandingkan
harga dan barang.
b. Banyaknya kemungkinan perilaku konsumen .
c. Karakter penanganan komoditi yang berbeda-beda, seperti tempat
pencucian, tempat penyimpanan, drainase.
d. Efek yang ditimbulkan pada tiap barang dagangan berbeda-beda. Seperti
tampak barang dagangan dan bau yang muncul.
e. Berbednya karakteristik tempat atau lingkungan yang dibutuhkan dari
tiap barang. Seperti pencahayaan, penghawaan dan lain-lain.
2. Ruang-ruang Terpinggirkan
Dalam penataan ruang pasar juga terdapat beberapa masalah yang
dapat memberi efek tertentu terhadap konsumen/pengunjung dan juga
para pedagang. Salah satunya adalah masalah ruang terpinggirkan karena
adanya kesalahan dalam penataan ruang pasar terkait letak kios dan los.
Hal ini mempengaruhi terhadap sering atau tidaknya suatu kios dan los itu
dikunjungi oleh pembeli. Dalam buku karya David Dewar dan Vanessa
Watson yang berjudul “Urban Market Developing Informat Retailing”
(1990), terdapat kemungkinan adanya sebuah area yang jarang sekali
didatangi oleh pengunjung karena letaknya yang dicirikan sebagai ruang
mati. Terdapat 4 (empat) macam deadspots yang ada, yaitu:
a. Yang disebabkan karena titik pedagang terlalu tersebar/terpecah
Titik atau area mati ini disebabkan karena tatanan toko yang terletak
saling berhadapan dan pada satu sisi posisi toko tersusun secara acak
sehingga terdapat titik yang kosong dan membentuk pertemuan sirkulasi.

Redesain Pasar Niten Bantul 17


Gambar 2.1.6 Pola Pasar yang Terlalu Terpecah
Sumber: Penulis, 2018
b. Yang disebabkan karena adanya toko dan kios yang berhadapan dan
membentuk pola siku

Gambar 2.1.7 Pola Pasar Membentuk Siku dan Saling Bertemu


Sumber: Penulis, 2018
c. Yang disebabkan karena banyaknya pertemuan sirkulasi

Gambar 2.1.8 Pola Pasar yang Terlalu Banyak Pertemuan Sirkulasi


Sumber: Penulis, 2018
d. Yang disebabkan karena sirkulasi pengunjung terlalu lebar

Gambar 2.1.9 Pola Pasar dengan Sirkulasi Terlalu Lebar


Sumber: Penulis, 2018
Selain masalah dead spots, juga terdapat bebera maslaah dalam pe-
nataan ruang pasar yang berhubungan dengan tata komoditi barang dagan-
gan. Antara lain:
a. Jarak pertemuan pergerakan pembeli terlalu pendek

Gambar 2.1.10 Pola Pasar Sirkulasi Terlalu Pendek


Sumber: Penulis, 2018

Redesain Pasar Niten Bantul 18


Gambar 2.1.11 Pola Pasar Sirkulasi Terlalu Pendek
Sumber: Penulis, 2018

b. Pergerakan pembeli terlalu lebar

Gambar 2.1.12 Pola Pasar Pergerakan Terlalu Lebar


Sumber: Penulis, 2018
c. Pergerakan pembeli terlalu sempit

Gambar 2.1.13 Pola Pasar Pergerakan Terlalu Sempit


Sumber: Penulis, 2018

3. Standar Ruang Pasar dan Sirkulasi Manusia


Tukang Daging
Untuk area penjualan daging (Gambar 2.1.14 disarankan untuk menggunakan
jenis tempat display yang terbuat dari keramik, porselen, mosaik dan
semacamnya yang dapat dengan mudah untuk dicuci. Proses penjualan
daging terdiri dari 1. Penyerahan, 2. Pemotongan, 3. Dipotong-potong, 4.
Pengolahan, 5. Pendinginan, 6. Penjualan.

Gambar 2.1.14 Area Penjualan Daging


Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002
Tukang Sayur
Penyimpanan sayuran dan buah-buahan diletakkan pada tempat yang tidak
panas tetapi tidak didinginkan seperti pada Gambar 2.1.15. Lebih baik
diletakkan pada wadah atau kotak dan diletakkan sesuai jenis-jenis nya dan
pembeli juga tida sulit untuk melihat barang dagangan.
Redesain Pasar Niten Bantul 19
Gambar 2.1.15 Area Penjualan Sayuran dan Buah-buahan
Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002

Arah Sirkulasi Manusia Pada Pasar


Menurut buku Data Arsitek Jilid 2 (2002) karya Ernst Neufert, terdapat 3
jenis pola sirkulasi manusia pada sebuah pasar (Gamabr 2.1.16):

Gambar 2.1.16 Sirkulasi Manusia pada Pasar


Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002

Ukuran Sirkulasi Manusia


Ukuran sirkulasi berfungsi untuk menentukan berapa ukuran lebar jalan
yang dibutuhkan di dalam pasar agar tidak terjadi kepadatan sirkulasi di
dalamnya. Terdapat beberapa standar ukuran sirkulasi manusia sesuai
dengan berapa orang yang akan melewati jalan (Gambar 2.1.17).

Redesain Pasar Niten Bantul 20


Gambar 2.1.17 Ukuran Standar Sirkulasi Manusia
Sumber: Data Arsitek Jilid 1, 1996

2.1.4 Pola Sirkulasi Manusia Pada Bangunan


Pada sebuah bangunan terdapat beberapa pola yang dijadikan sebagai patokan
perancangan, mulai dari pola sirkulasi, pola ruangan, dan pola bentuk ruang. Dalam
perancangan sebuah pasar, sangat penting untuk mengetahui bagaimana pola-pola
sirkulasi yang biasa dilakukan oleh manusia (D.K. Ching, 2007) yang nantinya akan
mempengaruhi bagaimana penempatan komoditas, kios-kios atau los, parkir, dan
entrace.
Berikut beberapa pola sirkulasi secara umum:
1. Pola Linear

Gambar 2.1.18 Pola Linear


Sumber: Ching, 2007
Pola linear merupakan pola sirkulasi yang membntuk satu garis lurus yang
dimulai dari satu titik dan berakhir pada titik yang dituju. Pola ini biasa digunakan
untuk menentukan deretan ruang yang akan dibentuk. Pola linear ini biasa
digunakan pada jalan, lorong, dan lainnya.
2. Pola Radial

Gambar 2.1.19 Pola Radial


Sumber: Ching, 2007
Pola radial juga merupakan pola sirkulasi yang berawal dari satu titik
yang menjadi pusat dan berakhir di beberapa titik yang menyebar dan bisa juga
kebalikannya. Pola ini digunakan untuk menciptakan ruang yang kaya pergerakan
contohnya seperti ruang gym.
Redesain Pasar Niten Bantul 21
3. Pola Spiral

Gambar 2.1.20 Pola Spiral


Sumber: Ching, 2007
Seperti pada namanya, pola ini merupakan pola yang berbentuk memutar dan
berujung pada satu titik di tengah. Pola ini banyak digunakan dalam perancangan
yang berada pada area lahan terbatas karena pola sirkulasi akan diarahkan kedalam
atau ketengah, tidak menyebar keluar.
4. Pola Network

Gambar 2.1.21 Pola Network/jaringan


Sumber: Ching, 2007
Pola network merupakan pola sirkulasi yang terbentuk menjadi jaringan-
jaringan grid. Karena adanya grid tersebut maka banyak terdapat beberapa titik
pertemuan yang saling menghubungkan ruang satu sama lainnya. Dengan kata lain
pola ini juga dikenal dengan pola titik terpadu. Sesuai dengan konsep gridnya, pola
ini biasa digunakan pada bangunan dan ruangan perkantoran, sekolah, dan lainnya.
5. Pola Campuran

Gambar 2.1.22 Pola Campuran


Sumber: Ching, 2007
Pola ini adalah pola sirkulasi campuran dari keempat pola di atas. Pada pola
ini dicoba untuk membentuk sebuah perpaduan pada ruang, tetapi akan justru
terlihat membingungkan.

Redesain Pasar Niten Bantul 22


2.2 Kajian Preseden
2.2.1 Pasar Seni Gabusan
Pasar Seni Gabusan merupakan pasar yang berloaksi Sewon, Bantul. Lebih
tepatnya di Jl. Parangtritis. Saat ini keadaan pasar terlihat sepi dan hanya ramai pada
saat event-event tertentu. Pembangunan pasar ini ditujukan agar dapat dijadikan sebagai
sarana oleh para pengrajin untuk memamerkan dan menjual hasil-hasil karya nya. Tetapi
saat ini justru terlihat banyak kios dan los yang kosong tidak terisi dan di beberapa bagian
ruang terbuka juga sudah banyak yang tidak terawat.

Bangunan Pasar

tritis
arang
Jl. P

Gambar 2.2.1 Pasar Gabusan


Sumber: Penulis, 2018
Jika dilihat dari lokasi pasar sebenarnya kedua pasar ini terletak pada tempat yang
strategis. Seperti pasar seni gabusan yang berlokasi di Jl. Parangtritis dan Pasar Niten
yang berlokasi di Jl. Bantul. Tetapi jika dilihat pada gambar 2.2.1 terdapat jarak yang
lumayan jauh antara pasar dengan jalan utama sehingga bagian pasar tidak terlalu terlihat
oleh orang yang ada di jalan.
2.2.2 Pasar Induk Sei Jodoh

Gambar 2.2.2 Tampak Pasar Induk Sei Jodoh


Sumber: Google Maps, 2018
Pasar Induk Sei Jodoh (Gambar 2.2.2) merupakan pasar tradisional yang berlokasi
di Jodoh, Batam. Beberapa tahun terakhir ini pasar induk sudah tidak beroperasi lagi
karena sepi pengunjung sehingga beberapa pedagang lebih memilih untuk berjualan
Redesain Pasar Niten Bantul 23
di tempat lain. Dengan massa bangunan yang berlantai dua membuat ciri dari pasar
tradisional menjadi hilang dan akibatnya adalah para pedagang yang justru mendekatkan
usahanya keluar dari bangunan pasar dan mendirikan kios sendiri di pinggiran jalan
seperti pada Gambar 2.2.3. yang mana justru kios yang diluar lebih ramai pengunjung
ketimbang didalam bangunan.

Bangunan Pasar Kios Lapak Tambahan


Gambar 2.2.3 Skema Penataan Pasar Induk Sei Jodoh
Sumber: Penulis, 2018

2.2.3 Pasar Bengkong Harapan


Pasar ini juga merupakan pasar tradisional yang berlokasi di Bengkong. Batam.
Jika dilihat pada gambar, bangunan pasar terletak pada bagian atas dan berada di
antara pemukiman warga (Gambar 2.2.4) Luasan pasar ini tidak terlalu besar dan
memang hanya untuk dijadikan pasar bagi warga setempat. Tetapi karena perilaku
konsumen pasar rakyat yang ingin adanya interaksi langsung dengan pedagang, maka
di sepanjang jalan menuju pasar juga banyak kios semi permanen yang berjajaran.
Mulai dari kios pakaian hingga los sayur-sayuran. Bahkan pada pasar ini para
konsumen bisa memilih-milih barang dagangan sembari megendarai kendaraan
masing-masing.

Gambar 2.2.4 Tampak Pasar Bengkong Harapan


Sumber: Google Maps, 2018

Pasar ini memang terletak di area pinggir jalan yang dijadikan juga sebagai
akses utama kendaraan pada sebuah pemukiman. Tetapi ada sesuatu yang unik dari
pasar ini. Dengan tatanan pasar yang dimana losnya berada dipinggir jalan langsung
(Gambar 2,2,5) maka banyak juga karakter cara belanja baru bermunculan. Mulai dari
adanya perilaku belanja dimana para pembeli dapat memilih langsung produk tanpa
Redesain Pasar Niten Bantul 24
harus turun dari motornya masing-masing. Dan pada pasar ini tidak asing pula para
pembeli yang berjalan kaki akan saling berdampingan berbagi akses dengan pembeli
yang menggunakan kendaraan bermotor baik itu pembeli maupun pedagang. Hal ini
lah yang akan dijadikan preseden dimana rancangan akan mengambil karakter dari
perilaku belanja pada pasar ini.

Bangunan Pasar Kios Lapak Tambahan


Gambar 2.2.5 Skema Penataan Pasar Bengkong Harapan
Sumber: Penulis, 2018

2.2.4 Pasar Legi Kota Gede

Gambar 2.2.6 Pasar Legi Kota Gede


Sumber: Penulis, 2016

Pasar ini berlokasi di Kotagede dan sudah menjadi pasar utama untuk keseharian
warga kotagede. Jika dilihat dari karakteristiknya, pasar ini terbilang ramai pengunjung.
Pasar ini terdiri dari kios-kios di bagian depan samping seperti dapat dilihat pada
gambar 2.2.6. Lalu terdapat los-los di dalamnya. Walaupun pasar ini terbilang ramai,
tetapi tetap saja masih banyak pedagang yang menjajakan dagangan dibagian luar
pasar bahkan hingga ke pinggir jalan. Itu dikarenakan karakteristik pedagang pasar
yang ingin datang langsung mendekati pembeli walaupun memang dibeberapa waktu
akan menyebabkan padatnya di bagian jalan depan pasar. Pembagian area pasar dapat
dilihat pada gambar 2.2.7 yang menunjukkan dimana saja area kios, area los, dan area
los yang berada di pinggir jalan.
Redesain Pasar Niten Bantul 25
Bangunan Pasar Kios Lapak Tambahan
Gambar 2.2.7 Skema Penataan Pasar Legi Kota Gede
Sumber: Penulis, 2018
2.2.5 Pasar Minulyo Pacitan
Pasar minulyo merupakan sebuah pasar tradisional yang berlokasi di Pacitan,
Jawa Timur. Pasar ini menjadi wadah bagi 950 pedagang lokal dari 12 kecamatan
untuk dijadikan sebagai tempat berjualan (Gambar 2.2.8). Pasar ini merupakan
pasalrhasil reloaksi dari dua pasar sebelumnya yang kemudian saat ini pasar minulyo
dijadikan sebagai salah satu dari 10 pasar percontohan di Indonesia.

Gambar 2.2.8 Pasar Minulyo


Sumber: http://www.solopos.com/2016/07/20/harga-kebutuhan-pokok-daging-sa-
pi-dan-ayam-di-pacitan-masih-mahal-738540

Luas bangunan pasar meliputi 21.287 m2 dan terdiri dari fasilitas-fasilitas pasar
pada umumnya yaitu kios sebanyak 750 dan toko besar sebanyak 150 Yang menarik
dari pasar ini adalah bahwa pengguna dari pasar itu bukan hanya para pedagang yang
menetap, melainkan juga terdapat sekitar 280 pedagang keliling yang menjajakan
apa yang ada di dalam pasar tersebut. Para pedagang ini biasa disebut idheran/
ethek. Area parkir yang biasanya dipakai untuk parkir pada pagi dan siang hari, akan
berubah fungsi menjadi pasar pada malam harinya. Pasar ini justru memfasilitasi para
Pedagang Kaki Lima (PKL) agar mereka tidak berjualan sembarangan.

Redesain Pasar Niten Bantul 26


2.3 Peta Persoalan

Bagan 2.3.1 Peta Persoalan


Sumber: Penulis, 2018

Redesain Pasar Niten Bantul 27

Anda mungkin juga menyukai