OLEH :
I WAYAN BAYU PRAMANA
2105521004
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah................................................................................................3
- Rumusan Masalah.........................................................................................................3
- Tujuan Penelitian...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
- Gambaran Umum..........................................................................................................4
- Detail Arsitektural.........................................................................................................5
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan....................................................................................................................7
2
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
- Bagaimanakah sejarah kompleks candi muaro jambi?
- Bagaimanakah susunan penempatan candi muaro jambi?
- Bagaimanakah konstruksi candi muaro jambi?
- Apakah yang menjadi ornamen khas candi muaro jambi?
C. TUJUAN PENELITIAN
- Mempelajari persebaran budaya Hindu-Buddha, yang terdapat pada wilayah
candi muaro jambI.
- Mempelajari konsep penataan masa candi muaro jambi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Kawasan Candi Muaro Jambi merupakan peninggalan dari kerajaan Melayu Kuno,
dan merupakan peninggalan masa Hindu-Buddha terluas di Indonesia bahkan di Asia
Tenggara. Candi Muaro Jambi ini terdiri dari 87 reruntuhan bangunan kuno,
sembilan di antaranya telah dibuka dan dilakukan penanganan pelestarian secara
intensif. Candi-candi yang telah dilakukan pemugaran adalah Candi Gumpung, Candi
Tinggi I, Candi Tinggi II, Candi Kembar Batu, Candi Astano, Candi Gedong I, Candi
Gedong II, Candi Kedaton, dan Candi Kotomahligai.
Menurut Soebadayo (1998:77) Muara Jambi bertanggal abad ke-11 hingga ke-13,
satu-satunya situs bangunan batu bata masa Klasik di sumatera yang relatif sangat
terpelihara, dapat dikaitkan dengan data kesejarahan Melayu yang telah ada pada
awal abad ke-7, mempunyai pusat politik dan kebudayaan di sepanjang Sungai
Batanghari, sekitar tahun 1080. Melayu
menggantikan Sriwijaya sebagai kerajaan yang menguasai Sumatera. Situs Muara
Jambi terdiri atas 12 bangunan yang masih berdiri, kira-kira 21 gundukan batu bata
dan tanah tak tergali, seluruh bangunan merupakan tempat suci Agama Budha.
B. Detail Arsitektural
Pada kompleks Candi Muaro Jambi terkesan tata letak candinya tidak dirancang
dalam satu masa yang sama, karena polanya berbeda- beda antara kompleks satu
dengan lainnya, termasuk tata letak orientasinya tidak sama.
teknik susunan struktur bata berupa susun silang teknik gosong dan pada bagian
tengah struktur terdapat isian berupa campuran pasir, tanah, dan kerikil putih dalam
jumlah besar. Hal tersebut dapat diamati dari bagian reruntuhan candi yang belum
mengalami pemugaran.
4
Sketsa Candi Tinggi
sumber: dokumen pribadi
Sketsa makara gajah mina pada candi gumpung, dan candi kedaton
Sumber: dokumen pribadi
Ornamen yang menjadi ciri khas dari candi ini adalah Makara yang terbuat dari
batu andesit dan hanya ditemukan satu jenis ornamen yang berwujud Gajah
Mina. Kata “makara” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “naga laut”
atau “monster air”. Dalam mitologi Hindu/Buddha, makara merupakan gabungan
dua makhluk (hewan), bagian depan biasanya berwujud gajah/rusa dan bagian
belakangnya digambarkan sebagai hewan air yang berwujud ikan atau ular.
5
Makara biasa dijumpai sebagai salah satu unsur/komponen pada bangunan suci
(candi). Komponen pada bangunan suci dibuat selain untuk memperindah
bangunan, umumnya juga memiliki filosofi yang berkaitan dengan makna
simbolik. Makara pada candi digambarkan berwujud makhluk mitologi berupa
kombinasi dua ekor binatang yaitu gajah dengan ikan yang dikenal sebagai gaja-
mina dengan variasi tertentu yang digambarkan dengan mulut terbuka lebar. Ada
dua candi di Muara jambi yang dilengkapi dengan makara, yaitu Candi Gumpung
dan Candi Kedaton.
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Candi Muaro Jambi Merupakan kompleks candi peninggalan Budha pada abad ke 11
sampai 13 M yang dibangun dari batu bata dengan teknik gosong dan susun silang, serta
memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan, dan pendidikan sebagai upaya dalam
menyebarkan agama Budha di wilayah Jambi. Hal tersebut terlihat dari adanya bangunan
candi tinggi yang merupakan sebuah mandapa berpola garuda, dimana menapa merupakan
sebuah bangunan yang digunakan dalam kegiatan religi agama buddha.
7
Daftar Pustaka
https://www.researchgate.net/publication/289175645_The_Architecture_of_Si_Pamutung_
between_local_traditions_and_Javanese_influences
https://online-journal.unja.ac.id/titian/article/view/19163
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/Kalpa/article/view/1616
https://stabnalanda.e-journal.id/dv/article/view/35/10