Anda di halaman 1dari 7

Upaya Pelestarian Candi Muara Takus Dapat Dilakukan Dengan Cara:

 Program perawatan Candi Muara Takus terhadap dampak lingkungan


 Program publikasi dan penyebaran informasi tentang Candi Muara
Takus
 Program video sejarah Candi Muara Takus
 Menjadikan program pengenalan sejarah di sekolah

Nilai-Nilai Budaya Dan Yang Sebaiknya Kita Jaga Dan Terus


Ditumbuhkan Yaitu:

 Pola kehidupan masyarakat pada masa tersebut


 Struktur bangunan yang berkembang
 Arsitektur dan Tata Ruang Kompleks Percandian Muara Takus
 Perkembangan agama yang dianut masyarakat
 Kesenian yang berkembang (seni relief)

Adapun Jenis Bangunan Dalam Gugusan Candi Di Muara Takus Terdiri


Dari :

1.Candi Mahligai, Bangunan ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44 M X
10,60 M, Tinggi sampa ke puncak sekitar 14,30 meter berdiri diatas fundamen segi
delapan (Astakoma) dengan bersisikan sebanyak 28 buah, pada alasnya terdapat
teratai berganda. Dipuncak menara diperkirakan ada makarel. Candi Mahligai mulai
dipugar pada tahun 1978 dan selesai tahun 1983

2.Candi Palangka, Bangunan ini terdiri dari batu bata merah yang dicetak, Candi ini
merupakan Candi yang terkecil, relung-relung penyusunan batu tidak sama dengan
dinding Candi Mahligai, sebelum dipugar, bagian kaki Candi terbenam sekitar satu
meter. Candi terkecil ini mulai dipugar pada tahun 1987 dan selesai pada tahun 1989.

>
3.Candi Bungsu, Candi Bungsu terletak disebelah Barat Candi Mahligai, bangunan ini
terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu pasir (tuff) yang terdapat pada bagian depan,
sedangkan batu bata terdapat pada bagian belakang. Pemugaran candi dilakukan
pada tahun 1988 dan selesai dikerjakan pada tahun 1990.

4. Candi Tua, merupakan candi terbesar diantara candi-candi yang ada, terletak
disebelah Utara Candi Bungsu. Pada sisi sebelah Timur dan Barat terdapat tangga,
yang menurut perkiraan dihiasi stupa, sedangkan pada bagian bawah dihiasi patung
singa dalam posisi duduk. Bangunan ini terdiri dari batu bata yang dicetak dan batu
pasir, mulai dipugar pada tahun 1990 dan selesai tahun 1993.

5. Bangunan I tertutup gundukan tanah. Bangunan ini terletak disebelah Utara Candi
Tua yang berupa gundukan tanah yang mempunyai dua lubang, tempat ini
diperkirakan tempat pembakaran mayat (krematorium).
6. Bangunan 2. Bangunan ini terletak disebelah Selatan Bangunan 1, merupakan
bekas pondasi bangunan yang terbuat dari batu pasir berbentuk segi empat. Sampai
sekarang belum diketahui bangunan apa sebenarnya dan apa fungsinya.

7. Tanggul Kuno ( Arden Wall). Tanggul yang mengelilingi gugsan Candi Muara
Takus, panjangnya sekitar 4 kilometer, terbuat dari tanah kedukan dan berparit.

8. Pagar Keliling. Pagar yang terbuat dari batu pasir berbentuk bujur sangkar
mengelilingi gugusan candi seluas 74 X 74 Meter persegi. Pagar keliling ini hanya
tersisa setinggi satu meter dengan lebar sekitar 1,20 Meter

Struktur Bangunan Candi Muara Takus


Kawasan Candi Muara Takus merupakan cagar budaya berupa kompleks
percandian berlatar belakang Buddhisme yang terbuat dari bata. Di kawasan
ini terdapat 4 (empat) buah candi (Mahligai, Tua, Bungsu, dan Palangka),
yang bentuk konstruksi candinya menyerupai genta dan stupa yang
merupakan ciri khas dari Budha Gautama, tapi kalau dilihat dari Candi yang
lain seperti bentuk Candi Mahligai dapat dianggap sebagai masa peralihan
dari Ciwaistis ke Budhistis, dengan adanya symbol Pallus dan Yoni, kalau
dari kejauhan bentuknya tak ubah seperti menara yang linggais.
Kawasan candi Muara Takus memiliki bentuk arsitektur yang sama juga
dengan kawasan candi muara jambi, keduanya merupakan peninggalan
kerajaan Melayu kuna. Arsitek bangunan Candi Muara Takus ada kemiripan
dengan arsitektur bangunan Candi ACOKA di India, seperti terlihat pada
Kapitel, Roda dan Kepala Singa dan ada juga persamaan dengan Candi
yang ada di Myanmar, demikian juga dengan Candi Bihar Mahal di SUMUT
dan teras-teras atasnya mirip dengan Candi Borobudur di Jawa Tengah.
Candi Muara Takus adalah situs candi tertua di Sumatera dan merupakan
satu-satunya situs peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau.
KOmpleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter di luar
arealnya terdapat pula tembok tanah (tanggul kuno) berukuran 1,5 x 1,5
kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir sungai Kampar
Kanan.
Bekas Tanggul Kuno

Pagar Keliling Kompleks Candi

Sungai Kampar Riau

sal Usul Candi Muara Takus

Ada dua pendapat mengenai asal usul nama Muara Takus. Yang pertama
mengatakan bahwa nama tersebut diambil dari nama sebuah anak sungai
kecil bernama Takus yang bermuara ke Sungai Kampar Kanan. Pendapat
lain mengatakan bahwa Candi muara takus berasal dari dua kata “muara“
dan “takus“. “Muara” yaitu suatu tempat dimana anak sungai mengakhiri
alirannya ke laut atau ke sungai yang lebih besar. “Takus” berasal dari
bahasa China yaitu "ta', "ku" dan "se". Ta berarti besar, ku berarti tua
sedangkan se berarti candi.
Gabungan arti keseluruhan dari kata Muara Takus adalah : candi tua (the
old temple) besar atau megah yang terletak di muara sungai.
Para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini
didirikan. Dari temuan beberapa fragmen bangunan bergambar vajra yang
dilengkapi bijamantra yang ditulis dengan huruf nagari dan jawa kuno, dan
temuan pecahan keramik, para ahli hanya dapat memperkirakan waktu
relatif penggunaan secara intensif dari candi tersebut, yakni pada abad XIII-
XIV.
Beberapa ahli menempatkan kronologis situs Muara Takus dalam bentang
waktu yang bervariasi. J.L. Moens, pada tahun 1937, menempatkan umur
relatif situs Candi Muara Takus pada abad VII. Satyawati Sulaiman
menempatkannya pada abad XI – XII. Sedangkan F.M. Schitger (1937)
menempatkan candi tersebut pada abad XI. F.D.K.Bosch, pada tahun 1930,
menempatkan Candi Muara Takus pada abad XII, A.J. Bernet Kempers
(1959) abad XI-XII atau abad XII-XIV, dan Soekmono menempatkannya
pada abad XIII.

SEjarah Candi Muara Takus

Candi Muara Takus, adalah peninggalan sejarah berbentuk candi bernuansa


Buddhisme, buktinya dapat dilihat dari bentuk stupa, temuan fragmen vajra
yang berisi mantra agama Buddha.
Para ahli memperkirakan waktu relatif penggunaan candi tersebut, yakni
pada abad XIII-XIV. Beberapa ahli menempatkan kronologis situs Muara
Takus dalam bentang waktu yang bervariasi. J.L. Moens, pada tahun 1937,
menempatkan umur relatif situs Candi Muara Takus pada abad VII.
Satyawati Sulaiman menempatkannya pada abad XI – XII. Sedangkan F.M.
Schitger (1937) menempatkan candi tersebut pada abad XI. F.D.K.Bosch,
pada tahun 1930, menempatkan Candi Muara Takus pada abad XII, A.J.
Bernet Kempers (1959) abad XI-XII atau abad XII-XIV, dan Soekmono
menempatkannya pada abad XIII.
Kompleks Percandian Muara Takus adalah kompleks percandian berlatar
belakang Buddhisme yang terletak di muara Sungai Kampar Kanan,
tepatnya di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau.
Di dalam Kompleks percandian Muara Takus terdapat 4 (empat) bangunan
candi yang berukuran besar yaitu Candi Sulung/tua, Candi Bungsu, Stupa
Mahligai, dan Palangka, serta (2) dua reruntuhan struktur bata yang belum
dapat diketahui bentuk asalnya.
SIkap Yang Perlu Ditanamkan Pada Generasi Muda Terhadap Nilai
Budaya Yang Terkandung Dalam Candi Muara Takus Yaitu:

 Mencintai Peninggalan Sejarah


 Memelihara Peninggalan Sejarah
 Mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah yang termuat di Candi
Muara Takus
 Menghormati Perbedaan agama
 Menumbuhkan sikap gotongroyong, bekerjasama, toleransi dan taat
menjalankan agamanya
 Mengembangkan bakat seni yang dimiliki (seni lukis, ukir dan pahat)

Manfaat Yang Diperoleh Dari Budaya Tersebut:

 Terciptanya kesatuan dan persatuan dimana Candi Muara Takus


merupakan kebanggaan Bangsa Indonesia
 Bangga sebagai bangsa Indonesia
 Meningkatkan pariwisata Indonesia
 Adanya kesadaran masyarakat akan pengaruh globalisasi sehingga
mampu menyaring budaya luar yang masuk
 Menjaga budaya kita sampai pada generasi yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai