1.Candi Mahligai, Bangunan ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44 M X
10,60 M, Tinggi sampa ke puncak sekitar 14,30 meter berdiri diatas fundamen segi
delapan (Astakoma) dengan bersisikan sebanyak 28 buah, pada alasnya terdapat
teratai berganda. Dipuncak menara diperkirakan ada makarel. Candi Mahligai mulai
dipugar pada tahun 1978 dan selesai tahun 1983
2.Candi Palangka, Bangunan ini terdiri dari batu bata merah yang dicetak, Candi ini
merupakan Candi yang terkecil, relung-relung penyusunan batu tidak sama dengan
dinding Candi Mahligai, sebelum dipugar, bagian kaki Candi terbenam sekitar satu
meter. Candi terkecil ini mulai dipugar pada tahun 1987 dan selesai pada tahun 1989.
>
3.Candi Bungsu, Candi Bungsu terletak disebelah Barat Candi Mahligai, bangunan ini
terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu pasir (tuff) yang terdapat pada bagian depan,
sedangkan batu bata terdapat pada bagian belakang. Pemugaran candi dilakukan
pada tahun 1988 dan selesai dikerjakan pada tahun 1990.
4. Candi Tua, merupakan candi terbesar diantara candi-candi yang ada, terletak
disebelah Utara Candi Bungsu. Pada sisi sebelah Timur dan Barat terdapat tangga,
yang menurut perkiraan dihiasi stupa, sedangkan pada bagian bawah dihiasi patung
singa dalam posisi duduk. Bangunan ini terdiri dari batu bata yang dicetak dan batu
pasir, mulai dipugar pada tahun 1990 dan selesai tahun 1993.
5. Bangunan I tertutup gundukan tanah. Bangunan ini terletak disebelah Utara Candi
Tua yang berupa gundukan tanah yang mempunyai dua lubang, tempat ini
diperkirakan tempat pembakaran mayat (krematorium).
6. Bangunan 2. Bangunan ini terletak disebelah Selatan Bangunan 1, merupakan
bekas pondasi bangunan yang terbuat dari batu pasir berbentuk segi empat. Sampai
sekarang belum diketahui bangunan apa sebenarnya dan apa fungsinya.
7. Tanggul Kuno ( Arden Wall). Tanggul yang mengelilingi gugsan Candi Muara
Takus, panjangnya sekitar 4 kilometer, terbuat dari tanah kedukan dan berparit.
8. Pagar Keliling. Pagar yang terbuat dari batu pasir berbentuk bujur sangkar
mengelilingi gugusan candi seluas 74 X 74 Meter persegi. Pagar keliling ini hanya
tersisa setinggi satu meter dengan lebar sekitar 1,20 Meter
Ada dua pendapat mengenai asal usul nama Muara Takus. Yang pertama
mengatakan bahwa nama tersebut diambil dari nama sebuah anak sungai
kecil bernama Takus yang bermuara ke Sungai Kampar Kanan. Pendapat
lain mengatakan bahwa Candi muara takus berasal dari dua kata “muara“
dan “takus“. “Muara” yaitu suatu tempat dimana anak sungai mengakhiri
alirannya ke laut atau ke sungai yang lebih besar. “Takus” berasal dari
bahasa China yaitu "ta', "ku" dan "se". Ta berarti besar, ku berarti tua
sedangkan se berarti candi.
Gabungan arti keseluruhan dari kata Muara Takus adalah : candi tua (the
old temple) besar atau megah yang terletak di muara sungai.
Para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini
didirikan. Dari temuan beberapa fragmen bangunan bergambar vajra yang
dilengkapi bijamantra yang ditulis dengan huruf nagari dan jawa kuno, dan
temuan pecahan keramik, para ahli hanya dapat memperkirakan waktu
relatif penggunaan secara intensif dari candi tersebut, yakni pada abad XIII-
XIV.
Beberapa ahli menempatkan kronologis situs Muara Takus dalam bentang
waktu yang bervariasi. J.L. Moens, pada tahun 1937, menempatkan umur
relatif situs Candi Muara Takus pada abad VII. Satyawati Sulaiman
menempatkannya pada abad XI – XII. Sedangkan F.M. Schitger (1937)
menempatkan candi tersebut pada abad XI. F.D.K.Bosch, pada tahun 1930,
menempatkan Candi Muara Takus pada abad XII, A.J. Bernet Kempers
(1959) abad XI-XII atau abad XII-XIV, dan Soekmono menempatkannya
pada abad XIII.