Anda di halaman 1dari 6

MUARA TAKUS

Sumber: Google Earth

Candi Muara Takus terletak di desa Muara Takus, Kecamatan Tigabelas Koto
Kampar, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Jaraknya dari Pekanbaru, Ibukota
Propinsi Riau, sekitar 128 Km. Kompleks Candi Muara Takus, satu-satunya
peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi bernuansa Buddhistis ini
merupakan bukti bahwa agama Budha pernah berkembang di kawasan ini. Situs
candi ini dikelilingi oleh tembok dengan ukuran 74 x 74 meter. Terbuat dari bahan
batu putih dengan ketinggian 80 cm. Di bagian luarnya terdapat juga tembok tanah
dengan ukuran 1,5x1,5 meter. Tembok tersebut mengeliling komplek candi hingga ke
pinggiran sungai Kampar Kanan.

Ada dua pendapat mengenai nama Muara Takus. Yang pertama mengatakan
bahwa nama tersebut diambil dari nama sebuah anak sungai kecil bernama Takus
yang bermuara ke Sungai Kampar Kanan. Pendapat lain mengatakan bahwa Muara
Takus terdiri dari dua kata, yaitu “Muara” dan “Takus”. Kata “Muara” mempunyai
pengertian yang sudah jelas, yaitu suatu tempat sebuah sungai mengakhiri alirannya
ke laut atau ke sungai yang lebih besar, sedangkan kata “Takus” berasal dari bahasa
Cina, Ta berarti besarr, Ku berarti tua, dan Se berarti candi atau kuil. Jadi arti
keseluruhan kata Muara Takus adalah candi tua yang besar, yang terletak di muara
sungai.
Sumber:http://www.riaumagz.com/2019/04/candi-muara-takus.html

Candi Muara Takus merupakan candi Buddha, terlihat dari adanya stupa,
yang merupakan lambang Buddha Gautama. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa candi ini merupakan campuran dari bentuk candi Buddha dan Syiwa.
Pendapat tersebut didasarkan pada bentuk bentuk Candi Mahligai, salah satu
bangunan di kompleks Candi Muara takus, yang menyerupai bentuk lingga (kelamin
laki-laki) dan yoni (kelamin perempuan). Arsitektur candi ini juga mempunyai
kemiripan dengan arsitektur candi-candi di Myanmar. Candi Muara Takus
merupakan sebuah kompleks yang terdiri atas beberapa bangunan.

Bangunan yang utama adalah yang disebut Candi Tuo. Candi ini berukuran
32,80 m x 21,80 m dan merupakan candi bangunan terbesar di antara bangunan
yang ada. Letaknya di sebelah utara Candi Bungsu. Pada sisi sebelah timur dan
barat terdapat tangga, yang menurut perkiraan aslinya dihiasi stupa, sedangkan
pada bagian bawah dihiasi patung singa dalam posisi duduk. Bangunan ini
mempunyai sisi 36 buah dan terdiri dari bagian kaki I, kaki II, tubuh dan puncak.
Bagian puncaknya telah rusak dan batu-batunya telah banyak yang hilang.

Candi Tuo dibangun dari campuran batu bata yang dicetak dan batu pasir
(tuff). Pemugaran Candi Tuo dilaksanakan secara bertahap akibat keterbatasan
anggaran yang tersedia. Pada tahun 1990, selesai dikerjakan bagian kaki I di sisi
timur. Selama tahun anggaran 1992/1993 pemugaran dilanjutkan dengan bagian sisi
sebelah barat (kaki I dan II). Volume bangunan keseluruhan mencapai 2.235 m3,
terdiri dari : kaki: 2.028 m3, tubuh: 150 m3, dan puncak: 57 m3. Tinggi bangunan
mencapai 8,50 m.
Bangunan kedua dinamakan Candi Mahligai. Bangunan ini berbentuk bujur
sangkar dengan ukuran 10,44 m x 10,60 m. Tingginya sampai ke puncak 14,30 m
berdiri diatas pondamen segi delapan (astakoma) dan bersisikan sebanyak 28 buah.
Pada alasnya terdapat teratai berganda dan di tengahnya menjulang sebuah
menara yang bentuknya mirip phallus (yoni). Pada waktu itu di setiap sisi masih
ditemukan patung singa dalam posisi duduk. Saat ini patung-patung tersebut sudah
tidak ada bekasnya. Di sebelah timur, terdapat teras bujur sangkar dengan ukuran
5,10 x 5,10 m dengan tangga di bagian depannya. Volume bangunan Candi Mahligai
423,20 m3 yang terdiri dari volume bagian kaki 275,3 m3, tubuh 66,6 m3 dan puncak
81,3 m3.

Sumber:https://candi.perpusnas.go.id/uploaded_files/jpg/normal/c_muaratakus_7_lia.jpg

Bangunan ketiga disebut Candi Palangka, yang terletak 3,85 m sebelah timur
Candi Mahligai. Bangunan ini terdiri dari batu bata merah yang tidak dicetak. Candi
Palangka merupakan candi yang terkecil, relung-relung penyusunan batu tidak sama
dengan dinding Candi Mahligai.

Sumber:https://candi.perpusnas.go.id/uploaded_files/jpg/thumb/thumb_c_muaratakus_9_lia.jpg

Bangunan keempat dinamakan Candi Bungsu. Candi Bungsu terletak di


sebelah barat Candi Mahligai. Bangunannya terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu
pasir (tuff) terdapat pada bagian depan, sedangkan batu bata terdapat pada bagian
belakang. Pemugaran candi ini dimulai tahun 1988 dan selesai dikerjakan tahun
1990. Melalu pemugaran tersebut candi ini dikembalikan ke bentuk aslinya, yaitu
empat persegi panjang dengan ukuran 7,50 m x 16,28 m. Bagian puncak tidak dapat
dipugar, karena tidak diketahui bentuk sebenarnya. Tinggi setelah dipugar 6,20 m
dari permukaan tanah, dan volume nya 365,8 m3.

Salah satu program kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera
Barat, Riau dan Kepulauan Riau tahun anggaran 2018 adalah Pemugaran Situs
Candi Bungsu Muaratakus, Kampar, Provinsi Riau. Sasaran utamanya pemugaran
ini adalah mengganti batu-batu yang rusak dan atau hilang pada bagian tangga,
kaki, dan badan candi. Selain itu penggantian batu juga dilakukan terhadap batu-
batu asahan yang digunakan pada saat pemugaran sebelumnya oleh Pemerintahan
Provinsi Riau. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan keaslian bahan bangunan
candi yaitu menggunakan batu tuff atau batu pasir. Batu-batu ini diambil tidak jauh
dari lokasi candi yaitu di Sungai Kampar Kanan. Batu-batu ini kemudian dibentuk
sesuai dengan ukuran batu yang akan diganti sehingga bentuk dan ukuran candi
tidak berubah.

Pada area candi Palangka sebelum dipugar bagian kakinya terbenam sekitar
satu meter. Candi Palangka mulai dipugar pada tahun 1987 dan selesai pada tahun
1989. Pemugaran dilaksanakan hanya pada bagian kaki dan tubuh candi, karena
bagian puncaknya yang masih ditemukan pada tahun 1860 sudah tidak ada lagi. Di
bagian sebelah utara terdapat tangga yang telah rusak, sehingga tidak dapat
diketahui bentuk aslinya. Kaki candi berbentuk segi delapan dengan sudut banyak,
berukuran panjang 6,60 m, lebar 5,85 m serta tingginya 1,45 m dari permukaan
tanah dengan volume 52,9 m3.

Pada tanggal 6 Oktober 2009, Candi Muara Takus sudah masuk ke


dalam Tentative List dari UNESCO no ref:5464 yang diajukan oleh Pemerintah
Indonesia melalui Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia ke
UNESCO untuk diteliti dan ditetapkan sebagai salah satu dari Situs Warisan Dunia
UNESCO. Pencatatan dalam Tentative List ini masuk dalam Kategori Budaya.
Kategori tersebut cocok untuk tempat ini mengingat banyak sekali ditemukan
benda-benda dan lingkungannya baik dari masa lalu atau sekarang, yang dijaga
utuh dan terpelihara dengan baik, yang masih dipertahankan nilai nilai didalamnya.

Sumber:https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a6/COLLECTIE_ 10016240.jpg

Ditempat ini juga ditemukan prasasti yang menjadi bukti tertulis untuk
dijadikan bahan pelajaran bagi para wisatawan yang berkunjung kesini, yang
mungkin bisa diterjemahkan oleh pemandu atau mungkin para sejarawan.

Kondisi saat ini sebagai area wisata, di kawasan ini sudah tersedia aneka
kuliner yang bisa dinikmati selama berada di lokasi. Destinasi wisata ini cocok untuk
para sejarawan, ilmuan, mereka yang sedang melakukan riset dan para pecinta
objek wisata sejarah. Berkunjung di pagi atau petang hari akan lebih nyaman karena
pada kondisi cuaca yang tidak panas, wisatawan bisa berfoto dan berjalan-jalan
menyaksikan bukti sejarah Buddha tersebut.

Baru-baru ini juga Muara Takus menjadi tuan rumah perayaan Waisak
Nasional 2019. Peringatan Waisak akan dihadiri 3.000 sampai 5.000 peserta, 60
orang biksu nasional dan para tamu undangan dari berbagai negara.
DAFTAR PUSTAKA

[UNESCO] The United Nations Educational, Scientifik and Cultural


Organization. Warisan Budaya Indonesia. Jakarta (ID). UNESCO.

[BPCB] Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat. 2015. Peta Situs
Cagar Budaya Candi Muara Takus. Tidak di Publikasikan.

[DEPDIKBUD]. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Gugusan


Candi Muara Takus. Riau (ID): Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai