Anda di halaman 1dari 26

ANALISA MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN SAWANG KEUPULA


KOTA LHOKSEUMAWE

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Anisa Dewi Lestari


NIM : 7011200145

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GALUH
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tersebut. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Prodi Teknik Sipil
Universitas Galuh Ciamis.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi
seluruh alam semesta.
Disamping itu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Idan Setiari,
Drs., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingannya sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Saya menyadari dalam penyusuan makalah ini banyak kekurangan dan
kesalahan, kami mohon maaf dan meminta kritik dan sarannya terhadap makalah
ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
Demikian makalah ini saya buat, semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua dan dapat menambah ilmu pengetahuan.

Ciamis, Juni 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian..........................................................................1
1.2 Masalah Penelitian.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.4 Metode Penelitian......................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian AMDAL...................................................................................4
2.2 Fungsi, Peran dan Manfaat AMDAL.........................................................5
2.3 Tahapan Penyusunan AMDAL..................................................................9
2.4 Alasan Suatu Rencana Kegiatan Wajib AMDAL.....................................12
BAB III PEMBAHASAN PENELITIAN
3.1 Nama dan Lokasi Proyek...........................................................................15
3.2 Volume Kegiatan Pembangunan Struktur Jembatan.................................15
3.3 Jenis Kegiatan Pra-Konstruksi...................................................................15
3.4 Jenis Kegiatan Konstruksi.........................................................................16
3.5 Dampak pada Tahap Pra-Konstruksi.........................................................17
3.6 Dampak pada Tahap Konstruksi................................................................17
BAB IV SIMPULAN
4.1 Simpulan....................................................................................................20
4.2 Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan bertujuan untuk
mendukung distribusi lalu lintas barang maupun manusia dan membentuk
struktur ruang wilayah (Renstra Kementerian PU 2010-2014,2010), sehingga
pembangunan infrastruktur memiliki 2 (dua) sisi yaitu : tujuan pembangunan
dan dampak pembangunan. Setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan
pasti menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun
dampak negatif, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melaksanakan
pembangunan untuk mendapatkan hasil dan manfaat yang maksimum dengan
dampak negatif terhadap lingkungan yang minimum.
Para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam kegiatan
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, yang terdiri dari pemerintah
sebagai pemilik (owner) sekaligus pembuat kebijakan (policy maker),
pengusaha/kontraktor sebagai penyedia jasa dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yang peduli terhadap infrastruktur jalan dan jembatan,
haruslah bersama-sama melaksanakan dan mengawasi kegiatan pembangunan
sehingga infrastruktur jalan dan jembatan yang dibangun tersebut tidak hanya
berfungsi sebagaimana mestinya tapi juga berwawasan lingkungan sehingga
produk infrastruktur yang dihasilkan ramah terhadap lingkungan.
Pemerintah telah banyak mengeluarkan peraturan dan pedoman yang
mengatur masalah pembangunan jalan dan jembatan yang berwawasan
lingkungan, Dalam implementasi di lapangan peraturan dan pedoman tersebut
telah dimasukkan dalam pasal syarat-syarat kontrak, sehingga kontraktor
sebagai penyedia jasa wajib melaksanakan pasal – pasal tersebut.
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dengan jelas menyebutkan bahwa
sumber daya alam dan budaya merupakan modal dasar pembangunan.
Sebagai arahan pembangunan jangka panjang, GBHN menyebutkan bahwa :
“Bangsa Indonesia menghendaki hubungan selaras antara manusia dengan
Tuhan, dan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya”. Dengan
demikian perlu adanya usaha agar hubungan manusia Indonesia dengan

1
lingkungan semakin serasi. Sebagai modal dasar, sumber daya alam harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya, oleh karena itu harus selalu diupayakan agar
kerusakan lingkungan sekecil mungkin. Hal ini dapat terjadi apabila analisis
mengenai dampak lingkungan diterapkan pada setiap kegiatan yang
diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan.
Perhatian terhadap masalah lingkungan hidup di Indonesia diawali oleh
seminar tentang “Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan
Nasional” yang diselenggarakan oleh Universitas Padjajaran di Bandung pada
tahun 1972. Para Sarjana dan ahli Indonesia sudah lama mengikuti
perkembangan masalah lingkungan, namun Pemerintah Indonesia baru
mengenal masalah lingkungan secara resmi sejak mengikuti sidang khusus
PBB tentang lingkungan hidup di Stockholm 5 Juni 1972.
1.2 Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka terdapat beberapa masalah yang
dirumuskan menjadi:
1. Bagaimana pengertian AMDAL?
2. Bagaimana fungsi, peran dan manfaat AMDAL?
3. Bagaimana tahap - tahap penyusunan AMDAL?
4. Bagaimana alasan suatu rencana kegiatan wajib amdal?
5. Bagaimana kajian AMDAL proyek pembangunan jembatan Sawang
Kupula, Cunda, Lhokseumawe?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan yang
ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
Untuk mengetahui bagian-bagian kajian AMDAL dan untuk mengetahui
permasalahan AMDAL pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jembatan
Sawang Kupula, Cunda, Lhokseumawe serta cara penanggulangannya.
1.4 Metode Penelitian
Dalam analisis ini, kami menggunakan metode kualitatif. Metode
penelitian yang satu ini adalah sebuah riset yang memiliki sifat penjelasan
mengenai analisis. Di dalam pelaksanaannya, metode penelitian yang bersifat
kualitatif melakukan penelitiannya secara subjektif.

2
Proses penelitian yang dilakukan lebih berfokus terhadap landasan teori.
Biasanya, metode kualitatif juga dinamakan metode etnografi karena
merupakan metode yang banyak digunakan untuk melakukan penelitian atau
pengamatan terhadap kondisi dan situasi sosial budaya.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan judul, penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan
manfaat sebagai berikut.
1. Teoritik
Secara teoretik manfaat penelitian ini dapat memperkaya teori-teori yang
berkaitan dengan permasalahan AMDAL saat pelaksanaan proyek.
2. Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dengan adanya
solusi, diharapkan pengerjaan proyek dapat berlangsung selaras dengan
pengendalian dampak terhadap lingkungan. Dengan kajian AMDAL yang
tepat, diharapkan dampak buruk terhadap lingkungan dapat diminimalisir.

3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian AMDAL
Pada umumnya setiap negara yang sedang membangun memiliki sistem
perencanaan pembangunan sendiri-sendiri. Sistem perencanaan pembangunan
ini disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah
ditetapkan. Di indonesia pembangunan nasional disusun atas dasar
pembangunan jangka pendek dan jangka panjang. Keduanya dilaksanakan
secara sambung menyambung untuk dapat menciptakan kondisi sosial
ekonomi yang lebih baik. Kegiatan pembangunan ini dilaksanakan dengan
menggunakan apa yang disebut proyek.
Seringkali proyek dibuat dalam porsi ruang lingkup yang sangat luas tetapi
disusun kurang cermat. Seluruh program mungkin saja dapat dianalisis
sebagai suatu proyek, tetapi pada umumnya akan lebih baik bila proyek
dibuat dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang layak ditinjau dari segi
sosial, administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan.
Pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek kelayakan lingkungan
bisa disebut pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan
berwawasan lingkungan pada hakekatnya dilaksanakan untuk mewujudkan
pembangunan berlanjut (sustainable development). Instrumen untuk
mencapai pembangunan berlanjut adalah Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan).
Menurut PP 29/1986, yang kemudian disempurnakan dengan PP 27/1999,
yang semula hanya memiliki satu model AMDAL, berkembang dan
mempunyai beberapa bentuk AMDAL dan mempunyai pengertian:
1) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha/kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Kajian
ini menghasilkan dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan, Analisis Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan

4
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. Sementara itu
pengertian ANDAL adalah sebagai berikut.
2) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaahan secara cermat
dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu kegiatan yang
direncanakan.
Dalam PP 51/1993, dikenal ada beberapa model AMDAL yaitu AMDAL
Proyek Individual (seperti PP 29/1986), AMDAL Kegiatan Terpadu,
AMDAL Kawasan, dan AMDAL Regional. Pengertian ketiga AMDAL
menurut PP 51/1993 tersebut adalah:
1) Analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan terpadu/multisektor
adalah hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang
terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan
hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi
yang bertanggung jawab. Di dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil
studi diganti kajian dan dampak penting menjadi dampak besar dan
penting.
2) Analisis mengenai dampak lingkungan kawasan adalah hasil studi
mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup dalam satu kesatuan ha,paran ekosistem dan
menyangkut kwenangan satu instansi yang bertanggung jawab. Di dalam
PP 27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti kajian dan dampak
penting diganti dampak besar dan penting.
3) Analisis mengenai dampak lingkungan regional adalah hasil studi
mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana
pengembangan wilayah sesuai dengan rencana umum tata ruang  daerah
dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung
jawab.
4) Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi
mengenai dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan
terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan

5
keputusan. Hasil studi ini terdiri dari beberapa dokumen. Atas dasar
beberapa dokumen ini kebijakan dipertimbangkan dan diambil.
2.2 Fungsi, Peran dan Manfaat AMDAL
1) Fungsi dan Peran AMDAL
Pada waktu yang lampau, kebutuhan manusia akan sumber alam belum
begitu besar karena jumlah manusianya sendiri masih relatif sedikit, di
samping itu intensitas kegiatannya juga tidak besar. Pada saat-saat itu
perubahan-perubahan pada lingkungan oleh aktifitas manusia masih dalam
kemampuan alam untuk memulihkan diri secara alami. Tetapi aktifitas
manusia makin lama makin besar sehingga menimbulkan perubahan
lingkungan yang besar pula. Pada saat inilah manusia perlu berfikir apakah
perubahan yang terjadi pada lingkungan itu tidak akan merugikan manusia.
Manusia perlu memperkirakan apa yang akan terjadi akibat adanya
kegiatan oleh manusia itu sendiri.
AMDAL (Analisis Mengenai Danpak Lingkungan) merupakan alat
untuk merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan
yang mungkin akan ditimbulkan oleh suatu aktifitas pembangunan yang
direncanakan. Undang-undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 1 menyatakan :
“Analisis mengenai dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai
dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup,
yang diperlukan bagi proses pngambilan keputusan”.
AMDAL harus dilakukan untuk proyek yang diperkirakan akan
menimbulkan dampak penting, karena ini memang yang dikehendaki baik
oleh Peraturan Pemerintah maupun oleh Undang-undang, dengan tujuan
agar kualitas lingkungan tidak rusak karena adanya proyek-proyek
pembangunan. Oleh karena itu pemilik proyek atau pemrakarsa akan
melanggar perundangan bila tidak menyusun AMDAL, semua perizinan
akan sulit didapat dan di samping itu pemilik proyek dapat dituntut dimuka
pengadilan. Keharusan membuat AMDAL merupakan cara yang efektif
untuk memaksa para pemilik proyek memperhatikan kualitas lingkungan,
tidak hanya memikirkan keuntungan proyek sebesar mungkin tanpa
memperhatikan dampak lingkungan yang timbul.

6
Dampak dari suatu kegiatan, baik dampak negatif maupun dampak
positif harus sudah diperkirakan sebelum kegiatan itu dimulai. Dengan
adanya AMDAL, pengambil keputusan akan lebih luas wawasannya di
dalam melaksanakan tugasnya. Karena di dalam suatu rencana kegiatan,
banyak sekali hal-hal yang akan dikerjakan, maka AMDAL harus dapat
membatasi diri, hanya mempelajari hal-hal yang penting bagi proses
pengambilan keputusan.
AMDAL ini sangat penting bagi negara berkembang khususnya
Indonesia, karena Indonesia sedang giat melakasanakan pembangunan,
dan untuk melaksanakan pembangunan maka lingkungan hidup banyak
berubah, dengan adanya AMDAL maka perubahan tersebut dapat
diperkirakan. Dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup dapat berupa
dampak positif maupun dampak negatif, hampir tidak mungkin bahwa
dalam suatu kegiatan / pembangunan tidak ada dampak negatifnya.
Dampak negatif yang kemungkinan  timbul harus sudah diketahui
sebelumnya (dengan MDAL), di samping itu AMDAL juga membahas
cara-cara untuk menanggulangi / mengurangi dampak negatif.
Agar supaya jumlah masyarakat yang dapat ikut merasakan hasil
pembangunan meningkat, maka dampak positif perlu dikembangkan di
dalam AMDAL. Nurkin, (2002) mengemukakan bahwa penerapan
AMDAL di negara-negara berkembang ditujukan untuk :
a) Untuk mengidentifikasi kerusakan lingkungan yang mungkin dapat
terjadi akibat kegiatan pembangunan.
b) Mengidentifikasi kerugian dan keuntungan terhadap lingkungan alam
dan ekonomi yang dapat dialami oleh masyarakat akibat kegiatan
pembangunan.
c) Mengidentifikasi masalah lingkungan yang kritis yang memerlukan
kajian lebih dalam dan pemantauannya.
d) Mengkaji dan mencari pilihan alternatif yang baik dari berbagai pilihan
pembangunan.
e) Mewujudkan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan berkaitan dengan pengelolaan lingkungan.

7
f) Memabantu pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pembangunan dan
pihak pengelola lingkungan untuk memahami tanggung jawab, dan
keterkaitannya satu sama lain.
2) Manfaat AMDAL
Bagi masyarakat
a. Masyarakat dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya,
sehingga dapat mempersiapkan diri di dalam penyesuaian
kehidupannya apabila diperlukan;
b. Masyarakat dapat mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah
proyek dibangun sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang
dapat menguntungkan dirinya dan menghindarkan diri dari kerugian-
kerugian yang dapat diderita akibat adanya proyek tersebut;
c. Masyarakat dapat ikut berpartisipasi di dalam pembangunan di
daerahnya sejak dari awal, khususnya di dalam memberikan
informasi-informasi ataupun ikut langsung di dalam membangun dan
menjalankan proyek;
d. Masyarakat dapat memahami hal-ihwal mengenai proyek secara jelas
sehingga kesalahfahaman dapat dihindarkai dan kerja sama yang
menguntungkan dapat digalang;
e. Masyarakat dapat mengetahui hak den kewajibannya di dalam
hubungannya dengan proyek tersebut khususnya hak dan kewajiban di
dalam ikut dan mengelola lingkungan.

Bagi pemilik proyek

a. Proyek terhindar dari perlanggaran terhadap undang-undang atau


peraturan yang berlaku;
b. Proyek terhindar dari tuduhan pelanggaran pencemaran atau
perusakan lingkungan;
c. Pemilik proyek dapat melihat masalah-masalah lingkungan yang akan
dihadapi di masa yang akan datang;
d. Pemilik proyek dapat mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah
di masa yang akan datang;

8
e. Nalisis dampak lingkungan merupakan sumber informasi lingkungan
di sekitar lokasi proyeknya secara kuantitatif, termasuk informasi
sosial ekonomi dan sosial budaya;
f. Analisis dampak lingkungan merupakan bahan penguji secara
komprehensif dari perencanaan proyeknya, sehingga dapat diketahui
kelemahan-kelemahannya untuk segera dapat dilakukan
penyempurnaannya;
g. Dengan adanya analisis dampak lingkungan, pemilik proyek dapat
mengetahui keadaan lingkungan yang membahayakan (misalnya
banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain) sehingga dapat dicari
keadaan lingkungan yang aman bagi proyek.

Bagi pemerintah

a. Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tersebur


tidak rusak (khusus untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui);
b. Untuk mencegah rusaknya sumberdaya alam lainnya yang berada di
luar lokasi proyek baik yang dioleh olrh proyek lain, diolah
masyarakat atau yang belum diolah;
c. Untuk menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya
pencemaran air, pencemaran udara, kebisingan dan lain sebagainya,
sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan dan keselamatan
masyarakat;
d. Untuk menghindari terjadinya pertentangan-pertentangan yang
mungkin timbul khususnya dengan masyarakat dan proyek-proyek
lainnya;
e. Untuk menjamin agar proyek yang dibangun sesuai dengan rencana
pembangunan daerah, nasional ataupun internasional serta tidak
mengganggu proyek lain;
f. Untuk menjamin agar proyek tersebut mempunyai manfaat yang jelas
bagi negara dan masyarakat;
g. Analisis dampak lingkungan diperlukan bagi pemerintah sebagai alat
pengambil keputusan.
2.3 Tahapan Penyusunan AMDAL

9
Prosedur pelaksanaan Analisis Mengenai  Dampak Lingkungan Tata
laksana menurut PP 29 Tahun 1986.
Menurut Hardjasoemantri (1988), garis besar prosedur AMDAL
sebagaimana tercantum pada PP No. 29/1986 Mengenai Analisis  Mengenai
Dampak Lingkungan adalah sebagai berikut ini.
1) Pemrakarsa rencana kegiatan mengajukan Penyajian Informasi
Lingkungan (PIL) kepada instansi yang bertanggung jawab. PIL tersebut
dibuatkan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri yang
ditugaskan mengelola lingkungan hidup. Dalam uraian dibawah ini, yang
dimaksud degan menteri KLH adalah “Menteri yang di tugasi mengelola
lingkungan hidup” instansi yang bertanggung jawab adalah yang
berwenang memberi keputusan tentnag pelaksanaan rencana kegiatan,
dengan pengertian bahwa kewenangan berada pad menteri atau Pimpinan
Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang membidangi kegiatan yang
bersangkutan dan pada Gubernur Daerah Tingkat I untuk kegiatan yang
berada di bawah wewenangnya
2) Apabila lokasi sebagaimana tercantum dalam PIL dinilai tidak  tepat, maka
instansi yang bertanggung  jawab menolak lokasi tersebut dan memberikan
petunjuk tentang kemungkinan lokasi lain dengan kewajiban bagi
pemrakarsa untuk membuat PIL yang baru. Apabila suatu lokasi dapat
menimbulkan perbenturan kepentingan antar sektor maka instansi yang
bertanggung jawab mengadakan konsultasi dengan menteri KLH dan
Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang
bersangkutan.
3) Apabila hasil penelitian PIL menentukan bahwa perlu dibuatkan AMDAL,
berhubung dengan adanya dampak penting rencana kegiatan terhadap
lingkungan, baik lingkungan geobiofisik maupun sosial budaya, maka
pemrakarsa bersama instansi yang bertanggung jawab membuat Kerangka
Acuan (KA) bagi penyusunan AMDAL.
4) Apabila AMDAL tidak perlu dibuat untuk suatu rencana kegiatan,
berhubung tidak ada dampak penting, maka pemrakarsa diwajibkan untuk
membuat Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana

10
Pemantauan Lingkungan (RPL) bagi kegiatan tersebut. Huruf K dalam
RKL adalah “Kelola” dan huruf P dalam RPL dari “Pantau”.
5) Apabila dari semula sudah diketahui bahwa akan ada dampak penting,
maka tidak perlu dibuat PIL lebih dahulu akan tetapi dapat langsung
menyusun KA bagi pembuat AMDAL.
6) AMDAL merupakan komponen studi kelayakan rencana kegiatan
sehingga dengan demikian terdapat tiga studi kelayakan dalam
perencanaan pembangunan, yaitu: teknis, ekonomis dan lingkungan (TEL).
biaya rencana kegiatan sebagaimana tercantum dalam studi kelayakan
rencana kegiatan tersebut meliputi pula biaya penanggulangan dampak
negatif dan pengembangan dampak positifnya.
7) Pedoman umum penyusunan AMDAL ditetapkan oleh Menteri KLH.
Pedoman teknis penyusunan AMDAL ditetapkan oleh Menteri atau
Pimpinan Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang membidangi
kegiatan yang bersangkutan berdasarkan pedoman umum penyusunan
AMDAL yang dibuat oleh Menteri KLH.
8) Apabila AMDAL menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat
ditanggulangi berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding
dengan dampak positifnya, maka instansi yang bertanggung jawab
memutuskan menolak rencana kegiatan yang bersangkutan. Terhadap
penolakan ini, pemrakarsa dapat mengajukan keberatan kepada pejabat
yang lebih tinggi dari instansi yang bertanggung jawab selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari. Sejak diterimanya keputusan penolakan.
Pejabat yang lebih tinggi tersebut memberi keputusan atas keberatan
tersebut selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
pernyataan keberatan, setelah mendapat pertimbangan dari menteri
KLH. Keputusan tersebut merupakan keputusan terakhir.
9) Apabila AMDAL disetujui, maka pemrakarsa menyusun RKL dan RPL
dengan menggunakan pedoman penyusunan RKL dan RPL yang dibuat
oleh Menteri KLH atau Departemen yang bertanggung jawab.
10) Keputusan persetujuan AMDAL dinyatakan kadaluwarsa apabila rencana
kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak

11
ditetapkannya keputusan tersebut. Pemrakarsa wajib mengajukan kembali
permohonan persetujuan atas AMDAL. Terhadap permohonan ini instansi
yang bertanggung jawab memutuskan dapat digunakan kembali AMDAL,
RKL dan RPL yang telah dibuat atau wajib diperbaharuinya dokumen-
dokumen tersebut.
11) Keputusan persetujuan AMDAL dinyatakan gugur, apabila terjadi
perubahan lingkungan yang sangat mendasar akibat peristiwa alam atau
karena kegiatan lain, sebelum rencana kegiatan dilaksanakan. Pemrakarsa
perlu membuat AMDAL baru berdasarkan rona lingkungan baru.
2.4 Alasan Suatu Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
Setiap rencana kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting,
wajib dibuat AMDAL Hal ini mengacu pada pasal 3 ayat 1 PP 27 tahun 1999
yaitu ;
1) Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
2) Eksploitasi SDA baik yang dapat diperbaharui/tidak dapat diperbaharui
3) Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pemborosan, kerusakan, pemerosotan dalam pemanfaatan SDA, cagar
budaya
4) Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, jasad renik.
5) Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
6) Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi  lingkungan.
7) Kegiatan yang mempunyai tinggi dan mempengaruhi pertahanan negara.
Meskipun AMDAL secara resmi diperkenalkan ke Indonesia pada tahun
1982, sebagian besar praktisi mengetahui asal muasal sebenarnya untuk
beranjak dari Peraturan No. 29/19869 yang menciptakan berbagai elemen
penting dari proses AMDAL10. Sepanjang awal era 1990 didirikan suatu
badan perlindungan lingkungan pusat (BAPEDAL) terlepas dari Kementerian
Negara Lingkungan, dengan mandat meningkatkan pelaksanaan.
AMDAL dan kendali atas polusi, didukung oleh tiga kantor daerah. Kajian
dan persetujuan atas berbagai dokumen AMDAL pada saat ini ditangani oleh
Komisi Pusat atau Komisi Daerah, sesuai dengan skala proyek dan sumber

12
pendanaan. Lebih dari 4000 AMDAL dikaji sampai dengan 1992 dimana
menjadi lebih jelas bahwa berbagai elemen dari proses tersebut terlalu
kompleks dan terlalu banyak didasarkan pada AMDAL ‘gaya barat’.
Legislasi AMDAL yang baru yang diberlakukan pada tahun 199311 yang
memiliki efek pembenahan atas prosedur penapisan, mempersingkat jangka
waktu pengkajian, dan memperkenalkan status format EMP yang
distandardisasi (UKL/UPL) untuk proyekdengan dampak yang lebih terbatas.
Lebih dari 6000 AMDAL nasional dan propinsi diproses berdasarkan
peraturan ini termasuk sejumlah kecil AMDAL daerah di bawah suatu komisi
pusat yang didirikan di dalam BAPEDAL.
Dengan diundangkannya Undang-undang Pengelolaan Lingkungan yang
baru (No. 23/1997) berbagai reformasi lanjutan atas regulasi AMDAL
menjadi perlu. Peraturan 27/199912 diperkenalkan dengan simplifikasi lebih
lanjut. Komisi sektoral dibubarkan dan dikonsolidasikan ke dalam suatu
komisi pusat tunggal, sementara komisi propinsi diperkuat. Ketentuan yang
lebih spesifik dan lengkap atas keterlibatan publik juga diperkenalkan,
sebagaimana halnya juga dengan suatu rangkaian arahan teknis pendukung.
Namun demikian PP 27/1999 ternyata tidak tepat waktu, gagal untuk secara
memadai merefleksikan berbagai perubahan politis yang pada saat itu lebih
luas yang akhirnya mengarah kepada desentralisasi politik dan administratif.
AnalisisMengenai Dampak Lingkungan, yang sering di singkat dengan
AMDAL, lahir dengan di undangkannya undang-undang
tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat, National Environmental Policy
Act (NEPA), pada tahun 1969. NEPA 1969 mulai berlaku pada tanggal 1
Januari 1970. Pasal 102 (2) (C) dalam undang-undang ini menyatakan, semua
usulan legislasi dan aktifitas pemerintah federal yang besar di perkirakan
akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai
laporan Environmental Impact Assessment (Analisis Dampak Lingkungan)
tentang usulan tersebut.
NEPA 1969 merupakan suatu reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh
aktifitas manusia yang makin meningkat, antara lain tercemarnya lingkungan
oleh pestisida serta limbah industri dan transpor, rusaknya habitat tumbuhan

13
dan hewan langka, serta menurunnya nilai estetika alam. Misalnya, sejak
permulaan tahun 1950-an Los Angeles di negara bagian Kalifornia, Amerika
Serikat, telah terganggu oleh asap-kabut atau asbut (smog = smoke +  fog),
yang menyelubungi kota, mengganggu kesehatan dan merusak tanaman.
Asbut berasal dari gas limbah kendaraan dan pabrik yang mengalami
fotooksidasi dan terdiri atas ozon, peroksiasetil
nitrat (PAN), nitrogenoksida, dan zat lain lagi.
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) adalah instrumen yang
sifatnya formal dan wajib (control and command) yang merupakan kajian
bagi pembangunan proyek-proyek kegiatan-kegiatan pasal 17a yang
kemungkinan akan menimbulkan dampak besar dari penting terhadap
lingkungan hidup.
Dalam PP No.27 Tahun 1999 dinyatakan bahwa dampak besar dan penting
adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang di akibatkan
oleh suatu usaha dan atau kegiatan. Selanjutnya pada pasal 5 PP tersebut
dinyatakan bahwa kriteria dari dampak besar dan penting dari suatu usaha
atau kegiatan terhadap lingkungan antara lain:
1) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
2) Luas wilayah persebaran dampak
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4) Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak
5) Sifat kumulatif dampak
6) Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (ireversible)
Dasar hukum dan prosedur pelaksanaan AMDAL diatur dalam PP No.27
tahun 1999 beserta beberapa KEPMEN yang terkait dan dikeluarkan oleh
Kementrian Negara Lingkungan Hidup. AMDAL dibuat sebelum kegiatan
berjalan atau operasi proyek dilakukan. Karena itu AMDAL merupakan salah
satu persyaratan keluarnya perizinan.

14
BAB III
PEMBAHASAN PENELITAN
3.1 Nama dan Lokasi Proyek
Nama proyek yang ditinjau terhadap dampak lingkungan adalah Proyek
Pembangunan Jembatan Sawang Kepula (KU.08.08/CTR
Br.A2/12/APBN/2012) Kota Lhokseumawe.
Lokasi proyek Jembatan Sawang Kepula (KU.08.08/CTR-Br.A2/
12/APBN/2012) dengan No Paket kontrak : WIL.I.3C Kota lhokseumawe,
berada pada perbatasan antara desa Mee Kandang dan desa Uten Kot, Kec.
Muara Dua, Kota Lhokseumawe.
3.2 Volume kegiatan pembangunan struktur jembatan
Volume kegiatan ini meliputi setiap kegiatan yang berhubungan dengan
struktur bangunan jembatan itu sendiri seperti pembukaan lahan dan
penggalian, pekerjaan struktur atas jembatan, pekerjaan struktur bawah
jembatan, dan bangunan perlengkapan jembatan. Volume dari kegiatan ini
adalah satu buah konstruksi jembatan prategang dengan panjang bentang 28.6
m, dan lebar 10 m.
3.3 Jenis kegiatan Pra Konstruksi
1) Pembebasan lahan
Kegiatan pada tahap pra-konstruksi yang sangat potensial menimbulkan
dampak terhadap lingkungan (khususnya terhadap dampak sosial) adalah
kegiatan pembebasan lahan, dampak pembebasan lahan ini sangat sensitif
karena erat kaitannya dengan kelangsungan hidup pemilik lahan terutama
kalau lahan yang dibebaskan itu berupa areal pemukiman. Pelaksanaan
Proyek Pembangunan Jembatan Sawang Kupula, Cunda, Lhokseumawe
memerlukan pembebasan lahan untuk pengerjaan jalan dua jalur sepanjang
374 meter. Pelaksanaan pembebasan lahan serta biaya ganti rugi lahan
memerlukan penanganan yang seksama karena menyangkut berbagai
aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Pembebasan lahan ditangani langsung
oleh pemerintah setempat dengan membayarkan ganti rugi yang adil
kepada pemilik tanah sesuai dengan ukuran, letak strategis tanah, serta
bangunan yang berdiri diatas tanah tersebut. Pembayaran ini dilakukan

15
dengan musyawarah antara pihak pemilik tanah dengan aparat pemerintah
yang menangani.
2) Kegiatan mobilisasi
Kegiatan mobilisasi merupakan pekerjaan pengorganisasian dan
pengelolaan pelaksanaan pekerjaan, yaitu mobilisasi peralatan, tenaga
kerja dan bahan dari dan menuju lapangan pekerjaan yang dilaksanakan
sebagaimana jadwal yang telah diatur. Setelah Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK) dikeluarkan, pelaksana segera mengadakan peninjauan atau
survey lapangan untuk mempersiapkan rencana pelaksanaan pekerjaan.
Pada tahap survey ini dilakukan suatu pendekatan dengan masyarakat
setempat dan instansi terkait pada lingkungan tempat pelaksanaan
pekerjaan, tentang hal-hal yang akan berhubungan langsung antara
kegiatan tersebut dengan aktivitas sekitar nantinya. Setelah dilakukan
sosialisasi tengtang pekerjaan kepada masyarakat sekitar, selanjutnya
pelaksana akan mengadakan survey tentang sumber bahan/material yang
akan memenuhi syarat teknis untuk pekerjaan ini, sekaligus menuntaskan
tentang pemasok/pengisi bahan dan menyusun strategi pendatangan bahan,
tenaga dan peralatan.
Pelaksana juga membuat time schedule untuk mengontrol pekerjaan dan
sebagai pedoman langkah pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pekerjaan
tersebut juga akan mencakup mobilisasi/demobilisasi dari lapangan setelah
selesai kontrak, meliputi pembongkaran semua instalasi dan peralatan
kontruksi, serta semua bahan-bahan lebih, semuanya atas persetujuan
direksi teknik.
3.4 Jenis kegiatan Konstruksi
Pekerjaan pembangunan jembatan yang dilaksanakan pada tahap
pembangunan jembatan meliputi pekerjaan sebagai berikut:
a. Galian struktur
b. Pemancangan tiang pancang
c. Pasir isian tiang pancang
d. Pembesian dan pengecoran abutment
e. Pembesian dan pengecoran plat lantai

16
f. Pemasangan gelagar pracetak
g. Pemasangan ornamen sandaran jembatan

3.5 Dampak pada Tahap Pra Konstruksi


Kegiatan pada tahap pra-konstruksi yang sangat potensial menimbulkan
dampak terhadap lingkungan (khusus dampak  sosial) adalah pembebasan
lahan. Dampak pembebasan lahan ini sangat sensitif karena pada umumnya
erat kaitannya dengan kelangsungan hidup pemilik lahan terutama kalau
lahan yang dibebaskan itu berupa areal pemukiman.
Pelaksanan Proyek Pembangunan Jembatan Sawang Kupula, Cunda,
Lhokseumawe memerlukan pembebasan lahan untuk pengerjaan jalan dua
jalur sepanjang 400 meter. Pelaksanaan pembebasan lahan biaya ganti rugi
lahan juga memerlukan penanganan yang seksama karena menyangkut
berbagai aspek sosial, ekonomi, dan budaya.
Dampak negatif yang mungkin timbul akibat pembebasan lahan antara lain :
1) Terjadinya spekulasi tanah;
2) Ketidak pastian atas besarnya ganti rugi;
3) Terjadi konflik antara pelaksana proyek dengan warga pemilik tanah di
areal proyek;
4) Proyek belum dapat dikerjakan  karena pembebasan lahan belum tuntas.
3.6 Dampak pada Tahap Konstruksi
Kegiatan pekerjaan umum pada tahap konstruksi biasanya menggunakan
alat-alat berat seperti bolldozer, excavator, trailer, truk dan lain-lain.
Pengoperasian alat-alat berat tersebut mempunyai potensi dampak pada
komponen lingkungan fisik seperti :
1) Peningkatan kebisingan
Suara alat berat yang menggunakan mesin besar tentu juga menghasilkan
kebisingan suara yang besar. Hal ini tentu sangat mengganggu lingkungan
disekitar areal proyek tersebut. Sumber kebisingan yang lain juga berasal
dari pecahan batu atau material akibat lindasan atau akibat penghancuran
menggunakan alat berat.
2) Pencemaran udara

17
Debu, asap mesin alat berat, dan asap kendaraan yang macet di lokasi
proyek merupakan sumber utama dari pencemaran udara. Semenjak
persiapan dan pelaksanaan proyek masalah ini sudah pasti dialami,
bayangkan jika proyek berjalan sampai kurun waktu yang lama maka
dampak ini juga akan dirasakan selama kurun waktu tersebut.
3) Pencemaran tanah dan air
Tumpahan oli mencemari tanah juga mencemari air, karena ketika hujan
turun tentu oli terserap oleh tanah permukaan juga terbawa oleh air menuju
sungai lokasi pembangunan jembatan.
4) Gangguan pada kondisi hidrologi
Jika air sudah tercemar maka kondisi hidrologi juga terganggu. Hal ini
dapat berdampak buruk bagi kelangsungan ekosistem yang ada
didalamnya.
Dampak pada komponen biologi mungkin juga terjadi berupa :
1) Penurunan populasi vegetasi darat akibat kegiatan land clearing;
2) Gangguan pada biota akuatik sebagai dampak lanjutan dari pencemaran air
permukaan.

Dampak pada komponen lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya antara


lain :

1) Keterlambatan pengerjaan karena pembebasan lahan


Pengerjaan proyek sempat terhambat karena ada beberapa areal tanah
milik warga belum tuntas dibebaskan yang diakibatkan pemilik tanah tidak
bersedia tanahnya dibayar dengan nilai ganti rugi yang kecil.
2) Peningkatan kepadatan lalu lintas
Kepadatan lalulintas seperti kemacetan meningkat karena adanya aktivitas
keluar masuk alat berat, keluar masuk truk pengangkut material dan
kegiatan pengukuran ketika pelaksanaan proyek.
3) Kerusakan prasarana umum
Beberapa prasana umum yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan
Proyek Pembangunan Jembatan Sawang Kupula, Cunda, Lhokseumawe
antara lain:
a. Instalasi kabel listrik

18
b. PLN
c. Pipa PDAM
d. Instalasi kabel TELKOM
e. Tiang dan gardu listrik
4) Gangguan kesehatan masyarakat
Kebisingan peralatan, debu yang timbul akibat pekerjaan tanah berakibat
buruk bagi kesehatan warga disekitar tempat pelaksanaan proyek. Banyak
penyakit yang bisa timbul akibat aktivitas pembangunan, antara lain:
a. Gangguan pendengaran
b. Asma (gangguan saluran pernafasan)
c. Iritasi mata karena debu
5) Konflik sosial akibat penggunaan tenaga kerja dari luar lokasi proyek.
Selain peralatan, pengerjaan proyek tentu memerlukan tenaga ahli maupun
bukan tenaga ahli (buruh). Pemakaian tenaga kerja dari luar daerah oleh
pelaksana (kontraktor) tentu menimbulkan reaksi dari warga sekitar
proyek, karena merasa proyek tersebut di daerah mereka kenapa tidak
memakai tenaga kerja dari mereka pula. Seperti diproyek ini, tenaga kerja
cenderung lebih banyak dari daerah Medan.
Beberapa alternatif untuk menghindari atau menanggulangi dampak
lingkungan pada tahap konstruksi seperti pencegahan teriadi erosi, longsor
dan debu, telah dijadikan prosedur keria yang harus dilaksanakn oleh
setiap pelaksana kegiatan. Namun dalam pelaksanaan dilapangan hal itu
sering diabaikan dengan alasan untuk menghemat biaya pelaksanaan
pekerjaan.

19
BAB IV
SIMPULAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan masalah diatas maka, dapat disimpulkan bahwa
lingkungan sangat berpengaruh dalam teknik sipil apalagi dalam keterkaitan
antara analisis mengenai dampak lingkungan dengan pekerjaan konstruksi
yang dilakukan. Dimana AMDAL adalah dampak penting yang harus
diperhatikan pada saat pengambilanbkeputusan dalam kegiatan konstruksi.
4.2 Saran
Dengan demikian hal yang harus diperhatikan, yaitu: sebelum melakukan
kegiatan konstruksi haruslah melakukan peninjauan lapangan dan
nempertimbangkan segala dampak yang akan terjadi dari kegiatan konstuksi
yang akan dilakukan

4.3 Dengan demikian


hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
sebelum melakukan
4.4 kegiatan konstruksi
haruslah melakukan
peninjauan lapangan

20
dan
mempertimbangkan
4.5 segala dampak yang
akan terjadi dari
kegiatan konstruksi
yang akan dilakukan
4.6 Dengan demikian
hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
sebelum melakukan
4.7 kegiatan konstruksi
haruslah melakukan
peninjauan lapangan

21
dan
mempertimbangkan
4.8 segala dampak yang
akan terjadi dari
kegiatan konstruksi
yang akan dilakukan

22
DAFTAR PUSTAKA
Gudang Makalah Terlengkap. 2012. Makalah peranan Amdal dalam
kehidupan. (online), (http://maqalah.blogspot.com/2012/02/makalah-perananan-
amdal-dalam-kehidupan.html, diakses pada 3 oktober 2012)

Dampak Kegiatan Pekerjaan Umum Terhadap Lingkungan. (online),


(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=MODUL-5+
+DAMPAK+KEGIATAN+PEKERJAAN+UMUM+TERHADAP+LINGKUNGAN&source=web&cd
=1&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fkk.mercubuana.ac.id%2Ffiles%2F11033-5-
688318656429.pdf&ei=rb9rUOqnK5HorQffvYGIDg&usg=AFQjCNFAd0cZ3_hWyfZJEZYqG
5cNhlceDQ&cad=rja, diakses pada 3 oktober 2012)

Jurnal Urip Santoso. 2012. Pembangunan Infrastruktur Jalan Dan Jembatan Yang


Berwawasan Lingkungan. (online), (http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=dampak+proyek+jembatan&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CEwQFjAI
&url=https%3A%2F%2Furipsantoso.files.wordpress.com
%2F2012%2F04%2Fdicky.doc&ei=UtprUPKCDonxrQfeh4Bw&usg=AFQjCNHapoxQCS8yW
GBTLLdYvxtvx86X0Q, diakses pada 3 oktober 2012)

Anda mungkin juga menyukai