Anda di halaman 1dari 7

Nama : Alda Yutika

Npm : 1813053085
Kelas :7B
Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum SD

ANALISIS MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Kurikulum yang
dikelola itu harus sesuai dengan bakat, minat, kebutuhan subyek didik, lingkungan dan
memperlancar pelaksanaan untuk menggapai tujuan yang telah ditetapkan (Razali M. Thaib
& Irman Siswanto, 2015 dalam Sugiana, A., 2018: 258).
Di samping itu, proses pengembangan kurikulum ini juga harus memperhatikan prinsip-
prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efektivitas, efisiensi dan praktis, serta landasan
yang kuat.

Ada beberapa model pengembangan kurikulum yang dikemukan di antaranya yaitu


model tyler; model zais: admisnistratif, grass root, demostratif; model beauchamp; model
hilda taba; dan model seller dan miller.
1. Model Ralph Tyler
Model pengembangan kurikulum Tyler mengacu pada empat pertanyaan
dasar yang harus dijawab, dimana pertanyaan tersebut merupakan pilar-pilar bangunan
kurikulum. Proses pengembangan kurikulum dan pembelajaran pada dasarnya adalah
proses menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut membentuk hasil berupa kurikulum.
2. Model Zais
Dalam prosesnya, pengembangan kurikulum secara makro dengan model ini harus
melibatkan berbagai pihak seperti Perguruan Tinggi dan masyarakat yang terdiri dari
para ahli; bidang studi, kurikulum, pendidikan, psikologi dan perkembangan anak dan
bidang lainnya yang terkait.
3. Model Administratif
Dalam model administratif atau top-down model, inisiatif pengembangan kurikulum
datang dari pihak pejabat (administrator) pendidikan.
Prosedur kerja model ini yaitu:
1) Membentuk tim/panitia pengarah (steering committee)..
2) Membentuk tim/panitia kerja (worker committee
3) Hasil kerja dari tim atau penitia kerja ini selanjutnya diserahkan kepada pantia
di atasnya, yaitu panitia pengarah/perumus bahkan pihak pejabat bisa
membentuk panitia penilai khusus untuk mempertimbangkan dan menilai hasil
kerja tim kerja.

4. Model Grass Root


5. Model Demonstrasi
Pengembangan kurikulum ini pada dasarnya datang dari bawah (grass roots),
semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnnya
digunakan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat
tantangan atau ketidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith,
Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini.

6. Model Beaucahamp
7. Model Taba’s (Inverted model)
8. Model Miller-Seller
Pengembangan kurikulum ini ada perbedaan dengan model-model
sebelumnya. Model pengembangan kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan
kurikulum kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s &
Robinson) yang terdiri dari beberapa komponen.

 Pendekatan dalam Pengembangan


Kurikulum

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap
suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian
pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang
secara umum tentang proses pengembengan kurikulum (Hamalik, 2007).

Studi tentang kurikulum sering dipertanyakan jenis pendekatan yang


dipergunakan dalam pembahasan atau penyusunan kurikulum tersebut. Penggunaan
suatu jenis pendekatan (approach) atau orientasi pada umumnya menentukan
bentuk dan pola yang dipergunakan oleh kurikulum tersebut.
 Macam-Macam pendekatan dalam pengembangan
kurikulum

Menuurut (Nasution, 1989) ada beberapa macam pendekatan yang dapat digunakan
dalam mengembangkan kurikulum Sekolah Dasar, diantaranya adalah:

1.Pendekatan Bidang Studi/Mata Pelajaran (Field of Study


Approach)
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi
kurikulum atau pendekatan yang bertitik tolak dari mata pelajaran (subyek matter.
Misalnya, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, Kesenian, Olahraga, dan
sebagainya seperti yang lazim kita dapati dalam sistem pendidikan kita sekarang di
semua sekolah dasar pada khususnya (Nasution, 1989).
2. Pendekatan Integratif (terpadu)
Pendekatan integratif beritik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakana
dan terstruktur. Bermakana mempunyai ari bahwa setiap suatu keseluruhan tersebut
memiliki makna, arti, dan faedah tertentu. Keseluruhan tersebut bukanlah penjumlahan
dari berbagai bagian melainkan suatu totalitas yang memiliki makna tersendiri. Adapun
terstruktur mempunyai asumsi bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan
itu berada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu.
3. Pendekatan sentralisai (Centralized Approach)
Pendekatan ini sering disebut juga pendekatan top-down, yaitu pendekatn dengan
menggunakan sistem komando (dari atas ke bawah). Artinya, kurikulum
dikembangkan oleh pemerintah pusat(c.q. Balitbang Kemdiknas) dan sesuai dengan
garis komando atau vertikal disosialisasikan dan dilaksanakan oleh institusi di
bawahnya (Diknas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
UPTD dan Sekolah).

4. Pendekatan Desentralisasi (Decentralized Approach)


Pendekatan ini disebut juga pendekatan Grass-rooth, yaitu suatu pendekatan
yang dimulai dari akar rumput, dalam hali ini adalah guru sebagai ujung
tombak pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, baik secara individu maupun
kelompok
5. Pendekatan Rekonstruksi Sosial
Pendekatan rekontruksi social dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan
keahlian bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat, untuk selanjutnya untuk
memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara koperatif dan kolaboratif,
6. Pendekatan Teknologis
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua
bentuk, yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Penerapan
teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools
technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi
system (system technology) (Sukmadinata, 2005)

7. Pendekatan Humanistik
Pendekatan kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik.
Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu
John Dewey (Progressive Education) dan J.J Rosseau (Romantic Education). Aliran ini lebih
memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa
adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat
kegiatan pendidikan,

 Model-model Organisasi Kurikulum di


Indonesia

a. Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran (subject centered curriculum)


Kurikulum ini bertujuan agar generasi muda mengenal hasil kebudayaan dan
pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejakberabad-abad, agar mereka tak
perlu mencari dan menemukan kembali apa yang telah diperoleh generasi-generasi
terdahulu.

. Broad Field Curriculum (Cakupan Luas)


Hilda Taba dalam dalam Sugiana A (2018) Jurnal Pendidikan, menegaskan agar tercapai
gabungan yang nyata, maka perlu adanya integrating threads dan focusing centers berupa
tujuan, prinsip-prinsip umum, teori atau masalah masyarakat dan kehidupan yang dapat
mewujudkan gabungan itu secara wajar. Ciri-ciri kurikulum bidang studi menurut Zainal
Arifin, 2011 dalam Sugiana, A., (2018) Jurnal Pendidikan, antara lain:
1) Kurikulum terdiri atas bidang studi yang merupakan perpaduan beberapa mata
pelajaran yang serumpun dan memiliki ciri-ciri yang sama,
2) Bahan pelajaran bertitik tolak pada suatu ini masalah (core subject) tertentu,
kemudian dijabarkan menjadi pokok bahasan,
3) Bahan pelajaran disusun berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang telah ditetapkan,
4) Strategi pembelajaran bersifat terpadu,
5) Guru berperan sebagai guru bidang studi, dan
6) Penyusunan kurikulum mempertimbangkan minat, masalah, kebutuhan peserta
didik dan masyarakat.
c. Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu)
Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran secara unit dan
keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas satu pelajaran denagn yang lainnya (Sukiman
2013, dalam Sugiana A 2018 Jurnal Pendidikan).

Struktur Organisai Kurikulum

1) Stuktur Kurikulum Secara Umum

Dalam Winarso, W. (2015)., dijelaskan bahwasannya struktur kurikulum merupakan


susunan atau pengorganisasian bagian-bagian mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran kedalam muatan kurikulum setiap mata
pelajaran.
struktur kurikulum diperlukan untuk menuangkan keputusan- keputusan yang diambil
sebagai pegangan bagi pendidik dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Komponen struktur
kurikulum terdiri dari:
2) Struktur Kurikulum Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2013
. Dalam struktur kurikulum terdapat beberapa satuan tingkatan pendidikan yaitu
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan
umum. Dalam struktur kurikulum pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
formal berisi program pengembangan pribadi anak, satuan pendidikan dasar berisi
muatan umum. .
1. Kompetensi Inti
2. Kompetensi dasar
3. Muatan Pembelajaran
4. Mata pelajaran
Sumber :

Nafi’ah, S. A. (2019). Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba Pada


Kurikulum2013 Di Sd/Mi. As-Sibyan, 2(1), 21-38.
Sugiana, A. (2018). Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum Dalam
peningkatan Pendidikan Di Indonesia. PEDAGOGIK: Jurnal Pendidikan , 5(2),
257-273.
Wahyuni, F. (2015). KURIKULUM DARI MASA KE MASA (Telaah
Atas Pentahapan Kurikulum Pendidikan Di Indonesia). Al-Adabiya: Jurnal
Kebudayaan dan Keagamaan, 1(2), 231-242.

Anda mungkin juga menyukai