Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“KURIKULUM ORDE BARU 1984”

DOSEN PENGAMPU: EKO SRI WAHYUNI

Nama Kelompok:
 Agus kurniasi
 Helnika
 Linda Rahmawati
 Nufitasari
 Nur Afifah Fitriana
 Putri Shaumi Ramadhaniah
 Urai Nurbaiti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu upaya sosial-budaya manusia yang paling tua. Ketika manusia
berkembang, memiliki keturunan dan memiliki keinginan agar keturunan tersebut memiliki apa yang
sudah dimiliki manusia tersebut, maka terjadilah proses komunikasi dan proses pendidikan. Dalam
komunikasi tersebut, segala aspek kehidupan (budaya, sosial, teknologi, kepercayaan, ilmu, cara
berfikir, cara bersikap, cara bertindak, cara berbicara) diwariskan ke keturunan tersebut. Maka,
keturunan yang dihasilkan tidak saja memiliki berbagai warisan dari aspek fisik tetapi juga aspek
intelektual, emosional, sikap, nurani, dan ketrampilan. Melalui pendidikan terjadi proses pewarisan
dan orangtua merasa yakin bahwa anaknya dapat melanjutkan kehidupan keluarga, dan masyarakat
yakin bahwa anggota barunya dapat meneruskan keberlangsungan hidup kelompoknya. Ketika
masyarakat tersebut berkembang menjadi bangsa maka bangsa itu yakin pula bahwa melalui
pendidikan generasi keturunan itu dapat meneruskan kehidupan bangsa.
Proses pendidikan pada masa-masa awal dilakukan oleh keluarga dan oleh masyarakat.
Proses pendidikan keluarga dilakukan sampai seorang anakdianggap dewasa. Demikian pula dengan
pendidikan di masyarakat dimana kedewasaan menjadi ukuran untuk seseorang dapat dianggap
sebagai anggota masyarakat dewasa dan produktif. Upacara inisiasi menjadi petanda bagi seseorang
untuk memasuki masa dewasa tersebut. Berbeda dengan pendidikan di keluarga, pendidikan di
masyarakat masih berlangsung terus meski pun seseorang sudah dianggap dewasa dan telah
dianisiasi. Sebagai anggota masyarakat dia tunduk dengan berbagai tata krama, dan bersama
dengan anggota lain yang dianggap lebih dewasa, arief, dan berkualitas kepemimpinan.
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya
melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan. Dan sebagai sarana untuk meningkatkan
mutu pendidikan diperlukan sebuah kurikulum. Menurut Sukmadinata (2008:5), “Kurikulum
(curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses
kegiatan belajar mengajar”. Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
memiliki empat komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian
tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling berkaitan satu
sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak
berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula. Dalam
sebuah kurikulum memuat suatu tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem pendidikan. Untuk itu
tujuan dalam suatu kurikulum memegang peranan yang sangat penting, karena tujuan mengarahkan
semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya (Sutisna, 2011:
1).
Kurikulum 1984 dikembangkan sebagai penyempurnaan kurikulum 1975 berdasarkan tiga
pertimbangan. Pertama adalah adanya perubahan dalam kebijakan politik dengan ditetapkan TAP
MPR nomor II/MPR/1983 dimana dinyatakan perlunya adanya Pendidikan Sejaah Perjuangan Bangsa
sebagai mata pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan. Secara operasional TAP MPR tersebut
dijabarkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 0461/U/1983 tertanggal 22
Oktober 1983. Yang menyatakan perlunya perbaikan kurikulum. Kedua adalah hasil penilaian
kurikulum 1975 antara tahun 1979 sd 1981 yang juga mencakup perkembangan kehidupan
masyarakat. Perkembangan yang cepat dalam kehidupan masyarakat terutama dalam bidang ilmu
dan teknologi menghendaki adanya penyempurnaan kurikulum. Ketiga adalah hasil- hasil yang
dicapai oleh Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (1973-1984), hasil studi kognitif, keberhasilan
perintisan Bantuan Profesional Kepada Guru yang menekankan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
(1978-1990) dan hasil penelitian (1979-1986) dan pengembangan.
Ketrampilan Proses (1980-1984). Pengembangan kurikulum 1984 juga didasarkan pada
tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam TAP MPR nomor IV/MPR/1978 dan dan nomor
II/MPR/1983 yaitu “Pendidikan Nasional berdasarkan azas Pancasila dan bertujuan untuk
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi
budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Untuk mengetahui bagaimana
pengembangan kurikulum 1984 dilaksanakan, maka berikut ini akan dijelaskan tentang model
perencanaan dan pengembangan kurikulum 1981-1988, kegiatan perencanaan dan pengembangan
kurikulum 1981-1988, dan proses perencanaan dan pengembangan kurikulum 1984 (Soedirdjo, dkk,
2010: 39-40).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kurikulum?
2. Apa yang dimaksud dengan kurikulum 1984?
3. Bagaimana Sejarah Perkembangan Kurikulum 1984?
4. Bagaimana Karakteristik dari Kurikulum 1984?
5. Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Dari Kurikulum 1984?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum
2. Untuk mengetahui apa itu kurikulum 1984
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kurikulum 1984
4. Untuk mengetahui karakteristik kurikulum 1984
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kurikulum 1984
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan kurikulum sebagai berikut:
1. Sockett mengatakan bahwa kurikulum adalah the curriculum is look upon as being composed of
all actual experience pupils have under school direction, writing a ourse of study became but
small part of curriculum program. (Kurikulum tersusun dari semua pengalaman murid yang
bersifat aktual di bawah bimbingan sekolah, sedangkan mata pelajaran yang ada hanya sebagian
kecil dari program kurikulum).
2. Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
3. Ronald C. Doll mengatakan bahwa kurikulum adalah all the experince which are offered to
learners under the auspices or direction of the school (Kurikulum meliputi semua pengalaman
yang disajikan kepada peserta didik di bawah bantunan atau bimbingan sekolah).
Definisi Doll tidak hanya menunjukkan adanya perubahan penekanan dari isi kepada proses,
tetapi juga menunjukkan adanya perubahan lingkup, dari konsep yang sangat sempit kepada
yang lebih luas. Jadi, pengalaman tersebut dapat berlangsung di sekolah, di rumah ataupun di
masyarakat, bersama guru atau tanpa guru, berkenaan langsung dengan pelajaran ataupun
tidak. Definisi tersebut juga mencakup berbagai upaya guru dalam mendorong terjadinya
pengalaman tersebut serta sebagai fasilitas yang mendukungnya.
4. Mauritz Johnson mengatakan bahwa kurikulum adalah a structured series of intended learning
outcomes. Definisi Mauritz Johson ini merupakan bentuk pengajuan keberatan terhadap konsep
pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh Ronald C Doll. Lebih lanjut menurutnya bahwa
pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya. Interaksi seperti itu bukan kurikulum, tetapi pengajaran. Johson membedakan
antara kurikulum dengan pengajaran. Semua yang berkenaan dengan perencanaan, dan
pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar mengajar, evaluasi, termasuk pengajaran,
sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh
siswa.

Terlepas dari pro dan kontra terhadap pendapat Muaritz Johnson, Mac Donald memandang
kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. Menurut dia, sistem persekolahan
terbentuk atas empat subsistem, yaitu:
a) Mengajar merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang diberikan oleh guru.
b) Belajar merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa sebagai respon terhadap kegiatan
mengajar yang diberikan oleh guru.
c) Pembelajaran merupakan keseluruhan kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan dengan
terjadinya interaksi belajar mengajar.
d) Kurikulum merupakan suatu perencanaan yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses
kegiatan belajar mengajar.

Dari sejumlah pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa kurikulum adalah semua
pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan peserta didik di bawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau guru. Dengan demikian semua kegiatan yang dilakukan peserta didik memberikan
pengalaman belajar, yang selanjutnya akan menjadi kristal nilai yang akan dipraktikkan dalam
kehidupan yang lebih luas di masyarakat.

B. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 berlaku berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 0461/U/1983 tanggal 22 oktober 1983 tentang perbaikan kurikulum. Kurikulum ini disusun
karena kurikulum terdahulu dianggap memiliki banyak kekurangan,
Ada 4 aspek yangdi sempurnakan dalam kurikulum 1984 yakni
1. Pelaksanaan PSPB
2. Penyesuaian tujuan dan struktur program kurikulum
3. Pemilihan kemampuan dasar serta keterpaduan dan keserasian antar ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik
4. Pelaksanaan pelajaran berdasarkan kerundatan belajar yang di sesuaikan dengan kecepatan
belajar masing-masing peserta didik
Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang memandang anak didik
sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah, dan meneliti lingkungannya.
Pada kurikulum ini posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya kurikulum 1984 adalah
Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga
Rektor IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta). Konsep CBSA yang elok secara teoretis dan bagus
hasilnya disekolah-sekolah yang di uji cobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat
diterapkan secara nasional.
Pendekatan CBSA menitik beratkan pada keaktifan siswa yang merupakan inti dari kegiatan
belajar yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti mendengarkan, berdiskusi dan
sebagainya. Pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran sesuai
dengan tingkat dan jenjang pendidikan. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan
latihan. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Melalui pendekatan
konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif.
Kurikulum 1984 menggunakan pendekatan proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada
tujuan. Kurikulum 1984 mengusung process skill approach.
Metode pembelajaran menggunakan konsep CBSA atau dengan kata lain siswa menjadi
subjek dalam pembelajaran karena siswa diberikan kesempatan untuk aktif secara fisik, mental,
intelektual dan emosional.

C. Sejarah perkembangan kurikulum 1984


Latar belakang perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum terpampang dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah.
2. Terdapat ketidakserasian antaran materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan
anak didik.
3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaan disekolah.
4. Terlalu padatnya kurikulum yang harus diajarkan hampir disetiap jenjang.
5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang
berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk
Pendidikan Luar Sekolah.
6. Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan
lapangan kerja.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 dianggap ada ketidaksesuaian
antaraq kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan
dalam kurikulum 1975. Oleh karena itu, diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 tampil
sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975.

D. Karakteristik kurikulum 1984


- Mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor
tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut "kurikulum1975 yang disempurnakan".
- CBSA merupakan suatu upaya dalam pembaharuan pendidikan dan pembelajaran pada saat
itu. Pendekatannya menitikberatkan pada keaktifan siswa yang merupakan inti dari kegiatan belajar.
- Dalam CBSA kegiatan belajarnya diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti
mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan, memecahkan masalah, membentuk
gagasan, menyusun rencana dan sebagainya.
- Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan
yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi
pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran
yangdiberikan.
- Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang
dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah
mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu
siswa memahami konsep yang dipelajarinya
- Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi
pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar
harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan
pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari
sederhana menuju ke kompleks.
- Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan
belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan
dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.

E. Kekurangan dan Kelebihan Kurikulum 1984


1) Kelebihan kurikulum 1984
a. Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci, sehingga guru dan
siswa mudah untuk melaksanakannya.
b. Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui keberanian
memberikan pendapat.
c. Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang
ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam melaksanakan tugas.
d. Anak dapat belajar dari pengalaman langsung.
e. Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun sosial.
f. Memasyarakatkan keterampilan berdiskusi yang diperlukan dengan berpartisipasi secara
aktif.
2) Kelemahan kurikulum 1984
a. Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di
ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang
menyolok.
b. Adanya ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu buku teks dan
metode yang disebut secara rinci, Sehingga membentuk guru dan siswa tidak kreatif untuk
menentukan metode yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.
c. Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta
lain.
d. Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan ketinggalan.
e. Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, Sehingga prakarsa serta tanggung jawab
siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar sangat kurang.
f. Diperlukan waktu yang banyak dalam pembelajaran menyebabkan materi pelajaran tidak
dapat tuntas dikuasai siswa.
g. Guru kurang berperan aktif.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai