Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANALISIS KURIKULUM MATEMATIKA

SEKOLAH MENENGAH
KURIKULUM TAHUN 1984
Dosen Pengajar : Arif Budi Wicaksono, M.Pd

Disusun oleh :
Siti Wulan Qodariah (16141001)
Ika Iswati (16141008)
Aning Mustikawati (16141013)

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu upaya sosial-budaya manusia yang paling
tua. Ketika manusia berkembang, memiliki keturunan dan memiliki keinginan
agar keturunan tersebut memiliki apa yang sudah dimiliki manusia tersebut, maka
terjadilah proses komunikasi dan proses pendidikan. Dalam komunikasi tersebut,
segala aspek kehidupan (budaya, sosial, teknologi, kepercayaan, ilmu, cara
berfikir, cara bersikap, cara bertindak, cara berbicara) diwariskan ke keturunan
tersebut. Maka, keturunan yang dihasilkan tidak saja memiliki berbagai warisan
dari aspek fisik tetapi juga aspek intelektual, emosional, sikap, nurani, dan
ketrampilan. Melalui pendidikan terjadi proses pewarisan dan orangtua merasa
yakin bahwa anaknya dapat melanjutkan kehidupan keluarga, dan masyarakat
yakin bahwa anggota barunya dapat meneruskan keberlangsungan hidup
kelompoknya. Ketika masyarakat tersebut berkembang menjadi bangsa maka
bangsa itu yakin pula bahwa melalui pendidikan generasi keturunan itu dapat
meneruskan kehidupan bangsa.
Proses pendidikan pada masa-masa awal dilakukan oleh keluarga dan oleh
masyarakat. Proses pendidikan keluarga dilakukan sampai seorang anakdianggap
dewasa. Demikian pula dengan pendidikan di masyarakat dimana kedewasaan
menjadi ukuran untuk seseorang dapat dianggap sebagai anggota masyarakat
dewasa dan produktif. Upacara inisiasi menjadi petanda bagi seseorang untuk
memasuki masa dewasa tersebut. Berbeda dengan pendidikan di keluarga,
pendidikan di masyarakat masih berlangsung terus meski pun seseorang sudah
dianggap dewasa dan telah dianisiasi. Sebagai anggota masyarakat dia tunduk
dengan berbagai tata krama, dan bersama dengan anggota lain yang dianggap
lebih dewasa, arief, dan berkualitas kepemimpinan.
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus
berupaya melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan. Dan sebagai
sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan sebuah kurikulum.
Menurut Sukmadinata (2008:5), “Kurikulum (curriculum) merupakan suatu
rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar
mengajar”. Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum memiliki empat komponen, yaitu komponen
tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan komponen
evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling berkaitan satu sama
lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum
terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum
pun akan terganggu pula. Dalam sebuah kurikulum memuat suatu tujuan yang
ingin dicapai dalam suatu sistem pendidikan. Untuk itu tujuan dalam suatu
kurikulum memegang peranan yang sangat penting, karena tujuan mengarahkan
semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen kurikulum
lainnya (Sutisna, 2011: 1).
Kurikulum 1984 dikembangkan sebagai penyempurnaan kurikulum 1975
berdasarkan tiga pertimbangan. Pertama adalah adanya perubahan dalam
kebijakan politik dengan ditetapkan TAP MPR nomor II/MPR/1983 dimana
dinyatakan perlunya adanya Pendidikan Sejaah Perjuangan Bangsa sebagai mata
pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan. Secara operasional TAP MPR
tersebut dijabarkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no.
0461/U/1983 tertanggal 22 Oktober 1983. Yang menyatakan perlunya perbaikan
kurikulum. Kedua adalah hasil penilaian kurikulum 1975 antara tahun 1979 sd
1981 yang juga mencakup perkembangan kehidupan masyarakat.
Perkembangan yang cepat dalam kehidupan masyarakat terutama dalam
bidang ilmu dan teknologi menghendaki adanya penyempurnaan kurikulum.
Ketiga adalah hasil- hasil yang dicapai oleh Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (1973-1984), hasil studi kognitif, keberhasilan perintisan Bantuan
Profesional Kepada Guru yang menekankan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
(1978-1990) dan hasil penelitian (1979-1986) dan pengembangan.
Keterampilan Proses (1980-1984). Pengembangan kurikulum 1984 juga
didasarkan pada tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam TAP MPR
nomor IV/MPR/1978 dan dan nomor II/MPR/1983 yaitu “Pendidikan Nasional
berdasarkan azas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi
pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar
dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Untuk mengetahui bagaimana pengembangan kurikulum 1984 dilaksanakan,
maka berikut ini akan dijelaskan tentang model perencanaan dan pengembangan
kurikulum 1981-1988, kegiatan perencanaan dan pengembangan kurikulum 1981-
1988, dan proses perencanaan dan pengembangan kurikulum 1984 (Soedirdjo,
dkk, 2010: 39-40).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah kurikulum 1984 di Indonesia ?
2. Apakah peranan kurikulum 1984 untuk SD, SMP, dan SMA ?
3. Bagaimanakah pengembangan dan pentahapan pelaksanaan kurikulum
1984 ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian sejarah kurikulum 1984 di Indonesi
2. Untuk mengetahui peranan kurikulum 1984 untuk SD, SMP, dan SMA.
3. Untuk mengetahui pengembangan dan pentahapan pelaksanaan kurikulum
1984.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat sejarah sebagai peristiwa dan sejarah sebagai kisah adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Peserta Didik. Kurikulum tahun 1984 mulai mengajarkan siswa
untuk berfikir aktif baik fisik, emosi maupun intelektual, maka kurikulum
harus menjadi acuan bagi siswa. Apa pun kurikulumnya siswa harus
semangat belajar dan tentunya berprestasi.
2. Bagi Guru. Kurikulum 1984 harus menjadi acuan guru untuk lebih
profesional dalam mengajar. Guru adalah kunci sukses anak didiknya.
Seharusnya guru mendidik dengan dedikasi tinggi, agar keberhasilan
pendidikan tercapai.
3. Bagi Sekolah/Madrasah. Sekolah/Madrasah selalu memberikan pelayanan
pendidikan yang lebih baik dan berkualitas bagi peserta didik tanpa
memandang latar belakang murid tersebut dan menfasilitasi murid agar
bakatnya berkembang.
4. Orang tua/masyarakat. Selalu memberikan motivasi kepada anaknya agar
mau sekolah dan selalu membimbingnya agar berhasil menjadi yang
terbaik.
5. Bagi Pemerintah. Perhatian pemerintah dan keseriusan dalam merancang
kurikulum sangat diperlukan. Setiap perubahan kurikulum yang terjadi
harus disesuaikan dengan pengamalan pancasila dan UUD’45. Selain itu
perhatian pemerintah kepada sekolah-sekolah dan taraf hidup guru di
Indonesia harus selalu diperhatikan. Karena keberhasilan membutuhkan
kerjasama yang selaras antara guru, Kepala Sekolah, siswa, masyarakat,
sampai pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum dalam arti sempit adalah: “Sejumlah mata pelajaran di sekolah
atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
ijazah atau tingkat“. Sedangkan menurut Oemar Hamalik, “Kurikulum adalah
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh
ijazah”. Kurikulum menurut pengertian modren adalah segala pengalaman dan
kegiatan belajar yang di rencanakan dan di organisir untuk di atasi siswa untuk
mencapai tujuan dan merupakan keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi
belajar.
Dalam pendidikan formal kurikulum merupakan salah satu aspek yang
penting dalam pengajaran, saat itu asumsi yang di bangun adalah kurikulum yang
merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis dan dikembangkan terus
menerus sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat, kurikulum ini
berlaku selama 9 tahun. karena pengajaran berpangkal padanya. Dalam kurikulum
terangkum pula pengajaran yang menentukan kemana dan bagaimana seorang
anak didik diarahkan dalam perkembangan segenap potensinya. Kurikulum selalu
menyangkut persoalan mengenai apa yang hendak diajarkan dan mengapa hal itu
diajarkan, karena itu kurikulum tidak terlepas dari pengajaran.

B. Sejarah Perkembangan kurikulum 1984


Kurikulum 1984 berlaku berdasarkan keputusan mentri pendidikan dan
kebudayaan Nomor 0461/U/1983 tanggal 22 oktober 1983 tentang perbaikan
kurikulum. Kurikulum ini di susun karna kurikulum terdahulu di anggap memiliki
banyak kekurangan,
Ada 4 aspek yangdi sempurnakan dalam kurikulum 1984 yakni :
1. Pelaksanaan PSPB
2. Penyesuaian tujuan dan struktur program kurikulum
3. Pemilihan kemampuan dasar serta keterpaduan dan keserasian antar ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik
4. Pelaksanaan pelajaran berdasarkan kerundatan belajar yang di sesuaikan
dengan kecepatan belajar masing-masing peserta didik
Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang
memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari
sendiri, menjelajah, dan meneliti lingkungannya. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Learning (SAL). Oleh sebab itu kurikulum 1984 menggunakan
pendekatan proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada tujuan.
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach.

C. Kurikulum 1984 Untuk SD, SMP, dan SMA


Kurikulum SD 1984 memiliki struktur sama dengan kurikulum SD 1975.
Semua mata pelajaran tidak dibagi dalam kelompok-kelompok. Jumlah mata
pelajaran bertambah menjadi 11 dengan adanya tambahan mata pelajaran
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) dan Bahasa Daerah. PSPB untuk
SD tidak diberikan di setiap catur wulan tetapi diberikan pada setiap catur wulan
III.
Jumlah jam pelajaran per minggu dapat dikatakan sama dengan kurikulum
SD 1975 yaitu kelas I 26/27 jam, kelas II 26/27 jam, kelas III 33/33 jam, kelas IV,
V, dan VI masing-masing 36/37 jam. Jika diperhatikan jumlah jam pelajaran ini
berkurang dibandingkan dengan kurikulum SD 1975 karena jam mata pelajaran
Bahasa Daerah tidak dihitung dalam kurikulum SD 1975. Bahasa Daerah hanya
berlaku untuk di sejumlah daerah Indonesia seperti propinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timut, dan Bali. Jam pelajaran untuk Bahasa Indonesia pada catur
wulan 3 berkurang 1 jam untuk diberikan kepada PSPB.
Struktur kurikulum SMP 1984 sama dengan struktur kurikulum SMP
1975, yaitu Program Pendidikan Umum, Program Pendidikan Akademis, dan
Program Pendidikan Ketrampilan. Dalam kelompok Program Pendidikan Umum
terdapat mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa sehingga jumlah
mata pelajaran di kelompok ini bertambah satu dari kurikulum SMP 1975. Dalam
kelompok Program Pendidikan Akademis, IPA untuk kurikulum SMP 1984
langsung dibagi atas Biologi dan Fisika dengan alokasi waktu terpisah masing-
masing 3 jam pelajaran per minggu. IPS tidak dipisahkan dan tetap memiliki jam
pelajaran per minggu 4 jam sama dengan kurikulum sebelumnya. Di sini tampak
adanya pergeseran konsep dan filosofis dimana para pengembang kurikulum SMP
1984 terbagi dalam kelompok yang berbeda.
Pengembang kurikulum SMP 1984 masih tetap mempertahankan
pendidikan IPS sedangkan kelompok pengembang IPA sudah tidak lagi
mempertahankan pikiran semula yang digunakan dalam kurikulum SMP 1975.
Mungkin saja kesulitan mendapatkan guru yang mampu mengajar Biologi dan
Fisika dalam satu mata pelajaran IPA menjadi alasan utama pemisahan tersebut.
Struktur kurikulum SMA 1984 mengalami perubahan yang cukup
mendasar dibandingkan dengan kurikulum SMA 1975. Pada kurikulum SMA
1984 mata pelajaran dikelompokkan Program Inti yang harus diikuti seluruh
peserta didik dan Program Pilihan yang mengganti istilah penjurusan. Perubahan
terjadi juga dalam penjurusan baik mengenai waktu mau pun mengenai jumlah
penjurusan. Peserta didik baru memilih jurusan yang dinamakan Program Pilihan
pada saat mereka naik ke kelas II dan bukan pada semester II. Dalam hal waktu
penjurusan, kurikulum SMA 1984 sama dengan kurikulum SMA 1968. Nama
Program Pilihan adalah Program Ilmu-Ilmu Fisik, Program Ilmu-Ilmu Biologi,
Program Ilmu-Ilmu Sosial, dan Program Pengetahuan Budaya. Nama Ilmu Pasti
yang selalu disejajarkan dengan Pengetahuan Alam dalam kurikulum sebelumnya
tidak digunakan lagi.
Orientasi pendidikan disiplin ilmu pada kurikulum SMA 1984 semakin
kental dibandingkan kurikulum sebelumnya. Orientasi pendidikan disiplin ilmu
tampak pada nama-nama mata pelajaran yang disamakan dengan nama disiplin
ilmu dan pada mata pelajaran. Program Inti yang tidak saja terdiri dari mata
pelajaran umum seperti agama, PMP, dan pendidikan jasmani terdapat pula mata
pelajaran untuk landasan pendidikan akademik. Mata pelajaran Sejarah (Indonesia
dan Dunia), Geografi, Bahasa, Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, dan Bahasa
Inggris menjadi mata pelajaran dalam Program Inti.
D. Dasar Perubahan Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam
GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan
kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun
1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984
( Komalawati, 2011 ).
Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975 oleh
karena itu juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Tokoh
penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Prof.D.Conny R.Semiawan,
kepala pusat kurikulum depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP
Jakarta (Universitas Negeri Jakarta) periode 1984-1992.
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 kekurikulum 1984 di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung kedalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi
dengan kemampuan anak didik
3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di
sekolah
4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang
5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang
pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai
sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah
6. Pengadaan program studi baru ( seperti di SMA ) untuk memenuhi kebutuhan
lapangan kerja.

E. Ciri-ciri Kurikulum 1984


Kurikulum 1984 memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
a. Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang
sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh
karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama
harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar
siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik,
mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh
pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
c. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral
adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar
berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi
kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang
diberikan.
d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian,
baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang
pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa
memahami konsep yang dipelajarinya.
e. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa
dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan
konkret, semikonkret, semi abstrak, dan abstrak dengan menggunakan
pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah
menuju ke sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks.
f. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses
diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan
pelajaran (Komalawati, 2011 ).
Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut.
1) Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kurikulum 1984
memiliki enam belas mata pelajaran inti.
2) Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-
masing.
3) Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat
3 jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984
jurusan dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri dari:
 A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
 A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
 A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
 A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.
 B, penekanan keterampilan kejuruan. Tetapi mengingat program B
memerlukan sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk
sementara ditiadakan.

F. Pendekatan Kurikulum 1984


Pendekata dalam kurikulum 1984 yaitu menerapkan pendekatan
pembelajaran CBSA dan Keterampilan Proses.
1. Pendekatan Keterampilan Proses.
Pendekatan Ketrampilan Proses merupakan pendekatan belajar
mengajar yang bertujuan untuk menanamkan keterampilan fisik dan
mental peserta didik. Keterampilan Proses mulai dikembangkan oleh Pusat
Kurikulum mulai tahun 1980 sd tahun 1983 khususnya dalam bidang studi
Ilmu Pengetahuan Alam di tingkat Sekolah Dasar.
2. Pendekatan CBSA
Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif merupakan Proses belajar-
mengajar dilaksanakan dengan lebih banyak mengacu kepada bagaimana
peserta didik belajar, selain kepada apa yang ia pelajari. Dengan demikian
proses belajar mengajar perlu berpusat pada peserta didik (student
centered) daripada berpusat pada guru (teacher centered).
G. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1984
a. Kelebihan kurikulum 1984
1. Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci,
sehingga guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
2. Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan
melalui keberanian memberikan pendapat
3. Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah
berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam
melaksanakan tugas.
4. Anak dapat belajar dari pengalaman langsung.
5. Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun
sosial.
6. Memasyarakatkan  keterampilan berdiskusi yang diperlukan dengan
berpartisipasi secara aktif
b. Kekurangan kurikulum 1984
1. Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah
suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada
tempelan gambar, dan yang menyolok.
2. Adanya ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu
buku teks dan metode yang disebut secara rinci, sehingga membentuk guru
dan siswa tidak kreatif untuk menentukan metode yang tepat dan memiliki
sumber belajar sangat terbatas.
3. Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak
pendapat peserta lain.
4. Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan
ketinggalan.
5. Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga prakarsa serta
tanggung jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar sangat
kurang.
6. Diperlukan waktu yang  banyak dalam pembelajaran menyebabkan materi
pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.
7. Guru kurang berperan aktif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum, perubahan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan setiap
sepuluh tahun sekali. Perubahan kurikulum tersebut dilakukan agar kurikulum
tidak ketinggalan dengan perkembangan masyarakat, termasuk ilmu pengetahuan
dan teknologinya. Namun demikian perubahan kurikulum selalu dikaitkan dengan
perkembangan dan keadaan masyarakatan saat itu. Perubahan perlu dilakukan,
agar pendidikan dapat bersaing dengan globalisasi.
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL). Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan
instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar
kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-
benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan
bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai
siswa.

B. Saran
Sesuai dengan perkembangan dan ilmu pengetahuan sebaiknya kurikulum
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kurikulum perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi
di masyarakat. Selain itu, perubahan kurikulum harus mengacu pada sumber
hukum yaitu pancasila dan Undang-undang dasar 1945. Perubahan kurikulum
juga harus didukung oleh guru dan pengampu dunia pendidikan, agar
perkembangan pendidikan dapat berjalan sesuai dengan perkembangan saat ini
dan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Marsudi, 2011. Hakekat Kurikulum Dan Prisip-Prisip Pengembangan Kurikulum.
Yogyakarta.
Nasution, 2006. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Oktaviani, Rosita, 2009. Sejarah Kurikulum Indonesia. Blogdetik.com.
http://muslimahasy-syauq.blogspot.com/2013/11/kurikulum-tahun-1984.html

Anda mungkin juga menyukai