Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam perjalanan sejarah sebelum kemerdekaan, kurikulum sering dijadikan alat politik
oleh pemerintah. Misalnya, ketika Indonesia masih dibawah penjajahan Belanda, Jepang,
kurikulum harus disesuaikan dengan kepentingan politik kedua negara tersebut. Setelah
Indonesia merdeka pada tahun 1945, kurikulum sekolah diubah dan disesuaikan dengan
kepentingan politik bangsa Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsa sebagai
cerminan masyarakat Indonesia.

Sejarah kurikulum pendidikan di INDONESIA kerap berubah setiap ada pergantian


Mentri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standart
mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional teah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
2004, 2006, 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari tejadinya perubahan
system politik, social budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis
sesuai dengan tuntukan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional
dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu pancasila dan UUD 1945, perbedaannya pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah
kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya maka setiap kurun waktu tertentu kurikulum selalu
dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan dimensi-dimensi baru. Pengembangan kurikulum
sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan diindonesia. Ia
sebagai instrument yang membantu praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik
dan kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru
melakukan tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan atau
perubahan kurikulum tidak pernah berhenti, ia merupakan proses yang berkelanjutan dan terus
menerus sejalan dengan perkembangan dan tuntutan jaman dan perubahan yang terjadi didalam
masyarakat.

1
Prof. Dr. Engkoswara, guru besar Univeristas Pendidikan Bandung telah membua
4(empat) rumus pengertian kurikulum, lengkap dengan visualisasinya. Pertama, kurikulum
adalah jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Kedua, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran.
Ketiga, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan
oleh peserta didik. Keempat, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan,
serta segala sesuatu yang akan berpengaruh dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan. Rumus ini memudahkan kita untuk memahami pengertian kurikulum.

1.1 Pengertian Kurikulum


Pengertian kurikulum menurut beberapa ahli :
1. Hilda Taba
Kurikulum dianggap sebagai a plan of learning yang artinya bahwa kurikulum
merupakan sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh peserta didik.

2. Murray Print
Menjelaskan bahwa kurikulum ialah ruang pembelajaran yang direncanakan,
diberkan secara langsung kepada peserta didik oleh sebuah lembaga pndidikan
dan merupakan pengalaman yang bisa dinikmati oleh seluruh peserta didik ketika
kurikulum itu diterapkan.

3. George A. Beaucham (1976)


Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang berisikan seluruh mata
pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik melalui piilihan berbagai
disiplin ilmu dan rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

4. Menurut saya
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelengaraan pendidikan yang berisi rancangan
pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode
jenjang pendidikan.

2
1.2 Konsep Dasar Kurikulum

Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep
kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan
sebagai bidang studi.

1. Kurikulum sebagai suatu substansi

Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-
murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga
dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan
belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai
dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan
pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup
lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.

2. Kurikulum sebagai suatu sistem

            Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan,
sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur
personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan,
mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya
suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum
agar tetap dinamis.
3. Kurikulum sebagai suatu bidang studi
            Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli
pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu
tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum
mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai
kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan
memperkuat bidang studi kurikulum. Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori
kurikulum juga dituntut untuk: (1) mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif
dari istilah-istilah teknis, (2) mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam
pengetahuan-pengetahuan baru, (3) melakukan penelitian inferensial dan prediktif, (4)

3
mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan model-model
kurikulum. Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui
pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun bidang studi
kurikulum dapat bertahan dan dikembangk.

1.3 Jenis Kurikulum


Ada 2 kurikulum yaitu :
1. Kurikulum dokumentasi
Menurut pandangan lama, kuikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang arus
disampaikan guru atau dipelajari lagi siswa. Konsep kuikulum dikemukakan oleh Robert S. Zais
(1976), yang mengatakan bahwa , “ curriculum is aracecorse of subject matters to be masterd”.

Menurut Hilda Taba (1962). Kuriulum perkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metoda
yang lebih luas atau lebih umum , sedangkan yang lebih sempit dan lebih khusus menjadi tugas
pengajaran. Berbgaai pandangan tentang konsep kurikulum di atas member penegasan bahwa
kurikulum sebagai dokumen tertulis merupakan seperangkat rencanaan pengaturan mengenai isi
dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran.

2. Kurikulum tersembunyi

Zais (1976) berpandagan bahwa, kebaikan suatu kurikulum tidak dapat dinilai di
dokumen tertulisnya saja, melainkan arus dinilai dalam poses pelaksanaan fungsinya di salam
kelas. Karenanya, kuikulum bukananya merupakan dokumen tetulis bagi pengajaran saja,
melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, dan dapat memberikan
pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan belajar mengajar dikelas. Berbagai wujud
implementasi hidden curriculum guru didalam dan di luar kelas adalah pemberian contoh
keteladanan dalam berbagai aspek, antara lain: sikap dan moral, cara bepakaian, tutur kata,
pemberian pelayanan dan pengalaman, pelaksanaan ibadah, disiplin diri dan lain sebagainya.

Menurut Dool kurikulum sebagai pemberian pengalaman kepada siswa, dapat diperoleh
disekolah, diruma maupun dimasyarakat bersama guru maupun tanpa guru, baik yang berkaitan
dengan mata pelajaran atau pun tidak. Kurikulum tersembunyi sebagai suatu yang mengandung

4
pendidikan dan pengajaran diwujudkan dalam bentuk pola-tindak orang-orang disekitar peserta
didik yang bertujuan mempengaruhi tingkah laku yang terjadi didalam diri peserta didik
memungkinkannya untuk berfungsi secara sempurna dalam menjalani kehidupan di masyarakat.

1.4 Perkembangan Kurikulum

1. Kurikulum 1947

Kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum
pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan colonial Belanda dan Jepang, sehingga
hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan
sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu
masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development
conformism,bertujuan untuk membentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat
dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.

2. Kurikulum 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini
sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Kurikulum 1964
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum
di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964
yang menjadi ciri darikurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran
dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral (Hamalik, 2004). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani. Pendidikan
dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

5
4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan
orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia
Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral,
budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by
objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu
rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari
setiap kegiatan pembelajaran.

6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan
instruksional. Didasari olehpandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam
waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena
itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa
yang harus dicapai siswa.

6
7. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak
pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan system caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan
soal dan pemecahan masalah.

8. Kurikulum 2004 (KBK)


Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan
(kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan.
Competency Based Education is education geared toward preparing indivisuals to perform identified
competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan
mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah
ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai
pedoman pembelajaran. Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada: (1) hasil dan dampak
yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang
bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya (Puskur,
2002a). Tujuan yang ingin dicapai menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.

9. Kurikulum 2006 (KTSP)


Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian
target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan
Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah
berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar

7
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran,
seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah
koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)

10. Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 merupakan hasil kajian dari kurikulum berbasis B u k u A j a r 8
kompetensi dan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum 2013 dilakukan
seiring dengan perkembangan zaman dan ada beberapa kelemahan dari KTSP 2006. Salah satu
kelemahan KTSP 2006 adalah kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai
dengan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional. Adanya pola baru dalam mengembangkan
kurikulum, pada kurikulum KBK 2004 dan KTSP 2006 kompetensi diturunkan dari mata
pelajaran, sedangkan pada kurikulum 2013 mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang
ingin dicapai. Selain itu, kurikulum 2013 ini tidak jauh berbeda dengan KBK dan KTSP yaitu
sama-sama berbasis kompetensi. Akan tetapi, bila kompetensi pada KBK dan KTSP terpisah
antar mata pelajaran, sedangkan kompetensi pada kurikulum 2013 semua mata pelajaran
diintegrasikan oleh kompetensi inti.

1.1.1 Faktor-faktor perekembangan kurikulum (Internal-Eksternal)


 Faktor Eksternal
1. Perubahan social budaya dan harapannya, termasuk didalamnya harapan orang tua
terhadap pendidikan anaknya, sarat-sarat kepegawaian, asumsi-asumsi masyarakat,
nilai-nilai dan perububahan pola hubungan (interaksi) antara orang tua dan anak,
ideology dan sebagainya.
2. Sarat dan ketentuan tentang system pendidikan dan tantangnnya, seperti halnya
pernyataan kebijakan, ujian, harapan masyarakat sekitar atau permintaan maupun
tekanan darinnya. Proyek kurikulum dan penilitian pendidikan.
3. Perubahan alam dan bidang studi sampai ke pengajarannya, hendaknya kurikulum
selalu melakukan perubahan berkala tahapan beberapa bagian yang mengikuti
perkembangan zaman.

8
4. system pendukung potensi guru seperti halnya lembaga pelatihan guru, lembaga
penenlitian dan lembaga pengembangan guru untuk menjadi guru yang lebih
professional.
 Faktor Internal
1. siswa, termasuk siswa, kemampuan, dan motivasi belajarnya serta perkembangan
yang terjadi pada siswa sesuai tingkat usiannya.
2. Guru, termasuk nilai sikap,keterampilan, pengetahuan, pengalaman, kemampuan
khusus, keterbatasannya, dan aturan yang dibuat
3. Kinerja sekolah atau perguruan tinggi, dan struktur politik diantaranya asumsi
umum, termassuk harapan yang telah mentradisi, kekuatan distribusi, hubungan
dengan masyrakat, norma yang berlaku, dan sebagainnya.
4. sumber-sumber material termasuk gedung, sarana dan prasarana serta berbagai
potensi yang dapat merubahnya. sehingga kurikulum dapat diterapkan dengan
maksimal sesuai kemampuan lingkungannya.

1.1.2 Prinsip perkembangan Kurikulum


Ada lima prinsip umum pengembangan kurikulum menurut Efendi (2009), antara lain:

1) Prinsip Relevansi
Dalam kamus bahasa inggris kata relevansi mempunyi arti yakni, kedekatan hubungan apa yang
terjadi. Relevansi dalam kurikulum diartikan sebagai kesesuaian dan keserasian antara kurikulum
dengan tuntutan kehidupan masyarakat sebagai pemakai keluaran pendidikan. Prinsip ini
dikategorikan menjadi relevan eksternal dan relevan internal. Relevan eksternal yaitu ke luar,
berarti kesesuaian kurikulum dengan dunia kerja atau jenjang pendidikan di atasnya. Relevan
internal atau ke dalam adalah kesesuaian antar komponen-komponen yang terstruktur dalam
kurikulum itu sendiri seperti tujuan, isi, kegiatan belajar, dan evaluasi (Efendi, 2009).

2) Prinsip efisiensi
Efisiensi suatu kurikulum berkaitan dengan upaya peminimalan penggunaan dana, waktu dan
tenaga, tanpa mengurangi hasil atau tujuan yang dicapai (Efendi, 2009). Prinsip efisien dalam
pengembangan kurikulum tentu sulit digunakan bila dibandingkan dengan produk suatu

9
perusahaan atau mesin. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktik pendidikan, sesuai
dengan situasi dan kondisi tertentu. pengembang kurikulum akan dipandu untuk memenuhi
kriteria praktis. Salah satu kriteria praktis itu adalah efisien, maksudnya tidak mahal alias
murah, tetapi bukan berarti murahan. Hal ini mengingat sumber daya pendidikan, seperti
tenaga, dana, fasilitas, terutama di daerah sangat terbatas (Arifin, 2014).

3) Prinsip Efektivitas
Walaupun kurikulum harus sederhana dan murah, tetapi keberhasilannya tetap harus
diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitas
(Sukmadinata, 2010). Efektifitas kurikulum berkenaan dengan tingkat keterlaksanaan berbagai
program kurikulum di lapangan dan tingkat ketercapaian tujuan yang diharapkan.
Prinsip ini dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu proses dan produk. Dimensi proses
mengacu pada keefektifan proses pembelajaran sebagai real curriculum (keefektifan guru
mengajar dan keefektifan peserta didik belajar). Sedangkan dimensi produk mengacu pada hasil
yang ingin dicapai (Arifin, 2014).

4) Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)


Kurikulum harus dikembangkan secara berkesinambungan, baik antar mata pelajaran, antar
kelas, maupun antar jenjang pendidikan (Arifin, 2014). Kesinambungan berarti adanya
sambungan berkelanjutan dari dua hal atau lebih, dimana salah satunya mendasari, mendukung,
membantu memahami atau mempelajari hal berikutnya. Perkembangan dan proses anak
berlangsung secara berkesinambungan. Oleh karena itu, pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum hendaknya juga harus berkesinambungan dengan tujuan agar proses pendidikan atau
belajar siswa bisa maju secara sistematis, dimana pendidikan pada kelas atau jenjang yang lebih
rendah harus menjadi dasar untuk melanjutkan pada kelas dan jenjang di atasnya.
Pengertian kontinuitas mengindikasikan kesinambungan vertikal dan horizontal. Kontinuitas
vertikal berkenaan dengan adanya sambungan berkelanjutan antara program pendidikan suatu
jenjang atau tingkat dengan program pendidikan suatu jenjang/jenjang di atasnya. Sedangkan
kontinuitas horizontal adalah hubungan program pendidikan satu dengan lainnya yang
berlangsung pada jenjang/tingkat yang sama (Arifin, 2014)

5) Prinsip Fleksibilitas (keluwesan)

10
Kurikulum hendaknya dikembangkan secara lentur/tidak kaku. Kelenturan dalam bidang
pendidikan dapat dibahas dari dua posisi yang berbeda, yaitu: (a) fleksibilitas sebagai suatu
pemikiran kependidikan, dan (b) fleksibilitas sebagai kaidah B u k u A j a r 42
BAB II

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

2.1 Tujuan pendidikan


Tujuan adalah sesuatu yang akan dijangkau atau sasaran dari suatu aktifitas yang sedang dan
atau dilaksanakan. Sedangkan pendidikan adalah suatu proses dari serangkaian kegiatan
pembelajaran yang konsisten dan berkesinambungan menuju kearah tujuan yang telah
ditetapkan. Proses merupakan rangkaian perubahan yang berlangsung secara bertahap menuju
kearah titik optimal dari proses tersebut. Dengan demikian, dapat didefenisikan tujuan
pendidikan adalah serangkaian proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara konsisten
dan berkesinambungan menuju arah perubahan tingkah laku yang telah ditetapkan. Tujuan-
tujuan kependidikan tidak sekaligus dapat direalisasikan dalam sekali, melainkan harus dicapai
melalui tahap-tahap proses berjenjang atau bertingkat sejalan dengan tingkat perkembangan
kemampuan psikologis dan fisiologis siterdidik. Oleh sebab itu itu tujuantujuan pendidikan itu
secara sadar dan sistematis perlu dirumuskan berdasarkan klasifikasi (taksonomi) dari tujuan
yang paling sederhana sampai tujuan yang paling kompleks, atau dari yang paling umum
(general) sampai yang paling kusus (spesifik) dan operasional. Tingkat-tingkat tujuan pendidikan
itu meliputi: (a) tujuan pendidikan nasiona; (b) tujuan institusional; (c) tujuan kurikuler; (d)
tujuan pembelajaran, yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus.

2.1.1 Tujuan Pendidikan Nasional


Yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam system pendidikan nasional selalu mengacu
pada perubahan sesuai dan perkembangan pembangunan tuntutan masyarakat dan dunia kerja.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Instutisional


Yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh suatu lembaga pendidikan tertentu yang terjadi
dari tujuan umum dan khusus

11
2.2 Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu program studi, bidang studi
dan suatu mata pelajaran, yang disusun berdasarkan tujuan institusional. Perumusan tujuan
kurikulum berpedoman pada kategorisasi tujuan pendidikan/taksonomi tujuan, yang dikaitkan
dengan bidang-bidang studi bersangkutan. Selain itu, perumusan tujuan kurikulum juga sangat
terkait erat dengan filsafat yang melandasari pengembangan suatu kurikulum.Misalnya, jika
suatu kurikulum yang dikembangkan menggunakan dasar filsafat klasik (perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme) sebagai pijakan utamanya, maka tujuan kurikulum lebih banyak
diarahkan pada pencapaian penguasaan materi dan cenderung menekankan pada upaya
pengembangan aspek intelektual atau aspek kognitif. Apabila kurikulum yang dikembangkan
menggunakan filsafat progresivisme sebagai pijakan utamanya, maka tujuan pendidikan lebih
diarahkan pada proses pengembangan dan aktualisasi diri peserta didik dan lebih berorientasi
pada upaya pengembangan aspek afektif. Pengembangan kurikulum dengan menggunakan
filsafat rekonsktruk-tivisme sebagai dasar utamanya, maka tujuan pendidikan

2.3 Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakannya
suatu proses pembelajaran, yang bertitik tolak pada perubahan tingkah laku siswa. Tujuan ini
disusun berdasarkan tujuan kurikulum. Tujuan pembelajaran terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus. Kurikulum yang diberlakukan saat ini menggunakan istilah tujuan pembelajaran dengan
sebutan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator.

STANDAR KOMPETENSI (SK)


 Penjabaran standar kompetensi lulusan (SKL)
 Mengandung struktur perilaku yang masih bersifat umum dan luas (Kognitif, afektif,
psikomotorik)
 Mengandung materi pokok yang beragam

12
KOMPETENSI DASAR (KD)
 Penjabaran dari Standar Kompetensi
 Mengandung 2 atau lebih unsur struktur perilaku
 Mengandung 2 atau lebih materi pokok

INDIKATOR
 Penjabaran secara rinci KD
 Mengandung hanya satu unsur perilaku (spesifik)
 Menggunakan kata operasional, terukur, dan dapat diamati
 Mengandung komponen-komponen BCD

 B = Behavior yaitu perilaku spesifik yang akan dimunculkan oleh siswa setelah selesai
proses belajarnya dalam pelajaran tersebut. Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting,
yaitu kata kerja dan objek.
 C = Condition yaitu keadaan atau dalam keadaan bagaimana siswa diha-rapkan
mendemonstrasikan perilaku yang dikehendaki saat ia dites.
 D = Degree yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku tersebut. Tingkat
keberhasilan ditunjukkan dengan batas maksimal dari penampilan suatu perilaku yang
dianggap dapat diterima. Di
bawah batas itu berarti siswa belum mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Contoh: Menyebutkan 5 jenis tumbuhan berbiji tumbuh

13
BAB III
MATERI PEMBELAJARAN
3.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
3.1.1 Kompetensi Inti
 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong-royong) santun, ressponsif, dan pro-aktif dan menununjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menenmpatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual,
procedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan dengan
wawwasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuuai dengan bakat dan minatnya untuk
menyelesaikan masalah.
 Megelolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

3.1.2 Kompetensi Dasar


 Menganalisis penarikan sampel acak dari suatu populasi sekumpulan objek atau
kejadian sehari-hari.
 Mendeskripsikan konsep variable acak, dan menganalisis untuk merumuskan
fungsi distribusi binomial melalui percobaan acak.
 Menyajikan dan menggunakan rumus fungsi distribusi binomial dalam menaksir
suatu kejadian yang akan muncul berkaitan dengan percobaan acak.

14
3.1.3 Taksonomi Dalam pembelajaran

Kognitif Afektif Psikomotorik


1. Dapat mengenal dan 1. Memperhatikan guru 1. Dapat menganalisis
mendefenisikan saat menjelaskan dan menyimpulkan
sampel dan fungsi materi hasil obervasi dan
distribusi 2. Merespon materi eskperimen tentang
2. Dapat menganalisis yang disampaikan penarikan sampek
penarikan sampel 3. Menumbuhkan minat dan variable acak.
acak dari suatu pada siswa untuk 2. Menjelaskan kembali
populasi melakukan percobaan penjelasan yang
3. Mendeskripsikan sampel acak disampaikan.
konsep variable acak
4. Menyajikan dan
menggunakan rumus
fungsi distribusi
binomial dalam
menaksi suatu
kejadian

15
Tujuan pembelajaran Indikator
1. Mensekripsikan variable acak dan 1. Mengetahui konsep dari variable acak
fungsi distribusi 2. Memahami distribusi binomial melalui
2. Melakukan percobaan acak atau percobaan acak
eksperimen acak 3. Menganalisis sampel acak dari suatu
3. Menganalisis sampel acak dari suatu populasi
populasi sekumpulan objek atau 4. Mengetahui dan memahami distribusi
kejadian sehari-hari binomial dan penarikan sampel
4. Memahami distribusi binomial dan 5. Mampu menyajikan proses dan hasil
penarikan kesimpulan dari penarikan sampel dengan
5. Menjelaskan penarikan kesimpulan menjelaskan secara argumentasi.
melalui uji hipotesis rata-rata
6. mengevaluasi penarikan kesimpulan

Materi pokok Uraian Materi Sifat materi


1. sampel dan fungsi 1. 1. fakta
distribusi 2. rumus fungsi distribusi 2. konsep
binomial
3. penarikan kesimpulan
melalui uji hipotesis
rata-rata.

16
3.2 Peta Konsep

SAMPEL, FUNGSI DISTRIBUSI, DAN


PENARIKAN KESIMPULAN

Teknik-teknik Fungsi Distribusi Penarikan


pengambilan Sampel Binomial Kesimpulan

populasi Konsep variable acak

Sampel dan Distribusi peluang


Ukuran variable acak diskrit

Teknik Sampling
Distribusi peluang
kumulatif

Penerapan Materi pada


kehidupan sehari-hari

17
Materi pembelajaran :

Sampel dan fungsi distribusi binomial

Fakta :

3.3 Teknik - Teknik Pegambilan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan sekumpulan individu dengan karakteristik tertentu yang menjadi objek
dalam penelitian. Dalam populasi harus didefinisikan isi, satuan, cakupan dan waktu.

Berdasarkan sifat nya populasi dibagi dua macam yaitu populasi homogen dan populasi
heterogen. Popolasi homogen  memiliki karakteristik yang relative seragam. Sedangkan populsi
heterogen memiliki karakteristik berbeda satu sama lain sehingga butuh penjelasan terhadap
karakteristik tersebut.

Contoh soal:

1.Contoh penelitian motivasi siswa SMP di Kabupaten Tuban tahun 2013 mengikuti bimbingan
belajar.

Isi                    → semua siswa SMP


Satuan             → yang mengikuti bimbingan belajar
Cakupan          → Kabupaten Tuban
Waktu             → tahun 2013
Populasi           → semua siswa yang mengikuti bimbingan belajar di Kabupaten Tuban tahun
2013

      3.3.2 Sampel dan ukuran


Bagian anggota populasi yang di teliti disebut sampel. Ukuran sampel dapat ditentukan
sebagai berikut:
a.Menggunakan rumus Slovin

18
 rumus ini menggunakan tingkat signifikasi/tingkat keyakinan/taraf kesalahan
5% ,menggunakan pendekatan distribusi binomial.
b. Menggunakan table krejcie dan morgan
   table ini menggunkan tingkat signifikasi 5%, menggunakan pendekatan distribusi chi
kuadrat dengan derajat bebas 1.
c. menggunakan table Isaac dan Michel
   table ini mengunakan taraf kesalahan 1% 5 % dan 10% dan menggunkan pendekatan
distribusi chi kuadrat dengan derajat bebas 1.

3.3.3 Teknik sampling

Sampling adalah pengambilan sejumlah objek penelitian sebagai wakil populasi sehinggaj
diproleh sampel yang mewakili populasi.

Tahap-tahap pengambilan sampel yaitu:

1 menentukan populasi

2 Membuat kerangka sampling

3 menentukan ukuran sampel

4 memilih teknik sampling

5 memilih sampel 

Teknik-teknik pengambilan sampel secara acak yaitu :

           1.      Teknik sampling acak sederhana

Teknik ini di gunakan jika tersedia kerangka sampling (daftarseluruh populasi),populasi


penelitian homogeny,perbedaan karakter.

3. Teknik sampling sistematik (systematic sampling)

Teknik ini digunakan apabila tersedia kera ka sampling atau populasi mempunyai pola beraturan

           3.      Teknik sampling acak distratifikasi (stratified random sampling)

Teknik ini dignakan untuk mengambil sampel dari populasi yang bersifat heterogen yang terdiri
atsa strata atau lapisan yang homogen.

19
           4.      Teknik sampling gugus sederhana (simple cluster sampling) dan gugus bertahap (multi
stage sampling)

Teknik ini biasanya digunakan jika kerangka sampling tidak tersedia atau tidak lengkap dan
dibutuhkan biaya besar untuk membuat kerangka sampling.

Konsep :

3.4 Fungsi Distribusi Binomial

3.4.1 konsep variable acak

Variable merupakan suatu besaran yang memiliki nilai tunggal.

Variable acak merupakan variable yangnilainya di tentukan oleh hasil percobaan,variable acak
dinyatakan dengan huruf besar missal X,Y,Z sedangkan nilai variable acak dinyatakan dengan
huruf kecil misalnya x,y,z.

Variabel acak ada dua yaitu variable acak diskrit dan variable acak kontinu. Variable acak disktir
di proleh dari hasil menghitung/membilan dan nilainya berupa bilangan bulat,jika digambar pada
garis interval berupa deretan titik-titik yan saling terpisah.

Variable acak kontinu diproleh dari hasil mengukur dan ilainya berupa bilanganreal.jika
digambarkan pada garis interval berupa deretan titik-titik yang salng tersambung membentuk
garis.

3.4.2 Distribusi peluang variable acak diskrit (f)

Ditribusi peluang variable acak merupakan suatu cara untuk menyajikan peluang nilai-
nilaivariabel acak diskrit.distribusi peluang disebutjuga distribusi probabilitas.

Variabel Acak adalah suatu fungsi yang memetakan setiap anggota Ruang Sampel S ke
bilangan Real[3]. Dalam statistika, variabel acak disimbolkan dengan huruf-huruf kapital
misalkan X, Y, Z, dll. Variabel acak yang mampu menjalani bilangan bulat adalah Variabel
Acak Diskrit, sedangkan variabel acak yang mampu menjalani bilangan real adalah Variabel
Acak Kontinu. Misalkan X adalah variabel acak diskrit maka fungsi kepadatan probabilitas
(probability density function, PDF) dapat didefinisikan sebagai

20
Dengan kata lain, fungsi pX(x) adalah fungsi distribusi probabilitas dari X untuk variabel acak
diskrit. Misalkan X merupakan variabel acak diskrit maka fungsi kepadatan kumulatif
(cumulative density function, CDF) dapat didefinisikan sebagai.

Dengan kata lain, fungsi FX(x) adalah fungsi distribusi dari X untuk variabel acak diskrit. CDF
dari variabel acak diskrit X dapat diilustrasikan sebagai berikut.

Jika pX(x) merupakan PDF dari variabel acak diskrit X, maka terdapat relasi antara PDF dan
CDF, yaitu

Sebagai tambahan, mean dan varian dari variabel acak diskrit masing-masing adalah

dan

21
Contohnya, dalam suatu keluarga yang memiliki dua anak, distribusi probabilitas dari
banyaknya anak yang terlahir perempuan akan mengikuti ketentuan ini

      3.4.3 Distribusi peluang kumulatif (jumlah) variable acak diskrit (F)

 Variabel acak binomial dan fungsi distribusi binomial

Ciri-ciri percobaan binomial yaitu: 


1) Percobaan dilakukan secara berulag-ulang sebanyak n kali,dengan n bilangan positif.
2) Percobaan bersifat saling bebas(independent)
3)     Setiap kejadian memiliki 2 kejadian yaitu kejadian yang diharapkan dan kejadian yang
tidak               di harapkan.
4) Peluang setiap kejadian tetap dalam setiap percobaan.

Ketentuan penggunaan teknik pengambilan sampel acak sederhana:

1. Teknik ini digunakan jika elemen populasi homogen, sehingga elemen apa pun yang
dipilih sebagai sampel dapat mewakili populasi.
2. Fakta jika analisis penelitian cenderung bersifat deskriptif dan umum.
Kelemahan dan kelebihan dari simple random sampling

Kerugian dari teknik pengambilan sampel ini meliputi:


1. Anda memerlukan daftar anggota populasi,
2. Butuh waktu lama,
3. Mahal.

Sedangkan kelebihan teknik ini mudah diimplementasikan.


Prosedur pengambilan sampel acak sederhana
Prosedur dalam teknik ini adalah:
1. Atur “kerangka pengambilan sampel”
2. Tentukan jumlah sampel yang akan diambil

22
3. Tentukan alat pemilihan sampel
4. Pilih sampel hingga jumlah yang puas.

Contoh: populasi 4 elemen (e1, e2, e3, e4). Kemudian dua elemen akan dipilih sebagai sampel,
sehingga kemungkinan kombinasi dari 2 sampel adalah sebagai berikut:
Kemungkinan I: e1, e2
Kemungkinan II: e1, e3
Kemungkinan III: e1, e4
Kemungkinan IV: e2, e3
Kemungkinan V: e2, e4
Kemungkinan VI: e3, X4.

3.5 Menyajikan Rumus Fungsi Distribusi Binomial Dalam Kejadian


3.5.1 Distribusi Binomial.
Sukses atau gagal adalah dua hal yang dapat terjadi pada suatu percobaan. Dikatakan
sukses jika kejadian yang diharapkan muncul, sementara dikatakan gagal jika kejadian yang
diharapkan tidak muncul. Sukses dan gagal saling mutually exclusive.
Jika pada suatu percobaan yang dilakukan sebanyak n kali, variabel acak X adalah kejadian yang
diharapkan, peluang sukses dinotasikan p, dan peluang gagal dinotasikan q, maka dikatakan
bahwa X berdistribusi binomial berparamater n dan p, dinotasikan X ∼ B(n,p).
Probabilitas variabel acak X adalah P(X = x) = nCx (p^x)(q^(n-x)), dimana q = 1 – p dan x = 0,
1, 2, …, n.
Di bawah ini adalah satu permasalahan probabilitas yang dapat disampaikan baik dalam
pembelajaran matematika peminatan maupun matematika wajib.

Permasalahan:
Pada suatu percobaan melempar undi sebuah dadu sebanyak satu kali. Kejadian yang diharapkan
adalah muncul mata dadu 6. Percobaan diulang sebanyak dua kali.
Tentukanlah:
1. probabilitas/peluang kejadian muncul mata dadu bukan 6 (tidak pernah muncul mata dadu 6);
2. probabilitas/peluang kejadian muncul mata dadu 6 sebanyak satu kali;

23
3. probabilitas/peluang kejadian muncul mata dadu 6 sebanyak dua kali; dan
4. ekspektasi/harapan kejadian muncul mata dadu 6

Penyelesaian:

 CARA 1 (Matematika Peminatan)


Misalkan variabel acak X adalah kejadian muncul mata dadu 6, x = 0, 1, 2.
Banyak percobaan = n = 2
Peluang kejadian muncul mata dadu 6, dengan kata lain peluang sukses = p = 1/6
Peluang kejadian muncul mata dadu bukan 6, dengan kata lain peluang gagal = q = 1 – p
= 5/6
Variabel acak X memiliki distribusi binomial berparamater 2 dan 1/6, dinotasikan X ∼
B(2, 1/6).
Probabilitas variabel acak X adalah P(X = x) = 2Cx (p^x)(q^(2-x)),  x = 0, 1, 2.

1. Kejadian muncul mata dadu bukan 6, berarti X = 0


P(X = 0) = 2C0 (1/6)º (5/6)² = 25/6

2. Kejadian muncul mata dadu 6 sebanyak satu kali, berarti X = 1


P(X = 1) = 2C1 (1/6) (5/6) = 10/36

3. Kejadian muncul mata dadu 6 sebanyak dua kali, berarti X = 2


P(X = 2) = 2C2 (1/6)² (5/6)º = 1/36
Berikut ini adalah tabel distribusi probabilitas X
xi |     pi    |   xipi
0  | 25/36 |   0
1  | 10/36 |  10/36
2  |  1/36  |  2/36

24
4 .Ekspektasi kejadian muncul mata dadu 6 adalah
E(X) = ∑xipi = 0(25/36) + 1(10/36) + 2(1/36) = 12/36 = 1/3

 CARA 1 (Matematika Wajib):


Ruang sampel percobaan melempar undi sebuah dadu sebanyak satu kali adalah S = {1,
2, 3, 4, 5, 6} dan n(S) = 6
Kejadian muncul mata dadu 6, K = {6}, n(K) = 1
Peluang kejadian muncul mata dadu 6, P(K) = n(K)/n(S) = 1/6
Kejadian muncul mata dadu bukan 6, Kc = {1, 2, 3, 4, 5} = n(Kc) = 5
Peluang kejadian muncul mata dadu bukan 6, P(Kc) = n(Kc)/n(S) = 5/6
1. Kejadian muncul mata dadu bukan 6, berarti kejadian pada percobaan 1 muncul mata
dadu bukan 6 dan kejadian pada percobaan 2 muncul mata dadu bukan 6.
Peluang kejadian muncul mata dadu bukan 6 = (5/6) (5/6) = 25/36

2. Kejadian muncul mata dadu 6 sebanyak satu kali, berarti:


kasus 1: kejadian pada percobaan 1 muncul mata dadu 6, sementara kejadian pada
percobaan 2 muncul mata dadu bukan 6. Peluang Kasus 1 = (1/6)(5/6) = 5/36
kasus 2: kejadian pada percobaan 1 muncul mata dadu bukan 6, sementara kejadian pada
percobaan 2 muncul mata dadu 6. Peluang Kasus 2 = (5/6)(1/6) = 5/36
Peluang kejadian muncul mata dadu 6 sebanyak satu kali = Peluang Kasus 1 + Peluang
Kasus 2 = 5/36 + 5/36 = 10/36

3. Kejadian muncul mata dadu 6 sebanyak dua kali, berarti kejadian pada percobaan 1
muncul mata dadu 6 dan kejadian pada percobaan 2 muncul mata dadu 6.
Peluang kejadian muncul mata dadu 6 sebanyak dua kali = (1/6) (1/6) = 1/36

4. Harapan kejadian muncul mata dadu 6 = banyak percobaan dikalikan dengan peluang
kejadian muncul mata dadu 6 = 2 (1/6) = 1/3.

25
3.6 Penerapan Materi
Contoh soal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
3.6.1 Ruang Sampel
Ruang sampel adalah suatu himpunan dari keseluruhan kejadian (hasil) percobaan yang mungkin
terjadi. Ruang sampel dilambangkan dengan huruf S.
Contoh:
Ruang sampel pada pengetosan di sebuah dadu yaitu S = (1, 2, 3, 4, 5, 6)
Ruang sampel pada pengetosan pada sebuah mata uang logam yaitu S = (A, G)
Menentukan Ruang Sampel
Ruang sampel hasil dari melempar dua mata uang bisa kita tentukan dengan cara memakai tabel
(daftar) seperti yang ada di bawah ini:

Ruang sampelnya yakni: S = {(A,A), (A,G), (G,A), (G,G)}


Kejadian A1 yang memuat dua gambar adalah = (G,G)
Kejadian A2 yang tidak memuat gambar adalah = (A,A)
Titik Sampel
Titik sampel merupakan anggota-anggota yang berasal dari ruang sampel.

26
Sebagai contoh:
Ruang sampel dari S =  ((A,A), (A,G), (G,A), (G,G))
Titik sampelnya antara lain: ((A,A), (A,G), (G,A), (G,G))

Peluang Kejadian A atau P(A)


Peluang kejadian bisa kita tentukan dengan menggunakan cara seperti di bawah ini:
S = {1,2,3,4,5,6} maka nilainya n(S) = 6
A = {2,3,5} maka n(A) = 3
Dari penjelasan di atas menerangkan bahwa apbila masing-masing titik sampel dari anggota
ruang sampel S mempunyai peluang yang sama. Maka peluang kejadian A yang jumlah
anggotanya dinyatakan dalam n(A) maka bisa dinyatakan dengan menggunakan rumus di bawah
ini:

Nilai Peluang
Nilai-nilai peluang yang didapatkan berkisar antara 0 hingga dengan 1. Untuk masing-masing
kejadian A, batas-batas dari nilai P(A) secara matematis dapat kita tuliskan seperti berikut ini:
0 ≤ P (A)  ≤ 1 dengan P(A) merupakan peluang suatu kejadian A
Apabila P(A) = 0, maka kejadian A merupakan kejadian yang mustahil, maka peluangnya tak
lain adalah 0

Sebagai contoh:
Matahari yang terbit di sebelah selatan merupakan suatu kejadian yang mustahil, sehingga
peluangnya tak lain adalah = 0

27
Apabila P(A) = 1, maka kejadian A merupakan kejadian pasti

Sebagai contoh:
Dalam percobaan pengetosan sebuah dadu yang dilakukan sebanyak 60 kali, maka :
Peluang muncul mata 2 adalah = 1/6 Sebagai contoh:
Makhluk yang bernyawa pasti nanti akan mati hal itu adalah suatu kejadian pasti, sehingga
peluangnya adalah = 1
Terdapat juga peluang kejadian yang bernilai antara 0 dan 1, yang artinya kejadian tersebut
mungkin terjadi.

Sebagai contoh peluang seorang murid untuk menjadi juara kelas. Apabila L adalah kejadian
komplemen dari kejadian A maka peluang dari kejadian L merpakan 1- peluang kejadian A.
Secara matematis dapat ditulis sebagai:

P (L)  = 1 – P(A) atau bisa juga P(L) + P(A) = 1

Sebagai contoh:
Apabila peluang turun hujan pada hari ini adalah = 0,6 maka peluang untuk tidak turun hujan
pada hari ini adalah = 1 – P (hujan) = 1 – 0,6 = 0,4

1. Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan dalah sebuah kejadian merupakan suatu harapan banyaknya muncul pada
sebuah kejadian dari sejumlah percobaan yang dilakukan.
Secara matematis dapat dituliskan seperti di bawah ini:
Frekuensi harapan = P(A) x banyak percobaan

Frekuensi harapan muncul mata 2 adalah = P (mata 2) x banyak percoban


= 1/6 x 60
= 10 kali

28
3.6.2 Contoh pengambilan sampel acak sederhana
Misalnya: “Jumlah siswa dalam suatu kelas di sekolah menengah tertentu di Jakarta akan
menerima bantuan. Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan melalui lotere, tabel
angka acak atau sistematis.

Teknik ini dapat digunakan ketika jumlah unit sampling dalam suatu populasi tidak terlalu besar.
Misalnya, populasi terdiri dari 100 siswa sains. Untuk mendapatkan sampel 30 orang dari
populasi ini, teknik ini digunakan, berdasarkan lotere, nomor urut, atau tabel angka acak. Teknik
ini bisa dijelaskan di bawah ini.

Dalam teknik pengambilan sampel acak sederhana ini, perbedaan karakter yang mungkin ada
untuk setiap elemen atau elemen populasi tidak penting untuk rencana analisis. Misalnya, dalam
populasi ada pria dan wanita, atau ada yang kaya dan miskin, ada manajer dan non manajer dan
perbedaan lainnya.

Selama perbedaan dalam perbedaan bukanlah sesuatu yang penting dan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap hasil penelitian, peneliti dapat mengambil sampel acak sederhana.

Oleh karena itu, setiap elemen populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai sampel.

3.6.3 Contoh Peluang Distribusi Binomial


Dalam kehidupan sehari- hari kita sering kali berhadapan dengan kondisi yang memilki
dua kemungkinan, misalnya seorang ibu melahirkan bayi yang terlahir bisa laki-laki atau
perempuan, saat kita melempar sebuah dadu bilangan yang muncul bisa ganjil atau genap. Saat
kita melempar koin, yang muncul bisa gambar atau angka, ketika siswa ujian hasilnya bisa
lulus dan tidak lulus. Dalam studi peluang, berbagai kondisi yang memilki dua kemungkinan
disebut percobaan binomial atau eskperimen binomial. Binomial terdiri dari dua suku kata
yaitu “bi” yang artinya dua dan nominal yang dapat diartikan sebagai kondisi. Dengan

29
demikian, binomial merupakan kondisi yang memiliki dua kemungkinan, yaitu “berhasil” atau
“gagal”

Misalnya, ketika kita melempar sebuah koin sebanyak 10 kali dan kita ingin menghitung
peluang dari 10 kali pelemparan tersebut sebanyak 5 kali pelemparan kita memperoleh gambar.
Kejadian yang memerlukan formula peluang binomial yang ada pada kondisi tersebut, kondisi
dimana koin menunjukkan gambar bisa kita anggap sebagai kondisi “berhasil” maka saat koin
menunnjukkan angka bisa kita anggap sebagai kondisi “gagal”

Contoh 1 :
Seorang penjaga gawang professional mampu menahan tendangan penalty dengann peluang 3/5.
Dalam sebuang kesempatan dilakukan 5 kali tendangan. Peluang penjaga gawang mampu
menahan 3 kali tendangan penalty tersebut adalah?
Penyelesaian :
Pada kejadian diatas kondisi “sukses” adalah keadaan dimana penjaga gawang mampu menahan
tendangan, peluang sukses p = 3/5 maka peluang “gagal” adalah q = 1 – p = 1 – 3/5 = 2/5
Peluang pnjaga gawang mampu menahan 3 kali tendangan (x=3) dari 5 kali tendangan (n=5)
adalah :

3 2
P (x = 3, n = 5) = C(5,3) x ( ¿3 x ( ¿5-3
5 5
5! 3 2
= x ( ¿ 3 x ( ¿2
2! .3 ! 5 5
27 4
= 10 x ( ¿x( ¿
125 25
216
=
625

Contoh 2 :

Prohabilitas seorang bayi tidak diimuniasi rubella adlah 0,2 paa suatu hari di puskesmas cempaka
ada 4 orang bayi, peluang dari bayi tersebut 3 orang belum diimunisasi rubella adalah?

30
Penyelesaian :
peluang tidak diimunisasi adalah p = 0,2
peluang diimunisasi adalah q = 1 – p = 1 – 0,2 = 0,8
peluang 3 dari 4 bayi belum diimunisasi adalah :
P (x = 3, n = 4) = C (4,3) x (0,2)3 x (0,8)4-3
4!
= x (0,008) x (0,8)
1! . 3 !
= 0,025

31
BAB IV
Simpulan dan Rangkuman

1. Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah
kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya maka setiap kurun waktu tertentu
kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan dimensi-dimensi baru.
Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan diindonesia. Ia sebagai instrument yang membantu praktisi
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat.
Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya
mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan atau perubahan
kurikulum tidak pernah berhenti, ia merupakan proses yang berkelanjutan dan terus
menerus sejalan dengan perkembangan dan tuntutan jaman dan perubahan yang terjadi
didalam masyarakat.
2. Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah
konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi,
sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.
3. Jenis kurikulum yaitu ada 2 : kurikulum tersembunyi dan kurikulum terdokumentasi
4. Kurikulum setiap tahunnya pasti akan berkembang mengikuti perkembangan zaman dan
teknologi yang berkembang sekarang. Didalam perkembangan kurikulum ada factor yang
mempengaruhinnya antara lain factor internal dan factor eksternal, da nada juga prinsip
dari kurikulum tersebut.
5. Tujuan adalah sesuatu yang akan dijangkau atau sasaran dari suatu aktifitas yang sedang
dan atau dilaksanakan. Sedangkan pendidikan adalah suatu proses dari serangkaian
kegiatan pembelajaran yang konsisten dan berkesinambungan menuju kearah tujuan yang

32
telah ditetapkan. Proses merupakan rangkaian perubahan yang berlangsung secara
bertahap menuju kearah titik optimal dari proses tersebut. Dengan demikian, dapat
didefenisikan tujuan pendidikan adalah serangkaian proses kegiatan pembelajaran yang
dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan menuju arah perubahan tingkah laku
yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan kependidikan tidak sekaligus dapat direalisasikan
dalam sekali, melainkan harus dicapai melalui tahap-tahap proses
6. Tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu program studi, bidang
studi dan suatu mata pelajaran, yang disusun berdasarkan tujuan institusional. Perumusan
tujuan kurikulum berpedoman pada kategorisasi tujuan pendidikan/taksonomi tujuan,
yang dikaitkan dengan bidang-bidang studi bersangkutan. Selain itu, perumusan tujuan
kurikulum juga sangat terkait erat dengan filsafat yang melandasari pengembangan suatu
kurikulum.
7. Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai setelah selesai
diselenggarakannya suatu proses pembelajaran, yang bertitik tolak pada perubahan
tingkah laku siswa. Tujuan ini disusun berdasarkan tujuan kurikulum. Tujuan
pembelajaran terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Kurikulum yang diberlakukan
saat ini menggunakan istilah tujuan pembelajaran dengan sebutan Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, dan Indikator.
8. Materi sampel dan fungsi distribusi dapat diaplikasikan kedalam kehidupan kita sehari-
hari seperti pada sampel dan fungsi distrbusi yang membahas tentang peluang yang
sering terjadi dalam kejadian sehari-hari yang kita alami dikehidupan sehari hari.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, Muhammad, (1988): Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum,Dirjen Dikti, Jakarta

Depdikbud, (1984/1985) Pengembangan Kurikulum dan Sistem Instruksional, Dirjen Dikti, Proyek
Pengembangan PerguruanTinggi, Jakarta

Halimah, siti. 2011. Telaah kurikulum. Medan; Perdana publishing

Nasution, S. 2005, Asas-asas Kurikulum, Cet. 6, Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya,Wina.2008. Kurikulum dan Pembelajaran; Kencana. Jakarta

34

Anda mungkin juga menyukai