Nilai KKM untuk pelajaran geografi kelas XII SMAN 2 Kandangan adalah 75 Dari
tabel 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas siswa berada pada rentang nilai 47 – 55. Berdasarkan
kriteria ketuntasan minimal (KKM= 75) data hasil perolehan nilai pada kondisi
awal/sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2.
15
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Pada Kondisi Awal
No Ketuntasan Frekuensi Persentase
1 Tuntas 8 32
2 Tidak Tuntas 17 68
Jumlah 25 100
Nilai Tertinggi 96
Nilai Terendah 48
KKM 75
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa persentase siswa yang tuntas jauh lebih kecil
dari siswa yang tidal tuntas. Model pembelajaran yang berviariasi diperlukan untuk menjaga
semangat dan minat siswa dalam belajar. Diharapkan dengan penerapan model pembelajaran
discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. PELAKSANAAN PENELITIAN
Mata pelajaran geografi di kelas XI, dalam satu minggu terdapat 4 jam pelajaran.
Dalam satu minggu dibagi menjadi dua kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri atas 2 jam
pelajaran atau 2 x 45 menit.
Penelitian dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas 2 kali pertemuan.
Masing-masing pertemuan berlangsung selama 2 X 45 menit. Dengan waktu selama 2 jam
pelajaran (90 menit) dirasa cukup untuk melakukan penelitian yang meliputi perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini, materi pokok yang digunakan adalah perencanaan tata ruang
wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Indikator yang digunakan adalah :
memahami perencanaan tata ruang nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; menjelaskan
permasalahan dalam penerapan tata ruang wilayah.
16
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama pada hari Senin, 22 Agustus
2022 jam pelajaran ke 9 – 10, yaitu pukul 14.30 – 16.00 Wita. Sedangkan pertemuan kedua
siklus I pada hari Rabu, 24 Agustus 2022 pada jam pelajaran ke 9 – 10, yaitu pukul 14.30 –
16.00 Wita. Pelaksanaan tindakan selama 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2 x 45
menit. Materi yang disampaikan adalah perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota. Indikator belajar adalah siswa mampu: memahami perencanaan tata
ruang nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
17
provinsi, dan kabupaten/kota . Siswa membentuk kelompok terdiri dari 5 siswa setiap
kelompok
C. Data Collection (pengumpulan data)
Guru membagikan LKPD kepada semua kelompok. Setiap kelompok bersama-
sama mengidentifikasi masalah dalam LKPD. Siswa dibimbing guru dalam
merumuskan masalah perencanaan tata ruang nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
Siswa mendiskusikan hipotesis tentang perencanaan tata ruang nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota
c) Kegiatan Akhir
D. Generalization (Menarik kesimpulan)
Siswa dan guru membuat kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari pada
hari itu. Guru memberi salam penutup.
18
C. Verification (Pembuktian)
Siswa berdiskusi untuk mendeskripsikan hasil analisis data dari berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan perencanaan tata ruang nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
pada LKPD 1. Siswa mempresentasikan kegiatan dan hasil diskusi, kelompok lain
memberi tanggapan dari presentasi tersebut. Siswa diberikan penguatan positif oleh
guru atas presentasi dan tanggapan yang telah dilakukan. Siswa bersama guru
menegaskan jika ada pembahasan hasil diskusi dan kerja kelompok yang kurang.
c) Kegiatan Akhir
D. Generalization (Menarik kesimpulan)
Siswa bersama guru membuat kesimpulan dari diskusi RTRW wilayah di
tingkat nasional, provinsi dan kabupaten.. Siswa bersama dengan guru merefleksi
pembelajaran yang dilakukan. Guru memberikan post tes untuk mengetahui
kemampuan siswa setelah penyampaian materi pelajaran. Guru menutup pembelajaran
dengan mengucapkan salam.
c. Observasi Siklus I
Observer melakukan pengamatan dan pencatatan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti.
Pengamatan meliputi keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
d. Refleksi Siklus I
Peneliti bersama observer mendiskusikan hasil pelaksanaan tindakan. Hasil dari
diskusi tersebut menunjukkan beberapa masalah yang muncul selama pelaksanaan tindakan.
Permasalahan tersebut antara lain:
1) Ketika guru menyampaikan materi, hanya sebagian siswa yang menengarkan dengan
baik.
2) Aktifitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar sebagian masih terlihat pasif. Hanya
beberapa anak yang mau memberikan pertanyaan ataupun pendapat, baik ketika guru
menyampaikan materi ataupun saat melakukan presentasi hasil diskusi.
3) Pada pertemuan 1 dan 2, siswa yang mau menjawab pertanyaan dari guru hanya beberapa
saja.
4) Dalam diskusi kelompok, belum semua anggota aktif berpartisipasi memecahkan
masalah.
5) Siswa masih kesulitan membuat peta konsep.
19
Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
pada siklus I belum menunjukkan hasil optimal. Sebagai tindak lanjut, peneliti dan observer
sependat bahwa perlu dilakukan siklus II dengan beberapa revisi dari hasil refleksi siklus I.
20
bisa dilakukan untuk mengatasi kendala dan hambatan dala penataan ruang? Guru
memberikan motivasi dengan mengajak siswa untuk mempelajari bahwa perencanaan
tata ruang dan penerapan rencana tata ruang bisa sangat bertolak belakang
dikarenakan berbagai hal. Kemudian guru menginformasikan materi yang akan
dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan langkah-
langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
b) Kegiatan Inti
B. Problem statement (identifikasi masalah)
Guru menjelaskan materi permasalahan dalam pemanfaatan dan pengendalian
ruang. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk bertanya jika ada hal yang belum
jelas dan dimengerti terkait materi permasalahan dalam pemanfaatan dan
pengendalian ruang . Siswa membentuk kelompok terdiri dari 5 siswa setiap kelompok
C. Data Collection (pengumpulan data)
Guru membagikan LKPD kepada semua kelompok. Setiap kelompok bersama-
sama mengidentifikasi masalah pemanfaatan dan pengendalian ruang di Kabupaten
Hulu Sungai Selatan. Siswa dibimbing guru dalam merumuskan permasalahan dalam
pemanfaatan dan pengendalian ruang di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
c) Kegiatan Akhir
D. Generalization (Menarik kesimpulan)
Siswa dan guru membuat kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari pada
hari itu. Guru memberi salam penutup.
21
b) Kegiatan Inti
B. Data Processing (Pengolahan Data)
Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan eksplorasi, pencarian dengan
menghubungkan pengetahuan yang sebelumnya untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan guna membuktikan penemuan yang telah diajukan.
Guru meminta siswa mengolah data dan informasi yang telah diperolehnya. Siswa
membuat peta konsep mengenai permasalahan penataan ruang di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, penyebab, dampak dan upaya mengatasinya.
C. Verification (Pembuktian)
Siswa berdiskusi untuk mendeskripsikan hasil analisis data dari berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan pada LKPD 1. Siswa mempresentasikan kegiatan dan hasil
diskusi, kelompok lain memberi tanggapan dari presentasi tersebut. Siswa diberikan
penguatan positif oleh guru atas presentasi dan tanggapan yang telah dilakukan. Siswa
bersama guru menegaskan jika ada pembahasan hasil diskusi dan kerja kelompok
yang kurang.
c) Kegiatan Akhir
D. Generalization (Menarik kesimpulan)
Siswa bersama guru membuat kesimpulan permasalahan dalam pemanfaatan dan
pengendalian ruang, khususnya di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Siswa bersama dengan
guru merefleksi pembelajaran yang dilakukan. Guru memberikan post tes untuk mengetahui
kemampuan siswa setelah penyampaian materi pelajaran. Guru menutup pembelajaran
dengan mengucapkan salam.
c. Observasi Siklus II
Observer melakukan pengamatan dan pencatatan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti.
Pengamatan meliputi keaktifan siswa selama proses pembelajaran geografi. Pada siklus II
ini, keaktifan siswa mulai meningkat dengan baik, dimana berdasarkan refleksi dari siklus 1,
laporan hasil diskusi pada siklus 2 dibuat dalam bentuk peta konsep yang dituliskan dalam
kertas karton, sehingga mendorong semua anggota kelompok lebih berperan dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya.
d. Refleksi Siklus II
Setelah menyusun perencanaan, melakukan tindakan dan melakukan observasi,
tahapan selanjutnya dari penelitian ini adalah melakukan refleksi. Peneliti bersama observer
mendiskusikan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II yang memuat beberapa perbaikan
22
dari siklus I. Hasil dari diskusi tersebut menunjukkan beberapa masalah yang muncul selama
pelaksanaan tindakan siklus I sudah mulai berkurang pada siklus II. Peningkatan juga terlihat
pada hasil post test pada siklus II lebih baik daripada siklus I.
C. HASIL PENELITIAN
1. Hasil Penelitian Siklus I (Pertemuan 1 dan 2)
Data hasil belajar siswa sebelum tindakan (pre test) siklus I digunakan untuk
mengetahui nilai siswa sebelum dilaksanakan tindakan siklus I dan post test I untuk
mengukur sejauh mana keberhasilan setelah dilakukan tindakan siklus I. Adapun hasilnya
dapat dilihat dalam Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Hasil Pre Test dan Post Test Siswa Pada Siklus I
NILAI
NO NAMA
Pre Test 1 Post Test 1
1 Siswa 1 60 80
2 Siswa 2 80 100
3 Siswa 3 40 80
4 Siswa 4 60 80
5 Siswa 5 60 80
6 Siswa 6 40 60
7 Siswa 7 80 100
8 Siswa 8 40 60
9 Siswa 9 60 80
10 Siswa 10 20 40
11 Siswa 11 40 80
12 Siswa 12 40 80
13 Siswa 13 80 80
14 Siswa 14 40 60
15 Siswa 15 60 80
16 Siswa 16 80 80
17 Siswa 17 60 80
18 Siswa 18 40 60
19 Siswa 19 80 80
20 Siswa 20 60 60
21 Siswa 21 60 80
22 Siswa 22 80 80
23 Siswa 23 100 100
24 Siswa 24 40 40
25 Siswa 25 80 100
Jumlah 1480 1900
Nilai Rata-rata 59,2 76
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil belajar sebelum tindakan siklus I
menunjukkan nilai pre test minimum 20 dan nilai maksimum 100 dan nilai rata-rata 59,2.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, menunjukkan adanya perubahan pada hasil belajar
23
siswa yaitu nilai minimum meningkat menjadi 40, sedangkan nilai maksimum mencapai 100.
Dengan nilai rata-rata 76.
Dari data tersebut dapat diolah frekuensi dan presentasi hasil belajar materi
perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Mengacu pada
teknik analisis data, hasil belajar siswa dibagi menjadi lima kategori seperti pada Tabel 4.4
berikut.
Tabel 4.4
Frekuensi dan Presentase Kategori Hasil Belajar Siswa Siklus I
Interval Frekuensi (f) Persen (%)
Kategori
Nilai Pre Test I Post Test I Pre Test I Post Test I
0 – 20 Sangat Rendah 1 0 4 0
21 – 40 Rendah 8 2 32 8
41 – 60 Sedang 8 5 32 20
61 – 80 Tinggi 7 14 28 56
81 – 100 Sangat Tinggi 1 4 4 16
Jumlah 24 25 100 100
Dari Tabel 4.4 bisa dilihat bahwa ada siswa yang memiliki kategori sangat rendah
pada post test 1. Namun, pada pre test 1 tidak lagi ada siswa yang berada pada kategori
sangat rendah. Sebagian siswa berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi. Statistik hasil
belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.
14
12
10
8
6 Frekuensi (f) Pre Test I
Frekuensi (f) Post Test I
4
2
0
Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
Rendah Tinggi
Gambar 4.1
Grafik Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 75) data hasil perolehan nilai
siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Ketuntasan Belajar Siklus 1
Pre Test Post Test
No Ketuntasan Persentas
Frekuensi Persentase Frekuensi
e
1 Tuntas 8 32 18 72
2 Tidak Tuntas 17 68 7 28
Jumlah 25 100 25 100
24
Nilai Tertinggi 100 100
Nilai Terendah 20 20
KKM 75 75
Dari data tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah siswa tuntas mengalami kenaikan
setelah post test. Tetapi nilai terendah dan tertinggi pada pre test dan post test tidak
mengalami perubahan
Tabel 4.6
Hasil Pre Test dan Post Test Siswa Pada Siklus II
NILAI
NO NAMA
Pre Test 1 Post Test 1
1 Siswa 1 80 80
2 Siswa 2 100 100
3 Siswa 3 80 80
4 Siswa 4 60 80
5 Siswa 5 60 80
6 Siswa 6 40 80
7 Siswa 7 80 100
8 Siswa 8 40 60
9 Siswa 9 60 80
10 Siswa 10 40 40
11 Siswa 11 60 80
12 Siswa 12 40 60
13 Siswa 13 80 100
14 Siswa 14 40 80
15 Siswa 15 60 100
16 Siswa 16 80 80
17 Siswa 17 60 80
18 Siswa 18 40 80
19 Siswa 19 80 80
20 Siswa 20 60 60
21 Siswa 21 60 80
22 Siswa 22 80 80
23 Siswa 23 100 100
24 Siswa 24 40 60
25 Siswa 25 80 80
Jumlah 1600 1980
Nilai Rata-rata 64 79,2
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hasil belajar sebelum tindakan siklus II
menunjukkan nilai pre test minimum 20, nilai maksimum 100 dan nilai rata-rata 62,4.
25
Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, menunjukkan adanya perubahan pada hasil belajar
siswa yaitu nilai minimum meningkat menjadi 40, sedangkan nilai maksimum mencapai 100.
Dengan nilai rata-rata 79,2.
Dari data tersebut dapat diolah frekuensi dan presentasi hasil belajar materi
permasalahan dalam penataan dan pengendalian ruang. Mengacu pada teknik analisis data,
hasil belajar siswa dibagi menjadi lima kategori seperti pada Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7
Frekuensi dan Presentase Kategori Hasil Belajar Siswa Siklus II
Frekuensi (f) Persen (%)
Interval Nilai Kategori
Pre Test I Post Test I Pre Test I Post Test I
0 – 20 Sangat Rendah 1 0 4 0
21 – 40 Rendah 6 1 24 4
41 – 60 Sedang 9 4 36 16
61 – 80 Tinggi 7 15 28 60
81 – 100 Sangat Tinggi 2 5 8 20
Jumlah 24 25 25 100
Dari Tabel 4.7 bisa dilihat bahwa masih ada siswa yang memiliki kategori sangat
rendah dan rendah pada pre test 1.. Sedangkan pada post test 1 masih ada siswa yang berada
pada kategori rendah. Sebagian siswa berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi. Statistik
hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut.
16
12
8
4 Frekuensi (f) Pre Test I
0 Frekuensi (f) Post Test
i I
h h g i
da da an gg gg
n n d Tin Tin
Re Re Se t
gat n ga
Sa
n Sa
Gambar 4.2
Grafik Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 75) data hasil perolehan nilai
siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Ketuntasan Belajar Siklus II
Pre Test Post Test
No Ketuntasan
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 Tuntas 10 40 20 80
2 Tidak Tuntas 15 60 5 20
Jumlah 25 100 25 100
Nilai Tertinggi 100 100
Nilai Terendah 40 40
26
KKM 75 75
Dari data tabel 4.7 dapat dilihat bahwa jumlah siswa tuntas mengalami kenaikan
setelah post test. Tetapi nilai terendah dan tertinggi pada pre test dan post test tidak
mengalami perubahan
Berdasarkan data-data yang diperoleh selama penelitian dapat disimpulkan bahwa
setelah menerapkan model pembelajaran Discovery Learning terjadi peningkatan hasil
belajar dari kondisi awal, siklus I sampai dengan siklus II jika dibandingkan dengan kondisi
awal. Berikut disajikan tabel perbandingan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I sampai
siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.8
Perbandingan Evaluasi Belajar Kondisi Awal, Siklus I, Dan Siklus II
Siklus II (Post
Kondisi Awal Siklus I (Post Test)
N Ketuntasan Test)
Nilai
o Belajar Jumla Jumla
% % Jumlah %
h h
1 Tuntas ≥ 75 8 32 18 72 20 80
2 Belum Tuntas < 75 17 68 7 28 5 20
Jumlah 25 100 25 100 25 100
Rata-rata 59,84 76 79,2
Nilai Tertinggi 98 100 100
Nilai Terendah 48 20 40
Dari tabel 4.8 menunjukkan pada kondisi awal, jumlah siswa yang belum
mencapai target KKM ada 17 siswa dari yang sudah mencapai target KKM ada 8 siswa,
yang berarti persentase ketuntasan sebesar 32%. Siklus I persentase ketuntasan meningkat
menjadi 72%, tetapi belum mencapai indikator keberhasilan dengan rincian 18 siswa
mencapai target KKM dan 7 siswa belum mencapai target KKM.
Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal nilai rata-
rata siswa sudah tercapai namun ketuntasan belajar siswa belum mampu mencapai indikator
keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan
pada siklus II. Pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM yaitu
sebanyak 20 siswa dengan persentase 91%, sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai
KKM hanya 3 siswa dengan persentase 80%, nilai rata-rata hasil belajar siklus II mencapai
79,2.
Dari hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa siklus II dapat diketahui bahwa
indikator keberhasilan tindakan penelitian menggunakan model pembelajaran Discovery
Learning yang telah ditentukan oleh peneliti sudah tercapai (ketuntasan belajar siswa 80%).
27
D. PEMBAHASAN
Meningkatnya rata-rata nilai tersebut disebabkan karena siswa mudah menyerap
materi dengan metode belajar Discovery Learning. Karena Discovery Learning dapat
merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong peserta didik untuk melakukan
pembelajaran yang lebih kritis dan aktif. Metode Discovery Learning juga memberikan
tantangan pada siswa sehingga mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan
pengetahuan baru bagi dirinya sendiri.
Berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa diperoleh informasi bahwa adanya
peningkatan dalam aktifitas belajar. Meskipun belum 100% anak dapat meningkatkan
aktifitas belajar mereka, namun bisa dikatakan pendekatan gaya belajar telah membantu
mereka untuk dapat lebih aktif lagi dalam belajar.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa mulai memberikan respon yang positif terhadap
pelajaran yang diikutinya. Baik dalam mendengarkan dan memperhatikan materi belajar
yang disampaikan, ataupun dalam bertanya tentang materi yang belum dimengerti maupun
didalam mengemukakan pendapat. Dengan menggunakan metode belajar PBL dengan
memperhatikan gaya belajar, siswa menjadi lebih mudah memahami materi karena mereka
diajak belajar melalui masalah-masalah yang timbul dan bagaimana cara menyelesaikan
masalah tersebut. Selain itu aktivitas belajar siswa disesuaikan dengan gaya belajar mereka
masing-masing. Hal ini mendorong meningkatnya aktivitas siswa dalam belajar yang tentu
berdampak positif pada peningkatan hasil belajar yang mereka dapatkan.
28