Anda di halaman 1dari 19

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menenga Kejuruan Tory

Jene Pongkapadang. Sekolah Menengah Kejuruan Tory Jekne Pongkapadang,

desa/kelurahan Tabulahan kecamatan Tabulahan Kabupaten Mamasa,

Provinsi Sulawesi barat. Kepemilikan tanah merupakan tanah Yayasan

dengan status tanah yang diwafatkan dengan luas tanah 3.666 M Sarana dan

prasarana yang dimiliki oleh Sekolah Menengah Kejuruan Tory Jekne

Pongkapadang adalah ruang kelas sebanyak 3 kelas, satu perpustakaan 0, satu

Lab 0, satu ruang guru, satu ruang tata usaha, 2 WC, dan satu lapangan

olaraga. Jumlah siswa Sekolah Menengah Kejuruan Tory Jene Pongkapadang

adalah 40 orang. Siswa laki-laki sebanyak 21 dan perempuan sebanyak 19.

Jumlah tenaga pengajar 9 orang dan jumlah tenaga tata usaha berjumlah 1

orang.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah nilai kemampuan siswa kelas XI Sekolah

Menengah Kejuruan Tory Jene Pongkapadang dalam mengembangkan cerita

rakyat kedalam bentuk cerpen menggunakan model pembelajaran contekstual

teaching and learning (CTL) akan dideskripsikan secara rinci berdasarkan

tahap perencanaa, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun langkah-langkah

dalam menganalisis data adalah membuat tabel statistik nilai hasil belajar pada

siklus I, siklus II, dan siklus III. Membuat tabel distribusi frekuensi pada hasil.

48
49

belajar pada siklus I, siklus II, siklus III, dan membuat tabel KKM, kemudian

mencari nilai rata-rata kelas serta memberikan perbandingan peningkatan nilai

kemampuan mengembangkan cerita rakyat kedalam bentuk cerpen.

4.2.1 Pelaksanaan Sebelum Siklus

Sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus, terlebih

dahulu dilakukan observasi untuk mengetahui tingkat kemampuan

awal siswa dalam mengembangkan cerita rakyat kedalam bentuk

cerpen. Hal ini dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran untuk

mengetahui faktor-faktor penghambat yang dialami siswa dalam

mengembangkan cerita rakyat kedalam bentuk cerpen. Berdasarkan

hasil observasi serta data yang diperoleh dari guru, maka dapat

diketahui nilai mengembangkan cerita rakyat kedalam bentuk cerpen

siswa sebagai berikut.

Tabel 4.3 Data Statistik Sebelum Siklus

No Uraian Statistik
1 Jumlah sampel 13
2 Nilai tertinggi 70
3 Nilai terendah 0
4 Nilai Rata-rata 40

Berdasarkan tabel tersebut, bahwa jumlah sampel sebanyak 13

orang. Nilai tertinggi perolehan siswa 70, kemudian nilai terendah

yang diperoleh yaitu 0, dan nilai rata-rata yang diperoleh secara

keseluruhan adalah 40. Data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan

mengembangkan cerita rakyat kedalam bentuk cerpen siswa kelas XI


50

masih berada pada kategori rendah. Hal ini disebabkan kaarena masih

kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

dalam kelas. Adapun nilai distribusi sebagai berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Belajar Sebelum


Siklus

N Rentang Kategori
Frekuensi Persentase
O Nilai
1 85-100 Sangat baik 0 0%
2 70-84 Baik 1 8%
3 60-69 Cukup 2 15%
4 0-59 Kurang 10 77%
Jumlah 13 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat diketahui


bahwa nilai hasil belajar mengembangkan cerita rakyat kedalam
bentuk cerpen yaitu 1 siswa atau 8% memperoleh nilai dengan rentang
70-84 dalam kategori baik, kemudian 2 siswa atau 15,% memperoleh
nilai dengan rentang nilai 66-75% kategori cukup dan 10 siswa atau
78% memperoleh nilai dengan rentang 0-59% dengan kategori kurang.

Tabel 4.5 Kriteria Ketuntasan Sebelum Siklus

No Kategori Frekuensi Persentase


1 70 keatas 1 8%
2 69 kebawah 12 92%
Jumlah 13 100%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 1 siswa mampu


mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau dalam kategori
tuntas dan sebanyak 12 siswa yang belum mampu mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Hal tersebut yang mendasari peneliti
melakukan penelitian Tindakan kelas yang meliputi tiga siklus, setiap
51

siklus yang direncanakan meliputi empat tahapan yaitu, perencanaan,


pelaksanaan/Tindakan, observasi, dan refleksi. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada uraian seperti berikut ini.

4.2.2 Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanan siklus 1 dilakukan selama 2 kali pertemuan dengan

perencanaan yang telah ditetapkan sebagai berikut:

1. Perencanaan

1) Mempelajari silabus

2) Membuat RPP

3) Menyiapkan materi pembelajaran

4) Menyiapkan media pembelajaran

2. Tindakan

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 10 agustus 2020

dengan alokasi waktu selama (2x45 menit). Pelaksanaan

pembelajaran pertemuan pertama adalah:

Kegiatan awal

1) Guru membuka mata pelajaran dengan mengucapkan salam

dan doa

2) Menginformasikan tujuan yang akan dicapaii.

Kegiatan inti

1) Guru menghubungkan pengertian materi yang akan


dibahas dengan kehidupan sehari-hari
2) Menjelaskan menjelaskan pengertian cerita rakyat
52

3) Guru membagi kelompok


4) Gurumeminta untuk mencatat hal-hal yang berhubungan
dengan materi yang akan dipelajari
5) Guru membagi lembar kerja, peserta didik membaca
petunjuk dan mengamati permasalahan yang berhubungan
dengan pengembangan cerita rakyat
6) Peneliti membimbing atau mengarahkan pada saat
pembelajaran berlangsung.

Kegiatan penutup

1) Membuat kesimpulan berdasarkan materi pembelajaran


2) Merencanakan kegiatan tindak lanjud
3) Menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan
berikunyat dan menutup pelajaran sesuai dengan keyakinan
masing-masing.
b. Pertemuan kedua
Dilaksanakan pada tanggal tanggal 17 agustus 2020 ,
dengan alokasi waktu 2x45 menit dimulai pukul 08.30 sampai
9.50 pada pertemuan kedua siklus I. Adapun rincian
pelaksanaan yaitu sebagai berikut:
1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan
doa.
2) Memeriksa kehadiran
3) Menyiapkan psikis siswa dalam mengawali mata pelajaran
4) Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan dimulai
5) Mencoba memberikan contoh tentang mengembangkan
cerita rakyat kedalam bentuk cerpen
6) Memberi motivasi siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran
53

7) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan


menggunakan model pembelajaran contekstual teaching
and learning (CTL)
7) Peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan yang
telah dilakukan.

Untuk mengetahui distribusi frekuensi serta


persentasenya seperti tabel berikut ini

Tabel 4.6 Data Statistik Siklus I

No Uraian Statistik
1 Jumah sampel 13
2 Nilai Tertinggi 72
3 Nilai Terendah 0
4 Nilai Rata-Rata 44

Berdasarkan tabel tersebut diketahui pada siklus I jumlah


sampel sebanyak 13 siswa, nilai tertinggi perolehan siswa 75, nilai
terendah yaitu 55, dan nilai rata-rata pemerolehan sebanyak 44

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Hasil


Belajar Siklus I

NO Rentang Nilai Kategori Frekuensi Perentase


%
1 85-100 Sangat baik 0 0%
2 70-84 Baik 6 46%
3 60-69 Cukup 0 0%
4 0-59 Kurang 7 54%
Jumlah 100%

Berdasarkan tabel tersebut diketahui 6 siswa atau 46% yang

memperoleh nilai dengan rentang 70-84 dalam kategori baik, dan


54

7 siswa atau 54% yang memperoleh nilai dengan rentang 0-59

dalam kategori kurang.

Tabel 4.8 KriteriaKetuntasan Minimal Siklus I

No Kategori Frekuensi Perentase


1 70 ke atas 6 46%
2 69 kebawah 7 54%
Jumlah 13 100%

Berdasarkan tabel tersebut diketahui pada siklus I


persentase ketuntasan siswa yang mendapat nilai 70 keatas
sebanyak 46% dan yang mendapatkan nilai 69 kebawah sebanyak
54%.

3. Observasi

Berdasakan hasil pengamatan/observasi pada saat proses

pembelajaran yang dilakukan ditemukan beberapa masalah yaitu,

54% atau 7 belum mencapai aspek penilaian dalam mengubah

cerita rakyat kedalam bentuk cerpen, karna kurangnya perhatian

pada saat proses pembelajaran berlangsung dan ada beberapa siswa

tidak hadir. Dan 46% atau 7 siswa siswa yang mendapat nialai

tuntas.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan/observasi, maka peneliti

memberikan Tindakan terhadap beberapa masalah tersebut.

1) Siswa yang tidak mencapai aspek penilaian mengubah cerita

rakyat kedalam bentuk cerpen. Peneliti memberikan penjelasan


55

ulang mengenai aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam

mengubah cerita rakyat kedalam bentuk cerpen dan

2) Siswa yang tidak hadir akan diberikan perhatian kusus yaitu

melaporkan kewali kelas/kepala sekolah untuk ditindak lanjuti.

Dari beberapa masalah yang ditemukan pada saat observasi

menyebabkan nilai yang diperoleh siswa dari hasil mengubah cerita

rakyat kedalam bentuk cerpen belum maksimal, makah perlu

diadakan pembelajaran pada siklus berikutnya.

4.2.3 Pelaksanaan Siklus II

1. Perencanaan

1. Menganalisa permasalahan yang dialami siswa

2. Mempelajari silabus

3. Membuat RPP

4. Menyiapkan materi pembelajaran

5. Menyiapkan media pembelajaran

2. Tindakan

a. Pertemuan pertama

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 24

bulan agustus selama (2x45 menit) dimulai pukul 08.10 sampai

09.30. Dengan menggunakan model pembelajaran

(Contekstual teaching And Learning) atas kekurangan pada

siklus I.
56

Kegiatan yang dilaksanakan yaitu:

1) Guru memberikan gambaran umum mengenai materi yang

akan dipelajari yaitu siswa menentukan unsur-unsur

inmtrinsik/ekstrinsik yang terdapat dalam cerpen.

2) Guru menentukan tema cerpen.

3) Guru membagi kelompok

4) Guru menerapkan Teknik pembelajaran mengembangkan

cerita rakyat kedalam bentuk cerpen (contekstul teaching

and learning) yaitu siswa bekerja sama dalam

menuangakan ide-idenya kedalam bentuk tulisan secara

bergantian.

b. Pertemuan kedua

Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 7 September 2020

dengan alokasi waktu 2x40 menit dimulai 08.30 sampai 09.50.

pada siklus ini ditemukan satu orang siswa sakit pada saat

pembelajaran berlangsung sehingga pelajaran pada siklus II

tidak beda jauh dari siklus I.

Tabel 4.9 Data Statistik Siklus II

No Uraian Statitik
57

1 Jumlah sampel 13
2 Nilai tertinggi 76
3 Nilai terendah 0
4 Nilai rata-rata 56

Berdasarkan tabel tersebut diketahuii pada siklus II, jumlah

sampel sebanyak 13 siswa, niai tertinggi perolehan siswa yaitu 76,

nilai terendah 0, dan nilai rata-rata pemerolehan siswa sebanyak

56.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Persentase Nilai Hasil Belajar


Siklus II

Perssentase
No Rentang Nilai Kategori Frekuensi (%)
1 86-100 Sangat baik 0
2 70-84 Baik 7 54%
3 60-79 Cukup 0 0%
4 0-59 Kurang 6 46%
Jumlah 13 100%

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa 7 siswa atau

54% yang memperoleh nilai dengan rentang 70-84 dalam kategori

baik, dan 6 siswa atau 46% yang memperoleh nilai dengan rentang

0-9 dalam kategori kurang.

Tabel 4.11 KriteriaKetuntasan Minimal Siklus II

No Kategori Frekuensi Persentase


1 70 keatas 7 54%
2 69 kebawah 6 46%
Jumlah 13 100%
58

Berdasarkan tabel tersebut diketahui pada siklus II

persentase ketuntasan siswa yang mencapai 70 keatas sebanyak

54% dan yang mendapat nilai 59 kebawah sebanyak 46%.

3. Observasi

Berdasarkan pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus

II masih ditemukan beberapa masalah, ada beberapa siswa yang

tidak hadir, dan kurang dalam melaksanakan proses pembelajaran.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi, maka peneliti memberi tindakan

terhadap beberapa masalah tersebut yaitu siswa yang tidak hadir

dan masih kurang dalam memperhatikan materi. Dengan

memberikan perhatian khusus dengan melaporkan kewali kelas

untuk ditindak lanjuti.

Berdasarkan beberapa masalah yang ditemukan pada saat

observasi, siswa yang sebelumnya sulit dalam mengembangkan

cerita rakyat ke dalam bentuk cerpen sudah tidak kesulitan lagi,

meskipun nilai yang diperoleh masih belum maksimal. oleh karena

itu peneliti perlu melakukan proses pembelajaran pada siklus

berikutnya.

4.2.4 Pelaksannan siklus III

1. Perencanaan

1) Menganalisa permasalahan yang dialami siswa

2) Mempelajari silabus
59

3) Membuat RPP

4) Menyiapkanmateri pembelajaran

5) Menyiapkan media pembelajaran

2. Tindakan

Tindakan siklus III dilaksanakan pembelajaran atas kekurangan

pada siklus II. Kegiatan pada siklus ini dilaksanakan agar siswa

yang masih kurang mampu diharapkan dapat meningkat pada

siklus III.

Pada siklus III dilaksanakan pada hari senin tanggal 7

September 2020 selama (2 X 45 menit). Dengan menggunakan

model pembelajaran Contekstual Teaching And Learning.

Kegiatan yang dilaksanakan yaitu:

1) Guru memberikan gambaran umum mengenai materi yang

akan dipelajari yaitu siswa menentukan unsur-unsur

intrinsik/ekstrink yang terdapat dalam cerpen.

2) Guru menentuka tema pembelajaran

3) Guru membagi kelompok.

4) Guru menerapkan menerapkan Teknik memngembangkan

cerita rakyat (Contekstual teaching) yaitu siswa bekerja sama

dalam menuangkan ide-idenya kedalam bentuk tulisan secara

bergantian.

Tabel 4.12 Data Statistik Siklus III

No Uraian Statistik
1 Jumlah sampel 13
60

2 Nilai tertinggi 80
3 Nilai rendah 0
4 Nilai rata-rata 69,2

Berdasarkan tabel tersebut diketahui pada siklus III dari jumlah

sampel sebanyak 13 siswa, nilai tertinggi perolehan siswa 80, nilai

terendah yaitu 0, dan nilai rata-rata pemerolehan siswa sebanyak

69,2.

TABEL 4.13 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Hasil


Belajar Siklus III

Persentase
No Rentang Kategori Frekuensi (%)
Nilai
1 85-100 Sangat baik 0 0%
2 70-84 Baik 12 92%
3 60-69 Cukup 0 0%
4 0-59 Kurang 1 8%
Jumlah 13 100%

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa 12 siswa atau 92%

yang memperoleh nilai dengan 70-84 dalam kategori baik, dan 1

siswa atau 8% memperoleh nilai dengan rentang 0-59 dalam

kategori kurang.

Dari hasil tes dan berdasarkan tabel tersebut dapat dikemukakan

secara umum bahwa kemampuan mengembangkan cerita rakyat

kedalam bentuk cerpen siswa kelas X telah mengalami

peningkatan, dikarenakan model pembelajaran mempermudah dan

mengasosiasikan pelajaran sebagai sebuah kegiatan yang


61

menyenangkan ,walaupun belum menunjukkan hasil yang

sempurna namun dapat dikatakan bahwa kemampuan

mengembangkan cerita rakyat kedalam bentuk cerpen telah tuntas.

Tabel 4.14 Kriteria Ketuntasan Minimal Siklus III

No Kategori Frekuensi Persentase


1 70 keatas 12 92%
2 69 kebawah 1 8%
Jumlah 13 100%

Berdasarkan tabel tersebut diketahui pada siklus III persentase

ketuntasan siswa yang mendapat nilai 70 keatas sebanyak 92% dan

yang mendapatkan nilai 69 kebawah sebanyak 8%

3. Observasi

Berdasarkan pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus

III masih ditemukan beberapa masalah, yaitu masih ada siswa yang

kurang disiplin dalam melaksanakn pembelajaran, tetapi nilai yang

diperoleh sudah cukup memuaskan dan telah mencapai indicator

pencapaian.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa siswa sudah

tidak kesulitan lagi dalam mengembangkan cerita rakyat kedalam

bentuk cerpen dan nilai yang diperoleh siswa sudah cukup

memuaskan.

Peningkatan kemapuan siswa saat mengembangkan cerita

rakyat kedalam bentuk cerpen mulai dari siklus I, siklus II, siklus
62

III telah mencapai indikator penacapaian, sehingga tidak perlu

dilanjutkan kesiklus berikutnya.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Proses pelaksanaan penelitian ini mulai tiga siklus, dalam pelaksanaan

tindakan pembelajaran metode yang digunakan adalah perencanaan,

pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi sesuai dengan siklus yang

digunakan. Hasil dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan menulis

cerita rakyat kedalam bentuk cerpen siswa kelas XI SMK Tory Jene

Pongkapadang yang diambil dari hasil tes yang diberikan pada siklus I, siklus

II, dan siklus III kemudian dianalisis dan menunjukkan nilai, rata-rata dan

persentase seperti berikut.

Tabel 4.15 Peningkatan Nilai Hasil Mengembangkan Ceriota Rakyat


Kedalam Bentuk Cerpen sebelum siklus, siklus I, Siklus II, Siklus III

Siklus
Rentang Sebelum Siklus I Siklus II Siklus III
No Nilai kategori siklus

(f) (% (f) (%) (f (%) (f) (%)


) )
1 85-100 Sangat 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
baik
2 70-84 Baik 1 8% 6 46 7 54% 12 92%
%
3 60-69 Cukup 2 15% 0 0% 0 0% 0 0%
63

4 0-59 Kurang 10 77% 7 54 6 46 1 8%


% %

Berdasarkan tabel tersebut dinyatakan bahwa kemampuan

mengembangkan cerita rakyat kedalam bentuk cerpen siswa dengan

menggunakan model pembelajaran (contekstual teaching and learning)

sebelum siklus sebanyak 10 siswa atau 77% dari 13 siswa yang berada dalam

kategori kurang, 2 siswa atau 15% berada pada kategori cukup, dan 1 siswa

atau 8% berada pada kategori baik. Pada siklus I sebanyak 7 siswa atau 54%

dari 13 siswa yang berada pada kategori kurang, dan 6 siswa atau 46% berada

pada kategori baik. Pada siklus II sebanyak 6 siswa atau 46% berada pada

kategori kurang, dan 7 siswa atau 54% berada pada kategori baik. Pada siklus

III sebanyak 1 siswa atau 8% berada pada kategori kurang, dan 12 siswa 92%

berada pada kategori baik.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa

peningkatan kemampuan mengembangkan cerita rakyat kedalam bentuk

cerpen siswa kelas XI Sekolah Menengah kejuruan Tory Jene Pongkapadang

mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai ketuntasan

sebelum siklus sebesar 8%. Nilai ketuntasan siklus I sebesar 46%. Nilai

ketuntasan siklus II sebesar 54%. Nilai ketuntasan siklus III sebesar 92%.

Secara keseluruhan kemampuan mengembangkan cerita rakyat kedalam

bentuk cerpen kelas XI SMK ToryJene Pongkapadang mengalami

mpeningkatan setiap siklus. Hal ini dapat menjawab rumusan masalah

mengenai penggunaan model pembelajaran (contekstual teaching and


64

learning) dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan cerita rakyat

kedalam bentuk cerpen pada siswa kelas XI SMK Tory Jene Pongkapadang.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

a. Simpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa

dengan penggunaan model pembelajaran contekstual teaching and learning

dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan cerita rakyat kedalam

bentuk cerpen siswa kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan Tory Jene

Pongkapadang. Hal tersebut dapat dilihat dari data awal yang diperoleh

sebelum siklus hanya 1 orang siswa atau 8% yang tuntas, sedangkan siswa
65

yang memperoleh nilai tidak tuntas 10 orang siswa atau 77%. Pada siklus I

ketuntasan belajar siswa 6 orang atau 46% ysng tuntas, sedangkan siswa

yang memperoleh nilai tidak tuntas 7 orang atau 64% dengan nilai rata-rata

44,0. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa 7 orang siswa atau 54% yang

tuntas, sedangkan yang memperoleh nilai tidak tuntas 6 orang 46% dengan

nilai rata-rata 56,0. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa 12 orang atau

92% yang tuntas, sedangkan yang memperoleh nilai tidak tuntas 1 orang

atau 8% dengan nilai rata-rata 69,2. Dengan demikian meningkatkan

kemampuan mengembangkan cerita rakyat kedalam bentuk cerpen siswa

kelas XI Sekolah Menenga Kejuruan Tory Jene Pongkapadang mengalami

peningkatan sebesar 84%

b. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar


66
kemampuan menulis cerpen pada pembelajaran mengembangkan cerita

rakyat kedalam bentuk cerpen dapat meningkat dan lebih memberikan

hasil yang optimal bagi siswa, dan telah terbuktinya pembelajaran

dengan model (contekstual teaching and learning)

Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengembangkan

cerita rakyat kedalam bentuk cerpen maka kami sarankan hal-hal sebagai

berikut :
66

a. Dalam kegiatan ini pembelajaran hendaknya guru menggunakan

metode atau model yang sesuai dengan materi pelajaran agar

indicator dan tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.

b. Dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa mengembangkan

cerita rakyat kedalam bentuk cerpen , guru hendaknya lebih

sering memotivasi siswa agar sering menggunakan kosa kata yang

sering dipelajari sehari-hari.

c. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapakan menjadikan

model pembelajaran (contekstual teaching and learning) sebagai

suatu alternatif dalam pembelajaran mengembangkan cerita

rakyat kedalam bentuk cerpen.

Anda mungkin juga menyukai