Anda di halaman 1dari 16

TUGAS WAJIB 3

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MUATAN MATERI IPA


DENGAN MODEL PEMBELAJARAN (DISCOVERY LEARNING) PADA
SISWA KELAS V SDN SUKA MAJU KECAMATAN WONGGEDUKU

Oleh :

NIRMAYANTI
NIM. 859769315

POKJAR UNAAHA PROGRAM STUDI S1 PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ-UT KENDARI UNIVERSITAS TERBUKA
2022
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa data aktivitas siswa selama
kegiatan pembelajaran, data aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran, dan data
pencapaian ketuntasan hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran. Data-data
tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif berupa rata-rata aktivitas dan
persentase ketuntasan belajar siswa yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran
distribusi hasil belajar IPA pokok bahasan manusia dan hewan bergantung pada tumbuhan
hijau dengan menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning.

1. Pra Siklus
Pembelajaran pada pra siklus di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. 1
Data hasil belajar siswa pra siklus
Hasil Yang Dicapai
No Nama Siswa
Nilai Ket. Nilai
1 Takbir Nur Ilham P. 55 Tidak Tuntas
2 Ajar Subakri 70 Tuntas
3 Intan Safitri 60 Tidak Tuntas
4 Kuncoro Hadi Ningrat 60 Tidak Tuntas
5 Ketut Meri Yanti 75 Tuntas
6 Vian Supri Yandika 60 Tidak Tuntas
7 Muhamad Iksan. K 70 Tuntas
8 Piky Revandoni. W 50 Tidak Tuntas
9 Kadek Pratiwi 50 Tidak Tuntas
10 Kadek Sadu Saputra 70 Tuntas
11 Dimas Singgih Drastyo 60 Tidak Tuntas
12 Satrio Dwi Cahyo 70 Tuntas
13 Gusti Ayu Putu Sinta. D 70 Tuntas
14 Gusti Made Agus. A 60 Tidak Tuntas
15 Putu Adityadinata 60 Tidak Tuntas
16 Dina Putra Darma. A 60 Tidak Tuntas
17 I Gusti Arya Putra 75 Tuntas
18 Nova Erliana Dwi Anti S. 60 Tidak Tuntas
19 Ian Afrian Frizzy 70 Tuntas
Rata-rata 64,73
Persentase Ketuntasan 42,10%
Berdasarkan tabel 4.1 pra siklus menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas V SD
Negeri Suka Maju pada pra siklus memiliki nilai rata-rata 64,73 dengan rincian dari
19 siswa, 8 siswa sudah tuntas dan 11 siswa masih belum tuntas atau masih 42,10 %
siswa yang sudah tuntas, sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 57,89%,
sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus I (pertama).

2. Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan
Hasil perencanaan penelitian siklus ini berupa skenario pembelajaran
yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dengan menggunakan Model
Pembelajaran Discovery Learning pada materi IPA pokok bahasan manusia dan
hewan Tergantung pada tumbuhan hijau (Pertemuan I dan II), yang meliputi
Kompetensi Dasar mendeskripsikan ketergantungan manusia dan hewan pada
tumbuhan hijau sebagai sumber makanan. Selain itu dihasilkan LKS, lembar
observasi aktivitas siswa dan lembar aktivitas guru dalam menerapkan Model
Pembelajaran Discovery Learning serta instrumen hasil belajar siswa berupa tes
tertulis dalam bentuk pilihan ganda.

b. Pelaksanaan Tindakan
Dari rencana tindakan, maka dilaksanakan skenario sesuai dengan kegiatan
pembelajaran pada siklus I dalam pembelajaran RPP IPA Pokok Bahasan
manusia dan hewan tergantung pada tumbuhan hijau (pertemuan 1) yang
dilakukan oleh guru dengan menggunakan Model Pembelajaran Discovery
Learning. Pada saat mengerjakan LKS secara berkelompok ditemukan berbagai
macam kendala pada tindakan siklus I antara lain : 1) Hanya beberapa siswa yang
siap menerima pembelajaran karena kebingungan mendengarkan penjelasan guru
sehingga hampir semua kelompok belajar kesulitan untuk mengisi LKS, 2)
Sebagian besar siswa yang tidak mau membaca buku paket atau referensi yang
diberikan oleh guru, 3) Sebagian besar siswa yang belajar secara individual, dan
4) hanya beberapa siswa yang berani mengungkapkan ide/gagasannya, sehingga
proses pembelajaran tidak berhasil.
c. Hasil Observasi dan Evaluasi
1) Pengamatan Aktivitas Guru pada siklus I
Aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung diamati oleh
pengamat dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru.
Pelaksanaan siklus I, aktivitas yang diamati pada guru menyangkut
membuka pelajaran, kegiatan inti dan menutup pelajaran, skor setiap
aktivitas guru yang diamati pada pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 4. 2
Skor Aktivitas Guru selama Pembelajaran pada siklus I
Skor Siklus
Tahap Aktivitas Guru Keterangan
I
Awal Membuka Pelajaran 2 Kurang baik
Memberikan apersepsi 2 Kurang baik
Memotivasi siswa 2 Kurang baik
Menuliskan Topik dan Menyampaikan
3 Cukup Baik
Tujuan Pembelajaran
Inti Memberi konsep tentang keterkaitan
2 Kurang baik
manusia,hewan dan tumbuhan hijau
Membentuk kelompok belajar 3 Cukup Baik
Menjelaskan kerja dan tanggung jawab
3 Cukup Baik
kelompok
Membuka sesi Tanya jawa 2 Kurang baik
Membimbing dan mengarahkan kelompok Cukup Baik
untuk diskusi kelompok 3
Memberikan penghargaan kelompok 2 Kurang baik
Akhir Merespon kegiatan diskusi 2 Kurang baik
Memberikan evaluasi kepada seluruh siswa 2 Kurang baik
Mengakhir/Menutup pembelajaran 3 Cukup Baik
Jumlah 31
Rata-rata Skor Aktivitas Guru Siklus I 2,38 Kurang Baik
Berdasarkan Tabel 4.2, aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus
I mencapai rata-rata skor 2,38. Hal ini dapat dikatakan bahwa aktivitas guru
tidak terlaksana dengan baik. Berdasarkan kriteria keterlaksanaan tindakan
pada siklus I berada pada kategori kurang baik seperti kurangnya
memberikan apersepsi siswa, memotivasi siswa, membantu siswa dalam
bekerja kelompok dan aktivitas guru dalam membimbing dan kurangnya
mengarahkan siswa sehingga dapat mengetahui penggunaan metode yang
akan digunakan.
2). Pengamatan Aktivitas Siswa pada siklus I
Hasil pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran diamati oleh
seorang pengamat dengan menggunakan instrumen pengamatan aktivitas
siswa dan dideskripsikan dalam bentuk jumlah dan rata-rata secara
keseluruhan. Hasil analisis pengamatan aktivitas siswa pada siklus I
diperlihatkan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3.
Rata-rata Skor Aktifitas Siswa selama Pembelajaran pada siklus I
Skor
No Aktivitas Siswa Siklus Keterangan
I
1. Keterlibatan dalam pembukaan pelajaran 2 Kurang baik
2. Keterlibatan dalam apersepsi 2 Kurang baik
3. Keterlibatan dalam kegiatan motivasi 2 Kurang baik
4. Keterlibatan dalam dalam diskusi Kelompok 3 Cukup baik
5. Keterlibatan dalam penggambaran konsep keterkaitan
2 Kurang baik
manusia, hewan dan tumbuhan hijau
6. Keterlibatan dalam pembentukan kelompok belajar 2 Kurang baik
7. Keterlibatan dalam memahami tugas yang diberikan 2 Kurang baik
8. Keterlibatan dalam kerjasama kelompok 2 Kurang baik
10. Keterlibatan dalam pemberian penghargaan kelompok 2 Kurang baik
11. Keterlibatan dalam merespon kegiatan diskusi dan
2 Kurang baik
membuat kesimpulan
12. Keterlibatan dalam evaluasi 2 Kurang baik
13. Keterlibatan dalam mengakhiri pembelajaran 2 Kurang baik
Jumlah 25
Rata-rata Skor Aktifitas Siswa Siklus I 1,92 Kurang Baik
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa rata-rata tiap

komponen aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I

menunjukkan nilai yang sedikit beragam, dimana banyak sekali aspek

aktifitas siswa dalam pelaksanaanya masih kurang sehingga diperoleh rata-

rata yaitu 1,92 dengan kriteria keterlaksanaan kurang baik. Hal ini

disebabkan karena banyak siswa yang tidak aktif dalam kerja kelompok,

hal ini terlihat pada saat menyelesaikan soal-soal LKS, ada sebagian siswa

yang hanya diam dan menunggu jawaban dari temannya sehingga dapat

mempengaruhi aktivitas-aktivitas lainya dalam proses pembelajaran. Selain

itu, siswa juga sangat bingung dengan model pembelajaran yang digunakan

karena Model Pembelajaran Discovery Learning tersebut merupakan hal

baru bagi mereka.

3). Penilaian Hasil Belajar siklus I


Untuk mengetahui hasil belajar siswa, maka dilakukan evaluasi berupa tes

tertulis dalam bentuk pilihan ganda yang berjumlah 15 nomor dan essay test

berjumlah 5 nomor pada akhir siklus I. Untuk mengetahui Penilaian hasil belajar

siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4
Data hasil belajar siswa pada Siklus I

Hasil Yang Dicapai


No Nama Siswa
Nilai Ket. Nilai
1 Takbir Nur Ilham P. 70 Tuntas
2 Ajar Subakri 75 Tuntas
3 Intan Safitri 60 Tidak Tuntas
4 Kuncoro Hadi Ningrat 70 Tuntas
5 Ketut Meri Yanti 70 Tuntas
6 Vian Supri Yandika 60 Tidak Tuntas
7 Muhamad Iksan. K 70 Tuntas
8 Piky Revandoni. W 70 Tuntas
9 Kadek Pratiwi 60 Tidak Tuntas
10 Kadek Sadu Saputra 75 Tuntas
11 Dimas Singgih Drastyo 60 Tidak Tuntas
12 Satrio Dwi Cahyo 75 Tuntas
13 Gusti Ayu Putu Sinta. D 75 Tuntas
14 Gusti Made Agus. A 60 Tidak Tuntas
15 Putu Adityadinata 70 Tuntas
16 Dina Putra Darma. A 60 Tidak Tuntas
17 I Gusti Arya Putra 80 Tuntas
18 Nova Erliana Dwi Anti S. 70 Tuntas
19 Ian Afrian Frizzy 75 Tuntas
Rata-rata 70,26
Persentase Ketuntasan 68,42 %

Dari tabel 4.4 data hasil penilaian siswa pada siklus I, hasil analisis
ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada penilaian hasil belajar siswa siklus
I dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5
Analisis ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I
mata pelajaran IPA
No. Ketuntasan Jumlah Persentase (%)
Siswa
1 Tuntas 13 68,42%
2 Tidak Tuntas 6 31,57%
Data dari Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa persentase ketuntasan
belajar siswa mata pelajaran IPA pada siklus I secara klasikal mencapai 68,42%
tuntas atau sebanyak 13 orang siswa yang tuntas dan 31,57% tidak tuntas atau
sebanyak 6 orang siswa yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan
ketidakberhasilan peneliti dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dari target
persentase 75 % siswa memperoleh nilai ≥ 70 belum tercapai.
Beberapa catatan penting dari pelaksanaan penelitian siklus I, sebagai
berikut:
1. Siswa belum siap menerima pembelajaran karena sebagian besar siswa
tidak serius mendengarkan penjelasan guru,
2. Guru tidak bisa mengorganisasikan waktu dengan baik,
3. Sebagian besar siswa yang tidak mau membaca buku paket atau referensi
yang diberikan oleh guru,
4. Hampir seluruh siswa yang belajar secara individual,
5. Banyak siswa kurang antusias dalam berdiskusi dengan kelompok
belajarnya,
6. Siswa bingung dengan Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery
Learning) yang baru pertama kali diterapkan,
7. Siswa tidak mencatat konsep-konsep yang penting yang disampaikan
guru dari hasil diskusi.
3. Pelaksanaan Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi tentang kelemahan-kelemahan yang ditemukan
pada siklus I, maka dilakukan upaya perbaikan kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran antara lain; Cara guru dalam mengarahkan siswa harus lebih tegas
agar siswa lebih antusias dalam mengerjakan tugas, guru harus lebih
meningkatkan keterampilan bertanya sehingga siswa dapat memahaminya dan
memotivasi untuk mengembangkan pengetahuanya, guru harus lebih terampil
membimbing siswa dalam bekerja kelompok untuk menyelesaikan tugas
kelompoknya secara tertib, guru dalam menyampaikan materi jangan terlalu cepat
sehingga siswa dapat memahami materi yang diberikan, guru harus lebih pandai
dalam mengkooordinasikan kelas dan mengalokasikan waktu dengan baik
sehingga semua sintaks dalam pembelajaran dapat terlaksana dengan tepat dan
sistematis.
Untuk mengetahui hasil dan proses pembelajaran, maka disusun instrumen
observasi dan evaluasi berupa daftar pengamatan aktivitas siswa dalam KBM dan
guru, instrumen penilaian hasil belajar berupa tes tertulis bentuk pilihan ganda.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dari rencana tindakan, maka dilaksanakan skenario sesuai dengan kegiatan
pembelajaran pada siklus II dalam pembelajaran RPP IPA Pokok Bahasan
manusia dan hewan tergantung pada tumbuhan hijau (pertemuan II) yang
dilakukan oleh guru dengan menggunakan Metode Pembelajaran Penemuan
(Discovery Learning) dan melakukan tindakan perbaikan terhadap kendala-
kendala yang ditemukan dari hasil refleksi pada siklus I.
Setelah melakukan pengisian LKS, guru menunjuk wakil dari tiap
kelompok untuk menempati meja masing-masing. Kemudian guru meminta siswa
untuk menentukan pembaca, pemain, dan penantang. Selanjutnya pemain
mengambil kartu soal bernomor untuk menjawab pertanyaan yang dibacakan oleh
pembaca, dan penantang boleh menantang jika memiliki jawaban yang berbeda.
Jika pemain menjawab dengan benar, maka ia akan memperoleh skor. Skor yang
diperoleh dikumpulkan untuk kelompoknya.
Setelah permainan berakhir, masing-masing kelompok menghitung skor
yang diperoleh kemudian guru memberikan penghargaan pada kelompok yang
memperoleh skor tertinggi sebagai salah satu bentuk motifasi. Selanjutnya guru
menutup pembelajaran, Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa dalam
menyimpulkan materi pelajaran sehingga membantu siswa untuk lebih memahami
materi yang telah dipelajari. Kemudian guru memberikan evaluasi kepada siswa
untuk mengetahui hasil belajar siswa selama pembelajaran pada akhir pertemuan.
c. Hasil Observasi dan Evaluasi
1) Pengamatan Aktivitas Guru pada siklus II
Aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung diamati
oleh pengamat dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru.
Pelaksanaan siklus II, aktivitas yang diamati pada guru menyangkut
membuka pelajaran, kegiatan inti dan menutup pelajaran. Skor setiap
aktivitas guru yang diamati pada pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat
dilihat pada Tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6
Skor Aktivitas Guru selama Pembelajaran pada siklus II

Skor Siklus
Tahap Aktivitas Guru Keterangan
II
Awal Membuka Pelajaran 4 Baik
Memberikan apersepsi 3 Baik
Memotivasi siswa 3 Baik
Menuliskan Topik dan Menyampaikan
4 Baik
Tujuan Pembelajaran
Inti Memberi konsep tentang keterkaitan
4 Baik
manusia, hewan dan tumbuhan hijau
Membentuk kelompok belajar 4 Baik
Menjelaskan kerja dan tanggung jawab
4 Baik
kelompok
Memberikan tugas kepada masing-
4 Baik
masing kelompok
Membimbing dan mengarahkan tiap
4 Baik
kelompok
Melaksanakan Diskusi Antar Kelompok 4 Baik
Memberikan penghargaan kelompok 4 Baik
Akhir Merespon kegiatan diskusi 4 Baik
Memberikan evaluasi kepada seluruh
4 Baik
siswa
Mengakhir/Menutup pembelajaran 4 Baik
Jumlah 54
Rata-rata Siklus II 3,85 Baik
Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukan bahwa aktivitas guru
dalam proses belajar mengajar pada siklus II diperoleh rata-rata skor yaitu
3,85. Hal ini dapat dikatakan bahwa aktivitas guru dalam kegiatan
pembelajaran terlaksana dengan baik berdasarkan Kriteria Keterlaksanaan
Tindakan. Guru telah memperbaiki seluruh kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I terutama dalam membangkitkan pengetahuan awal siswa
dan memotivasi siswa untuk ikut terlibat secara aktif selama proses
pembelajaran berlangsung.
2) Pengamatan Aktivitas Siswa pada siklus II
Hasil pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
diamati oleh seorang pengamat dengan menggunakan instrumen pengamatan
aktivitas siswa dan dideskripsikan dalam bentuk jumlah dan rata-rata secara
keseluruhan. Hasil analisis pengamatan aktivitas siswa pada siklus II
diperlihatkan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7.
Rata-rata Skor Aktifitas Siswa selama Pembelajaran pada siklus II.
Skor
No. Aktivitas Siswa Siklus Keterangan
II
1. Keterlibatan dalam pembukaan pelajaran 4 Baik
2. Keterlibatan dalam apersepsi 4 Baik
3. Keterlibatan dalam kegiatan motivasi 3 Cukup baik
Keterlibatan dalam penyampaian topik dan tujuan
4. 4 Baik
pembelajaran
Keterlibatan dalam penggambaran konsep keterkaitan
5. 4 Baik
manusia, hewan dan tumbuhan hijau
6. Keterlibatan dalam pembentukan kelompok belajar 4 Baik
7. Keterlibatan dalam memahami tugas yang diberikan 4 Baik
8. Keterlibatan dalam kerjasama kelompok 3 Cukup baik
9. Keterlibatan dalam pelaksanaan Diskusi 3 Baik
10. Keterlibatan dalam pemberian penghargaan kelompok 3 Baik
Keterlibatan dalam merespon kegiatan diskusi dan
11. 3 Cukup baik
membuat kesimpulan
12. Keterlibatan dalam evaluasi 3 Cukup baik
13. Keterlibatan dalam mengakhiri pembelajaran 4 Baik
Jumlah 43
Rata-rata Skor 3,53 Baik
Dari tabel 4.7 di atas tampak pula bahwa rata-rata skor aktivitas siswa
selama pelajaran berlangsung pada siklus II yaitu 3,53 yang berarti bahwa
aktivitas belajar siswa terlaksana dengan baik. Hal ini menandakan pula
bahwa aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan karena siswa sudah
mampu bekerja secara berkelompok dengan tertib, lebih banyak menulis
yang relevan dengan materi pelajaran, aktif dalam mengajukan atau
menanggapi pertanyaan, aktif dalam melaksanakan Diskusi karena siswa
sudah paham dengan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan
siswa mampu menyimpulkan materi pelajaran berdasarkan tujuan
pembelajaran.
3) Penilaian Hasil Belajar siklus II
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, maka dilakukan evaluasi berupa tes
tertulis dalam bentuk pilihan ganda yang berjumlah 15 nomor dan essay test
berjumlah 5 nomor pada akhir siklus II. Untuk mengetahui Penilaian hasil belajar
siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8
Data hasil belajar siswa pada Siklus II
Hasil Yang Dicapai
No Nama Siswa
Nilai Ket. Nilai
1 Takbir Nur Ilham P. 75 Tuntas
2 Ajar Subakri 80 Tuntas
3 Intan Safitri 65 Tuntas
4 Kuncoro Hadi Ningrat 75 Tuntas
5 Ketut Meri Yanti 70 Tuntas
6 Vian Supri Yandika 70 Tuntas
7 Muhamad Iksan. K 70 Tuntas
8 Piky Revandoni. W 75 Tuntas
9 Kadek Pratiwi 60 Tidak Tuntas
10 Kadek Sadu Saputra 75 Tuntas
11 Dimas Singgih Drastyo 60 Tidak Tuntas
12 Satrio Dwi Cahyo 75 Tuntas
13 Gusti Ayu Putu Sinta. D 75 Tuntas
14 Gusti Made Agus. A 70 Tuntas
15 Putu Adityadinata 75 Tuntas
16 Dina Putra Darma. A 70 Tuntas
17 I Gusti Arya Putra 80 Tuntas
18 Nova Erliana Dwi Anti S. 75 Tuntas
19 Ian Afrian Frizzy 75 Tuntas
Rata-rata 72,89
Persentase Ketuntasan 89,47%

Dari tabel 4.8 data hasil penilaian siswa pada siklus II diatas, dapat
dismpulkan hasil analisis ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada penilaian
hasil belajar siswa siklus II pada Tabel 4.9 berikut ini :
Tabel 4.9
Analisis ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus II
mata pelajaran IPA

No. Ketuntasan Jumlah Persentase (%)


Siswa
1 Tuntas 17 89,47%
2 Tidak Tuntas 2 10,52%

Data dari Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa persentase ketuntasan


belajar siswa pada siklus II secara klasikal mencapai 89,47% tuntas atau 17
orang siswa tuntas dan 10,52% tidak tuntas atau 2 orang siswa yang tidak
tuntas. Hal ini menunjukkan keberhasilan peneliti dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan Model Pembelajaran
Discovery Learning dari target persentase 75 % siswa memperoleh nilai ≥
70 sudah tercapai.
Beberapa catatan penting dari pelaksanaan penelitian siklus II,
sebagai berikut:
1. Sudah seluruh siswa siap menerima pembelajaran yang ditunjukkan
oleh keseriusan mendengarkan arahan Guru guru,
2. Waktu yang digunakan oleh guru sesuai dengan alokasi yang sudah
ditentukan,
3. Siswa yang sudah mau membaca buku paket atau referensi yang
diberikan oleh guru,
4. Tidak ada lagi siswa yang belajar secara individual,
5. Siswa sangat antusias dalam berdiskusi dengan kelompok belajarnya,
6. Siswa sudah terbiasa diajar menggunakan Model Pembelajaran
Discovery Learning yang baru pertama kali diterapkan, dan
7. Semua siswa mencatat konsep-konsep yang penting yang disampaikan
guru dari hasil diskusi.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
secara umum setelah diterapkan Model Pembelajaran Discovery Learning pada Pokok
Bahasan manusia dan hewan tergantung pada tumbuhan hijau. Penelitian ini dilaksanakan
dalam 2 (dua) siklus dengan 2 (dua) kali pertemuan. Tiap kali pertemuan dalam siklus
diteliti dan disesuaikan dengan perubahan yang dicapai terhadap aktivitas guru dan siswa
yang pelaksanaanya disesuaikan dengan prosedur penelitian.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pengamat terhadap aktivitas siswa
selama kegiatan pembelajaran pada siklus I diperoleh rata-rata skor aktivitas siswa yaitu
1,92. Dari hasil observasi tersebut terlihat bahwa aspek aktivitas siswa kurang baik seperti
tidak adanya motivasi dalam belajar, siswa tidak antusias dalam mengerjakan LKS dan
berdiskusi dengan kelompok belajar. Hal itu dikarenakan siswa sangat awam dengan
belajar kelompok. Selain itu siswa tidak memahami prosedur dari kegiatan Model
Pembelajaran Discovery Learning.
Selain itu, hal tersebut distas juga dapat terjadi karena rata-rata skor aktivitas guru
dalam proses pembelajaran masih dalam kategori kurang baik yaitu dengan rata-rata 2,38
terhadap penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning, karena hampir dari
keseluruhan aktivitas guru belum terlaksana dengan baik, sehingga berakibat buruk
terhadap ketuntasan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam
kegiatan pembelajaran pada siklus I masih sangat banyak kekurangan yang harus
diperbaiki.
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, dilakukan perbaikan dan inovasi pembelajaran
siklus II agar proses pembelajaran berjalan lebih baik dan meningkatkan aktivitas siswa
dan hasil belajar siswa dapat memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Pada
siklus II aktivitas siswa lebih baik dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya ditandai
dengan meningkatnya rata-rata skor aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus I, yaitu dari
siklus I rata-rata aktivitas siswa 1,92 pada siklus II meningkat menjadi 3,53. Selain itu,
aktivitas guru pada siklus II dapat diketahui guru semakin baik dalam menerapkan Model
Pembelajaran Discovery Learning. Kemampuan guru seperti membuka pelajaran,
menyampaikan apersepsi dan memotivasi siswa, memandu siswa dalam kerja kelompok,
dapat mengalokasikan waktu dengan baik, dan membimbing siswa menyimpulkan materi
pelajaran sudah meningkat ditandai dengan meningkatnya rata-rata hasil observasi
aktivitas guru pada siklus I, yaitu dari siklus I rata-rata hasil observasi aktivitas guru 2,38
pada siklus II meningkat menjadi 3,85. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dan guru telah
melakukan kegiatan pembelajaran sesuai yang diharapkan dengan memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I.
Aktivitas siswa selama pembelajaran pada materi manusia dan hewan bergantung
pada tumbuhan hijau yang diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Discovery
Learning dari setiap pertemuan menunujukkan peningkatan. Seperti meningkatnya
antusias siswa dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, siswa sudah terlihat
aktif dan tertib dalam mengikuti pembelajaran serta sudah terampil membuat kesimpulan
berdasarkan tujuan pembelajaran. Untuk kerja kelompok pun menunjukkan aktivitas,
seperti meningkatnya diskusi dan tanya jawab antar teman dalam kelompok. Menurut
Slavin, Abrani dan Chamberr (1996 dalam Sanjaya 2006: 107) berpendapat bahwa melalui
pembelajaran kooperatif setiap siswa akan saling membantu dan berinteraksi dalam
mengembangkan prestasinya sehingga dapat berpikir dan berusaha untuk memahami serta
menambah informasi sebagai penunjang pengetahuan kognitifnya. Sedangkan guru sudah
mampu membangkitkan pengetahuan awal siswa dan guru telah memperbaiki cara
menyampaikan konsep materi pembelajaran sehingga merangsang daya nalar dan motivasi
siswa untuk belajar lebih baik. Menurut Sanjaya (2006: 176) bahwa memberikan
komentar/penjelasan yang baik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari dapat
menggugah perhatian siswa sehingga dapat membangun suasana pembelajaran yang
optimal. Pendapat tersebut juga serupa dengan yang dikemukakan oleh Slameto (1987
dalam Abubakar 2006:23) bahwa untuk memotivasi siswa maka guru harus mampu
menarik perhatian/mempertahankan perhatian siswa dan mengusahkan agar siswa mau
mempelajari materi-materi yang diharapkan untuk dipelajari.
Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wahyudin dkk, (2007: 35-
36) bahwa keberhasilan dalam proses pembelajaran dititikberatkan pada peserta didik dan
guru, dimana peserta didik haruslah dapat meningkatkan kesiapan dan kesungguhan dalam
proses pembelajaran untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan dan guru sebagai
pendidik dapat mengantarkan anak didiknya pada tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I, maka siswa yang
memperoleh nilai ≥ 70 untuk mata pelajaran IPA sebanyak 13 orang atau sebesar 68,42%
dengan nilai rata-rata 70,26 pada siklus II meningkat menjadi 17 orang atau sebesar
89,47% dengan nilai rata-rata72,89. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan dari
hasil tes yang telah dilakukan pada siklus I ke siklus II.
Dari hasil evaluasi siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan hasil belajar
IPA pokok bahasan manusia dan hewan tergantung pada tumbuhan hijau dibandingkan
dengan data observasi tahun lalu. Data yang diperoleh pada persentase ketuntasan klasikal
yang dicapai pada tahun 2012 adalah 52,5% artinya belum mencapai standar KKM yang
telah ditentukan oleh sekolah. Sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning tepat digunakan dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi IPA pokok bahasan manusia dan hewan bergantung pada tumbuhan
hijau. Hal ini terjadi karena dalam penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning,
ada pemberian penghargaan atau penguatan seperti penempatan rangking kepada
kelompok belajar sehingga memacu siswa dalam belajar yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat
Slavin, (2009: 175-176) bahwa tim-tim yang memenuhi kriteria akan diberikan sertifikat
atau menampilkan nama dan foto tim sukses pada papan buletin mingguan. Apapun yang
dilakukan hanyalah merekognisi tim berprestasi, hal ini sangat penting untuk
mengkomunikasikan bahwa kesuksesan tim itu merupakan sesuatu yang penting, karena
inilah yang akan memotivasi siswa untuk membantu teman satu bangkunya bekerja.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai, dalam hal ini hasil
belajar siswa selama proses pembelajaran mencapai kategori baik dan minimal 75% siswa
telah mencapai nilai 65 maka tujuan penelitian ini telah tercapai yaitu dengan
menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam proses pembelajaran IPA
pokok bahasan manusia dan hewan tergantung pada tumbuhan hijau, hasil belajar siswa
di Kelas V dapat ditingkatkan. Dengan demikian penelitian ini tidak lagi dilanjutkan ke
siklus III karena KKM yang ditetapkan oleh sekolah telah tercapai, yaitu 89,47% siswa
telah memperoleh nilai ≥ 65.
Berdasarkan hal di atas, dapat dikatakan bahwa penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning pada Kelas V SD Negeri Suka Maju memberikan dampak yang sangat
baik terhadap hasil belajar siswa. Siswa sudah mampu bersosialisasi dengan baik, bahkan
sebagian besar siswa sudah berani mengeluarkan pendapatnya dan menjawab pertanyaan
yang diberikan. Ada beberapa siswa yang hingga akhir pertemuan masih memiliki nilai
belajar ≤ 65. Meskipun demikian, siswa sudah memberikan penghargaan dan sikap positif
pada saat Model Pembelajaran Discovery Learning diterapkan.
Secara psikologis Model Pembelajaran Discovery Learning ini memberikan
manfaat yang sangat besar terhadap siswa, antara lain (1) memotivasi siswa untuk belajar
lebih giat karena adanya tekanan dari teman kelompoknya serta menyadari adanya
penilaian yang akan berkelanjutan, (2) menghilangkan rasa takut pada anak untuk
mengungkapkan pendapat dan menjawab pertanyaan, dan (3) menumbuhkan kemampuan
kerjasama siswa, berpikir kritis dan kemampuan membantu teman. Hal ini sejalan dengan
pendapat Nur dkk (2000:8) yang mengemukakan beberapa manfaat yang dapat diperoleh
siswa setelah melaksanakan Model Pembelajaran Discovery Learning rasa percaya diri
lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, pemahaman akan materi pelajaran lebih baik dan
motivasi belajar yang lebih besar, serta pendapat Wartono dkk (2004:16) yang menyatakan
bahwa turnamen ini memungkinkan bagi siswa dari semua tingkat untuk menyumbangkan
dan memaksimalkan skor bagi kelompoknya, dan turnamen ini juga dapat berperan
sebgaia review materi pelajaran dan juga dapat memperlihatkan pada siswa-siswa bahwa
belajar IPA pokok bahasan manusia dan hewan tergantung pada tumbuhan hijau cukup
menyenangkan dengan Model Pembelajaran Discovery Learning.
V. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V di SD Negeri Suka Maju pada
materi IPA pokok bahasan manusia dan hewan tergantung pada tumbuhan hijau.
Peningkatan ini ditandai dengan meningkatnya nilai ketuntasan belajar klasikal yaitu pada
siklus I, siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 untuk mata pelajaran IPA sebanyak 13 orang
atau sebesar 68,42% dengan rata-rata 70,26 dan siklus II sebanyak 17 orang atau sebesar
89,47% dengan nilai rata-rata 72,89.

B. Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat
diberikan adalah :
1. Untuk melaksanakan Model Pembelajaran Discovery Learning memerlukan
persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau
memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan Model Pembelajaran
Discovery Learning dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
2. Bagi peneliti yang berminat untuk mengkaji hal ini, sebaiknya dapat menerapkan
Model Pembelajaran Discovery Learning pada materi yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai