Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Paparan Data

a. Paparan Data Pra Tindakan

Sebelum penelitian dilakukan, guru kelas 1 SDIT Nur Madinah,


melakukan perenungan dan refleksi terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa
selama ini, dari hasil refleksi yang mendalam, diperoleh beberapa hal yaitu
tentang hasil belajar siswa yang rendah dan belum melampaui KKM seta
keaktifan siswa yang belum terlihat. Hal ini mendasari penelitian pernaikan
metode pembelajaran. Dari dua hal tersebut guru kelas menggali lagi tentang
kemungkinan faktor apa saja yang membuat hasil belajar dan keaktifan siswa
yang belum maksimal dan belum sesui dengan kriteria ketuntasan minimal.
Diperoleh hasil bahwa, guru selama ini menggunakan metode mengajar yang
monoton dan kurang dapat menarik minat siswa dalam belajar. Selain itu
kegiatan pembelajaran juga berlangsung hanya satu arah.

Pada materi operasi bilangan cacah, termasuk salah satu materi yang
sulit dipahami siswa kelas 1 sekolah dasar. Dari hasil pengumpulan data
sebelum tindakan diperoleh bahwa rata-rata nilai klasikal untuk materi ini
adalah 72,5, berarti belum mencapai KKM. Selain itu dalam kelas yang berisi
14 siswa hanya 5 siswa yang memiliki nilai diatas 75 dan sebanyak 9 siswa
yang nilainya dibawah 75. Atau dapat diartikan bahwa hanya 45 % yang telah
mencapai KKM, dan 65% belum tuntas. Hal ini menujukkan hasil belajar
yang belum maksimal. Berdasarkan hasil tanya jawab dengan semua siswa
diperoleh keterangan bahwa sebagian siswa kesulitan terhadap materi
pengurangan angka. Jika guru menjelaskan materi hanya dengan metode
ceramah siswa akan terus kesulitan memahami materi ini. Sehingga perlu
adanya metode lain untuk mempermudah dalam memahaminya.
Pada hari berikutnya guru kelas berdiskusi dengan teman sejawat dan
kepala sekolah terkait beberapa hal untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Lalu peneliti yaitu dalam hal ini guru kelas mencari beberapa alternatif
pemecahan masalah. Berdasarkan berbagai sumber pustaka dan jurnal
penelitian, maka guru kelas bersama dengan teman sejawat menemukan
bahwa metode quantum teaching berhasil meningkatkan hasil belajar dan
keaktifan siswa. Sehingga peneliti merancang skenario perbaikan proses
pembelajaran. Skenario dibuat berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang
menyebutkan bahwa Quantum Teaching efektif dalam mengatasi masalah ini.

Tabel 4.1 Data hasil pre test materi operasi bilangan cacah
Jenis Tuntas/Tidak
No Nama siswa kelamin Nilai tuntas
1 Juna L 68 Tidak
2 Akmal L 60 Tidak
3 Zaki L 80 tuntas
4 Irsyad L 90 tuntas
5 Kellen L 70 Tidak
6 Zafran L 90 tuntas
7 Novel L 65 Tidak
8 Surya L 70 Tidak
9 Inara P 64 Tidak
10 Inneke P 88 tuntas
11 Yumna P 65 Tidak
12 Inta P 60 Tidak
13 Esha P 80 tuntas
14 Varo L 65 Tidak
Total Skor 1015
Rata-rata 72,5
%
ketuntasan 45%

Berdasarkan hasil tes awal pada tabel di atas tergambar bahwa dari 14
siswa kelas 1 SDIT Nur Madinah yang mengikuti tes, ada 5 siswa atau 45%
telah mencapai batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan ada 9 siswa
atau 65% belum mencapai batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang
telah ditetapkan yaitu 75. Dan nilai rata-rata siswa pada tes awal (pre test)
adalah 72,5. Dari hasil prosentase ketuntasan berajar pada tes awal (pre test)
dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

43% tidak
tuntas 57%
Tuntas

Grafik 4.2 Perbandingan antara siswa yang tuntas belajar mencapai KKM dengan
yang belum mencapai KKM.

Dari hasil pre test (tes awal) tersebut, peneliti mulai merencanakan tindakan yang
akan dipaparkan pada pertemuan selanjutnya yaitu pada materi jual beli dengan
metode pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar dan
keaktifan siswa.

Tabel 4.2 Catatan keaktifan siswa sebelum tindakan


Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa keaktifan masih sangat rendah
keaktifan secara keseluruhan baru mencapai 33.9%.

33,9%
aktif

63,9%
belum ak-
tif

Grafik 4.3 keaktifan siswa pada siklus I

b. Paparan Data Tindakan Siklus I dan siklus II


Siklus I dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35
menit. Adapun materi yang diajarkan adalah operasi pengurangan bilangan cacah.
Proses siklus I akan diuraikan sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Dalam tahap perencanaan, rancangan yang peneliti lakukan sebagai berikut:
a) Melakukan koordinasi dengan guru pendamping kelas
b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) lengkap dengan soal-
soal
c) Mempersiapkan materi pelajaran yaitu tentang pengurangan bilangan cacah
dengan menghitung mundur
d) Mempersiapkan media pembelajaran yaitu berupa kartu bilangan
e) Mempersiapkan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa
f) Menyusun catatan lapangan/ berisi catatan yang akan digunakan untuk
pengamatan selama pembelajaran berjalan
g) Mempersiapkan tes untuk siswa berupa soal pengurangan bilangan cacah

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan


a) Pertemuan Ke-1
Pada hari Selasa, 9 Mei 2023 peneliti memulai pembelajaran pada pukul
07.00 – 08.10 WIB di SDIT Nur Madinah Pati. Untuk tahapan-tahapan dari
pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Quantum Teaching yang telah
terangkum kegiatannya melalui rencana perbaikan pembelajaran dengan langkah-
langkahnya adalah yang pertama kegiatan pendahuluan dengan cara guru
memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing, guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar
kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran, guru menginformasikan materi yang akan
diajarkan, yaitu pengurangan bilangan, guru mengajak siswa ke dalam kondisi alfa
dengan cara siswa tepuk, gerak,yel-yel dan guru memperdengarkan musik klasik
selama pembelajaran.
Kegiatan inti dalam siklus I adalah pertama, siswa diingatkan kembali
proses penyelesaian soal pengurangan dengan cara menghitung mundur, siswa
diberi soal pengurangan, guru mwmintaa perwakilan siswa diminta untuk
menyelesaikan salah satu soal, siswa diminta menjelaskan bagaimana dia
memperoleh jawabannya, guru membuat garis bilangan di lantai dan menuliskan
bilangan, guru menuliskan soal pengurangan misalnya 25–4, seorang siswa mulai
dari bilangan 25 berjalan mundur sebanyak 4 bilangan maka ia akan berhenti di
bilangan 21, siswa mengikuti kalimat guru bahwa 25 – 4 = 21, siswa melakukan
beberapa kali uji coba, siswa dibagi menjadi 2 kelompok, lalu setiap kelompok
diberi sejumlah soal untuk dikerjakan melalui permainan hitung mundur, siswa
mengerjakan soal-soal pada selembar kertas, setelah selesai kegiatan permainan
semua siswa diminta untuk mengecek hasil pekerjaannya, apabila benar diberi
tanda centang dan jika salah diberi tanda silang. Pada kegiatan ini ditanamkan
sikap kejujuran, guru menjelaskan cara mengerjakan soal dengan menghitung
mundur melalui media gambar yang diberikan, guru menulis angka pada papan
tulis, siswa diminta menyampaikan pendapatnya mengenai soal tersebut. Saat ada
jeda break siswa melakukan permainan “pencil kereta api” lalu siswa diberikan
soal rebutan untuk menjawab soal dari guru melalui diskusi kelompok siswa
mengangkat jawaban mereka dengan cara menunjukkan kertas yang telah berisi
angka, selanjutnya siswa berlatih melakukan pengurangan dengan menggunakan
media kertas yang berisi gambar angka 1-40 yang telah dilengkapi oleh soal.
Pada langkah ketiga dalam pembelajaran siklus I adalah kegiatan penutup
bersama-sama siswa membuat kesimpulan rangkuman hasil belajar selama sehari,
bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil
ketercapaian materi, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti, melakukan
penilaian hasil belajar, mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran), guru
menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengomunikasikan dan menyimpulkan.
b) Pertemuan Ke-2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Selasa 16 Mei 2023. Pada pukul
08.00 siswa sudah siap didalam kelas. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II
adalah sebagai diawali dengan pendahuluan, Kegiatan pendahuluan guru
memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a dipimpin oleh salah satu
siswa, guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan
memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan
kegiatan pembelajaran, guru menginformasikan materi yang akan diajarkan, yaitu
pengurangan bilangan, guru mengajak siswa ke dalam kondisi alfa dengan cara
siswa tepuk atau gerak atau yel-yel, guru memperdengarkan musik klasik selama
pembelajaran, guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan
mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengomunikasikan dan menyimpulkan,
guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti, dilakukan langkah-langkah Siswa diingatkan kembali
proses penyelesaian soal pengurangan dengan cara menghitung mundur, siswa
diberi soal pengurangan (bilangan maksimum 20), lalu perwakilan siswa diminta
untuk menyelesaikan salah satu soal, siswa diminta menjelaskan bagaimana ia
memperoleh jawabannya, guru membuat garis bilangan di lantai dan menuliskan
bilangan 20–40, guru menuliskan soal pengurangan misalnya 25–4 lalu guru menu
juk seorang siswa mulai dari bilangan 25 berjalan mundur sebanyak 4 bilangan
maka ia akan berhenti di bilangan 21, siswa mengikuti kalimat guru bahwa 25 – 4
= 21, siswa melakukan beberapa kali uji coba guru mendampingi, lalu siswa
dibagi menjadi dua kelompok. Setiap kelompok diberi sejumlah soal untuk
dikerjakan melalui permainan hitung mundur. Siswa mengerjakan soal-soal pada
selembar kertas, setelah selesai kegiatan permainan semua siswa diminta untuk
mengecek hasil pekerjaannya. Apabila benar diberi tanda centang dan jika salah
diberi tanda silang. Pada kegiatan ini ditanamkan sikap kejujuran.
Setelah langkah diatas, guru menjelaskan cara mengerjakan soal dengan
menghitung mundur melalui media gambar yang diberikan, guru menulis angka
pada papan tulis, siswa diminta menyampaikan pendapatnya mengenai soal
tersebut, guru memanfaatkan jeda break 7 menit, siswa melakukan permainan
“pencil kereta api” atau yel-yel. Kemudian, siswa diberikan soal rebutan untuk
menjawab soal dari guru melalui diskusi kelompok siswa mengangkat jawaban
mereka dengan cara menunjukkan kertas yang telah berisi angka, selanjutnya
siswa berlatih melakukan pengurangan dengan menggunakan media kertas yang
berisi gambar angka 1-40 yang telah dilengkapi oleh soal.
Setelah kegiatan inti selesai, maka sampailah pada kegiatan penutup.
Kegiatan penutup diantaranya dilakukan dengan, bersama-sama siswa membuat
kesimpulan dan rangkuman hasil belajar selama sehari, gur mengajak bertanya
jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian
materi), lalu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti, guru melakukan penilaian
hasil belajar, guru mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan
masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran) lalu guru memberikan
reward kepada siswa yang paling aktif dan siswa yang paling banyak skor benar
dalam pembelajaran.
1) Data hasil belajar dan keaktifan siswa pada siklus I dan siklus II
a. Data hasil belajar siswa siklus I
Berikut tabel hasil belajar post test siklus I dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 4.4 Hasil belajar pos test siklus I

Berdasarkan hasil post tes siklus I diperoleh hasil bahwa ada peningkatan
hasil belajar saat digunakan metode Quantum Teaching. Kenaikan rata-rata
nilai hasil belajar dari rata-rata 72,5 menjadi 79. Dan yang ketuntasan
belajar secara klasikal juga mengalami kenaikan yakni dari 45% menjadi
57 %. Dari 5 siswa yang tuntas hasil belajarnya, mengalami kenaikan
menjadi 8 siswa yang tuntas mencapai KKM. Siswa yang tuntas atau nilai
diatas KKM ini memiliki nilai bermacam-macam mulai dari 78 hingga 92.
Siswa yang awalnya kurang paham materi pengurangan, menjadi semakin
paham setelah dilakukan metode belajar Quantum Teaching. Rata-rata
klasikal juga mengalami kenaikan dan sudah mencapai KKM. Siswa yang
belum tuntas KKM dalam materi ini memiliki nilai dari 64 hingga 72.
43% tidak tun- 57% Tun-
tas tas

Grafik 4.4 Ketuntasan belajar klasikan siklus I

Hasil belajar dapat dilihat dari tingkat penguasaan yang dicapai


oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajars, selain itu hasil
belajar siswa dapat dilihat dari sejauh mana siswa dapat menguasai
pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar. Dalam
penelitian ini penguasaan materi dilihat dari kemampuan siswa kelas 1
dalam mengerjakan soal yang disediakan oleh peneliti. Keberhasilan yang
dicapai oleh siswa dalam menyelesaikan soal diskusi maupun soal
individu merupakan hasil belajar yang diukur pada siklus I dan II.
Dalam penerapan siklus I hasil belajar siswa sudah tampak
mengalami peningkatan. Siswa juga terlihat sangat aktif dan rasa ingin
menyelesaikan soal meningkat. Sehingga dorongan rasa ingin tahu
membuat mereka berusaha untuk mengerjakan soal secara bersama. Siswa
mulai bertanya kepada teman dan guru tentang cara pengerjaannya.
Tentang cara menemukan jawaban yang benar dari soal materi
pengurangan bilangan cacah ini.
b. Data keaktifan siswa siklus I
Dalam pengamatan keaktifan siswa siklus I diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 4.5 Skor keaktifan siswa

Berdasarkan tabel diatas diperoleh keterangan bahwa keaktifan siswa


meningkat setelah dilakukan metode Quantum Teaching. Pada siklus I keaktifan
siswa 75,8 %. Semua siswa sudah terlibat aktif dan dalam pencatatan keaktifan
pada lembar observasi hanya ada beberapa siswa yang belum melakukan semua
aktivitas yang tertera. Ada 8 jenis keaktifan yang diobservasi diantaranya visual
activities, oral activites, listening activities, writing activities, drawing activities,
motor activities, mental activities dan emotional activities.

belum
aktif
24,2%

keaktifan
75,8%

Grafik 4.6. Keaktifan siswa pada siklus I


Siswa yang melakukan jenis keaktifan berupa visual activities adalah
100% artinya seluruh siswa melihat dan mau memperhatikan yang disampaikan
guru. Sebanyak 10 (71,4% ) siswa yang melakukan oral activites artinya masih
ada 4 siswa yang hanya diam saja belum mau berkomunikasi. Berdasarkan hasil
Tanya jawab dengan siswa yang bersangkutan, siswa yang masih diam saja tidak
mau berbicara disebabkan belum percaya diri dan ada yang sakit. Listening
activities dilakukan oleh 11 (78%) siswa artinya masih ada 3 siswa yang jarang
mendengarkan tapi masih asyik sendiri. Siswa yang melakukan aktivitas menulis
sebanyak 10 orang dengan persentase 71,4 %.
Dari data ini dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas dari sebelum
tindakan siklus I dengan setelah tindakan siklus I. Sebanyak 10 siswa (71,4 %)
siswa aktif menghitung atau membuat pola pengurangan angka dikertas yang
disediakan dan keaktifan motoriknya sudah mulai terlihat, terlihat siswa sudah
mulai mandiri menyiapkan alat tulis, berusaha mencoba mengoperasikan bilangan
cacah yang disediakan. Lalu sebanyak 11 siswa sudah berani mengacungkan
tangan untuk menjawab atau sudah berani maju kedepan. Dan terakhir, sebanyak
9 siswa (68,2%) siswa telah terlibat aktif secara emosional dalam rangkaian
sistem pembelajaran dikelas dengan metode Quantum Teaching. Siswa juga
terlihat bahagia, semangat dan tidak tegang dalam pembelajaran matematika
dikelas.
Dari data diatas dapat diperoleh keterangan bahwa secara keseluruhan
terjadi peningkatan keaktifan siswa dari sebelum dilakukan tindakan dengan
setelah dilakukan tindakan.
Metode Quantum Teaching benar-benar dilakukan dengan berusaha
melibatkan siswa secara penuh dan tidak hanya terpusat pada guru. Sehingga
berhasil meningkatkan tingkat keaktifan sebelum tindakan dan terlihat setelah
tindakan siklus I.
Setelah dilakukan pembelajaran siklus I, peneliti bersama observer (teman
sejawat dan kepala sekolah) melakukan tindakan refleksi dan pengumpulan data
observasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan yang dilakukan selama
proses pembelajaran. Kekurangan ini akan diminimalisir pada pembelajaran di
siklus II.
c. Data hasil belajar siklus II
Berikut ini adalah data hasil belajar siklus II dengan metode quntum
teaching.
Tabel 4.6 Nilai hasil belajar siswa siklus II

14% tidah tuntas

86% siswa tuntas

Grafik 4.7 Diagram Ketuntasan belajar siklus II


Berdasarkan data diatas terlihat dengan jelas perbandingan antara jumlah
siswa yang telah tuntas belajar dengan siswa yang belum tuntas belajar. Sebanyak
86 % siswa telah mencapai KKM dan 14% siswa belum mencapai KKM.
Sehingga ada 12 siswa yang telah tuntas belajar dan 2 siswa yang belum tuntas
belajar. Berdasarkan perhitungan data siswa yang sudah tuntas belajar memiliki
rentang nilai antara 80 hingga 100. Sedang kedua anak yang belum tuntas
memiliki nilai ulangan 70. Rata rata nilai klasikal adalah 89.6 mengalami
peningkatan dibandingkan pada siklus I yaitu 79. Besarnya peningkatan nilai hasil
belajar adalah 10. Dengan ketuntasan klasikal 57%. Hal ini dapat diartikan bahwa
terjadi peningkatan nilai hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 29%.
Peningkatan-peningkatan nilai hasil belajar terjadi, dikarenakan dengan
metode Quantum Teaching mampu membuat siswa menjadi semangat belajar.
Selain itu belajar menjadi lebih menyenangkan. Pada pembelajaran siklus II
terdapat beberapa pembenahan. Pembenahan yang dilakukan berdasarkan tabel
refleksi siklus I. Sehingga pada siklus II ini diupayakan pelaksanaan pembelajaran
lebih maksimal. Selain itu pengkondisian pada awal kegiatan yaitu kegiatan
apersepsi guru melakukan brain gym atau tepuk-tepuk dan gerakan lain yang
dapat membuat siswa masuk kedalam kondisi alfa. Menurut buku revolusi belajar,
kedaan alfa ini akan membuat siswa merasa rileks namun siap dalam menerima
materi pelajaran. Sehingga suasana tidak terlalu tegang dan bersemangat dalam
belajar.
Adanya break dengan game juga merupakan salah satu cara peneliti dalam
menaikkan semangat belajar siswa. Sehingga siswa tidak jenuh saat belajar. Hal
ini merupakan salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan hasil belajar maupun
keaktifan siswa. Karena siswa akan terus semangat selama proses pembelajaran.
d. Data keaktifan siswa pada siklus II
Keaktifan siswa pada siklus II berdasarkan lembar observasi aktivitas
siswa dalam belajar pada siklus ini mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat
dari tabel berikut.
Tabel 4.8 Tabel keaktifan siswa siklus II

3% tidak
aktif

96,4% siswa aktif

Grafik 4.9 Grafik keaktifan siswa siklus II


Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa keaktifan siswa
meningkat sangat tinggi. Keaktifan pada tiap jenis aktivitas sangat tinggi. Rata-
rata keaktifan siswa dalam kelas dilihat dari 8 jenis aktivitas yang diamati adalah
96,43 % sedangkan pada siklus I 75,8 %. Berdasarkan hal ini maka jeda antara
siklus I dan siklus II mengalami peningkatan keaktifan sebesar 20,63%.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh keterangan bahwa keaktifan siswa
meningkat setelah dilakukan metode Quantum Teaching. Semua siswa sudah
terlibat aktif dan dalam pencatatan keaktifan pada lembar observasi hanya ada
beberapa siswa yang belum melakukan semua aktivitas yang tertera. Ada 8 jenis
keaktifan yang diobservasi diantaranya visual activities, oral activites, listening
activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities
dan emotional activities. Siswa yang melakukan jenis keaktifan berupa visual
activities adalah 100% artinya seluruh siswa melihat dan mau memperhatikan
yang disampaikan guru. Sebanyak 13 siswa (92,8%) siswa yang melakukan oral
activites artinya masih ada 1 siswa yang hanya diam saja belum mau
berkomunikasi. Listening activities meningkat yang awalnya pada siklus 11 siswa
(78%) siswa yang aktif meningkat pada siklus II menjadi 100% siswa terlibat aktif
dan mendengarkan dengan penuh seksama setiap penjelasan guru atau teman
sebayanya. Siswa yang melakukan aktivitas menulis (writing activities ) ada
100%, artinya seluruh siswa dikelas 1 SD terlibat aktif menulis atau mencatat.
Keaktifan siswa dalam mencatat meningkat 28.6%.
Peningkatan aktivitas juga terjadi pada drawing activities sebanyak 12
orang dengan persentase 86% siswa yang sudah mau ikut menghitung atau
membuat pola pengurangan angka dikertas. Begitu juga pada motor activities juga
meningkat menjadi 100% siswa aktif. Lalu sebanyak 13 siswa sudah berani
mengacungkan tangan untuk menjawab atau sudah berani maju kedepan kelas
untuk memecahkan masalah, berlatih mencari solusi dari soal yang diberikan guru
dengan menyampaikan jawaban dan pendapat mereka. Dan begitu juga emotional
activities, sebanyak 14 siswa secara menyeluruh terlibat secara emosional dalam
pembelajaran siklus II ini. Dari data diatas dapat diperoleh keterangan bahwa
secara keseluruhan terjadi peningkatan keaktifan siswa dari tindakan siklus I lalu
dilanjutkan tindakan siklus II.
Kegiatan yang dilakukan pada Quantum Teaching selain melibatkan
siswa secara penuh, juga melibatkan guru untuk berperan aktif dalam mengajar.
Sehingga baik keaktifan maupun hasil belajar meningkat. Keaktifan belajar
dapat di klasifikasikan menjadi 8 kelompok seperti yang sudah dibahas pada
landasan teori, diamati dan dicatat oleh observer menunjukkan peningkatan
mulai dari siklus I lalu siklus II. Pada kegiatan-kegiatan visual (visual
activities) aspek yang diamati adalah membaca, melihat gambar-gambar, dan
mengamati orang lain bekerja atau bermain. Pada pelaksaaan dengan metode ini
kejadian yang tercatat pada siklus II semua siswa tercatat melakukan aktivitas
ini.
Kegiatan-kegiatan lisan(oral activities), seperti: mengemukakan suatu
fakta yang ada atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu
pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan
interupsi. Pada pelaksanaan pembelajaran yang tercatat pada siswa kelas 1 SD
adalah tentang aktivitas mereka dalam mengemukakan pendapat. Keaktifan
diskusi, kegiatan mengajukan pertanyaan sudah mulai terlihat pada siklus I dan
mengalami peningkatan pada siklus II. Hampir semua siswa berani menjawab
dan mengajukan pertanyaan balik.
Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities) yang diamati
seperti: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. Pada lembar
hasil pengamatan aktivitas ini yang semula ada siswa yang belum fokus
mendengarkan, pada siklus II semua siswa mendengarkan dengan baik music
klasik yang diputar. Siswa juga dengan aktif mendengarkan penjelasan dari
guru. Pada siklus I masih ditemui siswa yang asyik sendiri. Tapi pada siklus II
ini ketertarikan siswa terhadap materi sangat besar, sehingga siswa antusias
dalam mendengarkan materi.
Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), pada lembar observasi
aktivitas yang teramati dalah seperti: menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, bahan-bahan materi, membuat rangkuman, mengerjakan
tes, dan mengisi angket. Pada siklus II semua siswa terlibat aktif dalam
aktivitas ini. Semua siswa mau mencatat dan bersama-sama dalam menulis dan
mengerjakan soal dari guru.
Aktivitas selanjutnya adalah kegiatan-kegiatan menggambar (drawing
activities), seperti: menggambar, membuat suatu grafik, chart, diagram, peta,
dan pola. Pada siswa kelas 1 SD kegiatan ini awalnya belum begitu terlihat.
Untuk tahap perkembangan kelas 1 SD belum bisa membuat grafik, diagram,
peta dan pola.
Kegiatan yang diamati berikutnya adalah kegiatan-kegiatan motorik,
seperti: melakukan percobaan-percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan
pameran, menari, dan berkebun. Pada kegiatan dilakukannya metode Quantum
Teaching, aktivitas ini terlihat saat siswa terlibat aktif dalam permainan. Siswa
juga ikut serta bertepuk atau melakukan gerakan yel-yel. Pada siklus II semua
siswa terlibat dan terlihat aktif bergerak.

Kegiatan-kegiatan mental,atau biasa disebut sebagai mental activities


seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-
faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan. Sudah terlihat
jelas dan hamper semua siswa melakukannya. Kecuali satu siswa yang belum
terlihat keaktifannya, akan tetapi siswa ini telah aktif dalam kegiatan belajar
yang lain. Aktivitas yang diamati terakhir adalah kegiatan-kegiatan emosional
atau emotional activities, seperti: menaruh minat, membedakan, merasa bosan,
gembira, bersemangat, berani, tenang, dan gugup. Semua siswa tercatat
gembira dan tidak bosan selama pembelajaran. Siswa tertarik lebih dalam
belajar materi pengurangan bilagan. Setelah dilakukan metode Quantum
Teaching siswa bercerita kepada guru lain bahwa belajar dikelas mereka sangat
menyenangkan. Menurut Normalia Fitrian dkk (2022), “Proses
pembelajaran dengan kegiatan yang bervariasi dan melibatkan siswa dalam
setiap kegiatan, membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Aspek-aspek keaktifan siswa yang terdiri dari visual activities, oral
activities, writing activities, mental activities, emotional activities,dan
motor activities dapat terpenuhi secara optimal”.

Metode Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar dan


keaktifan siswa pada matematika materi pengurangan bilangan cacah untuk
siswa kelas 1 SDIT Nur Madinah Pati Tahun pelajaran 2022/2023. Hal ini
terbukti dari hasil evaluasi siswa yang memperoleh nilai diatas KKM pra siklus
(5 orang 45%), siklus I (8 orang 57%), dan siklus II (12 orang 86%). Sedangkan
untuk keaktifan siswa mengalami peningkatan pra siklus 33,9% tingkat
keaktifan, siklus I 75% tingkat keaktifan, siklus II 96,4 % tingkat keaktifan.
Dengan adanya differensiasi pada diri siswa dalam hal menerima pelajaran,atau
adanya perbedaan-perbedaan tipe belajar siswa, maka dalam menggunakan
metode belajar, peneliti sebagai guru perlu menggunakan metode
mengajar Quantum Teaching.

Anda mungkin juga menyukai