Anda di halaman 1dari 36

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan observasi dan
wawancara terkait proses pembelajaran yang dilakukan pada tanggal 7 sampai 15
Oktober 2022 di kelas V SDN 2 Tamanwinangun. Informasi yang didapatkan,
yaitu siswa tidak diberikan kesempatan untuk menemukan fakta dan konsep
sendiri sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Hal ini mengakibatkan
siswa kurang memaknai pembelajaran. Kondisi tersebut menyebabkan hasil
belajar IPA menjadi rendah dibuktikan dengan rata-rata nilai UTS 1 mata
pelajaran IPA sebanyak 24 anak, yaitu 62 dengan persentase ketuntasan hanya
mencapai 29,2% dari KKM yang ditetapkan sebesar 70.
Berdasarkan rendahnya hasil belajar IPA maka perlu adanya perbaikan
pada pembelajaran IPA kelas V. Sebelum dilaksanakan penelitian tindakan,
peneliti memberikan pretest kepada siswa kelas V SDN 2 Tamanwinangun.
Pretest pada siklus I pertemuan 1 tentang sifat benda padat, cair, dan gas,
sedangkan pretest pertemuan 2 tentang pengaruh kalor terhadap perubahan suhu
benda. Hasil pre test siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Siklus I


Siklus 1
Nilai Pertemuan 1 Pertemuan 2 Keterangan
f % F %
90-100 - - -
80-89 1 4,16 1 4,16 Tuntas
70-79 10 41,66 13 54,16 Tuntas
60-69 4 16,66 3 12,50 Belum Tuntas
50-59 4 16,66 6 25,00 Belum Tuntas
<50 5 20,83 1 4,16 Belum Tuntas
Jumlah 24 100,00 12 100,00 -
Nilai Tertinggi 85 80 -
Nilai Terendah 40 45 -
Rata-rata 61,45 65,00 -
Siswa Tuntas 11 33,33 14 58,33 -
Siswa Belum Tuntas 13 66,66 10 41,66 -

41
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada pertemuan 1 hanya 11 siswa dan 14 siswa
pada pertemuan 2 yang berhasil tuntas pretest dengan nilai ≥70. Untuk
meningkatkan hasil belajar IPA kelas V di SDN 2 Tamanwinangun tahun ajaran
2022/2023, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan
model guided inquiry based learning dengan media konkret yang diawali dari
siklus I.
B. Deskripsi Hasil Tindakan
1. Hasil Tindakan Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Siklus I terdapat dua kali pertemuan. Perencanaan pada siklus I terdiri dari: (1)
mengurus perizinan penelitian, (2) merancang skenario pembelajaran, (3)
membuat RPP, (4) pada pertemuan 1 melakukan koordinasi dengan guru kelas
dan observer terkait pelaksanaan pembelajaran supaya sesuai rencana dan pada
pertemuan 2 disesuaikan dengan hasil refleksi pertemuan 1 supaya kegiatan
pembelajaran pertemuan 2 menjadi lebih baik dan optimal, (5) menyiapkan
instrumen penelitian, dan (6) menyiapkan alat dokumentasi kegiatan pembelajaran
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Terdapat dua kali pertemuan pada pelaksanaan tindakan siklus I.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan langkah-
langkah model guided inquiry based learning dengan media konkret, yaitu: (1)
orientasi dan memperkenalkan media konkret yang akan digunakan, (2)
merumuskan masalah, (3) membuat hipotesis disertai menjelaskan penggunaan
media konkret, (4) mengumpulkan data disertai tanya jawab menggunakan media
konkret, (5) analisis data, serta (6) membuat kesimpulan. Di samping itu,
kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.
Pertemuan I yang berlangsung di kelas V SDN 2 Tamanwinangun pada
hari Kamis, 26 Januari 2023 yang diikuti sebanyak 24 siswa, dan pertemuan II
yang berlangsung pada hari Senin, 30 Januari 2023 yang diikuti sebanyak 24
siswa. Materi yang diajarkan pada pertemuan I, yaitu bentuk dan sifat benda
padat, cair, dan gas, sedangkan pertemuan II, yaitu pengaruh kalor terhadap
perubahan suhu benda..
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

Kegiatan awal dilakukan dengan durasi 15 menit. Diawali oleh guru


dengan salam pembuka, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Sebelum
memulai pembelajaran, siswa diberikan soal pretest. Kemudian, guru
melaksanakan langkah pertama, yaitu orientasi dan memperkenalkan media
konkret yang akan digunakan. Media konkret yang digunakan pada pertemuan 1,
seperti pensil, air, dan balon, sedangkan pada pertemuan II, yaitu termometer, air
dingin, dan air panas.
Kegiatan inti dilaksanakan selama 40 menit. Guru melaksanakan
beberapa langkah pembelajaran. Guru melaksanakan langkah kedua, yaitu guru
memberikan bimbingan kepada siswa untuk merumuskan masalah. Selanjutnya
langkah ketiga, yaitu membuat hipotesis disertai menjelaskan penggunaan media
konkret. Kemudian langkah keempat, yaitu mengumpulkan data disertai tanya
jawab menggunakan media konkret. Langkah keempat ini, guru membimbing
siswa dalam melakukan percobaan. Pada pertemuan 1 percobaan tentang bentuk
dan sifat benda padat, cair, dan gas, sedangkan pertemuan 2 melakukan percobaan
membandingkan suhu air panas dan dingin menggunakan termometer.
Selanjutnya langkah kelima, yaitu analisis data. Guru membimbing siswa untuk
mencatat hasil percobaan dan mencocokkannya dengan hipotesis yang sudah
disusun. Kemudian langkah terakhir membuat kesimpulan. Guru memberikan
penguatan materi menggunakan powerpoint, serta membimbing siswa untuk
menyimpulkan hasil percobaan dan materi yang telah disampaikan guru.
Kegiatan akhir dilaksanakan selama 15 menit. Pada kegiatan akhir guru
memberikan soal evaluasi kepada siswa dan melakukan refleksi. Kemudian,
diakhiri dengan berdoa bersama.
c. Observasi Siklus I
1) Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning dengan Media Konkret
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Hasil observasi
ditunjukkan pada tabel 4.2.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

Tabel 4.2 Hasil Observasi Model Guided Inquiry Based Learning dengan
Media Konkret terhadap Guru dan Siswa pada Siklus I
Guru Siswa
Langkah Pert Pert Rata- Pert Pert Rata-
1 2 rata 1 2 rata
% % % % %
1. Orientasi dan 80,55 83,33 81,94 83,33 83,33 83,33
memperkenalkan media
konkret
2. Merumuskan masalah 79,16 81,25 80,20 81,25 83,33 82,29
3. Membuat hipotesis disertai 80,55 83,33 81,94 83,33 80,55 81,94
menjelaskan penggunaan
media konkret.
4. Mengumpulkan data 83,33 85,41 84,37 83,33 85,41 84,37
disertai tanya jawab
menggunakan media
konkret.
5. Analisis data 80,00 81,66 80,83 78,33 81,66 79,99
6. Membuat kesimpulan 80,55 83,33 81,94 80,55 80,55 80,55
Rata-rata 80,69 83,05 81,87 81,68 82,47 82,07

Keterangan:
A = Sangat baik (85%-100%)
B = Baik (75%-84%)
C = Cukup (65%-74%)
D = Kurang (55%-64%)
E = Gagal (≤54%)

Tabel 4.2 menunjukkan hasil observasi penerapan model guided inquiry


based learning dengan media konkret terhadap guru pada siklus I mengalami
peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 sebesar 2,39%. Persentase rata-rata
ketepatan guru pada pertemuan 1 dan 2 masuk dalam kategori baik, yaitu sebesar
80,69% dan 83,05%.
Hasil observasi penerapan model guided inquiry based learning dengan
media konkret terhadap siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari
pertemuan 1 ke pertemuan 2 sebesar 0,78%. Persentase rata-rata kesungguhan
siswa pada pertemuan 1 dan 2 masuk dalam kategori baik, yaitu sebesar 81,68%
dan 82,47%
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

Persentase di atas menunjukkan bahwa penerapan langkah-langkah model


guided inquiry based learning dengan media konkret pada pembelajaran IPA
siklus I belum memenuhi indikator ketercapaian penelitian, yaitu minimal 85%.
2) Wawancara Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning dengan Media
Konkret
Peneliti melakukan wawancara terhadap guru dan siswa setelah kegiatan
pembelajaran. Dari hasil wawancara terhadap guru diketahui, bahwa guru
memiliki kendala, yaitu siswa sulit dikondisikan karena jumlahnya cukup banyak
dan siswa susah fokus memperhatikan setiap arahan yang diberikan guru. Dengan
demikian, guru pada siklus I masih terkendala dalam menerapkan langkah-
langkah model guided inquiry based learning dengan media konkret.
Hasil wawancara terhadap siswa diketahui, bahwa siswa masih
kebingungan pada langkah merumuskan masalah dan hipotesis, serta masih
banyak bergantung pada guru saat menganalisis data dan membuat kesimpulan.
Kemudian, siswa masih belum berani terlibat aktif dalam diskusi untuk
menganalisis data dan mempresentasikan hasil diskusi.
3) Hasil Belajar IPA
a) Penilaian Afektif
Penilaian afektif dilakukan untuk mengetahui hasil belajar IPA pada ranah afektif
dengan mengamati sikap ilmiah. Hasil penilaian afektif terdapat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Afektif pada Siklus I


Siklus I
No Dimensi Sikap Ilmiah Pert 1 Pert 2 Rata-
rata
% % %
1. Peduli lingkungan 83,33 91,66 87,49
2. Sikap ingin tahu 66,66 70,83 68,74
3. Terbuka 66,66 83,33 74,99
4. Sikap berpikir kritis 66,66 70,83 68,74
5. Tekun 75,00 83,33 79,16
6. Teliti 66,66 75,00 70,83
7. Tanggung jawab 75,00 83,33 79,16
8. Jujur 83,33 83,33 83,33
Rata-rata 72,91 82,20 76,55
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

Tabel 4.3 menunjukkan hasil penilaian afektif yang terdiri dari delapan sikap
ilmiah. Sikap yang paling ditunjukkan pada siklus I, yaitu peduli lingkungan
dengan rata-rata sebesar 87,49%. Sikap peduli lingkungan ditunjukkan pada saat
siswa mencoba menjaga kebersihan lingkungan kelas dan sekitarnya ketika
pembelajaran berlangsung.
b) Penilaian Psikomotor
Penilaian psikomotor dilakukan untuk mengetahui hasil belajar IPA pada ranah
psikomotor dengan mengamati empat komponen keterampilan. Hasil penilaian
psikomotor dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Psikomotor pada Siklus I


Siklus I
No Komponen Keterampilan Pert Pert Rata-
1 2 rata
% % %
1. Kemampuan mempersiapkan alat bahan 66,66 80,00 73,33
2. Kemampuan melakukan percobaan 80,00 73.33 76,66
3. Kemampuan mencatat hasil percobaan 66,66 80,00 73,33
4. Kemampuan mempresentasikan hasil percobaan 73,33 80,00 76,66
Rata-rata 71,66 78,33 76,66

Tabel 4.4 menunjukkan hasil penilaian psikomotor yang terdiri dari empat
komponen keterampilan, yaitu kemampuan melakukan percobaan dan
mempresentasikan hasil percobaan mendapatkan rata-rata persentase yang sama
sebesar 76,66% karena siswa cukup antusias dalam melakukan percobaan.
Kemampuan selanjutnya, yaitu mempersiapkan alat bahan dan mencatat hasil
percobaan mendapatkan persentase yang sama, yaitu 73,33%.
c) Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif dilakukan untuk mengetahui hasil belajar pada ranah kognitif
dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Siklus I


Siklus 1
Nilai Pertemuan Pertemuan 2 Keterangan
1
f % f %
90-100 4 16,66 4 16,66 Tuntas
80-89 6 25,00 4 16,66 Tuntas
70-79 6 25,00 10 41,66 Tuntas
60-69 6 25,00 5 20,83 Belum Tuntas
50-59 1 4,16 1 4,16 Belum Tuntas
<50 1 4,16 - - Belum Tuntas
Jumlah 24 100 24 100 -
Nilai Tertinggi 100 100 -
Nilai Terendah 35 55 -
Rata-rata 73,95 75,62 -
Siswa Tuntas 16 66,66 18 75,00 -
Siswa Belum Tuntas 8 33,33 6 25,00 -

Tabel 4.5 menunjukkan pada pertemuan 1 hasil belajar ranah kognitif


persentase rata-rata sebesar 73,95% dengan 16 siswa dari 24 siswa sudah tuntas
(66,66%) mencapai KKM sebesar 70, sedangkan 8 siswa belum tuntas (33,33%).
Pada pertemuan 2 persentase rata-rata sebesar 75,62% dengan 18 siswa dari 24
siswa sudah tuntas (75%), sedangkan 6 siswa belum tuntas.
Berdasarkan hasil posttest dapat dikatakan, bahwa hasil belajar kognitif
siklus I persentase rata-rata mengalami peningkatan dari pertemuan 1 dan 2
sebesar 1,67%. Persentase ketuntasan pada pertemuan 1 sebesar 66,66% dan
pertemuan 2 sebesar 75% sehingga persentase ketuntasan hasil belajar ranah
kognitif pada siklus I belum mencapai persentase yang ditargetkan, yaitu 85%.
d. Refleksi Siklus I
1) Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning dengan Media Konkret
Terdapat enam langkah dalam penerapan model guided inquiry based
learning dengan media konkret, yaitu (1) orientasi dan memperkenalkan media
konkret yang akan digunakan, (2) merumuskan masalah, (3) membuat hipotesis
disertai menjelaskan penggunaan media konkret, (4) mengumpulkan data disertai
tanya jawab menggunakan media konkret, (5) analisis data, serta (6) membuat
kesimpulan. Berdasarkan hasil observasi terhadap guru pada pertemuan 1 dan 2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

sudah termasuk dalam kategori baik. Namun, rata-rata persentase setiap


langkahnya belum ada yang mencapai 85%. Hal ini menandakan pelaksanaan
model guided inquiry based learning dengan media konkret belum dilakukan
secara optimal. Tindakan atau langkah yang belum dilakukan secara optimal,
yaitu dari langkah satu sampai langkah enam. Hal ini dikarenakan pada pertemuan
1 siswa sulit untuk dikondisikan karena jumlahnya cukup banyak. Kemudian,
pada pertemuan 2 karena siswa sulit fokus untuk memperhatikan setiap arahan
yang diberikan guru.
Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa pada pertemuan 1 dan 2
sudah termasuk dalam kategori baik. Namun rata-rata dan persentase setiap
langkahnya belum ada yang mencapai 85%. Hal ini menandakan siswa belum
mengikuti pelaksanaan model guided inquiry based learning dengan media
konkret secara optimal, terutama pada langkah merumuskan masalah, hipotesis,
analisis data, dan membuat kesimpulan. Hal ini dikarenakan pada pertemuan 1
siswa masih bingung pada langkah merumuskan masalah dan hipotesis, serta
masih banyak bergantung pada guru saat menganalisis data dan membuat
kesimpulan. Kemudian, pada pertemuan 2 siswa masih kurang berpartisipasi aktif
dalam diskusi untuk menganalisis data dan menyampaikan hasil diskusinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa guru memiliki
kendala, yaitu siswa sulit dikondisikan dan siswa susah fokus memperhatikan
setiap arahan yang diberikan guru, menyikapinya guru harus tegas supaya siswa
tertib dan fokus untuk memperhatikan arahan yang diberikan guru. Adapun siswa
masih kebingungan dalam merumuskan masalah dan hipotesis, masih bergantung
kepada guru dalam menganalisis dan membuat kesimpulan, serta belum berani
aktif dalam diskusi. Menyikapi hal tersebut guru senantiasa memberikan motivasi
kepada siswa untuk menumbuhkan antusiasme siswa.
2) Peningkatan Hasil Belajar IPA (Afektif, Psikomotor, dan Kognitif)
Pada siklus I rata-rata persentase afektif sebesar 76,55% dan rata-rata persentase
psikomotor sebesar 76,66% sehingga hasil belajar IPA pada ranah afektif dan
psikomotor dapat dikatakan cukup baik. Selain itu, perbandingan temuan pretest
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

dan posttest pada tabel 4.6 menunjukkan peningkatan hasil belajar IPA ranah
kognitif siklus I pertemuan 1 dan 2.

Tabel 4.6 Peningkatan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I


Siklus 1
Nilai Pertemuan 1 Pertemuan 2 Keterangan
Pretest Posttest Pretest Posttest
90-100 - 4 - 4 Tuntas
80-89 1 6 1 4 Tuntas
70-79 10 6 13 10 Tuntas
60-69 4 6 3 5 Belum Tuntas
50-59 4 1 6 1 Belum Tuntas
<50 5 1 1 - Belum Tuntas
Persentase Tuntas
33,33% 66,66% 58,33% 75,00%

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada pertemuan 1 dan 2 terlihat


peningkatan yang signifikan pada ketuntasan hasil belajar ranah kognitif. Namun,
persentase ketuntasan yang didapatkan belum mencapai target indikator
ketercapaian penelitian, yaitu 85%.
Pada pertemuan 1 terdapat 8 siswa dan 6 siswa pada pertemuan 2 yang
tidak tuntas. Tindak lanjut yang diberikan untuk siswa yang belum tuntas, yaitu
diberi tambahan pelajaran dan mengerjakan soal remidi pada pertemuan 1
dilaksanakan hari Sabtu, 28 Januari 2023 dari pukul 11.00 – 12.00 WIB dan
pertemuan 2 dilaksanakan hari Selasa 31 Januari 2023 pukul 13.00-14.00 WIB.
Setelah remidi ketuntasan hasil belajar ranah kognitif pada siklus I semua siswa
menjadi tuntas semua dan dapat dilihat pada tabel 4.7.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

Tabel 4.7 Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I dengan
Hasil Remidi.
Siklus 1
Nilai Pertemuan 1 Pertemuan 2 Keterangan
Posttest Remidi Posttest Remidi
90-100 4 4 4 4 Tuntas
80-89 6 6 4 4 Tuntas
70-79 6 14 10 16 Tuntas
60-69 6 - 5 - Belum Tuntas
50-59 1 - 1 - Belum Tuntas
<50 1 - - - Belum Tuntas
Persentase Tuntas
66,66% 100% 58,33% 100%

Tabel 4.7 menunjukkan hasil remidi pertemuan 1 dan 2 semua siswa sudah tuntas.
Siswa yang sebelumnya dibawah KKM lalu setelah remidi mencapai nilai
KKM=70 dan dinyatakan tuntas. Selanjutnya untuk siswa yang tuntas diberikan
pengayaan tentang materi bentuk dan sifat benda, serta pengaruh kalor terhadap
perubahan suhu benda.
3) Kendala dan Solusi Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning dengan
Media Konkret
Berdasarkan hasil analisis dari pelaksanaan siklus I muncul beberapa kendala dan
solusi untuk mengatasinya pada proses pembelajaran model guided inquiry based
learning dengan media konkret. Kendala dan solusi dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Kendala dan Solusi pada Siklus I


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

Perte- Kendala Solusi


muan
1 a) Siswa sulit dikondisikan a) Guru dapat lebih tegas supaya
siswa tertib dan mudah diatur
b) Siswa masih kebingungan b) Guru mengarahkan siswa untuk
pada langkah merumuskan memperhatikan penjelasan guru
masalah dan hipotesis. terkait cara merumuskan
masalah dan hipotesis.
c) Siswa masih banyak c) Guru memberikan motivasi
bergantung pada guru saat kepada siswa untuk berani
menganalisis data dan mencoba menganalisis dan
membuat kesimpulan membuat kesimpulan sendiri.
2 a) Siswa sulit fokus untuk a) Guru dapat lebih tegas supaya
memperhatikan setiap arahan siswa mau memperhatikan
yang diberikan arahan yang diberikan guru
b) Siswa belum berani aktif b) Guru memberikan motivasi dan
dalam diskusi untuk apresiasi supaya siswa antusias
menganalisis data dan dalam diskusi dan presentasi.
mempresentasikan hasil
diskusi

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan beberapa kendala yang terjadi dalam


pelaksanaan model guided inquiry based learning dengan media konkret siklus I,
yaitu: (1) siswa sulit dikondisikan karena jumlah siswa yang cukup banyak, (2)
siswa masih kebingungan pada langkah merumuskan masalah dan hipotesis, hal
tersebut disebabkan karena siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru, (3)
siswa masih banyak bergantung pada guru saat menganalisis data dan membuat
kesimpulan, hal ini disebabkan karena siswa tidak antusias, (4) siswa susah fokus
untuk memperhatikan setiap arahan yang diberikan, hal ini disebabkan karena
siswa masih suka bermain sendiri, (5) siswa belum berani terlibat aktif dalam
diskusi untuk menganalisis data dan mempresentasikan hasil diskusi karena siswa
tidak memiliki motivasi untuk berdiskusi.
Adapun solusi dari kendala yang ada di siklus I, yaitu: (1) guru dapat
lebih tegas supaya siswa tertib dan mudah diatur, (2) Guru mengarahkan siswa
untuk memperhatikan dengan baik penjelasan guru terkait cara merumuskan
masalah dan hipotesis, (3) guru memberikan motivasi kepada siswa untuk berani
mencoba menganalisis dan membuat kesimpulan sendiri, (4) guru dapat lebih
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

tegas supaya siswa mau memperhatikan arahan yang diberikan guru, (5) guru
memberikan motivasi dan apresiasi supaya siswa antusias dalam diskusi dan
presentasi.
Berdasarkan hasil refleksi, pelaksanaan model guided inquiry based
learning dengan media konkret pada siklus I pertemuan 1 dan 2 sudah terlaksana
dengan cukup baik meskipun belum maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
observasi terhadap guru dan siswa yang belum memenuhi indikator capaian
penelitian yang ditetapkan sebesar 85%, hasil belajar yang belum memenuhi
indikator capaian penelitian yang juga ditetapkan sebesar 85% dengan KKM=70,
dan masih terdapat kendala pada siklus I pertemuan 1 dan 2.
2. Hasil Tindakan Siklus II
Sebelum dilakukan tindakan, peneliti memberikan pretest pertemuan I yang
berlangsung pada hari Kamis tanggal 2 Februari 2023 dan pertemuan II yang
berlangsung pada hari Sabtu tanggal 4 Februari 2023. Materi pada siklus II
tentang perubahan wujud benda. Hasil pretest siklus II dapat dilihat pada tabel
4.9:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Siklus II
Siklus II
Nilai Pertemuan 1 Pertemuan 2 Keterangan
f % f %
90-100 - - 1 4,16 Tuntas
80-89 3 12,50 3 12,50 Tuntas
70-79 12 50,00 14 58,33 Tuntas
60-69 5 20,83 6 25,00 Belum Tuntas
50-59 4 16,66 - - -
<50 - - - -
Jumlah 24 100,00 24 100,00 -
Nilai Tertinggi 80 90 -
Nilai Terendah 50 60 -
Rata-rata 67,91 71,04 -
Siswa Tuntas 15 62,50 18 75,00 -
Siswa Belum Tuntas 9 37,50 6 25,00 -

Tabel 4.9 mengungkapkan, bahwa hanya 15 siswa yang berhasil tuntas pada
pretest pertemuan 1 dan 18 siswa yang tuntas pretest pada pertemuan 2, dengan
skor ≥70 dan persentase ketuntasan belum mencapai minimal 85%. Dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

demikian, peneliti mencoba meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 2
Tamanwinangun tahun ajaran 2022/2023 melalui penerapan model guided inquiry
based learning dengan media konkret pada siklus II.
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Siklus II terdapat dua kali pertemuan. Perencanaan pada siklus II terdiri dari: (1)
merancang skenario pembelajaran, (2) membuat RPP, (3) melakukan koordinasi
dengan guru kelas dan observer terkait pelaksanaan pembelajaran disesuaikan
dengan hasil refleksi siklus I supaya kegiatan pembelajaran siklus II menjadi lebih
baik dan optimal, (4) menyiapkan instrumen penelitian, dan (5) menyiapkan alat
dokumentasi kegiatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus II dilaksanakan sebanyak dua pertemuan dengan menerapkan
langkah-langkah sebagai berikut: yaitu: (1) orientasi dan memperkenalkan media
konkret yang akan digunakan, (2) merumuskan masalah, (3) membuat hipotesis
disertai menjelaskan penggunaan media konkret, (4) mengumpulkan data disertai
tanya jawab menggunakan media konkret, (5) analisis data, serta (6) membuat
kesimpulan. Di samping itu, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, inti,
dan akhir.
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Februari 2023, sedangkan
pertemuan II dilaksanakan pada hari Sabtu, 4 Februari 2023. Materi yang
diajarkan pada pertemuan I , yaitu perubahan wujud benda mencair, menguap, dan
membeku, sedangkan pertemuan II, yaitu perubahan wujud benda menyublim,
mengkristal, dan mengembun.
Kegiatan awal dilaksanakan selama 15 menit. Diawali oleh guru dengan
salam pembuka, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Sebelum memulai
pembelajaran, siswa diberikan soal pretest. Kemudian, guru melaksanakan
langkah pertama, yaitu orientasi dan memperkenalkan media konkret yang akan
digunakan. Media konkret yang digunakan pada pertemuan 1, seperti lilin, air, dan
sendok, sedangkan pada pertemuan II, yaitu kapur barus, es batu, lilin, dan kaleng.
Kegiatan inti dilaksanakan selama 40 menit. Guru melaksanakan
beberapa langkah pembelajaran. Guru melaksanakan langkah kedua, yaitu guru
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

memberikan bimbingan kepada siswa untuk merumuskan masalah. Selanjutnya


langkah ketiga, yaitu membuat hipotesis disertai menjelaskan penggunaan media
konkret. Kemudian langkah keempat, yaitu mengumpulkan data disertai tanya
jawab menggunakan media konkret. Selanjutnya langkah kelima, yaitu analisis
data. Guru membimbing siswa untuk mencatat hasil percobaan dan
mencocokkannya dengan hipotesis yang sudah disusun. Kemudian langkah
terakhir membuat kesimpulan. Guru memberikan penguatan materi menggunakan
powerpoint, serta membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil percobaan dan
materi yang telah disampaikan guru.
Kegiatan akhir dilaksanakan selama 15 menit. Pada kegiatan akhir guru
memberikan soal evaluasi kepada siswa dan melakukan refleksi. Kemudian,
diakhiri dengan berdoa bersama.
c. Observasi Siklus II
1) Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning dengan Media Konkret
Observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Tabel 4.10
menampilkan hasil observasi pada siklus II.

Tabel 4.10 Hasil Observasi Model Guided Inquiry Based Learning dengan Media
Konkret terhadap Guru dan Siswa pada Siklus II
Guru Siswa
Langkah Pert 1 Pert 2 Rata- Pert 1 Pert Rata-
rata 2 rata
% % % % %
1. Orientasi dan 86,11 87,50 86,80 86,11 86,11 86,11
memperkenalkan media
konkret
2. Merumuskan masalah 85,41 85,41 85,41 85,41 87,50 86,45
3. Membuat hipotesis disertai 83,33 86,11 84,72 86,11 88,88 87,49
menjelaskan penggunaan
media konkret.
4. Mengumpulkan data 87,50 89,58 88,53 85,41 91,66 88,53
disertai tanya jawab
menggunakan media
konkret.
5. Analisis data 85,55 86,66 86,10 83,33 85,00 84,16
6. Membuat kesimpulan 83,33 88,88 86,10 86,11 86,11 86,11
Rata-rata 85,11 87,36 86,23 85,41 87,33 86,37
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

Keterangan:
A = Sangat baik (85%-100%)
B = Baik (75%-84%)
C = Cukup (65%-74%)
D = Kurang (55%-64%)
E = Gagal (≤54%)

Tabel 4.10 menunjukkan hasil observasi penerapan model guided inquiry


based learning dengan media konkret terhadap guru pada siklus II mengalami
peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 sebesar 2,25%. Persentase rata-rata
ketepatan guru pada pertemuan 1 dan 2 masuk dalam kategori sangat baik yaitu
sebesar 85,11% dan 87,36%.
Hasil observasi penerapan model guided inquiry based learning dengan
media konkret terhadap siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari
pertemuan 1 ke pertemuan 2 sebesar 1,92%. Persentase rata-rata kesungguhan
siswa pada pertemuan 1 dan 2 masuk dalam kategori sangat baik, yaitu sebesar
85,41% dan 87,33%
Hasil persentase di atas menunjukkan penerapan langkah-langkah model
guided inquiry based learning dengan media konkret pada pembelajaran IPA
siklus II sudah mencapai target persentase pada penelitian ini, yaitu minimal 85%
2) Wawancara Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning dengan Media
Konkret
Hasil wawancara terhadap guru diketahui, bahwa pembelajaran siklus II
pada pertemuan 1 dan 2 dilaksanakan lebih baik dari siklus sebelumnya. Guru
lebih mudah dalam mengorganisasikan siswa dan memfokuskan siswa untuk
memperhatikan setiap arahan yang diberikan. Namun, masih terdapat siswa yang
kurang memperhatikan dan bermain dengan media yang diberikan sehingga
mengganggu teman yang lain.
Hasil wawancara terhadap siswa diketahui, bahwa pembelajaran siklus II
dilaksanakan lebih baik dari siklus sebelumnya. Siswa sudah lebih paham untuk
merumuskan masalah dan hipotesis, serta sudah mulai mandiri untuk menganalisis
data dan membuat kesimpulan. Kemudian, siswa sudah lebih berani terlibat aktif
dalam diskusi untuk menganalisis data dan mempresentasikan hasil diskusi
walaupun masih diberikan stimulus oleh guru.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

3) Hasil Belajar IPA


a) Penilaian Afektif
Penilaian afektif dilakukan untuk mengetahui hasil belajar IPA pada ranah afektif
dengan mengamati sikap ilmiah. Hasil penilaian afektif dapat dilihat pada tabel
4.11.

Tabel 4.11 Hasil Penilaian Afektif pada Siklus II


Siklus II
No Dimensi Sikap Ilmiah Pert 1 Pert 2 Rata-rata
% % %
1 Peduli lingkungan 83,33 83,33 83,33
2 Sikap ingin tahu 70,83 75,00 72,91
3 Terbuka 83,33 91,66 87,49
4 Sikap berpikir kritis 75,00 79,16 77,08
5 Tekun 91,66 83,33 87,49
6 Teliti 83,33 91,66 87,49
7 Tanggung jawab 83,33 83,33 83,33
8 Jujur 83,33 83,33 83,33
Rata-rata 81,77 83,85 82,80

Tabel 4.11 menunjukkan hasil penilaian afektif yang terdiri dari delapan sikap
ilmiah. Sikap yang paling ditunjukkan di siklus II, yaitu terbuka dengan rata-rata,
yaitu 87,49%. Sikap terbuka ditunjukkan pada saat siswa menghargai pendapat
teman ketika berdiskusi.
b) Penilaian Psikomotor
Penilaian psikomotor dilakukan untuk mengetahui hasil belajar IPA pada ranah
psikomotor dengan mengamati empat komponen keterampilan. Hasil penilaian
psikomotor dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hasil Penilaian Psikomotor pada Siklus II


Pert 1 Pert 2 Rata-
No Komponen Keterampilan rata
% % %
1. Kemampuan mempersiapkan alat bahan 86,66 86,66 86,66
2. Kemampuan melakukan percobaan 80,00 86,66 83,33
3. Kemampuan mencatat hasil percobaan 73,33 80,00 79,99
4. Kemampuan mempresentasikan hasil percobaan 86,66 86,66 86,66
Rata-rata 81,66 85,00 83,33
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

Tabel 4.12 menunjukkan hasil penilaian psikomotor yang terdiri dari empat
komponen keterampilan, yaitu kemampuan mempersiapkan alat bahan dan
mempresentasikan hasil percobaan mendapatkan rata-rata persentase yang sama
sebesar 86,66%. Kemampuan selanjutnya, yaitu melakukan percobaan
mendapatkan persentase sebesar 83,33%, sedangkan mencatat hasil percobaan
sebesar 79,99%.
c) Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif dilakukan untuk mengetahui hasil belajar pada ranah kognitif
dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.13

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Siklus II


Siklus II
Nilai Pertemuan 1 Pertemuan Keterangan
2
f % f %
90-100 6 25,00 7 29,16 Tuntas
80-89 9 37,50 7 29,16 Tuntas
70-79 4 16,66 7 29,16 Tuntas
60-69 5 20,83 3 12,50 Belum Tuntas
50-59 - - - -
<50 - - - -
Jumlah 24 100 24 100 -
Nilai Tertinggi 100 100 -
Nilai Terendah 60 60 -
Rata-rata 80,00 81,25 -
Siswa Tuntas 19 79,16 21 87,50 -
Siswa Belum Tuntas 5 20,83 3 12,50 -

Tabel 4.13 mengetahui pada siklus II hasil belajar ranah kognitif


persentase ketuntasan pertemuan 1 sebesar 79,16%, sedangkan pertemuan 2
sebesar 87,50%.
Berdasarkan hasil posttest dapat dikatakan, bahwa di siklus II rata-rata
persentase ketuntasan hasil belajar kognitif sebesar 83,33% sehingga belum
mencapai persentase yang ditargetkan, yaitu 85%.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

d. Refleksi Siklus II
1) Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning dengan Media Konkret
Pada penerapan model guided inquiry based learning dengan media
konkret dilaksanakan dengan enam langkah, yaitu (1) orientasi dan
memperkenalkan media konkret yang akan digunakan, (2) merumuskan masalah,
(3) membuat hipotesis disertai menjelaskan penggunaan media konkret, (4)
mengumpulkan data disertai tanya jawab menggunakan media konkret, (5)
analisis data, serta (6) membuat kesimpulan. Berdasarkan hasil observasi
terhadap guru pada pertemuan 1 dan 2 sudah termasuk dalam kategori sangat baik
karena rata-rata persentasenya sudah mencapai target persentase minimal 85%.
Namun, guru masih terdapat sedikit kendala pada langkah mengumpulkan data
disertai tanya jawab menggunakan media konkret karena pada pertemuan 1 siswa
sulit dikondisikan saat menggunakan media konkret karena beberapa siswa
bermain sendiri dengan media yang diberikan, sedangkan pada pertemuan 2 siswa
sulit untuk fokus karena beberapa siswa bermain sendiri sehingga mengganggu
teman yang lain.
Hasil observasi terhadap siswa yang didapatkan pada pertemuan 1 dan 2
sudah termasuk dalam kategori sangat baik karena rata-rata persentasenya sudah
mencapai target persentase minimal 85%. Hal ini menandakan, bahwa
pelaksanaan pembelajaran sudah dilakukan secara optimal. Siswa sudah lebih
berani terlibat aktif dalam diskusi untuk menganalisis data dan mempresentasikan
hasil diskusi walaupun masih diberikan stimulus oleh guru.
2) Peningkatan Hasil Belajar IPA (Afektif, Psikomotor, dan Kognitif)
Pada siklus II rata-rata persentase afektif sebesar 82,20% dan rata-rata persentase
psikomotor sebesar 83,33% sehingga hasil belajar IPA pada ranah afektif dan
psikomotor termasuk dalam kategori baik. Selanjutnya perbandingan hasil pretest
dan posttest siklus II pada tabel 4.14 menunjukkan, bahwa hasil belajar IPA pada
ranah kognitif siklus II juga meningkat.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

Tabel 4.14 Peningkatan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II


Siklus II
Nilai Pertemuan 1 Pertemuan 2 Keterangan
Pretest Posttest Pretest Posttest
90-100 - 6 1 7 Tuntas
80-89 3 9 3 7 Tuntas
70-79 12 4 14 7 Tuntas
60-69 5 5 6 3 Belum Tuntas
50-59 4 - - - Belum Tuntas
<50 - - - -
Persentase Tuntas
62,50 79,16% 75,00% 87,50%

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui, bahwa persentase ketuntasan


hasil belajar ranah kognitif mengalami peningkatan secara signifikan pada
pertemuan 1 dan 2. Namun, persentase ketuntasan yang didapatkan belum
mencapai target indikator ketercapaian penelitian, yaitu 85%.
Siswa yang tidak tuntas pada posttest di siklus II akan ditindaklanjuti,
yaitu diberi tambahan pelajaran dan mengerjakan soal remidi pada pertemuan 1
dilaksanakan hari Jumat, 3 Februari 2023 pukul 10.00-11.00 WIB dan pertemuan
2 dilaksanakan hari, Senin 6 Februari 2023 pukul 13.00-14.00 WIB. Hasil remidi
pertemuan 1 dan pertemuan 2 semua siswa sudah tuntas mencapai nilai KKM
sebesar 70. Setelah remidi ketuntasan hasil belajar ranah kognitif pada siklus II
semua siswa menjadi tuntas semua dan dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15 Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II


dengan Hasil Remidi.
Siklus 1
Nilai Pertemuan 1 Pertemuan 2 Keterangan
Post-test Remidi Post-test Remidi
90-100 6 6 7 7 Tuntas
80-89 9 9 7 7 Tuntas
70-79 4 9 7 10 Tuntas
60-69 5 - 3 - Belum Tuntas
50-59 - - - - Belum Tuntas
<50 - - - - Belum Tuntas
Persentase Tuntas
79,16% 100% 87,50% 100%
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

Tabel 4.15 menunjukkan hasil remidi pertemuan 1 dan 2 semua siswa sudah
tuntas. Siswa yang sebelumnya dibawah KKM lalu setelah remidi mencapai nilai
KKM=70 dan dinyatakan tuntas. Selanjutnya untuk siswa yang tuntas diberikan
pengayaan tentang materi pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda.
3) Kendala dan Solusi Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning dengan
Media Konkret
Berdasarkan hasil analisis dari pelaksanaan siklus II muncul beberapa kendala dan
solusi untuk mengatasinya. Kendala dan solusi bisa dilihat pada tabel 4.16.

Tabel 4.16 Kendala dan Solusi pada Siklus II


Perte- Kendala Solusi
muan
1. Siswa sulit dikondisikan dalam Guru lebih tegas dan memperhatikan
penggunaan media konkret. siswa pada saat menggunakan media
2. Siswa kurang memperhatikan Guru lebih tegas dan memberikan ice
pelajaran. breaking supaya siswa fokus.

Berdasarkan tabel 4.16 didapatkan beberapa kendala yang terjadi dalam


pelaksanaan model guided inquiry based learning dengan media konkret siklus II,
yaitu: (1) siswa sulit dikondisikan dalam penggunaan media konkret, hal ini
disebabkan karena beberapa siswa bermain sendiri dengan media yang diberikan,
(2) siswa kurang memperhatikan pelajaran, hal ini disebabkan karena beberapa
siswa bermain sendiri sehingga mengganggu teman yang lain.
Adapun solusi dari kendala yang ada di siklus I, yaitu: (1) guru lebih
tegas dan memperhatikan siswa pada saat menggunakan media, (2) guru lebih
tegas dan memberikan ice breaking supaya siswa fokus.
Kesimpulan hasil refleksi menyatakan, bahwa pelaksanaan model guided
inquiry based learning dengan media konkret dalam siklus II pertemuan 1 dan 2
sudah dilaksanakan sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan temuan observasi
guru dan siswa yang telah mencapai indikasi capaian penelitian atau 85%.
Namun, hasil belajar belum mencapai indikator capaian penelitian yang
ditetapkan sebesar 85% dengan KKM = 70, dan kegiatan pembelajaran siklus II
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

pertemuan 1 dan 2 masih menghadapi sejumlah kendala. Dengan demikian,


penelitian dilanjutkan ke siklus III.
3. Hasil Tindakan Siklus III
Siklus III dilakukan sebanyak satu kali pertemuan. Sebelum dilakukan tindakan,
peneliti memberikan soal pretest pada hari Sabtu, 11 Februari 2023 yang diikuti
oleh 24 siswa kelas V SDN 2 Tamanwinangun. Hasil pretest dapat dilihat di tabel
4.17

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Siklus III


Nilai Pertemuan 1 Keterangan
f %
90-100 5 20,83 Tuntas
80-89 7 29,16 Tuntas
70-79 7 29,16 Tuntas
60-69 3 12,5 Belum Tuntas
50-59 2 8,33 Belum Tuntas
<50 - - -
Jumlah 24 100,00 -
Nilai Tertinggi 90 -
Nilai Terendah 50 -
Rata-rata 76,66 -
Siswa Tuntas 19 79,16 -
Siswa Belum Tuntas 5 20,83 -

Tabel 4.17 menunjukkan, bahwa hanya 19 siswa dengan persentase ketuntasan


sebesar 79,16% sehingga belum mencapai indikator ketercapaian penelitian
minimal 85%. Dengan demikian, peneliti akan mencoba melakukan penelitian
tindakan kelas melalui penerapan model guided inquiry based learning dengan
media konkret pada siklus III dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar
IPA V SDN 2 Tamanwinangun tahun ajaran 2022/2023.
a. Perencanaan Tindakan Siklus III
Siklus III terdapat satu kali pertemuan. Perencanaan pada siklus III terdiri dari: (1)
merancang skenario pembelajaran, (2) membuat RPP, (3) melakukan koordinasi
dengan guru kelas dan observer terkait pelaksanaan pembelajaran disesuaikan
dengan hasil refleksi siklus II supaya kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

dan optimal, (4) menyiapkan instrumen penelitian, dan (5) menyiapkan alat
dokumentasi kegiatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Siklus III dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan dengan menerapkan
langkah-langkah sebagai berikut, yaitu: (1) orientasi dan memperkenalkan media
konkret yang akan digunakan, (2) merumuskan masalah, (3) membuat hipotesis
disertai menjelaskan penggunaan media konkret, (4) mengumpulkan data disertai
tanya jawab menggunakan media konkret, (5) analisis data, serta (6) membuat
kesimpulan. Di samping itu, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, inti,
dan akhir.
Siklus III dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Februari 2023 yang diikuti
sebanyak 24 siswa kelas V SDN 2 Tamanwinangun dengan materi yang diajarkan,
yaitu hantaran kalor pada benda.
Kegiatan awal dilaksanakan selama 15 menit. Diawali oleh guru dengan
salam pembuka, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Sebelum memulai
pembelajaran, siswa diberikan soal pretest. Kemudian, guru melaksanakan
langkah pertama, yaitu orientasi dan memperkenalkan media konkret yang akan
digunakan. Media konkret yang digunakan pada siklus III, yaitu lilin, sendok, air,
dan kertas.
Kegiatan inti dilaksanakan selama 40 menit. Guru melaksanakan
beberapa langkah pembelajaran. Guru melaksanakan langkah kedua, yaitu guru
memberikan bimbingan kepada siswa untuk merumuskan masalah. Selanjutnya
langkah ketiga, yaitu membuat hipotesis disertai menjelaskan penggunaan media
konkret. Kemudian langkah keempat, yaitu mengumpulkan data disertai tanya
jawab menggunakan media konkret. Selanjutnya langkah kelima, yaitu analisis
data. Guru membimbing siswa untuk mencatat hasil percobaan dan
mencocokkannya dengan hipotesis yang sudah disusun. Kemudian langkah
terakhir membuat kesimpulan. Guru memberikan penguatan materi menggunakan
powerpoint, serta membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil percobaan dan
materi yang telah disampaikan guru.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

Kegiatan akhir dilaksanakan selama 15 menit. Pada kegiatan akhir guru


memberikan soal evaluasi kepada siswa dan melakukan refleksi. Kemudian,
diakhiri dengan berdoa bersama.
c. Observasi Siklus III
1) Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning dengan Media Konkret
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Tabel 4.18
menampilkan hasil observasi pada siklus III.

Tabel 4.18 Hasil Observasi Model Guided Inquiry Based Learning dengan Media
Konkret terhadap Guru dan Siswa pada Siklus III
Langkah Guru Siswa
% %
1. Orientasi dan memperkenalkan media konkret 91,66 90,27
2. Merumuskan masalah 93,75 93,75
3. Membuat hipotesis disertai menjelaskan penggunaan 94,44 91,66
media konkret.
4. Mengumpulkan data disertai tanya jawab 93,75 93,75
menggunakan media konkret.
5. Analisis data 91,66 88,33
6. Membuat kesimpulan 91,66 91,66
Rata-rata 92,82 91,57

Keterangan:
A = Sangat baik (85%-100%)
B = Baik (75%-84%)
C = Cukup (65%-74%)
D = Kurang (55%-64%)
E = Gagal (≤54%)

Tabel 4.18 menampilkan rata-rata persentase hasil observasi pelaksanaan


model guided inquiry based learning dengan media konkret terhadap guru berada
pada kategori sangat baik dengan persentase sebesar 92,82% observasi dan
terhadap siswa juga berada pada kategori sangat baik dengan persentase sebesar
91,57%.
Persentase yang tertera di atas menunjukkan pelaksanaan model guided
inquiry based learning dengan media konkret siklus III mata pelajaran IPA materi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

hantaran kalor pada benda telah mencapai persentase yang ditargetkan pada
penelitian ini, yaitu 85%.
2) Wawancara Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning dengan Media
Konkret
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru dapat diketahui, bahwa
pembelajaran pada siklus III sudah dilaksanakan secara optimal karena
pembelajaran sudah mencerminkan pembelajaran dengan menerapkan model
guided inquiry based learning dengan media konkret sehingga guru tidak
mengalami kendala pada tindakan siklus III ini.
Hasil wawancara terhadap siswa diketahui, bahwa siswa merasa senang
dan antusias dalam penerapan model guided inquiry based learning dengan media
konkret. Siswa juga sudah paham untuk merumuskan masalah dan hipotesis, serta
sudah bisa menganalisis data dan membuat kesimpulan. Kemudian, siswa sudah
berani terlibat aktif dalam diskusi untuk menganalisis data dan mempresentasikan
hasil diskusi walaupun masih terdapat siswa yang belum berani untuk berpendapat
sehingga guru harus terus memberikan motivasi.
3) Hasil Belajar IPA
a) Penilaian Afektif
Penilaian afektif dilakukan untuk mengetahui hasil belajar IPA pada ranah afektif
dengan mengamati sikap ilmiah. Hasil penilaian afektif dapat dilihat pada tabel
4.19.

Tabel 4.19 Hasil Penilaian Afektif pada Siklus III


No Dimensi Sikap Ilmiah Siklus III
%
1 Peduli lingkungan 91,66
2 Sikap ingin tahu 87,50
3 Terbuka 83,33
4 Sikap berpikir kritis 87,05
5 Tekun 83,33
6 Teliti 83,33
7 Tanggung jawab 91,66
8 Jujur 91,66
Rata-rata 87,50
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

Tabel 4.19 menunjukkan hasil penilaian afektif yang terdiri dari delapan sikap
ilmiah. Sikap yang mendapat persentase 91,66%, yaitu peduli lingkungan,
tanggung jawab, dan jujur. Sikap yang mendapat persentase 87,50% yaitu, sikap
ingin tahu dan berpikir kritis. Sikap yang mendapatkan persentase 83,33%, yaitu
sikap terbuka, tekun, dan teliti. Dengan demikian, rata-rata persentase penilaian
afektif, yaitu sebesar 87,50% sehingga hasil belajar ranah afektif dapat dikatakan
sudah sangat baik dan tetap diperlukan motivasi dan stimulus dari guru untuk
mempertahankan dan meningkatkan hasil belajar ranah afektif.
b) Penilaian Psikomotor
Penilaian psikomotor dilakukan untuk mengetahui hasil belajar IPA pada ranah
psikomotor dengan mengamati empat komponen keterampilan. Hasil penilaian
psikomotor dapat dilihat pada tabel 4.20.

Tabel 4.20 Hasil Penilaian Psikomotor pada Siklus III


Siklus III
No Komponen Keterampilan %
1. Kemampuan mempersiapkan alat bahan 86,66
2. Kemampuan melakukan percobaan 93,33
3. Kemampuan mencatat hasil percobaan 93,33
4. Kemampuan mempresentasikan hasil percobaan 86,66
Rata-rata 90,00

Tabel 4.20 menunjukkan hasil penilaian psikomotor yang terdiri dari empat
komponen keterampilan. Komponen keterampilan yang mendapatkan persentase
93,33% yaitu kemampuan melakukan percobaan dan mencatat hasil percobaan,
sedangkan yang mendapatkan persentase 86,66%, yaitu kemampuan
mempersiapkan alat bahan dan kemampuan mempresentasikan hasil percobaan.
Dengan demikian, rata-rata persentase penilaian psikomotor, yaitu 90,00%
sehingga hasil belajar ranah psikomotor dapat dikatakan sudah sangat baik dan
tetap diperlukan motivasi dan stimulus dari guru untuk mempertahankan dan
meningkatkan hasil belajar ranah psikomotor.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

c) Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif dilakukan untuk mengetahui hasil belajar pada ranah kognitif
dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.21

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Siklus III


Nilai Pertemuan 1 Keterangan
f %
90-100 10 41,66 Tuntas
80-89 9 37,50 Tuntas
70-79 3 12,50 Tuntas
60-69 2 8,33 Belum Tuntas
50-59 - - -
<50 - - -
Jumlah 24 100,00 -
Nilai Tertinggi 100 -
Nilai Terendah 60 -
Rata-rata 85 -
Siswa Tuntas 22 91,66 -
Siswa Belum Tuntas 2 8,33 -

Tabel 4.21 menunjukkan hasil belajar ranah kognitif siklus III persentase
ketuntasan, yaitu sebesar 91,66%, sedangkan persentase siswa belum tuntas
sebesar 8,33%.
Berdasarkan hasil posttest dinyatakan, bahwa hasil belajar kognitif siklus III
persentase ketuntasan sebesar 91,66% sehingga sudah mencapai persentase yang
ditargetkan, yaitu minimal 85%.
d. Refleksi Siklus III
1) Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning dengan Media Konkret
Penerapan model guided inquiry based learning dengan media konkret
dilaksanakan dengan enam langkah, yaitu (1) orientasi dan memperkenalkan
media konkret yang akan digunakan, (2) merumuskan masalah, (3) membuat
hipotesis disertai menjelaskan penggunaan media konkret, (4) mengumpulkan
data disertai tanya jawab menggunakan media konkret, (5) analisis data, serta (6)
membuat kesimpulan. Berdasarkan hasil observasi terhadap guru pada siklus III
rata-rata persentase penerapan model guided inquiry based learning dengan media
konkret sebesar 92,82% sehingga sudah mencapai persentase yang ditargetkan,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

yaitu minimal 85%. Hal ini didukung dengan hasil wawancara terhadap guru,
bahwa pembelajaran pada siklus III sudah dilaksanakan secara optimal karena
pembelajaran sudah mencerminkan pembelajaran dengan menerapkan model
guided inquiry based learning dengan media konkret sehingga guru tidak
mengalami kendala pada tindakan siklus III ini.
2) Peningkatan Hasil Belajar IPA (Afektif, Psikomotor, dan Kognitif)
Hasil belajar IPA pada ranah afektif dan psikomotor pada siklus III sudah sangat
baik karena untuk persentase rata-rata afektif sebesar 87,50% dan psikomotor
sebesar 90,00%. Selanjutnya peningkatan hasil belajar IPA pada ranah kognitif
pada siklus III dapat dilihat berdasarkan perbandingan hasil pretest dan post-test
pada tabel 4.22

Tabel 4.22 Peningkatan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus III
Nilai Siklus III Keterangan
Pretest Posttest
90-100 5 10 Tuntas
80-89 7 9 Tuntas
70-79 7 3 Tuntas
60-69 3 2 Belum Tuntas
50-59 2 - Belum Tuntas
<50 - -
Persentase Tuntas 79,16 91,66 -

Berdasarkan tabel 4.22 diketahui, bahwa siklus III mengalami


peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar dari pretest ke posttest, yaitu dari
79,16% menjadi 91,66%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siklus III
telah mencapai taraf yang diinginkan, yaitu minimal 85%. Namun, sebanyak
8,33% siswa pada siklus III yang belum tuntas sehingga perlu dilakukan tindak
lanjut dengan cara mengarahkan siswa yang belum tuntas mengerjakan soal
remidi secara mandiri. Selanjutnya untuk siswa yang tuntas diberikan pengayaan
tentang materi sifat hantaran kalor pada benda.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

3) Kendala dan Solusi Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning dengan
Media Konkret
Berdasarkan hasil analisis dari pelaksanaan siklus III muncul kendala dan
solusi untuk mengatasinya. Tabel 4.23 menunjukkan kendala dan solusi siklus III.

Tabel 4.23 Kendala dan Solusi pada Siklus III


Kendala Solusi
Masih terdapat beberapa siswa yang belum Guru harus selalu memberikan
berani untuk menyatakan pendapat motivasi

Berdasarkan tabel 4.23 menunjukkan, bahwa pembelajaran siklus III


tidak ditemukan kendala yang begitu berarti. Kendala yang muncul, yaitu masih
terdapat beberapa siswa yang belum berani untuk menyatakan pendapat
dikarenakan beberapa siswa masih malu untuk menyatakan pendapat. Solusi
untuk mengatasinya, yaitu guru harus selalu memberikan motivasi kepada siswa
supaya tidak malu dan terbiasa untuk memberikan pendapat.
Kesimpulan hasil refleksi menyatakan pelaksanaan model guided inquiry
based learning dengan media konkret pada siklus III sudah terlaksana sangat baik.
Hal ini ditunjukkan dengan temuan observasi terhadap guru dan siswa yang telah
mencapai indikasi capaian penelitian, yaitu minimal 85%. Kegiatan pembelajaran
pada siklus III tidak ditemui kendala yang berarti dan hasil belajar juga telah
memenuhi indikator ketercapaian penelitian yang ditetapkan sebesar 85% dengan
KKM = 70. Dengan demikian, tindakan siklus III dinilai sudah cukup dan
dihentikan.
4. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
a. Perbandingan Antarsiklus Hasil Observasi Penerapan Model Guided Inquiry
Based Learning dengan Media Konkret
Tabel 4.24 membandingkan hasil observasi penerapan model guided
inquiry based learning dengan media konkret antarsiklus.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

Tabel 4.24 Perbandingan Antarsiklus Hasil Observasi Penerapan Model Guided


Inquiry Based Learning dengan Media Konkret
Siklus I Siklus II Siklus III Rata-rata
Langkah Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa
% % % % % % % %
1. Orientasi dan 81,94 83,33 86,80 86,11 91,66 90,27 86,80 86,57
memperkenalk
an media
konkret
2. Merumuskan 80,20 82,29 85,41 86,45 93,75 93,75 86,45 87,49
masalah
3. Membuat 81,94 81,94 84,72 87,49 94,44 91,66 87,03 87,03
hipotesis
disertai
menjelaskan
penggunaan
media konkret.
4. Mengumpulkan 84,37 84,37 88,53 88,53 93,75 93,75 88,88 88,88
data disertai
tanya jawab
menggunakan
media konkret.
5. Analisis data 80,83 79,99 86,10 84,16 91,66 88,33 87,38 84,16
6. Membuat 81,94 80,55 86,10 86,11 91,66 91,66 87,38 86,10
kesimpulan
Rata-rata 81,87 82,07 86,23 86,37 92,82 91,57 87,32 86,67

Berdasarkan tabel 4.24 dapat disimpulkan, bahwa dari siklus I ke siklus


III ketepatan guru dan kesungguhan siswa dalam pelaksanaan model guided
inquiry based learning dengan media konkret mengalami peningkatan. Pada
siklus I rata-rata tingkat ketepatan guru sebesar 81,87%, lalu meningkat menjadi
86,23% pada siklus II dan pada siklus III menjadi 92,82%. Selain itu, rata-rata
tingkat kesungguhan siswa juga meningkat dari siklus I sebesar 82,07% menjadi
86,37% pada siklus II, dan pada siklus III menjadi 91,57%. Peningkatan
persentase ketepatan guru dan kesungguhan siswa yang signifikan dari siklus I
sampai siklus III karena setiap pertemuan selalu dilaksanakan kegiatan refleksi
dengan mendiskusikan bersama guru dan observer terkait hasil pengamatan pada
setiap pertemuan, serta membuat perbaikan untuk mengatasi kendala yang
ditemukan dengan merancang perencanaan tindakan selanjutnya. Dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

demikian, hasil refleksi pada setiap pertemuan selalu digunakan sebagai perbaikan
untuk tindakan selanjutnya supaya pembelajaran menjadi lebih optimal dan
persentase ketepatan guru dan kesungguhan siswa dapat meningkat secara
signifikan.
b. Peningkatan Hasil Belajar IPA dari Siklus I sampai Siklus III (Afektif,
Psikomotor, dan Kognitif)
Hasil belajar IPA mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III.
Hasil belajar ranah afektif pada siklus I rata-rata persentase sebesar 76,55%, pada
siklus II mengalami peningkatan menjadi 82,80% dan pada siklus III menjadi
87,50%. Hasil belajar ranah psikomotor juga mengalami peningkatan dari siklus I
rata-rata persentase sebesar 76,66%, pada siklus II sebesar 83,33% dan siklus III
menjadi 90,00%. Hasil belajar ranah kognitif juga mengalami peningkatan dari
siklus I sampai siklus III dan dapat dilihat di tabel 4.25

Tabel 4.25 Peningkatan Hasil Belajar IPA


Nilai Siklus I Siklus II Siklus III
Pert 1 Pert 2 Pert 1 Pert 2 Pert 1
% % % % %
90-100 16,66 16,66 25,00 29,16 41,66
80-89 25,00 16,66 37,50 29,16 37,50
70-79 25,00 41,66 16,66 29,16 12,50
60-69 25,00 20,83 20,83 12,50 8,33
50-59 4,16 4,16 - - -
<50 4,16 - - - -
Nilai Tertinggi 100 100 100 100 100
Nilai Terendah 35 55 60 60 60
Rata-rata 73,95 75,62 80,00 81,25 85
Siswa Tuntas 66,66 75,00 79,16 87,50 91,66
Siswa Belum Tuntas 33,33 25,00 20,83 12,50 8,33

Berdasarkan tabel 4.25 dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar IPA pada
ranah kognitif mengalami peningkatan dari siklus I pertemuan 1 rata-rata
ketuntasan sebesar 66,66% lalu meningkat pada pertemuan 2 menjadi 75,62%,
pada siklus II pertemuan 1 meningkat menjadi 80,00%, dan pada pertemuan 2
menjadi 87,50%, serta pada siklus III menjadi 91,66%.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ranah


afektif, psikomotor, dan kognitif mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini,
karena di setiap pertemuan selalu dilakukan kegiatan refleksi dengan
mendiskusikan bersama guru terkait solusi untuk menumbuhkan semangat dan
antusias siswa supaya mereka menjadi terarah dan fokus dalam mengikuti
pembelajaran sehingga hasil belajar pun dapat meningkat secara signifikan.
c. Perbandingan Kendala dan Solusi Antarsiklus
Tabel 4.26 mencantumkan kendala yang teridentifikasi dan solusi yang diterapkan
pada siklus I, II, dan III.

Tabel 4.26 Kendala dan Solusi pada Siklus I, II, dan III
Kendala Solusi
Siklus a) Siswa sulit dikondisikan. a) Guru dapat lebih tegas supaya
I siswa tertib dan mudah diatur
b) Siswa masih kebingungan b) Guru mengarahkan siswa untuk
pada langkah merumuskan memperhatikan penjelasan guru
masalah dan hipotesis. terkait cara merumuskan masalah
dan hipotesis.
c) Siswa masih banyak c) Guru memberikan motivasi
bergantung pada guru saat kepada siswa untuk berani
menganalisis data dan menganalisis dan membuat
membuat kesimpulan kesimpulan sendiri.
d) Siswa sulit fokus untuk d) Guru dapat lebih tegas supaya
memperhatikan setiap siswa mau memperhatikan arahan
arahan yang diberikan yang diberikan guru
e) Siswa belum berani aktif e) Guru memberikan motivasi dan
dalam diskusi untuk apresiasi supaya siswa antusias
menganalisis data dan dalam diskusi dan presentasi.
mempresentasikan hasil
diskusi
Siklus a) Siswa susah dikondisikan a) Guru lebih tegas dan
II dalam penggunaan media memperhatikan siswa pada saat
konkret. menggunakan media
b) Siswa kurang b) Guru lebih tegas dan memberikan
memperhatikan pelajaran. ice breaking supaya siswa fokus.
Siklus a) Masih terdapat beberapa a) Guru harus selalu memberikan
III siswa yang belum berani motivasi
untuk menyatakan pendapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

Berdasarkan tabel 4.26 kendala yang ditemukan pada siklus I sampai


siklus III, yaitu (1) siswa sulit dikondisikan dan diarahkan, (2) siswa bingung
merumuskan masalah dan hipotesis, (3) siswa bergantung pada guru saat
menganalisis data dan membuat kesimpulan, (4) siswa belum berani terlibat aktif
dalam diskusi dan menyatakan pendapat, (5) siswa susah dikondisikan dalam
penggunaan media konkret, kurang fokus dan kurang memperhatikan pelajaran.
Solusi untuk mengatasi kendala di siklus I, II, dan III, yaitu, (1) guru
lebih tegas supaya siswa tertib dan terarah, (2) siswa memperhatikan arahan guru,
(3) guru memberikan motivasi kepada siswa untuk berani mencoba menganalisis
dan membuat kesimpulan, (4) guru memberikan motivasi supaya siswa antusias
dalam diskusi dan presentasi, (5) guru memperhatikan siswa saat menggunakan
media, lebih tegas, dan memberikan ice breaking supaya siswa fokus.

C. Pembahasan
1. Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning dengan Media
Konkret.
Penerapan model guided inquiry based learning dengan media konkret,
yaitu penggabungan langkah-langkah model guided inquiry based learning
dengan penggunaan media konkret dalam kegiatan pembelajaran. Langkah-
langkah penerapan model guided inquiry based learning dari siklus I sampai
siklus III menggunakan pendapat dari Rahman (2020, 145), yaitu: (a) orientasi,
(b) merumuskan masalah, (c) merumuskan hipotesis, (d) mengumpulkan data, (e)
analisis data, (f) membuat kesimpulan. Penggunaan media konkret dalam
penerapan langkah model guided inquiry based learning karena menurut Asyhar
(2011, 55) kelebihan media konkret, yaitu siswa dapat belajar secara langsung
sehingga pembelajaran menjadi lebih nyata dan waktu ingatan lebih lama. Dengan
demikian, langkah-langkah pembelajaran model guided inquiry based learning
dengan media konkret sebagai berikut:
a. Orientasi dan memperkenalkan media konkret yang akan digunakan, pada
langkah ini guru mengantarkan siswa ke suatu fenomena yang nantinya siswa
bisa menemukan masalah, serta memperkenalkan media konkret yang akan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

digunakan. Hal ini didukung dengan pendapat Kumala (2016, 47) inquiry
adalah strategi untuk membuat siswa supaya bisa menyelidiki permasalahan
sehingga diperlukan pengantaran fenomena untuk siswa bisa menemukan
masalah.
b. Merumuskan masalah, pada langkah ini guru memberikan dorongan kepada
siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk dijawab dalam penelitian. Hal ini
didukung pendapat Suprapto, Tjahjono, dan Suroso (2018, 217) tahap
merumuskan masalah akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang akan
dijawab dalam penelitian.
c. Membuat hipotesis disertai menjelaskan penggunaan media konkret, pada
langkah ini guru memandu siswa untuk merumuskan berbagai prediksi
jawaban dari masalah yang telah dirumuskan dan menjelaskan tentang
penggunaan media konkret dalam melakukan percobaan. Hal ini didukung
pendapat Wahyudi, dkk. (2018, 28) melalui bimbingan guru siswa dapat
membuat hipotesis untuk memperkirakan jawaban dari pertanyaan yang
dirumuskan.
d. Mengumpulkan data disertai tanya jawab menggunakan media konkret, pada
langkah ini guru membimbing siswa melaksanakan penyelidikan untuk
mencari jawaban terkait permasalahan dan melakukan tanya jawab antara
guru dan siswa dengan media konkret. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rahman (2020, 145) inquiry, yaitu proses belajar yang melibatkan
kemampuan siswa dalam menemukan jawaban sendiri dari suatu masalah
dengan bimbingan guru.
e. Analisis data, pada langkah ini data yang telah didapatkan dianalisis siswa
untuk menguji kebenaran hipotesis. Hal ini didukung pendapat Riyadi,
Prayitno, dan Marjono (2015, 91) melalui menganalisis data, siswa dapat
memiliki keterampilan untuk menganalisis hasil percobaan untuk mencari
jawaban yang sesuai dengan hipotesis.
f. Membuat kesimpulan, pada langkah ini siswa merumuskan kesimpulan dari
hasil kegiatan penyelidikan yang telah dilakukan. Hal ini didukung pendapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

Wahyudi, dkk. (2018, 29) tahap membuat kesimpulan akan mengembangkan


kemampuan siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan bukti.
Berdasarkan temuan observasi ketepatan penerapan guru terhadap
penerapan model guided inquiry based learning dengan media konkret pada siklus
I sebesar 81,87%, siklus II sebesar 86,23%, dan siklus III sebesar 92,82%.
Selanjutnya observasi siklus I terhadap kesungguhan siswa sebesar 82,07%,
siklus II sebesar 86,37%, dan siklus III sebesar 91,57%. Peningkatan persentase
ketepatan guru dan kesungguhan siswa yang signifikan dari siklus I sampai siklus
III karena setiap pertemuan selalu dilaksanakan kegiatan refleksi dengan
mendiskusikan bersama guru dan observer terkait hasil pengamatan pada setiap
pertemuan, serta membuat perbaikan untuk mengatasi kendala yang ditemukan
dengan merancang perencanaan tindakan selanjutnya. Dengan demikian, hasil
refleksi pada setiap pertemuan selalu digunakan sebagai perbaikan untuk tindakan
selanjutnya supaya pembelajaran menjadi lebih optimal dan persentase ketepatan
guru dan kesungguhan siswa dapat meningkat secara signifikan.
Peningkatan persentase yang signifikan menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas pembelajaran dari siklus I sampai siklus III melalui
penerapan model guided inquiry based learning dengan media konkret. Hal
tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Suryantari, Pudjawan, dan
Wibawa (2019: 324) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Didukung Media Benda Konkret terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil
Belajar IPA” yang menyatakan bahwa model guided inquiry based learning
dengan media konkret lebih baik dan unggul dari pembelajaran tradisional.
2. Peningkatan Hasil Belajar IPA (Afektif, Psikomotor, dan Kognitif)
tentang Pengaruh Kalor terhadap Perubahan Suhu dan Wujud Benda
Novianti dan Salim (2018, 8) menyatakan pemberian pretest dan posttest
memiliki pengaruh positif terhadap hasil belajar IPA. Maka dari itu, penelitian ini
melakukan pretest dan posttest pada setiap siklus untuk mengukur kemampuan
awal dan akhir siswa dengan KKM = 70 dan indikator ketercapaian penelitian,
yaitu minimal 85%.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

Hasil pretest yang didapatkan dari siklus I sampai siklus III menunjukkan
persentase ketuntasan hasil belajar siswa masih rendah, yaitu pada siklus I sebesar
45,83%, siklus II sebesar 68,75%, dan siklus III sebesar 79,16%. Oleh karena itu,
dilaksanakan tindakan dengan menerapkan model guided inquiry based learning
dengan media konkret untuk memperbaiki data hasil pretest. Selanjutnya, untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dilakukan posttest dengan hasil peningkatan
ketuntasan hasil belajar pada siklus I sebesar 74,78%, siklus II sebesar 80,62%,
dan siklus III sebesar 91,66%. Persentase hasil belajar ranah afektif dan
psikomotor juga meningkat, yaitu pada ranah afektif persentase siklus I = 76,55%,
siklus II = 82,80%, siklus III = 87,50%. Pada ranah psikomotor persentase siklus I
= 76,66%, siklus II = 83,33% , siklus III = 90,00%. Dengan demikian, hasil
belajar ranah afektif, psikomotor, dan kognitif mengalami peningkatan yang
signifikan. Hal ini, karena di setiap pertemuan selalu dilakukan kegiatan refleksi
dengan mendiskusikan bersama guru terkait solusi untuk menumbuhkan semangat
dan antusias siswa supaya mereka menjadi terarah dan fokus dalam mengikuti
pembelajaran sehingga hasil belajar pun dapat meningkat secara signifikan.
Berdasarkan hasil pretest dan posttest dari siklus I sampai III dapat
dikatakan, bahwa hasil belajar IPA tentang pengaruh kalor terhadap perubahan
suhu dan wujud benda mengalami peningkatan melalui penerapan model guided
inquiry based learning dengan media konkret. Hal tersebut, sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya oleh Sari, Wiyasa, dan Ganing (2018, 104) yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Konkret
terhadap Kompetensi Pengetahuan IPA” yang membuktikan, bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA yang diajarkan melalui
model guided inquiry based learning dengan media konkret. Peningkatan
persentase ketuntasan belajar IPA pada penelitian ini juga sesuai dengan pendapat
Berie, dkk. (2022, 1), bahwa pembelajaran yang menggunakan model inquiry
akan membuat pembelajaran menjadi bermakna dan membangun pengetahuan
siswa secara aktif. Menurut Shoimin (2014, 86) model guided inquiry based
learning adalah salah satu jenis dari model inquiry yang memiliki kelebihan dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang


sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
3. Kendala dan Solusi Penerapan Model Guided Inquiry Based Learning
dengan Media Konkret
Penerapan model guided inquiry based learning dengan media konkret
dari siklus I sampai siklus III terdapat kendala, sebagai berikut: (1) siswa sulit
dikondisikan dan diarahkan, (2) siswa bingung merumuskan masalah dan
hipotesis, (3) siswa bergantung pada guru saat menganalisis data dan membuat
kesimpulan, (4) siswa belum berani terlibat aktif dalam diskusi dan menyatakan
pendapat, (5) siswa susah dikondisikan dalam penggunaan media konkret, kurang
fokus dan kurang memperhatikan pelajaran. Kendala yang muncul sesuai dengan
kelemahan model inquiry yang dikemukakan oleh Wahyudi, dkk. (2018, 40),
yaitu siswa sulit untuk dikontrol dan menurut Kristianto (2019, 1431)
pembelajaran menjadi tidak efektif apabila ada siswa yang pasif. Kendala yang
muncul juga sesuai dengan kelemahan penggunaan media konkret yang
dinyatakan oleh Khairunnisa dan Ilmi (2020, 136), yaitu siswa menjadi susah
fokus karena kehadiran media asli sehingga instruksi guru tidak didengarkan dan
media dapat disalahgunakan oleh sebagian siswa untuk bermain.
Solusi untuk mengatasi kendala dari siklus I sampai siklus III, yaitu (1)
guru lebih tegas supaya siswa tertib dan terarah, (2) siswa memperhatikan arahan
guru supaya siswa mudah dalam merumuskan masalah dan hipotesis, (3) guru
memberikan motivasi kepada siswa untuk berani mencoba menganalisis dan
membuat kesimpulan, (4) guru memberikan motivasi supaya siswa antusias dalam
diskusi dan presentasi, (5) guru memperhatikan siswa saat menggunakan media,
lebih tegas, dan memberikan ice breaking supaya siswa fokus. Solusi yang
diberikan bertujuan supaya siswa mengikuti arahan dan bimbingan guru dalam
pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Khalaf dan Zin (2018,
555), bahwa arahan dan bimbingan guru akan membantu siswa supaya berperan
aktif dalam proses pemecahan masalah.

Anda mungkin juga menyukai