Berdasarkan Tabel 4.1 Distribusi nilai hasil evaluasi siswa pada pembelajaran tema 7 subtema
1 muatan Bahasa Indonesia sebelum adanya tindakan yang terlampir dapat disajikan ke dalam Gambar
4.1 sebagai berikut:
8
7
6
Frekuensi
5 Pada siklus I
4
kegiatan
3
2 pembelajaran berjalan
1 sesuai dengan
0
tahapan penelitian
40 50 60 70 80 90
tindakan kelas yaitu
Nilai
terdiri dari 4
kegiatan: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan tindakan; 3) observasi; dan 4) refleksi. Pertemuan Siklus I
dilaksanakan selama 2 x 35 menit pembelajaran pada Kamis, 22 Oktober 2020 pukul 07.30 –08.30.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II peneliti berperan sebagai guru pengajar sedangkan guru kelas
berperan sebagai observer. Tahapan Pembelajaran Siklus I adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta scenario tindakan yang akan
dilaksanakan, mencakup langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam
kegiatan pembelajaran;
b) Menentukan teman sejawat sebagai kolaborator peneliti;
c) Menyiapkan media pembelajaran atau alat peraga;
d) Menyiapkan lembar observasi dan LKPD
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai dengan skenario (perencanaan) yang
telah dipersiapkan oleh peneliti dan kolabolator sebelumnya. Adapun pelaksanaan tindakan
tersebut akan dilaksanakan sebagai berikut:
Kegiatan awal yang berisi: (1) Salam pembuka, berdoa dan presensi, (2) Apersepsi, (3)
Acuan, dan (4) Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti terdiri dari 6 sintak model pembelajaran Discovery Learning yaitu :
Kegiatan akhir
Hasil Evaluasi
Pada akhir kegiatan pembelajaran, siswa diberikan lembar evaluasi yang harus dikerjakan
siswa secara mandiri. Pada siklus I, siswa mengerjakan lemar evaluasi yang terdiri dari 5 soal pilihan
ganda pada muatan IPA tentang penggolongan hewan. Hasil evaluasi siswa pertemuan 1 siklus I
disajikan dalam Tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Nilai Hasil Evaluasi Siswa pada Pembelajaran IPA tentang Penggolngan
Hewan Siklus I
Untuk memudahkan dalam penyajian data, Tabel 4.5 Distribusi Nilai Hasil Evaluasi Siswa
pada muatan IPA tentang penggolongan hewan Siklus I yang terlampir dapat disajikan dalam Gambar
4.2 sebagai berikut:
8
7
6
Frekuensi
5
4
3
2
1
0
40 50 60 70 80 90
Nilai
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Nilai Hasil Evaluasi Siswa pada Pembelajaran IPA tentang
Penggolongan Hewan Siklus I
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 diperoleh informasi bahwa nilai evaluasi siswa pada
Pembelajaran IPA tentang Penggolongan Hewan Siklus I masih rendah. Ketuntasan klasikal hanya
sebesar 69,3%. Siswa yang mendapat nilai evaluasi di bawah KKM yakni sebesar 30,7% atau 4 siswa.
Sedangkan siswa yang mendapat nilai evaluasi di atas KKM sebesar 69,3% atau 4 siswa. Nilai
terendah pada siklus I adalah 40 dan nilai tertinggi 100. Nilai rata-rata kelas adalah sebesar 77,9.
a) Aspek Psikomotorik
Pada akhir kegiatan pembelajaran, siswa diberikan lembar evaluasi
aspek psikomotorik yang harus dikerjakan siswa secara mandiri. Pada siklus I,
siswa mengerjakan lembar evaluasi produk tentang bagan penggolongan
hewan. Hasil produk bagan penggolongan hewan Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Nilai Produk Siswa pada Pembelajaran IPA tentang
Penggolongan Hewan Siklus I
2 B 9 69,2
3 C 2 15,4
Jumlah 13 100
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.3 diperoleh informasi bahwa nilai produk siswa pada Pembelajaran IPA
tentang Penggolongan Hewan Siklus I sudah tinggi dengan ketuntasan klasikal 84,6 %
Tabel 4.3
Lembar Observasi Terhadap Guru Pada Siklus I
Berdasarkan lembar obeservasi tersebut, bahwa pada siklus I tahap kegiatan awal guru
mempersiapkan siswa untuk belajar. Sebelum pembelajaran dimulai guru mengajak seluruh siswa
untuk berdoa bersama kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Guru memotivasi siswa
untuk memperhatikan pembelajaran. Guru hanya melakukan apersepsi berupa pertanyaan guna
menggali pengetahuan awal siswa terkait materi yang akan diajarkan.
Pada tahap kegiatan inti diadakan kegiatan discovery (penemuan) dengan Guru memberi
rangsangan dengan gambar pada power point. Dilanjutkan dengan guru memberi kesempatan
mengidentifikasi masalah dengan menganalisis gambar dan teks bacaan. Namun pada tahap ini
guru belum memberi kesempatan siswa berdiskusi dalam proses pembelajaran untuk
mengumpulkan informasi. Kemudian guru memberi kesempatan siswa dalam mengerjakan tugas
di LKPD, namun belum memberikan bimbingan dan hanya meminta hasil kerja LKPD yang
sudah dikerjakan.
Pada tahap kegiatan akhir guru menjelaskan ulang materi yang sudah dipelajari,
kemudian membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil belajarnya. Setelah itu dilanjutkan
dengan pemberian evaluasi/tes berupa soal pilihan ganda yang dikerjakan kepada seluruh siswa
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi peredaran darah pada
manusia.
Dari hasil lembar observasi kegiatan guru dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
guru sudah bisa menerapkan metode discovery learning dengan baik meskipun masih ada
beberapa hal yang harus diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Tabel 4.4
Lembar Observasi Terhadap Siswa Pada Siklus I
Berdasarkan lembar obeservasi siswa, bahwa pada siklus I tahap kegiatan awal sebagian
besar siswa siap untuk memulai pembelajaran daring. Namun beberapa siswa masih kurang
termotivasi untuk belajar, dikarenakan pada pada awal pembelajaran daring guru belum
memotivasi siswa. Siswa langsung diajak untuk melakukan kegiatan tanya jawab terkait materi
yang akan diajarkan. Hal ini mengakibatkan kurangnya minat belajar yang ada pada diri siswa,
siswa menjadi acuh dan kurang memperhatikan guru. Pada poin c dan d hanya beberapa siswa
saja yang terlihat aktif mengajukan pertanyaan kepada guru. Ketika guru melakukan apersepsi
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa hanya sebagian siswa yang aktif
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Pada tahap kegiatan inti semua siswa ikut terlibat dalam proses pembelajaran, namun
dalam mengamati pembelajaran pada power point belum semua siswa ikut berperan aktif. Untuk
kegiatan bertanya jawab dan berdiskusi belum semua siswa terlibat aktif. Siswa masih terlalu
asyik sendiri selama proses pembelajaran.
Pada tahap kegiatan akhir beberapa siswa ikut menyimpulkan hasil belajarnya melalui
bimbingan dari guru secara daring. Kemudian seluruh siswa diminta mengerjakan evaluasi
berupa tes pilihan ganda. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang
materi yang sudah diajarkan.
Setelah peneliti melakukan pemantauan tentang hasil belajar dan melalui lembar
observasi di hari pertama, mendapatkan hasil yang kurang sesuai dengan apa yang sudah
dirancang pada tahap perencanaan sebelum dilakukannya tindakan. Hal ini diakibatkan pada hari
pertama siswa masih belum percaya diri untuk berpendapat atau bertanya dan belum sepenuhnya
memahami penjelasan tentang sebuah materi yang diajarkan oleh guru di dalam kelas. Hanya
sebagian siswa saja yang sudah terlihat aktif pada proses pembelajaran, dengan begitu perlu
diadakan perbaikan ulang pada siklus II, dimana siswa diharapkan akan lebih bersemangat dalam
kegiatan pembelajaran daring sehingga siswa akan lebih paham dan hasil belajar siswa
meningkat.
Refleksi
Selesai melakukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 peneliti
dan teman sejawat (superVsor 2) melakukan kegiatan refleksi. Berdasarkan hasil
evaluasi siswa dan kegiatan pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil refleksi
sebagai berikut.
Pada tahap ini guru kelas melakukan diskusi dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan pada siklus I. Berdasarkan data-data yang telah diuraikan di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang
ditetapkan yaitu 80 % dimana pada siklus I nilai rata-rata siswa baru mencapai 65,29
saja, dengan prosentase ketuntasan 55,8%.
1. Beberapa siswa masih belum aktif dan dan masih terdapat siswa yang belum ikut
serta dalam menganalisis pembelajaran.
2. Semangat siswa dalam belajar masih kurang.
3. Dalam bertanya jawab siswa masih terlihat ragu-ragu.
4. Siswa tidak diberi kesempatan untuk bertanya.
5. Kurangnya waktu pembelajaran dan materi yang masih sederhana
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada tahap siklus I ini masih terdapat
kekurangan sehingga perlu adanya perbaikan dan solusi untuk dilakukan pada siklus
berikutnya. Adapun perbaikan yang harus dilakukan diantaranya yaitu:
1. Guru harus lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Guru harus lebih aktif dalam mengajak siswa dalam bertanya jawab.
3. Guru perlu mengatur waktu secara baik dalam menambahkan informasi-
informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan agar pemahaman siswa lebih
meningkat.
4. Guru harus lebih memotivasi siswa dalam menanamkan dan melatih percaya diri
siswa sehingga tidak ada perasaan ragu-ragu dan takut dalam diri siswa baik
untuk mengemukakan pendapat maupun bertanya.
5. Guru harus memberikan bimbingan khusus kepada siswa yang masih kurang
dalam memahami materi yang telah dipelajari, agar siswa yang kurang tidak
tertinggal pengetahuannya oleh teman yang lain.
Dari hasil refleksi pada siklus I, maka dirancang kembali kegiatan pembelajaran
untuk dilaksanakan pada siklus II agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi sistem pencernaan manusia.
1) Perencanaan
e) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta skenario tindakan yang
akan dilaksanakan, mencakup langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran menulis dialog sederhana melalui media gambar
berseri;
f) Menentukan teman sejawat, sebagai kolaborator untuk patner peneliti;
g) Menyiapkan media pembelajaran atau alat peraga;
h) Menyiapkan lembar observasi dan LKPD
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai dengan skenario (perencanaan) yang telah
dipersiapkan oleh peneliti dan kolabolator sebelumnya. Untuk menjamin
keberlangsungan dan mutu kegiatan pembelajaran, dalam keadaan mendesak guru
sejawat maupun peneliti dapat memodifikasi tindakan walaupun implementasi tindakan
sedang dalam proses. Hal ini sesuai dengan sifat lentur dari rancangan penelitian
tindakan kelas. Adapun pelaksanaan tindakan tersebut akan dilaksanakan sebagai berikut:
Kegiatan awal yang berisi: (1) Salam pembuka, berdoa dan presensi, (2) Apersepsi,
(3) Acuan, dan (4) Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti terdiri dari 6 sintak model pembelajaran Discovery Learning yaitu:
1) Hasil Evaluasi
a. Aspek Kognitif
Pada akhir kegiatan pembelajaran, siswa diberikan lembar evaluasi
yang harus dikerjakan siswa secara mandiri. Pada siklus II, siswa
mengerjakan lemar evaluasi yang terdiri dari 5 soal pilihan ganda pada
muatan IPA tentang penggolongan hewan. Hasil evaluasi siswa pertemuan
1 siklus II disajikan dalam Tabel 4.7 sebagai berikut:
2 60 0 0
3 8 7 53,8
0
4 1 5 38,5
0
0
Jumlah 13 100
Nilai Terendah 40
Gambar 4.6 Grafik Distribusi Nilai Hasil Evaluasi Siswa pada Pembelajaran
IPA tentang Penggolongan Hewan Siklus II
b. Aspek Psikomotorik
Pada akhir kegiatan pembelajaran, siswa diberikan lembar evaluasi
aspek psikomotorik yang harus dikerjakan siswa secara mandiri. Pada
siklus II, siswa mengerjakan lembar evaluasi produk tentang bagan
penggolongan hewan. Hasil produk bagan penggolongan hewan Tabel 4.8
sebagai berikut:
2 B 7 53,84
3 C 0 0
Jumlah 13 100
Gambar 4.7 Grafik Distribusi Nilai Produk Siswa pada Pembelajaran IPA
tentang Penggolongan Hewan Siklus II
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.3 diperoleh informasi bahwa nilai
produk siswa pada Pembelajaran IPA tentang Penggolongan Hewan Siklus II
sudah tinggi dengan ketuntasan klasikal 100 %.
Tabel 4.6
Lembar Observasi Terhadap Guru Pada Siklus II
kesimpulan hasil
belajar.
Guru √ Guru mengadakan evaluasi
untuk mengetahui tingkat
mengadakan evaluasi pemahaman siswa
setelah proses belajar
mengajar berakhir.
Berdasarkan lembar obeservasi tersebut, bahwa pada siklus II tahap kegiatan awal guru
mempersiapkan siswa untuk belajar. Sebelum pembelajaran dimulai guru mengajak seluruh siswa
untuk berdoa bersama kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Guru memotivasi siswa
untuk memperhatikan pembelajaran. Guru melakukan apersepsi berupa pertanyaan guna
menggali pengetahuan awal siswa terkait materi yang akan diajarkan.
Pada tahap kegiatan inti diadakan kegiatan discovery (penemuan) dengan Guru memberi
rangsangan dengan gambar pada power point. Dilanjutkan dengan guru memberi kesempatan
mengidentifikasi masalah dengan menganalisis gambar dan teks bacaan. Pada tahap ini guru
belum memberi kesempatan siswa dalam proses pembelajaran untuk mengumpulkan informasi.
Kemudian guru memberi kesempatan siswa dalam mengerjakan tugas di LKPD, namun belum
memberikan bimbingan dan hanya meminta hasil kerja LKPD yang sudah dikerjakan.
Pada tahap kegiatan akhir guru menjelaskan ulang materi yang sudah dipelajari,
kemudian membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil belajarnya. Setelah itu dilanjutkan
dengan pemberian evaluasi/tes berupa soal pilihan ganda yang dikerjakan kepada seluruh siswa
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi peredaran darah pada
manusia.
Dari hasil lembar observasi kegiatan guru dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
guru sudah bisa menerapkan metode discovery learning dengan baik meskipun masih ada
beberapa hal yang harus diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Tabel 4.7
Lembar Observasi Terhadap Siswa Pada Siklus II
Berdasarkan lembar obeservasi siswa, bahwa pada siklus II tahap kegiatan awal siswa
siap untuk memulai pembelajaran daring. Beberapa siswa sudah terlihat aktif mengajukan
pertanyaan kepada guru. Ketika guru melakukan apersepsi dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada siswa sudah banyak siswa yang aktif menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru.
Pada tahap kegiatan inti semua siswa ikut terlibat dalam proses pembelajaran, dalam
mengamati pembelajaran pada power point semua siswa ikut berperan aktif. Untuk kegiatan
bertanya jawab dan berdiskusi belum semua siswa terlibat aktif. Meskipun masih ada siswa yang
masih terlalu asyik sendiri selama proses pembelajaran.
Pada tahap kegiatan akhir beberapa siswa ikut menyimpulkan hasil belajarnya melalui
bimbingan dari guru secara daring. Kemudian seluruh siswa diminta mengerjakan evaluasi
berupa tes pilihan ganda. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang
materi yang sudah diajarkan.
Setelah peneliti melakukan pemantauan tentang hasil belajar dan melalui lembar
observasi di siklus II, mendapatkan hasil yang sudah meningkat lebih baik dari pembelajaran
siklus I. Siswa mulai percaya diri untuk berpendapat atau bertanya dan belum sepenuhnya
memahami penjelasan tentang sebuah materi yang diajarkan oleh guru di dalam kelas. Siswa
sudah terlihat aktif pada proses pembelajaran.
2) Refleksi
Selesai melakukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II
peneliti dan teman sejawat (superVsor 2) melakukan kegiatan refleksi.
Berdasarkan hasil evaluasi siswa dan kegiatan pengamatan yang dilakukan,
diperoleh hasil refleksi sebagai berikut.
Terjadi peningkatan ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dari siklus I 69,3
% dengan rata-rata 77,69 menjadi 92,3% dengan rata-rata 86,15.
Berdasarkan hasil observasi dari apa yang telah dilakukan baik oleh guru maupun siswa
terjadi perubahan dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pelaksanaan
kegiatan yang direncanakan pada siklus II ini telah terlaksana dengan baik. Data-data
yang telah diperoleh dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Berdasarkan data hasil pengamatan bahwa siswa aktif selam proses pembelajaran
berlangsung.
b. Selama proses pembelajaran guru telah melaksanakan semua pembelajaran
dengan baik, meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna. Tetapi
prosentase pelaksanaannya untuk setiap aspek cukup besar.
c. Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik.
Setelah proses pembelajaran tematik tema 3 subtema I dengan menggunakan model
discovery learning presentase ketuntasan siswa sudah mencapai 79,4%. Dari hasil
refleksi pada siklus II, maka dirancang kembali kegiatan pembelajaran untuk
dilaksanakan pada siklus III agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada
pembelajaran tematik tema 3 subtema I.
A. Pembahasan
Pada kegiatan pembelajaran IPS dengan materi arah mata angin di kelas III semester I SDN
Karangrejo 02 merupakan materi yang abstrak bagi siswa kelas III sehingga membutuhkan alat bantu
berupa alat peraga pembelajaran dan model pembelajaran yang bisa membuat perhatian dan minat belajar
siswa meningkat sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat pula. Pada proses pembelajaran yang
dilakukan guru pada pra siklus masih menggunakan model pembelajaran yang klasik sehingga pada
perbaikan pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada
siklus I dan siklus II untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan karakter tanggung jawab.
Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya. Artinya setelah
guru melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran melalui model pembelajaran NHT baik pada siklus I
dan siklus II telah terjadi peningkatan hasil belajar.
1. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan materi arah mata angin di kelas III SDN
Karangrejo 02 masih menggunakan model klasikal dan pada siklus I dan siklus II, guru menggunakan
model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) sehingga diperoleh hasil seperti tabel dan grafik
berikut:
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I,
dan Siklus II
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar IPS dengan materi arah mata angin
di kelas III semester I SDN Karangrejo 02 Kecamatan Gajahmungkur pada pembelajaran pra siklus
tidak ada siswa yang mendapatkan nilai ≥ 40, rentang nilai 50-65 diperoleh 6 siswa atau 42,8%,
rentang nilai 70-85 diperoleh oleh 7 siswa atau 50%, dan 1 siswa atau 7,2% yang memperoleh rentang
nilai 90-100.
Pada perbaikan pembelajaran siklus I tidak ada siswa yang mendapatkan nilai ≥ 40, rentang
nilai 50-65 diperoleh 4 siswa atau 28,2% sehingga mengalami penurunan sebesar 14,3% dari
pembelajaran pra siklus, rentang nilai 70-85 diperoleh oleh 8 siswa atau 57,1% sehingga mengalami
peningkatan sebesar 7,1%, dan 2 siswa atau 14,2% yang memperoleh rentang nilai 90-100 sehingga
mengalami peningkatan sebesar 7%.
Pada perbaikan pembelajaran siklus II tidak ada siswa yang mendapatkan nilai ≥ 40, rentang
nilai 50-65 diperoleh 2 siswa atau 14,2% sehingga mengalami penurunan sebesar 13,8% dari
pembelajaran siklus I, rentang nilai 70-85 didapatkan oleh 5 siswa atau 35,6% sehingga mengalami
penurunan sebesar 21,5%, dan 7 siswa atau 50% yang mendapat rentang nilai 90-100 sehingga
mengalami peningkatan sebesar 35,8%.
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, peningkatan hasil belajar siswa dari kegiatan pra siklus hingga
perbaikan pembelajaran siklus II dapat terlihat pada gambar sebagai berikut :
5 Pra Siklus
BanyaknyaSiswa
0 Siklus I
≥ 40 50 - 65 70 - 85 90 - 100 Siklus II
Rentang Nilai
1 ≥ 40 - - -
2 50 - 65 6 4 2
3 70 - 85 7 8 5
4 90 - 100 1 2 7
Rata-Rata 65,7 72,14 80
Tuntas 8 10 12
Belum Tuntas 6 4 2
Presentase 57,1% 71,4% 85,7%
Jumlah 14 14 14
Berdasarkan tabel diatas menunujukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada pra siklus
adalah 65,7 dengan tingkat ketuntasan 57,1. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 72,14
dengan tingkat ketuntasan 71,4%. Sedangkan pada siklus II rata-rata belajar siswa adalah 80 dengan
tingkat ketuntasan 85,7%.
Rata-rata hasil belajar siswa dari setiap siklus mengalami peningkatan sebesar 14,3% atau pada
setiap siklus terdapat 2 siswa yang mengalami peningkatan nilai di setiap siklusnya sehingga
ketuntasan klasikal siswa meningkat. Perbandingan ketuntasan dilihat pada gambar berikut:
PerbandinganKetuntasanKlasikal Siswa
12
B an y akn y a S isw a
10
8
Tuntas
6
Belum
4
0
PraSiklus Siklus I Siklus II
Gambar 4.2 Perbandingan Ketuntasan pada Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar IPS dengan materi arah
mata angin di kelas III semester I SDN Karangrejo 02 Kecamatan Gajahmungkur pada pembelajaran
pra siklus terdapat 8 siswa yang tuntas.
Pada perbaikan pembelajaran siklus I tidak ada siswa yang mendapatkan nilai ≥ 40, rentang
nilai 50-65 diperoleh 4 siswa atau 28,2% sehingga mengalami penurunan sebesar 14,3% dari
pembelajaran pra siklus, rentang nilai 70-85 diperoleh oleh 8 siswa atau 57,1% sehingga mengalami
peningkatan sebesar 7,1%, dan 2 siswa atau 14,2% yang memperoleh rentang nilai 90-100 sehingga
mengalami peningkatan sebesar 7%.
Pada perbaikan pembelajaran siklus II tidak ada siswa yang mendapatkan nilai ≥ 40, rentang
nilai 50-65 diperoleh 2 siswa atau 14,2% sehingga mengalami penurunan sebesar 13,8% dari
pembelajaran siklus I, rentang nilai 70-85 didapatkan oleh 5 siswa atau 35,6% sehingga mengalami
penurunan sebesar 21,5%, dan 7 siswa atau 50% yang mendapat rentang nilai 90-100 sehingga
mengalami peningkatan sebesar 35,8%.
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, peningkatan hasil belajar siswa dari kegiatan pra siklus hingga
perbaikan pembelajaran siklus II dapat terlihat pada gambar sebagai berikut :
Berdasarkan data peningkatan hasil belajar dan ketuntasan klasikal setiap siklusnya telah
mencapai target indikator yang telah direncanakan yaitu 75% lebih, itu artinya dalam perbaikan
pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai harapan peneliti.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumya, dapat diketahui
bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas pada
tahap pretest, siklus I, siklus II, dan siklus III.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada pembelajaran tematik dengan menggunakan
metode discovery learning pada tema 3 subtema I, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery
learning pada tema 3 subtema I meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil nili rata-rata kelas
pada tahap pretest sebesar 57,6 siklus I sebesar 65,29, siklus II sebesar 76,5 dan siklus III
sebesar 90,2. Persentase peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik tema 3
subtema I menggunakan model discovery learning yaitu: pada tahap pretest sebesar (26,5%),
siklus I sebesar (55,8%), siklus II sebesar (79,4 %), dan siklus III sebesar (100%). Hal ini
menunjukan bahwa pembelajaran daring tematik tema 3 subtema I dengan menggunakan
metode discovery learning mencapai ketuntasan yang diinginkan.
2. Pembelajaran daring dengan menggunakan model discovery learning yang diterapkan dalam
penelitian ini secara umum dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru. Model ini dapat
meningkatan minat belajar siswa dibandingan pada tahap pretest dan siswa merespon secara
positif setiap tahap pembelajaran. Semua aktivitas dapat dilakukan oleh siswa dengan sangat
antusias. Pada kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, siswa juga lebih berani bertanya
setelah guru memberi keseempatan dan motivasi untuk bertanya.
B. Implikasi
1. Pembelajaran dengan penerapan model Discovery Learning dipandang baik
untuk memudahkan siswa memahami konsep dalam pembelajaran daring tematik tema 3
subtema I.
2. Pembelajaran dengan penerapan model Discovery Learning dipandang baik
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Saran-saran
Setelah melakukan penelitian tentang penggunaan metode discovery learning dalam proses
pembelajaran daring , saran yang ditunjukan kepada semua pihak di antaranya adalah:
1. Bagi Dinas Pendidikan, agar dapat memberikan pelatihan-pelatihan kepada pihak sekolah atau
guru terhadap penggunaan model-model pembelajaran yang bervariatif sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
2. Bagi kepala sekolah, disarankan untuk lebih terbuka terhadap ide-ide guru serta diharapkan
sebagai motivator dalam pengembangan metode, model atau teknik pembelajaran di sekolah.
3. Bagi guru, dalam melaksanakan pembelajaran daring seorang guru
sebisa mungkin memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada siswa untuk berlatih menemukan dan menyimpulkan
sendiri serta meberikan kesempatan bertanya dan
mengungkapkan pendapatnya untuk melatih siswa berani.
Kegiatan tersebut akan sangat membantu siswa untuk memahami
suatu materi dan mempermudah siswa untuk menguasai suatu
konsep. Guru kelas juga harus lebih banyak mengembangkan
model pembelajaran yang ada dan bersifat fleksibel dengan materi
yang akan dibahas, tidak monoton serta menggunakan berbagai
variasi yang dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar di
dalam kelas