Anda di halaman 1dari 8

MENINGKATKAN KREATIF BERPIKIR SISWA MATA PANAS DAN

TRANSMISINYA SUB TEMA TEMPERATUR DAN PANAS


MENGGUNAKAN METODE CLASS V EQUAL TEACHING SISWA
SANTO REDEMTUS SDK

PERKENALAN

Pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang berlangsung antara guru dan siswa,
dimana dalam hal ini gurulah yang memegang kendali atas proses pembelajaran. Mengajar
adalah tentang mentransfer pengetahuan dan nilai baik kepada pendidik maupun peserta didik
melalui proses belajar yang berkesinambungan. Pendidikan tentu memiliki tujuan.
Menurut Seifert (2012: 156), misalnya, satu definisi kreativitas menekankan kualitas
rasional dalam pemecahan masalah, sedangkan definisi lain melihat kreativitas sebagai
ekspresi aktualisasi diri yang baik, dan yang ketiga menunjukkan bahwa kreativitas adalah
pikiran bawah sadar yang tersembunyi. Sedangkan menurut Asmani (2012: 145), kreativitas
adalah kemampuan mencipta, berkat lahirnya penemuan-penemuan baru yang sebelumnya
tidak diduga orang, bahkan dapat mengubah kotoran menjadi emas. Dalam kreativitas
tentunya setiap siswa perlu memiliki pemikiran kreatif, tepatnya melalui Creative Thinking.
Jadi, kreativitas sebagai sarana individu untuk mengungkapkan kemampuan kreatif, yang
akibatnya memiliki kemampuan berpikir kreatif.
Proses pembelajaran yang berlangsung di Kelas V SDK Santo Redemtus pada
umumnya siswa tidak mengikuti tanya jawab, dan siswa tidak dapat mendeskripsikan
keterampilan atau kegiatan dalam proses pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas 5 MI Miftahul Uloom Tengah
tentang berpikir kreatif siswa masih kurang. Masalah yang terkait dengan berpikir kreatif
siswa terutama diajukan oleh siswa itu sendiri. Saat siswa menjelaskan materi masih belum
sesuai dengan apa yang diminta guru. Karena masih banyak siswa yang tidak dapat
menyampaikan ide atau mengembangkan materi yang telah disampaikan oleh guru atau siswa
lainnya. Memang benar apa yang dikatakan oleh guru kelas 5 tersebut.
Menurut guru kelas, “proses pembelajaran di kelas masih terfokus pada guru. Siswa
disini masih belum bisa menyampaikan pendapat atau ide yang diminta oleh guru. Selain itu,
saat mengerjakan soal ulangan harian, jawaban siswa cenderung sama dengan siswa lainnya.
Biasanya siswa takut apa yang harus dikatakan ketika ditanya oleh guru. Sehingga guru
membutuhkan paksaan ketika guru bertanya. Namun, ketika dia diminta secara paksa, di
sinilah murid baru terungkap. Padahal jawabannya cukup bagus. Mungkin iya, karena siswa
takut atau malu untuk mengungkapkan pendapat atau idenya.
Dengan menerapkan metode belajar bersama pada sub pokok bahasan suhu dan kalor
dapat mendidik dan membantu siswa mengungkapkan ide kreatifnya dalam pembelajaran
dengan bantuan teman, sehingga siswa bekerja sama untuk mengungkapkan idenya. Dengan
demikian, suasana di dalam kelas akan menjadi aktif, kreatif dan menyenangkan.
METODE
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang muncul berdasarkan observasi dan wawancara dengan kelas.
guru di awal. Setelah peneliti dan guru kelas membahas permasalahan siswa pada
pembelajaran tematik topik 6 sub topik “Suhu dan kalor”, peneliti menyusun rencana
tindakan dan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk setiap tindakan nantinya.
Peneliti mengajukan solusi yang disepakati oleh guru kelas yaitu menggunakan Metode
Belajar Bersama untuk meningkatkan berpikir kreatif siswa kelas V, maka peneliti
menyiapkan segala sesuatu yang selanjutnya akan mendukung proses tindakan, sebagai
berikut:
a. Peneliti dan fakultas meninjau kurikulum sebelum melakukan penelitian.
b. Peneliti menyusun RPP dengan berkonsultasi dengan guru yang terbiasa
menggunakan metode yang tepat yaitu metode peer-to-peer, dan mengajukan soal-soal
evaluasi.
c. Menyiapkan dokumentasi lengkap, serta lembar observasi dan tes terkait kelancaran
proses kegiatan, nantinya.

2. Pertunjukan
Implementasi, yaitu pelaksanaan atau penerapan isi proyek dalam pelatihan. Segala sesuatu
yang disiapkan oleh peneliti dan guru pada tahap perencanaan berlaku untuk tahap tindakan,
seperti menggunakan RPP sebagai pedoman tahap pembelajaran, dll. Dalam hal ini, peneliti
berperan sebagai guru, dan guru kelas berperan sebagai pengamat.
Rencana aksi yang disusun bersifat fleksibel, perubahan dapat terjadi tergantung kondisi di
lapangan, namun tidak mengubah keseluruhan rencana dalam RPP.
3. Pengamatan
Observasi yaitu pelaksanaan observasi untuk mengamati sejauh mana pengaruh tindakan
yang dilakukan melalui metode saling belajar, terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kreatif.
Peneliti berperan sebagai guru, observer melakukan observasi atau penilaian terhadap
berpikir kreatif siswa, memperhatikan tindakan siswa dalam proses pembelajaran, kemudian
melengkapi lembar observasi kemampuan berpikir kreatif siswa yang telah disediakan
sebelumnya.
Pengamat mengamati tindakan peneliti di dalam kelas, apakah sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran yang telah ditetapkan atau tidak, dengan mengamati metode
pembelajaran kemudian mengisi lembar observasi yang telah disiapkan guru. Namun apabila
dalam pelaksanaannya peneliti yang bertindak sebagai pendidik menemukan kendala dalam
memantau siswa, maka guru kelas dapat membantu dalam memantau kemampuan berpikir
kreatif siswa sesuai dengan kesepakatan.
4. Cerminan
Refleksi merupakan penilaian dengan melihat kekurangan pada setiap siklus. Kekurangan-
kekurangan yang ada pada siklus pertama dijadikan sebagai acuan utama untuk perbaikan
saat merencanakan siklus berikutnya.
Apabila pada siklus I hasil kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini tidak tercapai, maka
penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus II sampai kriteria keberhasilan terpenuhi.

HASIL DAN DISKUSI


Berdasarkan hasil penilaian dan refleksi, masih banyak siswa pada akhir pembelajaran
siklus I yang mendapat nilai di bawah keberhasilan klasikal. Hal ini terlihat dari hasil tes,
observasi berpikir kreatif dan aktivitas siswa pada Siklus I yang terdiri dari 2 kali
pembelajaran/pertemuan. Pada pembelajaran ini siswa masih takut untuk mengungkapkan
pikirannya, sehingga masih banyak siswa yang tidak mengungkapkan pikirannya.
Permasalahan yang muncul pada siklus I disebabkan oleh belum optimalnya perencanaan dan
penerapan metode yang tidak sesuai dengan mata pelajaran, serta beberapa tindakan guru
yang belum dilaksanakan. Dari permasalahan yang muncul pada siklus I peneliti dan observer
sepakat untuk melanjutkan penelitian sehingga terjadi peningkatan berpikir kreatif pada
siklus II.
Pada siklus II peneliti menyusun rencana yang disesuaikan terlebih dahulu, melihat
pada siklus I penggunaan metode belajar bersama yang tidak sesuai dengan mata pelajaran,
kemudian diperbaiki, menyesuaikan isi materi atau mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang sedang dipelajari. Metode pembelajaran peer-to-peer Hasil siklus II dimodifikasi untuk
meningkatkan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran peer-to-peer dengan pertanyaan
dan observasi berpikir kreatif, dan aktivitas siswa mencapai sasaran. Dilihat dari keaktifan
guru yang meningkat dibandingkan siklus I pelatihan 1 yaitu 68%, dan pelatihan 2 yaitu 62%
termasuk dalam kategori cukup baik. Sedangkan pada siklus II pembelajaran 1 sebesar 80%
dan pembelajaran 2 sebesar 79%. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih baik.
Hal ini juga terlihat dari hasil tes berpikir kreatif pada siklus II yang memperoleh nilai ≥70
poin, dan persentase ketuntasan pada siklus II meningkat menjadi ≥75%. Sementara itu, hasil
pengamatan berpikir kreatif pada siklus II juga mencapai ≥75% siswa yang mencapai
kategori “kreatif”. Hal ini terlihat dari hasil observasi berpikir kreatif siklus I yang pada
siklus II mendapat rata-rata 57% sampai dengan 82%. Terjadi peningkatan antara siklus I dan
II sehingga dapat dikatakan penelitian ini berhasil. Hal ini terlihat dari hasil observasi
berpikir kreatif siklus I yang pada siklus II mendapat rata-rata 57% sampai dengan 82%.
Terjadi peningkatan antara siklus I dan II sehingga dapat dikatakan penelitian ini berhasil.
Hal ini terlihat dari hasil observasi berpikir kreatif siklus I yang pada siklus II mendapat rata-
rata 57% sampai dengan 82%.
Berikut perbandingan dan peningkatan tes dan observasi berpikir kreatif dan aktivitas
siswa dan guru pada siklus I dan II:
1. Perbandingan dan peningkatan tes siklus I dan siklus II
Hasil tes yang diberikan kepada siswa merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran.
Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan berpikir kreatif siswa. Siswa dianggap telah
menguasai materi dengan baik jika nilai tesnya ≥ 70 menurut SKM yang ada.

Persentase Ketuntasan Siswa


100% 92%
90% 83%
80% 75%
70% 66%
58%
60%
50%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Siklus I Siklus II

Bahasa Indonesia IPA SBdP

Gambar 4.6 Peningkatan skor rata-rata pada tes berpikir kreatif


Rata-rata Nilai Tes Berpikir Kreatif

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Siklus I Siklus II

Bahasa Indonesia IPA SBdP

Nilai rata-rata untuk siklus pertama dalam bahasa Indonesia adalah 68, IPA 61 dan
SBdP 68. Karena tidak diperoleh hasil yang diharapkan maka penelitian dilakukan pada
siklus berikutnya. Pada siklus kedua ini, hasil IPK mahasiswa pada setiap mata pelajaran
meningkat dan mencapai Bahasa Indonesia 83, IPA 76 dan SBdP 81.
Proses pembelajaran subtopik suhu dan kalor berjalan lancar. Namun pada
siklus 1 kegiatan pembelajaran guru 1 dan 2 terdapat beberapa kegiatan yang tidak tuntas.
Hal ini menyebabkan proses pembelajaran yang diberikan oleh siswa tidak maksimal.
Hasil aktivitas guru meningkat pada siklus kedua. Hal ini terlihat dari hasil
perolehan penilaian kinerja guru pada siklus I pelatihan 1 dan 2 yang hanya mendapat 68%
dan 62% dalam kategori Cukup Baik, hingga 80% dan 79% yang masuk dalam kategori Baik.
"kategori.
Berikut peningkatan dan perbandingan aktivitas guru pada siklus I dan II.
Tabel 4.14 Kegiatan Guru
Tindakan Pendidikan Persen Kategori
Siklus I 1 68% Cukup bagus
2 62% Cukup bagus
Siklus II 1 80% Bagus
2 79% Bagus

Gambar 4.8 Peningkatan aktivitas guru


Aktivitas Guru
90%
80% 79%
80%
68%
70% 62%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Siklus I Siklus II

Pembelajaran 1 Pembelajaran 2

Dari data yang diperoleh, terlihat adanya peningkatanAktivitas guru dari siklus I
sampai siklus II pada setiap pembelajaran. Terdapat pula berbagai perbandingan antara Siklus
I dan Siklus II terkait dengan aktivitas siswa di Kelas V SDK Santo Redemtus. Dengan
adanya peningkatan pada siklus II terlihat bahwa aktivitas guru meningkat dan mencapai
kategori yang diharapkan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi dan penelitian kegiatan di dalam kelas, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Menerapkan metode saling belajaruntuk siswa kelas 5dapat dengan mudah memahami
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Terlihat bahwa ketika proses belajar mengajar
berlangsung, siswa lebih antusias dan aktif dalam proses belajar mengajar, dan kegiatan
belajar di kelas menjadi aktif, kreatif dan menyenangkan, sesuai dengan yang diharapkan.
b. Penerapan metode belajar bersama pada subtema “Temperature” dan “Heat” kelas V
dilaksanakan dalam 2 siklus yang terdiri dari 2 pelajaran, terjadi peningkatan pada setiap
siklusnya, hal ini terlihat dari persentase ketuntasan saat menjumlahkan hasil tes siswa.
dalam pembelajaran. Dari Siklus I ke Siklus II meningkat hingga mencapai keberhasilan
klasik. Pada siklus I mata pelajaran bahasa Indonesia memperoleh 58%, IPA 50% dan
SBdP 66%, meningkat pada siklus II menjadi bahasa Indonesia 83%, IPA 75% dan SBdP
92%. Sementara itu, kemampuan berpikir kreatif siswa juga meningkat, hal ini terlihat
dari rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa yang menerapkan metode belajar bersama
pada siklus I hingga siklus II meningkat mencapai tingkat keberhasilan. Pada siklus
berpikir kreatif, siswa menerima57%masuk kategori cukup kreatif dan meningkat pada
siklus II menjadi82% termasuk dalam kategori materi iklan. Sedangkan pada kegiatan
siswa pada siklus I pembelajaran 1 mendapatkan65% dan learnability 2 yaitu 64% masuk
kategori cukup baik dan meningkat pada siklus II menjadi learnability 180% dan
pelatihan 2 mendapatkan 81% dengan kategori baik. Selain itu pada aktivitas guru yaitu
pada siklus I pembelajaran 1 memperoleh 68%, dan pembelajaran 2 yaitu 62% masuk
kategori “cukup baik”, meningkat pada siklus II pembelajaran 1 yaitu sebesar 80%. , dan
pelatihan 2 menerima 79%. masuk dalam kategori “baik”. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode belajar bersama dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa.

BIBLIOGRAFI

Anita Lee. 2007. Pembelajaran kolaboratif. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.


Ardiyanto, Gunawan. 2013. Belajar berpikir. Yogyakarta: Elex Media Komputindo.
Buku Pegangan Guru dengan topik: Kalor dan Perpindahan Kalor, Kelas V (Buku Tema
Kurikulum Terpadu, 2013, Jakarta: Kemendikbud, edisi revisi 2017).
Buku Siswa Tema: Panas dan Gerakan Kelas V (Buku Tema Kurikulum Terpadu 2013,
Jakarta: Kemendikbud, Edisi Revisi 2017).
Denis, Fitrian. 2016. Berpikir kreatif. Jakarta: Grup Erlang.
E. Kosashih. 2014. Strategi pelatihan dan pembelajaran. Bandung: Irama Widya.
Fatur Rohman, Mohammad. 2018. Pendekatan dan Model Pembelajaran. Yogyakarta:
Kalimedia
Hamza. 2016. Penilaian Pembelajaran. Jakarta: Aksara Bumi.
Hendra Eric Rudyanto. Model pembelajaran penemuan dengan pendekatan saintifik yang
khas untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. PGSD IKIP Madiun: Premiere
Educandum, Volume: 4 Nomor: 1, Juni 2014, hlm. 41-48.
Huda, Miftahul. 2017. Model Belajar Mengajar. Malang: Studi Perpustakaan.
Kebenaran, Ya. Meningkatkan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis dengan Model Activity
Learning Approach (Meas) untuk siswa Infinity. Jurnal Ilmiah Kurikulum Matematika
STKIP Siliwangi. Bandung. Volume 2, Nomor 1, Februari 2013
Iswarso, Sapto. 2016. Kreatif. Yogyakarta: Key Media Relations
Kunandar. 2013. Evaluasi Valid (Menilai Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Kurikulum 2013)
Pendekatan Praktis dengan Contoh. Jakarta: PT Grafindo Persada
Kusuma, Yuriadi. 2010. Pemecahan masalah secara kreatif. Tangerang Selatan: Jelajahi
Nusa.
Kuswana. 2013. Taksonomi Bepirkir. Bandung: PT. Pemuda Rosdakar
La Iru dan La Oda. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi dan Model
Pembelajaran. DIY: Multi Precindo.

Anda mungkin juga menyukai