Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN STUDI KASUS : MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DALAM


MATERI BANGUN KUBUS MELALUI MODEL PROBLEM
BASED LERANING SISWA KELAS V

Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian tugas sebagai persyaratan kelulusan
UKMPPG

Oleh :
Muhammad Lathief Dwi Putra, S.Pd. NIM. 2005221143

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
BAGIAN I
DESKRIPSI STUDI KASUS

Peserta didik kelas V-A SDN Rawamangun 12 memiliki permasalahan yaitu


kemampuan berpikir untuk memahami soal masih rendah. Berdasasrkan hasil tes
kemampuan awal peserta didik dan Observasi karakteristik peserta didik
teridentifikasi bahwa pemahaman konsep luas dan keliling bangun datar masih
kurang tepat sehingga terhambat dalam materi bangun ruang yang menjadi
penyebabnya. Dampak yang terjadi dari proses pembelajaran terlihat hanya 1-10
peserta didik yang fokus terhadap materi, sedangkan lainnya fokus dengan
kegiatannya diluar pelajaran. Upaya yang saya lakukan yaitu meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dalam pelajaran matematika materi
bangun ruang menggunakan model Problem Based Learning. Proses upaya
peningkatan yang dilakukan sebanyak dua siklus pembelajaran, setiap siklusnya
dlakukan dua kali pembelajaran.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi erat kaitannya dengan matematika karena siswa
perlu kemampuan berpikir logis, analitis, kritis, kreatif dan bekerjasama.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan ini menjadi sangat penting bagi siswa
yang akan berdampak pada meningkatnya literasi dan numerasi peserta didik.
BAGIAN II
ANALISIS SITUASI

Situasi dan kondisi awal peserta didik sebelum melakukan tindakan ialah
keaktifan belajar masih beberapa siswa saja dan berdasarkan hasil tes kemampuan
awal diketahui kesulitan dalam konsep bangun datar dan berdampak ketika
mempelajari bangun ruang. Dari hasil tes terlihat banyak siswa kategori rendah dan
memiliki nilai rata-rata 60. Saya berdiskusi untuk menemukan model dan cara
mengajar yang tepat sehingga bisa diaplikasikan di dalam kelas sebagai upaya
perbaikan pembelajaran.
Peran saya dalam penelitian tindakan kelas yaitu sebagai pemimpin pada
upaya perbaikan pembelajaran, melaksanaan pengajaran, dan membuat hasil
evaluasi berdasarkan tindakan yang dilakukan. Saya sebagai peneliti dalam
Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif (PTK K) adalah sebagai partisipan aktif.
saya secara langsung turun dalam kegiatan pembelajaran dan mengumpulkan data
sebanyak mungkin sesuai dengan fokus penelitian. Saya bersama guru kelas V
sebagai kolaborator berperan memberikan masukan dan saran selama proses
perencanaan, pelaksanaan, obsevasi, dan evaluasi. Setiap proses yang saya lakukan
juga selalu diamati dan dibimbing oleh guru pamong dan dosen pembimbing.
Hambatan yang terjadi saat proses penelitian yang saya lakukan ialah masih
kurangnya pengetahuan terkait siklus pada penelitian tindakan kelas yang
menantang saya untuk memperdalami lagi, selain itu hambatan yang terjadi masih
kurangnya kemampuan dalam membuat instrumen pengamatan pembelajaran
model PBL dan instrumen evaluasi berpikir tingkat tinggi yang membuat saya harus
memperdalami lagi kepada guru pamong, dosen pembimbing dan guru senior
lainnya.

3
BAGIAN III
ALTERNATIF SITUASI

Saya melakukan perbaikan pembelajaran selama dua siklus dan setiap


siklusnya dilaksanakan dua kali pembelajaran. Langkah nyata yang saya lakukan
ialah pertama melakukan tes kemampuan awal pada materi bangun datar dan kubus
sebelum melakukan pembuatan perencanaan pembelajaran, dan proses
pembelajaran pada materi bangun ruang kubus. Pelaksanaan tes di awal untuk
mengetahui kemampuan awal yang dimiliki peserta didik kelas V dan mengetahui
kesulitan belajarnya. Setelah tes kemampuan awal saya bersama kolaborator
berdiskusi untuk melakukan pembuatan perencanaan pembelajaran (RPP/Modul
Ajar) sesuai dengan permasalahan yang dialami peserta didik yaitu dengan
menggunakan sintaks model Problem Based Learning. Langkah berikutnya saya
melakukan proses pembelajaran sesuai dengan perencaaan yang telah disusun.
Setiap proses pembelajaan berlangsung bersama dengan guru kolaborator
mengamati poin-poin pada instrumen pembelajaran apakah sesuai dengan model
PBL. Langkah selanjutnya diakhir setiap siklus pembelajaran saya melakukan tes
kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan instrumen tes soal berupa pilihan ganda,
isian dan uraian yang terdiri dari tingkat kognitif C4 sampa C6 berdasarkan tingkat
kognitif taksonomi Bloom. Setelah proses pembelajaran berlangsung saya dan
kolaborator melakukan refleksi dengan berdiskusi untuk upaya rencana tindak
lanjut yang akan dilakukan sebagai perbaikan pada pembelajaran yang telah berlalu.
Sumber daya dan materi yang digunakan saat proses perbaikan
pembelajaran ialah menyiapkan RPP/Modul Ajar, Lembar kerja peserta didik untuk
meningkatkan kerjasama, Beberapa media pembelajaran seperti jaring-jaring
kubus, kerangka kubus, kubus satuan, gambar, video pembelajaran, buku referensi
untuk membuat soal-soal yang bekaitan dengan sehari-hari, dan internet. Menyusun
Asessmen formatif berupa rubrik untuk umpan balik pembelajaran serta
menyiapkan instrumen pengamatan pembelajaran PBL, membuat evaluasi
kemampuan berpikir tingkat tinggi.

4
BAGIAN IV
EVALUASI

Nilai rata-rata kemampuan awal siswa yaitu 60. Nilai rata-rata kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa pada kelas V pada siklus 1 meningkat menjadi 73 dan
pada akhir siklus 2 menjadi 87. dengan presentase ketuntasan meningkat melebihi
target dari kemampuan awal 31,25% menjadi 90,62%. Nilai maksimum pada siklus
1 94 dan pada siklus 2 menjadi 100. Data hasil berpikir tingkat tinggi siswa
diperoleh dari nilai hasil test yang dilaksanakan di kelas setelah siswa mendapatkan
materi “bangun kubus”. Jumlah soal tes untuk mengukur berpikir tingkat tinggi
siswa terdiri dari 10 butir soal dengan tingkat kognitif C4-C6 berdasarkan
taksonomi Bloom. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa mengalami peningkatan. Hal ini tidak
terlepas dari adanya perbedaan karakteristik tahapan model Problem Based
Learning dengan model pembelajaran lainnya.

Setelah melalui proses perbaikan pembelajaran yang dilakukan juga bermanfaat


untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan semangat belajarnya.
Untuk guru menjadi lebih peka kepada keadaan siswa dan menciptakan
pembelajaran yang berpihak ada peserta didik dan membantu peserta didik atas
kesulitannya saat proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai