Faisal Aldi1)
Dr. Chandra, S.Pd., M.Pd2)
1)
Mahasiswa PGSD, Ilmu Pendidikan dan Pelatihan Keguruan (FKIP) Universitas
Terbuka
2)
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Karya Ilmiah Universitas Terbuka
faisalaldi28@gmail.com, chandrapdg20@gmail.com
ABSTRAK
Mata Pelajaran Matematika dipandang sulit karena sulit dimengerti, penuh dengan
simbol, banyak menghafal rumus serta pendekatan pembelajaran yang kurang
menarik. Masalah yang terjadi pada kelas V SDN 2 Peulumat ialah hasil belajar
siswa rendah, guru lebih dominan dalam pembelajaran.Tujuan di laksanakan
penelitian ini ialah untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa setelah
dilakukan metode penemuan dan apakah berpengaruh terhadap peningkatan hasil
belajarnya. Jenis penelitian ini ialah PTK kolaborasi yang dilaksanakan sebanyak
2 (dua) siklus. Yang menjadi subyek penelitian ialah siswa kelas V SD Negeri 2 P
eulumat Kecamatan Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan sebanyak 10
(sepuluh) siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tehnik tes dan
Non tes. Validasi data yang digunakan meliputi validasi hasil belajar dan validasi
proses pembelajaran. Sedangkan analisis data yang digunakan ialah analisis
deskriptif yang meliputi analisis deskriptif komparatif dan analisis deskriptif
kualitatif. Dari hasil analisis didapatkan bahwa ketuntasan belajar siswa
meningkat dari pra siklus sampai siklus kedua. Ini dibuktikan dengan peningkatan
nilai rata-rata dan jumlah siswa yang memperoleh ketuntasan.Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan Metode Penemuan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tentang bangun ruang.
Berdasarkan hal tersebut, maka disarankan agar penelitian ini dapat
dikembangkan lagi dan sebaiknya pihak sekolah memberikan dukungan dan
dorongan kepada guru dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolahnya.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
karena dengan pendidikan manusia akan semakin maju dalam peradaban. Sejalan
dengan itu, tantangan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan semakin
kompleks yang ditandai dengan meningkatnya aspirasi terhadap peningkatan
pendidikan baik dalam perluasan kesempatan belajar maupun tuntutan akan
pendidikan yang bermutu (Zul Anwar, 2013).
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang bersifat umum dan
menjadi dasar dalam pengembangan IPTEK (Puspitasari, 2018). Peran siswa dala
m pembelajaran matematika penting dilakukan. Matematika menjadi pelajaran ya
ng menyenangkan manakala siswa memahami materi pelajaran yang ia pelajari. T
etapi jika materi matematika kurang dipahami maka matematika menjadi hal yang
menakutkan bagi siswa. Olehnya itu, diperlukan strategi dan metode belajar yang
membuat siswa senang belajar matematika.
Dari hasil observasi, terlihat bahwa siswa tidak memperhatikan ketika guru
menjelaskan materi pelajaran. Ini nampak ketika guru sedang menjelaskan, ada be
berapa siswa yang sibuk dengan teman sebangku dan tidak bisa menjawab ketika
diberi pertanyaan oleh guru. Selain itu, metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru SD Negeri 2 Peulumat Kecamatan Labuhanhaji Timur ini masih menggunak
an metode ceramah. Berdasarkan paparan tersebut di atas, maka peneliti ingin
mencoba melakukan perbaikan pembelajaran dengan judul “Penerapan Metode
Penemuan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pelajaran Bangun
Ruang”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini, apakah metode penemuan dapat m
eningkatkan hasil belajar siswa kelas V dalam pelajaran Matematika pada SD Neg
eri 2 Peulumat Kecamatan Labuhanhaji Timur Tahun Ajaran 2023/2024?
Belajar adalah usaha merubah tingkah laku yang berkaitan dengan penamb
ahan ilmu, kecakapan, keterampilan sikap, pengertian, harga diri, minat, watak da
n penyesuaian diri yang dalam prosesnya terjadi karena interaksi dengan lingkung
an sebagai hasil dari pengalaman (Zul Anwar, 2012)
Sedangkan yang dimaksud dengan minat yakni suatu kecenderungan hati y
ang tinggi terhadap sesuatu, juga merupakan suatu gairah atau keinginan (Nur
Walbi Tayibu, 2021).
Pembelajaran yaitu suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur m
anusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruh
i mencapai tujuan pembelajaran (Ernia, 2014).
Nur Afifah(2016: 1) menyatakan bahwa Matematika merupakan ilmu
dasar yang memiliki peranan penting dalam proses kehidupan manusia yang
digunakan untuk mengembangkan cabang ilmu pengetahuan yang lain seperti
fisika, kimia, biologi, teknik dan geografi. Oleh karena itu, guru matematika harus
lebih berhati-hati dalam mendidik siswanya dan dapat meningkatkan minat siswa
dalam pembelajaran matematika (Baiq Nurhayatun, 2020).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif. Data
yang diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian
ini ialah siswa kelas V SD Negeri 2 Peulumat Kecamatan Labuhanhaji Timur Kab
upaten Aceh Selatan Tahun Ajaran 2022/2023 dengan jumlah siswa sebanyak 9 (s
embilan) orang.
Penelitian ini dilakukan di kelas V SD Negeri 2 Peulumat. SD tersebut
beralamat di Jalan Darul A’la, Desa Gunung Rotan, Kecamatan Labuhanhaji
Timur, Kabupaten Aceh Selatan.Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari
efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran.
Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah tehnik tes berupa pilihan
ganda dan non tes berupa wawancara, hasil pengamatan, dan hasil belajar siswa.
Dengan alat pengumpulan data yang digunakan meliputi tes tertulis yang terdiri
atas 10 butir soal yang dilaksanakan pada akhir kegiatan pembelajaran yang
dilakukan untuk memperoleh data tentang kemampuan memahami materi setelah
siswa belajar dengan menggunakan metode penemuan dan non tes berupa
wawancara dan pengambilan dokumentasi.
Validasihasilbelajardikenakan pada instrumenpenelitian yang berupates.
Validasi proses pembelajaran dilakukan dengan teknik triangulasi yang meliputi
yaitu triangulasi sumber dan triangulasi model.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
dekskriptif, yang meliputi analisis deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara
membandingkan hasil belajar pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan
hasil belajar dengan indikator pada siklus I dan siklus II. Serta analisis deskriptif
kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan hasil observasi dan refleksi
pada siklus I dan siklus II.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Daftar nilai hasil belajar siswa di tiap-tiap siklus, di terang kan dalam
tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Nilai Tes Pra Siklus
Dari hasil analisis yang digambarkan dalam tabel 4.1 tersebut kita ketahui
bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai A (sangat baik) tidak ada dan B (baik)
ada 1 orang atau 10,00% dari keseluruhan siswa. Yang mendapat nilai C (cukup)
sebanyak 20,00% atau 2 siswa saja. Yang mendapat nilai D (kurang) ialah 40,00%
atau sebanyak 4 siswa, sedangkan yang mendapat nilai E (sangat kurang) juga
sama, 30,00% atau 3 siswa.
Data ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel 4.2
dibawah ini :
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus
Berdasarkan data pada tabel 4.2 tersebut di atas, dapat kita ketahui bahwa
siswa kelas V yang memiliki nilai kurang dari KKM 67, sebanyak 7 siswa atau 70,
00%. Sedangkan yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 3 siswa atau 30,00%.
Hasil nilai rata-rata pra siklus yang diperoleh dari hasil tes awal adalah
60,00 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah adalah 40. Hasil tersebut dapat
ditunjukan seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Rata-rata Hasil Tes Pra siklus
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada siklus I dapat dideskripsikan seperti pada tabel 4.4
berikut ini:
Tabel 4.4
Hasil Rekap Nilai Tes Siklus I
Dari hasil tes siklus I (Satu), menunjukkan bahwa hasil yang mencapai
nilai A (sangat baik) ada 1(satu) atau 10,00% (sepuluh persen), sedangkan yang
mendapat nilai B (baik) adalah 2 (dua) siswa atau 20,00% (dua puluh persen),
sedangkan dari jumlah 10 (sepuluh) siswa yang masih mendapatkan nilai C
(cukup) sebanyak 3 (tiga) siswa (30%), dan yang mendapat nilai D (kurang) ada 2
(dua) siswa (20,00%), serta yang mendapat nilai E (sangat kurang) 2 (dua) siswa
atau 20,00%.
Tabel 4.5
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I
Refleksi
Pada pra siklus jumlah siswa yang dibawah KKMsebanyak 7 siswa dan
pada akhir siklus I berkurang menjadi3 siswa. Nilai rata-rata kelas meningkat dari
60,00 menjadi 68,00. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan Ketuntasan belajar
siswa meningkat jika pra siklus 3 (tiga) orang tuntas menjadi 7 (tujuh) orang.
Penggunaan metode penemuan mampu meningkatkan hasil belajar dilihat
dari rata-rata kelas yang mengalami kenaikan sebanyak 13,33%. Walaupun sudah
terjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namun hasil tersebut belum optimal. Hal
ini dapat terlihat dari hasil observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran masih
terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan
pembelajaran, karena penggunaan metode ini masih baru dan sebagian siswa
masih perlu beradaptasi. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan
pembelajaran pada siklus II.
Deskripsi Hasil Siklus II
Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dalam siklus II dapat pemilihan materi dan
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan perangkat
belajar.
Pelaksanaan Tindakan
Di adakan Pelaksanaan Tatap Muka dengan menggunakan metode
penemuan.Dengan langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) Guru memberikan
evaluasi atas kegiatan pembelajaran pada siklus I. (2) Guru melatih siswa untuk
dapat memahami materi sifat-sifat bangun ruang. (3) Mengevaluasi tugas latihan.
(4) Membimbing siswa untuk merangkum pelajaran. (5) Guru menilai hasil
evaluasi. (6) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada
seluruh peserta didik; (6) Berikan penghargaan kepada peserta didik yang
menjawab dengan benar, dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi,
kemudian berilah pengakuan/pujian kepada presentasi tim; (7) Guru memberikan
tugas/PR secara individual kepada para peserta didik tentang pokok bahasan yang
sedang dipelajari;
Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus II siswa belajar berkompetisi,
namun dalam kegiatan kelompok ini siswa tertantang untuk lebih mandiri dalam
menguasai materi.
a. Wawancara
Wawancara dilaksanakan setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami, memadukan
dengan mata pelajaran lain. Disamping itu, wawancara digunakan untuk
mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa. Hasil wawancara
digunakan sebagai bahan refleksi.
b. Observasi
Pada siklus kedua ini diharapkan pengamatan sudah terlaksana dengan
baik daripada pengamatan siklus sebelumnya, dalam hal melakukan pengamatan
terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas penelitian, mengamati kesesuaian
penggunaan metode penemuan dengan pokok bahasan yang berlangsung dan
mengamati keterhubungan antara penggunaan metode penemuandengan materi
sifat-sifat bangun ruang pada pembelajaran matematika.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada siklus II dapat dideskripsikan seperti pada tabel
4.10 berikut ini.
Tabel 4.10
Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II
Dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai
sangat baik (A) adalah 30,00% atau 3 siswa, sedangkan yang mendapat nilai baik
(B) ialah 30,00% atau 3 siswa. Dan yang mendapat nilai C (cukup) ialah 20,00%
atau sebanyak 2 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai D (Kurang) hanya tinggal
2 siswa atau 20,00% dan E tidak ada.
Adapun Ketuntasan pembelajaran pada siklus II dapat ditabulasikan seperti
pada tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.11
Ketuntasan Belajar Siklus II
Refleksi
Berdasarkan nilai hasil siklus I dan nilai hasil siklus II dapat diketahui
bahwa metode penemuan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika. Jika
dibandingkan antara keadaan kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat
bahwa saat pra siklus rata-rata kelas sebesar 60, sedangkan nilai rata-rata kelas
siklus I sudah ada peningkatan menjadi 68,00.
Pembahasan
Pada awalnya siswa kelas V, nilai rata-rata pelajaran Matematika rendah
khususnya pada materi sifat-sifat bangun ruang. Salah satu penyebabnya adalah
karena kurangnya minat belajar dan perlu pemahaman yang luas sehingga mampu
menggabungkan kemampuan mengingat teori dan melaksanakan prakteknya
dalam kegiatan pembelajaran.Guru memberi tes Sebelum dilakukan tindakan
pembelajaran. Dari ketuntasan belajar siswa yang berjumlah 10siswa terdapat 3
atau 30,00% yang baru mencapai ketuntasan belajar dengan skor standar Kriteria
Ketuntasan Minimal 67. Sedangkan 7siswa atau70,00% belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal untuk materi yang telah ditentukan. Sedangkan hasil nilai pra
siklus I terdapat nilai tertinggi adalah 80, nilai terendah 40, dengan rata-rata kelas
sebesar 60,00.
Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa masih
pasif, karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara
individual, tidak tampak kreatifitas siswa maupun gagasan yang muncul. Siswa
terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton.
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A
(sangat baik) ada 1 orang atau 10,00%, sedangkan yang mendapat nilai B (baik)
adalah 2 siswa atau (20,00%), sedangkan dari jumlah 10 siswa yang masih
mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 3 siswa (30,00%), dan yang mendapat
nilai D (kurang) ada 2 siswa (20,00%), serta yang mendapat nilai E (sangat
kurang) 2 siswa atau 20,00%.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 10 siswa terdapat 6
atau 60,00% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan sisanya, yakni 4
siswa atau 40,00% belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I
didapati perolehan nilai tertinggi ialah 90 dan nilai terendah 50, dengan nilai rata-
rata kelas meningkat sebesar 13,33%.
Penggunaan metode penemuan pada proses pembelajaran siklus I sudah
menunjukkan adanya perubahan, meskipun belum semua siswa terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan penggunaan metode yang
berbeda dalam pembelajaran menuntut siswa untuk beradaptasi terlebih dahulu.
Dan karena dilakukan untuk pertama kalinya, maka siswa masih belum terbiasa.
Dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental
maupun motorik, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan secara
aktif perlu kecermatan dan ketepatan. Ada interaksi antar siswa secara individu
maupun dengan temannya. Masing-masing siswa ada peningkatan latihan
bertanya dan menjawab antar kelompok, sehingga terlatih ketrampilan bertanya
jawab. Terjalin kerjasama inter dan antar kelompok. Ada persaingan positif antar
kelompok mereka saling berkompetisi untuk memperoleh penghargaan dan
menunjukkan untuk jati diri pada teman-teman mereka.
Berdasarkan hasil refleksi siklus I dapat saya simpulkan bahwa melalui
penerapan metode penemuan siswa mengalami peningkatan baik dalam mencapai
ketuntasan belajar yaitu dari 70,00% belum tuntas pada pra siklus menjadi tinggal
30,00% siswa yang belum tuntas. Sedangkan nilai rata – rata kelas ada kenaikan
sebesar 13,33%. Belum semua siswa mencapai ketuntasan pada siklus 1 ini di
sebabkan ada sebagian siswa masih belum terbiasa menggunakan metode penemu
an.
Dari pelaksanan tindakan siklus II dapat diketahui bahwa yang
mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 30,00% atau 3 siswa, sedangkan yang
mendapat nilai baik (B) adalah 30,00% atau 3 siswa. Dan yang mendapat nilai C
(cukup) adalah 20,00% atau sebanyak 2 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai D
(Kurang) juga tinggal 2 siswa atau 20,00% dan E tidak ada.
Pada kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan semua
siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan sekalipun
kegiatan bersifat klasikal namun ada tugas individual yang harus dipertanggung
jawabkan, karena ada kompetisi kelompok maupun kompetisi individu. Dari hasil
pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun
motorik, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan perlu kecermatan dan
ketepatan. Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok, serta
antar kelompok. Masing-masing siswa ada peningkatan latihan bertanya jawab
dan bisa mengkaitkan dengan mata pelajaran lain maupun pengetahuan umum,
siswa juga mampu memahami materi. Ada persaingan positif antar kelompok
untuk penghargaan dan menunjukkan jati diri pada siswa.
Dengan melihat perbandingan hasil tes siklus I dan siklus II ada
peningkatan yang cukup signifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun
hasil perolehan nilai rata-rata kelas. Dari sejumlah 10 siswa tinggal 2 siswa yang
belum mencapai ketuntasan, hal ini memang kedua siswa tersebut tidak memiliki
minat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Namun sekalipun siswa ini belum
mencapai ketuntasan, di sisi lain tetap dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
Ketuntasan ada peningkatan sebesar 14,71% dibandingkan pada siklus I.
Tabel 4.13
PERBANDINGAN NILAI ANTAR SIKLUS
Perbandingan Nilai Hasil Tes pra siklus, Siklus 1 dan Siklus II