Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan sarana berpikir logis untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari – hari. Oleh karena itu, matematika perlu
diajarkan pada setiap jenjang pendidikan disekolah. Tujuan pembelajaran
matematika antara lain agar siswa memahami konsep-konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep, mengaplikasikan konsep secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat serta memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan sehari-hari, yaitu memiliki rasa ingin tahu/kritis,
perhatian, dan memiliki rasa percaya diri dalam pemecahan masalah
(Depdiknas, 2006). Banyak siswa disekolah memandang matematika sebagai
bidang studi yang paling sulit. Padahal matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional.
SMPK Jos Soedarso Ende mempunyai 6 kelas yaitu kelas VII dua
kelas, kelas VIII dua kelas, dan kelas IX dua kelas yang masing – masing
kelas terdiri dari 20 – 28 siswa. SMPK Jos Soedarso mempunyai dua guru
matematika sarjana pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
matematika hasil belajar siswa kelas VIIA masih rendah hal ini dapat dilihat
dari nilai rata – rata siswa yaitu 52 pada semester ganjil yang masih dibawah
KKM sekolah yaitu 69.
Berdasarkan hasil pengamatan, proses pembelajaran yang digunakan di
SMPK Jos Soedarso Ende adalah pembelajaran yang berpusat pada guru.
Siswa masih belum aktif dalam kegiatan pembelajaran karena selama
pembelajaran guru banyak memberikan ceramah tentang materi. Siswa
biasanya hanya mendengarkan dan mencatat, siswapun jarang bertanya atau
mengemukakan pendapat. Diskusi antar kelompok jarang dilakukan sehingga
interaksi dan komunikasi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan
guru masih belum terjalin selama proses pembelajaran.

1
Menurut keterangan guru matematika kelas VIIA SMPK Jos Soedarso
Ende, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
Segitiga dan Segiempat yang berkaitan dengan menghitung luas dan keliling
segiempat dan segitiga. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal segiempat
dan segitiga karena susah untuk mengingat rumus luas dan keliling dari
bangunan segiempat dan segitiga. Sementara itu proses belajar mengajar pada
materi segiempat dan segitiga, guru lebih sering menjelaskan materi melalui
ceramah, siswa cenderung pasif, dan aktivitas siswa yang sering dilakukan
hanya mencatat dan menyalin. Siswa masih malu bertanya kepada guru jika
mengalami kesulitan dalam memahami atau menyelesaikan soal yang
diberikan, akibatnya hasil belajar siswa pada materi segiempat dan segitiga
belum maksimal.
Dari hasil pengamatan tersebut, peneliti berpendapat bahwa perlu
dilakukan perbaikan pada proses belajar siswa kelas VIIA. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar siswa dapat berperan aktif selama proses pembelajaran
berlangsung. Untuk itu, diperlukan model pembelajaran yang lebih
mendorong keaktifan, kemandirian, dan hasil belajar siswa pada materi
segiempat dan segitiga dikelas VIIA.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh struktur
tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, dua atau lebih individu saling tergantung
satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Unsur-unsur dasar
pembelajaran dengan model STAD yaitu siswa dalam kelompoknya haruslah
beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, siswa harus
bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya, dan siswa akan
diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif ( Slavin,1995). Model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dalam implementasinya sangat memerlukan tekad, inovasi dan
kesabaran guru dalam merancang pembelajaran sehingga peserta didik benar-
benar menjadi tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru merasa lebih ringan pekerjaannya,

2
karena siswa dapat memperoleh pengalaman melalui kerjasama dalam
kelompok, mampu memberikan sikap positif dan percaya diri. Jadi hal yang
menarik dari pembelajaran kooperatif ini adalah adanya harapan peningkatan
keaktifan dan hasil belajar siswa.
Sesuai dengan uraian diatas, maka peneliti mengadakan penelitian
dengan judul “Meningkatkan Keaktifan dan belajar siswa melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Students Teams Achievement Division)
kelas VIIA SMPK Jos Soedarso Ende” Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi segitiga dan segiempat.

B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini hanya akan membahas
masalah upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi segitiga dan
segiempat. Dalam penelitian ini indikator meningkatnya keaktifan siswa
dilihat dari proses pembelajaran selama dikenai tindakan dan meningkatnya
hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes siswa.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan keaktifan siswa pada materi Segiempat dan Segitiga di
kelas VIIA SMPK Jos Soedarso Ende ?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Segiempat dan Segitiga di
kelas VIIA SMPK Jos Soedarso Ende ?

3
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas
ini adalah
1. Meningkatkan keaktifan belajar siswa pada materi Segiempat dan
Segitiga di kelas VIIA SMPK Jos Soedarso Ende melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Segiempat dan Segitiga
di kelas VIIB SMPK Jos Soedarso Ende melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.

E. Manfaat Hasil Penelitian


Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan
manfaat yaitu:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran
dengan tujuan agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
2. Bagi Siswa
Sebagai wahana baru dalam proses meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar dalam pembelajaran matematika.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan pengetahuan tentang penelitian dalam
pembelajaran matematika.

F. Defenisi Operasional Judul


Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah – istilah yang
dipakai dalam judul penelitian ini, maka penulis merasa perlu untuk
menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Keaktifan siswa
Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama
proses belajar mengajar.

4
2. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang diperoleh setelah
melalui kegiatan belajar, karena belajar itu adalah proses dari seorang yang
berusaha memperoleh suatu perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku
tersebut bisa berupa perubahan sifat maupun pengetahuan, dari tidak tahu
menjadi tahu.

3. Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan eksistensi kelompok. Model pembelajaran kooperatif
mengutamakan kolabarasi memecahkan masalah untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan sehingga tercapainya tujuan pembelajaran.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Sebuah tim dalam STAD merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari
empat atau lima siswa yang mewakili heteroginitas kelas ditinjau dari
kinerja, suku, dan jenis kelamin.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Menurut Sunaryo (1989) belajar merupakan suatu kegiatan dimana
seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada
pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Menurut Gagne (1977) mendefenisikan belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan sikap, minat, atau nilai dan
perubahan kemampuan untuk melalukan berbagai jenis performance(kinerja).
Terdapat beberapa pengertian belajar diantaranya:
a. Belajar adalah aktifitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri
seseorang baik secara aktual maupun potensial.
b. Perubahan yang didapat sesungguhnya adalah kemampuan yang baru dan
di tempuh dalam jangka waktu yang lama.
c. Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam diri setiap individu.

Dari beberapa pendapat diatas perubahan yang terjadi melalui belajar tidak
hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk hidup (life
skills) bermasyarakat meliputi keterampilan berpikir (memecahkan masalah)
dan keterampilan sosial, juga tidak kalah pentingnya adalah nilai dari sikap.
Jadi dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka
waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak
disebabkan oleh adanya kematangan atau perubahan sementara karena suatu
hal. Ada beberapa prinsip yang di harus diperhatikan dalam belajar meliputi:
1. Prinsip Kesiapan
Tingkat keberhasilan belajar tergantung pada kesiapan siswa
(apakah siswa sudah dapat mengosentrasikan pikiran dan kondisi
fisiknya siap untuk belajar .

6
2. Prinsip Asosiasi
Tingkat keberhasilan belajar juga tergantung pada kemampuan
siswa mengasosiasikan atau menghubungkan apa yang sedang
dipelajari dengan apa yang sudah ada dalam ingatannya (pengetahuan)
yang sudah dimiliki, pengelaman, tugas yang akan datang dan masalah
yang pernah dihadapi.
3. Prinsip Latihan
Pada dasarnya mempelajari sesuatu itu perlu berulang – ulang
atau diulang – ulang baik mempelajari pengetahuan maupun
keterampilan, bhakan juga dalam kawasan efektif. Makin sering
diulang makin baiklah hasil belajarnya.
4. Prinsip Efek
Situasi emosional pada saat belajar akan mempengaruhi hasil
belajarnya. Situasi emosional dapat disimpulkan sebagai perasaan
senang atau tidak senang selama belajar.

Dalyono (2012: 49-50) mengemukakan tujuan belajar yaitu:


a. Belajar bertujuan mengadakan perubahan didalam diri antara lain
perubahan tingkah laku.
b. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik.
c. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap, dari negative menjadi positif,
benci menjadi sayang, dan sebagainya.
d. Dengan belajar dapat mengubah ketrampilan.
e. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi belajar antara lain:


a. Faktor Kegiatan, penggunaan dan ulangan.
b. Faktor pengalaman.
c. Faktor kesiapan belajar.
d. Faktor minat dan usaha.
e. Faktor fisiologi.

7
f. Faktor Intelegensi.

2. Teori belajar
a. Teori Belajar Kostruktivisme
teori konstruktivisme muncul sebagai bentuk pengembangan dari teori
Gestalt. Teori ini mempercayai kemampuan individu dalam membentuk dan
menyusun (mengonstruksi) sendiri pengetahuannya.Hal ini disebabkan
pengetahuan merupakan sesuatu bentuk hasil konstruksi atau bentukan aktif
individu itu sendiri. Proses penyusunan pengetahuan individu tersebut
dilakukan melalui kemampuan siswa dalam berikir dan
mengahadapitantangan, menyelesaikan, dan membangun sebuah konsep
pengetahuan yang utuh dari keseluruhan pengalaman nyata yang pernah
dialami (Irham dan Wiyani, 2013: 167-168).
Menurut Merril, konsep dasar yang muncul sebagai acuanmelihat teori
belajar konstruktivistik sebagai berikut:
a. Pengetahuan pada individu akan dikonstruksikanmelalui pengalaman.
b. Belajar merupakan proses dan aktifitas penasiranatau penerjemahan
secara personal tentang dunia nyata.
c. Belajar merupakan sebuh proses aktif yang manaproses pemberian
makna dibangun dan dikembangkan berdasarkan pengalaman-
pengalaman.
d. Belajar dapat dilakukan dalam setting nyata, proses ujianjuga dapat
dilaksanakan dan diintegrasikan dengan tuga- tugas tertentu sehingga
tidak memisahkan proses belajar danpenilaianya

b. Teori Belajar Kognitif Piaget


Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai sebuah proses belajar
yang mementingkan proses belajar itu sendiri dari pada hasil belajarnya.
Aliran kognitif pada awalnya muncul sebagai bentuk sebagai bentuk respons
ketidaksepakatan terhadap konsep-konsep belajar behavioristik yang
menganggap belajar hanya masalah hubungan stimulus dan repons (S-R).

8
Menurut Asri Budiningsih, belajar dalam pandangan penganut aliran
kognitif tidak sekedar melibatkan hungan antara stimulus dan respons saja.
Akan tetapi, merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir secara
kompleks, artinya terdapat aktivitas selama proses belajar yang terjadi
dalam otak individu (Irham dan Wiyani, 2013:164-165)
Menurut Toeti Soekamto dan Udin Saripudin, teori kognitif lebih
menekankan pada gagasan bahwa masing-masing bagian dari sebuah
informasi dan situasi selama proses pembelajaran akan saling berhubungan
dengan keseluruhan konteks pengetahuan tersebut sehingga akan lebih
bermakna. Oleh sebab itu, pemahaman kunci terhadap teori pembelajaran
kognitif menurut Sugiyono dan Haryanto adalah sebagai berikut:
a. Sistem ingatan atau memori didalam otak selama individu belajar
merupakan suatu prosesor informasi yang aktif dan terorganisasi.
b. Pengetahuan awal pada individu memiliki peranan yang sangat penting
dalam proses belajar.
Perkembangan teori belajar kognitif berkembang dalam bentuk teori
Gestalt dan teori konstruktivistik.

c. Teori Behavioristik
Belajar dalam pandangan behavioristik merupakan sebuah bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam bentuk perubahan kemampuanya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respons (Irham dan Wiyani, 2013:147-148).
Menurut Sugiyono dan Hariyanto, teori belajar behavioristik memandang
belajar yang terjadi pada individu lebih kepada gejala-gejala atau fenomena
jasmaniah yang terlihat dan terukur serta mengabaikan aspek-aspek mental
atau psikologis lainya seperti kecerdasan, bakat, minat, dan prasaan atau
emosi individu selama belajar. Dengan demikian, pokok perhatian teori
behavioristik adalah belajar akan terjadi akibat adanya interaksi
stimulus/input dan respons/output yang dapat diamati dan diukur

9
3. Pembelajaraan Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengutamakan eksistensi kelompok. Setiap siswa dalam kelompok memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda dan
memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif
mengutamakan kolabarasi memecahkan masalah untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan sehingga tercapainya tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta
pengembangan keterampilan sosial
Menurut Nur (2000) Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif
sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelpmpok (siswa) memiliki tanggung jawab atas semua
ang dilakukan dalam kelompoknya
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus memiliki tujuan yang sama
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus berbagi tugas dan tanggung jawab
diantara anggota kelompok.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
pembelajaran.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta bertanggung jawab secara
individual atas materi yang ditangani dalam kelompok tersebut.

4. Pembelajaran Kooperatif tipeSTAD


Sebuah tim dalam STAD merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari
empat atau lima siswa yang mewakili heteroginitas kelas ditinjau dari kinerja,
suku, dan jenis kelamin. Menurut Maidiyah (1998) langkah – langkah
pembelajaran kooperatif metode STAD adalah sebagai berikut:
Persiapan STAD:

10
a) Materi
Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang
sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum
menyajikan materi pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi)
yang akan dipelajari kelompok kooperatif dan lembar jawaban dari lembar
kegiatan tersebut.
b) Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen.
Setiap kelompok beranggotakan 4 – 5 siswa yang terdiri dari siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Guru tidak boleh membiarkan
siswa sendiri memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung
memilih teman disenangi saja.
Menurut Slavin (dalam Noornia, 1997) ada lima komponen utama
dalam pembelajaran kooperatif metode STAD, yaitu:
a. Penyajian Kelas
Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru
secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks.
b. Menurut siswa dalam kelompok
Kelompok menjadi hal yang sagat penting dalam STAD karena
didalam kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa
untuk menapai kemampuan akademik yang di harapkan. Fungsi
dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap
anggota kelompok dapat bekerja sama dalam kelompok.
c. Tes dan Kuis
Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali
penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok.
d. Skor Peningkatan Individual
Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja
keras memperoleh hasil yang lebih baik dengan hasil sebelumnya.
Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor
tes.

11
e. Pengakuan Kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi penghargaan atas
usaha yang telah dlakukan kelompok selama belajar. kelompok dapat
diberi berupa sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya.

5. Keaktifan Siswa
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas
dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman
belajar. Keaktifan siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi
keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat
fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang
tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001).
Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama
proses belajar mengajar. Kegiatan yang dimaksud mengarah pada proses
belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas,
dapat menjawab pertanyaan guru, dan bisa bekerja sama dengan siswa lain,
serta bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik
aktifitas fisik maupun psikis.aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan
anggota badan, membuat sesuatu, bermainmapun bekerja, ia tidak hanya
duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki
aktifitas psikis (kejiwaan) adalah daya jiwanya bekerja sebanyak – banyaknya
atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.
Aktifitas fisik dan psikis yang ditunjukan siswa saat proses pembelajaran
haruslah kegiatan yang bersifat positif, artinya segala kegiatan yang dapat
memberikan dampak baik terhadap proses pembelajaran serta dapat
dipertanggungjawabkan. J. Piaget, pakar psikologi asal Swiss berpendapat
“Seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tak berpikir.
Agar ia berpikir sendiri (aktif) ia harus diberi kesempatan untuk berbuat
sendiri”.

12
Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa adalah segala kegiatan yang
melibatkan fisik maupun non fisik (mental) yang dilakukan siswa selama
proses pembelajaran yang bernilai positif serta dapat dipertanggungjawabkan
sehingga berdampak baik pada proses pembelajaran.

6. Hasil Belajar
Belajar merupakan salah satu dasar untuk mengetahui sejauh mana materi
pelajaran yang disampaikan guru dapat diterima dan dipahami sehingga
prestasi belajar siswa dapat diketahui dari hasil tes yang diberikan. Menurut
Saifudin Azwar (1998) prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari apa
yang telah dilakukan dan dikerjakan secara optimal.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar
dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara
terencana baik tes tulis maupun tes lisan maupun tes perbuatan.Sedangkan
menurut WS.Winkel, mendefinisikan hasil belajar sebagai perubahan sikap
atau tingkah laku setelah anak melakukan kegiatan belajar.
Secara sederhana dapat dikatakan hasil belajar merupakan kemampuan
siswa yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar, karena belajar itu
adalah proses dari seorang yang berusaha memperoleh suatu perubahan
perilaku. Perubahan tingkah laku tersebut bisa berupa perubahan sifat maupun
pengetahuan, dari tidak tahu menjadi tahu. Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, ada proses yang harus dilalui oleh peserta didik, yaitu belajar.
Belajar dengan menggunakan metode yang tepat, dapat membantu siswa
untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan metode yang tepat,
diharapkan dapat meningkatkan atau merubah prestasi atau nilai yang
diperoleh siswa ke arah lebih meningkat atau baik dibanding dengan hasil
sebelumnya.
Beberapa macam hasil belajar menurut Bloom dalam pendidikan nasional
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok sebagai berikut ini :
a. Ranah Kognitif

13
Berkaitan dengan hasil belajar yang terdiri dari aspek pengetahuan,
pemahaman, sintesis, analisis, aplikasi dan evaluasi. Hasil belajar dapat
diambil dari lembar kerja siswa dan hasil evaluasi akhir. Dalam aspek
evaluasi siswa dapat mengerjakan lembar kerja maupun soal-soal yang
diberikan oleh guru.
b. Ranah Psikomotor
Berkaitan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.
Pada ranah psikomotor ini dengan materi “Asmaul Husna ash-Shamad, al-
Muhaimin, dan al-Badi‟ “ siswa dapat terampil dan mampu melakukan
pengamatan yang dilakukan dalam lingkungan sekitar.
c. Ranah Afektif
Hasil belajar dapat diambil dari kedisplinan atau ketepatan dalam
menyelesaikan tugas, keberanian mengemukakan pendapat, kejujuran,
keterbukaan dalam menerima pendapat dan memiliki rasa ingin tahu.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ranah kognitif karena ranah


tersebut penting diterapkan pada metode artikulasi. Dengan penerapan ranah
tersebut akan mempermudah dalam melakukan penelitian.

7. Materi
1. SEGITIGA
Pada bangun datar segitiga mempunyai sifat – sifat diantaranya :

C  Mempunyai 3 sisi dan 3 titik sudut


 Jumlah ketiga sudutnya 180 derajat
c Keliling
b suatu segitiga adalah jumlah panjang sisi
segitiga.
A B Pada gambar disamping keliling ∆ ABC = AB + AC + BC
a
K=a+b+c
Pada gambar tersebut, AB disebut alas dan CD disebut tinggi
sehingga diperoleh rumus berikut :

14
1
Luas segitiga = × alas×tinggi
2
1
L= × a× t
2
Bangun segitiga terdiri dari 4 macam, jika dibedakan menurut
panjang sisi segitiga tersebut yaitu segitiga sama sisi, segitiga sama
kaki, segitiga siku – siku dan segitiga sembarang.
a) Pada bangun datar segitiga sama sisi, mempunyai sifat –
C
sifat diantaranya:
 Mempunyai 3 buah sisi sama panjang, yaitu
AB=BC=CA

B  Mempunyai 3 buah sudut yang sama besar, yaitu


A
‫ﮮ‬ABC, ‫ﮮ‬BCA, ‫ﮮ‬CAB
 Mempunyai 3 sumbu simetri
 Mempunyai 3 simetri putar dan 3 simetri lipat

C b) Pada bangun datar segitiga sama kaki, mempunyai sifat –


sifat diantaranya :
 Mempunyai 2 buah sisi yang sama panjang, yaitu
BC = AC
A B
 Mempunyai 2 buah sudut sama besar, yaitu ‫ﮮ‬BAC
= ‫ﮮ‬ABC
 Mempunyai 1 sumbu simetri
 Dapat menempati bingkainya dalam 2 cara
C c) Pada bangun datar segitiga siku – siku, mempunyai sifat –
sifat diantaranya :
 Mempunyai 1 buah sudut siku – siku, yaitu ‫ﮮ‬BAC
 Mempunyai 2 buah sisi yang saling tegak lurus,
A B
yaitu BA dan AC
 Mempunyai 1 buah sisi miring yaitu BC
 Sisi miring selalu terdapat sidepan sudut siku-siku

15
C  Segitiga siku-siku samakaki memiliki 1 sumbu
simetri
d) Pada bangun datar segitiga sembarang, mempunyai sifat-
B
A sifat diantaranya :
 Mempunyai 3 buah sisi yang tidak sama panjang
 Mempunyai 3 buah sudut yang tidak sama besar

2. SEGIEMPAT
a. Persegi
Pada bangun datar persegi, mempunyai sifat – sifat
D C diantaranya:
 Memiliki 4 sudut dan 4 titik sudut
 Memiliki 2 pasang sisi yang sejajar dan sama
panjang
A B
 Keempat sisinya sama panjang
 Keempat sudutnya sama besar yaitu 90 derajat
(siku-siku)
 Memiliki 4 simetri lipat
 Memiliki simetri putar tingkat 4
Rumus Luas dan keliling persegi:
 Luas = s × s
 Keliling = 4 × s
b. Persegi panjang
Pada bangun datar persegi panjang, mempunyai sifat –
sifat diantaranya :
 Memiliki 4 sudut dan 4 titik sudut
D C
 Memiliki 2 pasang sisi yang sejajar, berhadapan
dan sama panjang
 Keempat sudutnya sama besar yaitu 90 derajat
A B (siku-siku)

16
 Memiliki 2 simetri lipat
 Memiliki 2 diagonal yang sama panjang
 Memiliki simetri putar tingkat 2
Rumus Luas dan keliling persegi:
 Luas = p × l
 Keliling = 2 ( p + l )
c. Jajaran genjang
Pada bangun datar jajaran genjang, mempunyai sifat –
sifat diantaranya :
 Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut
D C
 Memiliki 2 pasang sisi yang sejajar dan sama
panjang
 Memiliki 2 sudut tumpul dan 2 sudut lancip
A B  Sudut yang berhadapan sama besar
 Diagonalnya tidak sama panjang
 Tidak memiliki simetri lipat
 Memiliki simetri putar tingkat 2
Rumus Luas dan Keliling jajaran genjang:
 Luas = a × t
 Keliling = AB + BC + CD + AD
d. Trapesium
Pada bangun datar trapesium, mempunyai sifat – sifat
D C
diantaranya :
 Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut
 Memiliki 2 pasang sisi yang sejajar tetapi tidak
sama panjang
A B
 Sudut – sudut diantara sisi sejajar besarnya 180
derajat

17
 Mempunyai 3 bentuk diantaranya : trapesium
siku – siku, trapesium sama kaki, dan trapesium
sembarang
Rumus dan keliling Trapesium :
t
 Luas = jumlah sisi sejajar ×
2
 Keliling = AB + BC + CD + AD
e. Layang – layang
Pada bangun datar layang – layang, mempunyai sifat –
sifat diantaranya :
 Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut
D
 Memiliki 2 pasang sisi yang sama panjang
 Memiliki 2 sudut yang sama besar
A C
 Diagonalnya berpotongan tegak lurus
 Salah satu diagonalnya membagi diagonal yang
lain sama panjang
 Memiliki 1 simetri lipat
B Rumus dan keliling Trapesium :
1
 Luas = × AC × BD
2
 Keliling = AB + BC + CD + AD

f. Belah Ketupat
Pada bangun datar belah ketupat, mempunyai sifat –
D
sifat diantaranya:
 Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut

A C
 Keempat sisinya sama panjang
 Memiliki 2 sudut yang berhadapan sama besar
 Diagonalnya berpotongan tegak lurus
B  Memiliki simetri putar tingkat 2

18
 Memiliki 2 simetri lipat
Rumus dan keliling Trapesium :
1
 Luas = × AC × BD
2
 Keliling = AB + BC + CD + AD

B. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan Tintin Prihatiningsih pada tahun 2006 tentang “Peningkatan
keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran
kooperatif Tipe STAD pada pokok bahasan bilangan bulat kelas VIIA SMPN 5
Depok Yogyakarta”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat dapat meningkat.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Arum Juli Serani dan
Benedictus Kusmanto (2015) tentang “Upaya Meningkatkan Keaktifan dan
Hasil Belajar Matematika melalui Student Teams Achievement Division
(STAD) Siswa Kelas VIIA SMP N 2 Kalibawang”. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa dengan pembelajaran menggunakan model kooperatif
tipe STAD terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
kelas VIIA SMP 2 Kalibawang.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sony Irianto (2006) tentang
“pengaruh pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan TGT terhadap prestasi
belajar matematia ditinjau dari kreativitas siswa SMP di Purwokarto”. Analisis
data menunjukan hasil yaitu:
1. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar
matematika yag di sebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD,
TGT, dan pembelajaran konvensional.
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar
matematika yag di sebabkan oleh perbedaan tingkat kreativitas.

19
3. Tidak ada interaksi pengaruh yang signifikan mengenai prestasi belajar
matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe
STAD,TGT, pembelajaran konversional dan tingkat kreativitas.
C. Kerangka Berpikir
Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan
belajar di kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan belum berkembang
selama proses pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa
masih rendah dalam mempelajari materi segiempat dan segitiga. Hal yang
menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat
mempelajari materi segiempat dan segitiga dengan lebih baik sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih mendorong
kemandirian keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam
pembelajaran ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan berlangsung.
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi segiempat
dan segitiga kelas VIIA SMPKJos Soedarso Ende tahun pelajaran 2019/2020.
Berdasarkan paparan diatas, maka kerangka penelitian tindakan kelas
ini dapat digambarkan sebgai berikut:

Keadaan awal Tindakan Hasil Akhir

Model pembelajaran Penjelasan tentang Peningkatan keaktifan


masih berorientasi pada penerapan model belajar siswa dilihat
guru sehingga siswa pembelajaran kooperatif tipe dari aktivitas belajar
kurang aktif selama STAD selama kegiatan belajar
kegiatan pembelajaran Penerapan model mengajar berlangsung
akibatnya prestasi belajar pembelajaran kooperatif tipe (proses belajar)
siswa masih rendah. STAD Peningkatan prestasi
Refleksi dari hasil siklus belajar siswa dilihat
mengenai penerapan model dari hasil belajar siswa.
pembelajaran kooperatif tipe
STAD.

Evaluasi awal Evaluasi efek Evaluasi akhir


20
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini penelitian ini adalah :
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa pada materi segiempat dan segitiga di kelas VIIA
SMPK Jos Soedarso Ende.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa pada materi segiempat dan segitiga di kelas VIIA
SMPK Jos Soedarso Ende.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis peneitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan
secara kolaboratif. Dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan
tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang diminta melakukan
pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti.

B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPK Jos Soedarso Ende pada
semester genap dan dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas
VIIA SMPK Jos Soedarso Ende.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 3 bulan terhitung dari
bulan Februari sampai Mei 2020.

C. Tahapan Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Siklus dihentikan
apabila kondisi kelas sudah stabil dalam hal ini guru sudah mampu menguasai
keterampilan belajar yang baru dan siswa terbiasa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD serta data yang ditampilkan di kelas
sudah jenuh dalam arti sudah ada peningkatan keaktifan dan hasil belajar
siswa (Rochiati Wiriaatmadja, 2005).

22
Menurut Kemmis dan Taggart ada beberapa tahapan dalam penelitian ini
yaitu :
I. Tahapan penelitian Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, hand out, lembar kerja siswa, lembar observasi keaktifan,
lembar angket respon siswa, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran
STAD dan pedoman wawancara yang kemudian dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing.
2. Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Tahap
tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan
jadwal pelajaran matematika kelas VIIA. Materi yang akan diberikan
adalah materi segitiga dan segiempat.
Adapun tindakan yang akan dilakukan pada tahap ini yaitu:
a. Pendahuluan
Guru menyampaikan materi presentasi kelas dengan memberikan
apersepsi dan motivasi kepada siswa dalam mempelajari materi
segitiga dan segiempat.
b. Kegiatan inti
i. Siswa belajar dalam kelompok
ii. Guru memberi penekanan dari hasil diskusi dalam kelompok
iii. Siswa mengerjakan kuis secara individu
iv. Peningkatan nilai
v. Pemberian penghargaan kelompok
c. Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah berhasil
mencapai kriteria keberhasilan tertentu.

3. Observasi

23
Dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disiapkan dan mencatat kejadian – kejadian yang
tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar catatan
lapangan. Hal – hal yang diamati selama proses pembelajaran adalah
kegiatan pembelajaran dan aktivitas guru maupun siswa selama
pelaksanaan pembelajaran.
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari
pelaksanaan tindakan sebagai bahan petimbangan perencanaan
pembelajaran siklus berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai
maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus kedua dan
seterusnya.
II. Tahapan penelitian Siklus II dan Siklus III
Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan
perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Sedangkan
kegiatan pada siklus III dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan
terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Tahapan tindakan siklus II
dan siklus III mengikuti tahapan tindakan siklus I.

D. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMPK JOS
SOEDARSO ENDE yaitu 25 siswa yang terdiri dari 11 siswa putri dan 14
siswa putra.

E. Instrumen Penelitian
1. Peneliti
Peneliti merupakan instrumen karena peneliti sekaligus sebagai
perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan
pada akhirnya menjadi pelapor penelitiannya (Lexy J. Moleong, 2007).
2. Lembar Observasi

24
Dalam penelitian ini digunakan dua lembar observasi yaitu lembar
observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan lembar
keaktifan siswa. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran STAD
digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan observasi
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan lembar
observasi keaktifan siswa digunakan pada setiap pembelajaran sehingga
kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan
penelitian.
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui respon atau
tanggapan guru dan siswa mengenai proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4. Angket Respon Siswa
Angket yang akan digunakan adalah angket tertutup dengan alternatif
jawaban yaitu selalu, sering, kadang – kadang dan tidak pernah. Berikut
kisi – kisi angket respon siswa :
Tabel 3. Kisi – kisi angket respon siswa
No Aspek yang diamati Butir
1. Motivasi dalam mengikuti pelajaran 1,2,3,14,15,16,20
2. Interaksi
a. Interaksi dengan guru 4,7
b. Interaksi dengan teman atau siswa 6,13
lain
3. Kerja sama dengan teman sekelompok 5,8,9,10,11
4. Mengerjakan soal dan tugas
a. Mengerjakan soal dan tugas 12
kelompok 17,18,19
b. Mengerjakan soal dan tugas individu

5. Tes

25
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan pre test,
post test, dan kuis individu. Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh
mana prestasi siswa mengenai materi segiempat dan segitiga dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
6. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran, daftar nilai siswa, daftar kelompok,
dokumen guru mengenai nilai siswa semester ganjil, dan foto – foto
selama proses pembelajaran.
7. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang hasil pengamatan
dikelas yang tidak terdapat dilembar observasi. Dalam penelitian ini
catatan lapangan digunakan untuk mengamati hal – hal yang terjadi selama
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Observasi
Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman keaktifan siswa dan
observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Observasi
keaktifan siswa difokuskan pada pengamatan keaktifan siswa selama
proses pembelajaran pada materi segiempat dan segitiga. Sedangkan
observasi pelaksanaan pembelajaran STAD difokuskan pada aktivitas guru
maupun siswa selama proses pembelajaran. Dan pengamatan yang belum
terdapat pada pedoman observasi dituliskan pada lembar catatan lapangan.
2. Angket
Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk
mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Wawancara

26
Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan siswa
mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
4. Tes
Tes yang digunakan berupa kuis individu yang fungsinya untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari materi
segiempat dan segitiga dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
5. Dokumentasi
Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, lembar
wawancara, catatan lapangan, daftar kelompok siswa, dan foto – foto
selama proses pembelajaran.

G. Analisis Data
Dalam analisis data, teknik yang digunakan adalah reduksi data yaitu
kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar
dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi
dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah
dipahami. Hal ini dilakukan secara bertahap kemudian dilakukan penyimpulan
dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi. Untuk menjamin pemantapan
dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian digunakan
triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada (Sugiyono, 2005).
1. Analisis Data Observasi Keaktifan Siswa
Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui keaktifan siswa yang
berpedoman pada lembar observasi keaktifan siswa. Penilaian dilihat dari
hasil skor pada lembar observasi yang digunakan. Persentase diperoleh
dari skor pada lembar observasi dikualifikasikan untuk menentukan
seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Untuk setiap siklus persentase diperoleh dari rata – rata persentase

27
keaktifan siswa pada tiap pertemuan. Hasil data observasi ini dianalisis
dengan pedoman kriteria sebagai berikut :

Tabel 5. Kriteria Keaktifan siswa


Persentase Kriteria
75 % - 100 % Sangat tinggi
50 % - 74,99 % Tinggi
25 % - 49,99 % Sedang
0 % - 24,99 % Rendah

Penelitian menggunakan kriteria tersebut karena dalam lembar


observasi terdapat empat kriteria penilaian, sehingga terdapat empat
kriteria keaktifan. Cara menghitung persentase keaktifan siswa
berdasarkan lembar observasi untuk tiap pertemuan adalah sebagai
berikut:

skor keseluruhan yang diperoleh kelompok


persentase= × 100 %
jumlah kelompok × skor maksimum

2. Analisis Angket Respon Siswa


Angket respon siswa terdiri dari 14 butir pernyataan dengan
rincian 12 butir pertanyaan positif (+) ada 2 butir pertanyaan negatif (-).
Penskoran angket untuk butir (+) adalah 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk
jawaban sering, 2 untuk jawaban kadang – kadang dan 1 untuk jawaban
tidak pernah. Untuk butir (-) adalah skor 1 untuk jawaban selalu, 2 untuk
jawaban sering, 3 untuk jawaban kadang – kadang dan 4 untuk jawaban

28
tidak pernah. Data hasil angket dibuat kualifikasi dengan kriteria sebagai
berikut:
Tabel 6. Kriteria Respon siswa
Persentase Kriteria
75 % - 100 % Sangat tinggi
50 % - 74,99 % Tinggi
25 % - 49,99 % Sedang
0 % - 24,99 % Rendah

Peneliti menggunakan kriteria tersebut karena dalam angket respon


terdapat empat pilihan jawaban sehingga terdapat empat kriteria respon.
Cara menghitung persentase angket respon menurut Sugiyono (2001)
adalah sebagai berikut:
jumlah skor hasil pengumpulan data
persentase= ×100 %
jumlah skor bila setiap butir mendapat skor tertinggi

3. Analisis Hasil Belajar Siswa


Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan
ketuntasan siswa, nilai individu, skor kelompok dan penghargaan
kelompok.
a. Peningkatan ketuntasan mengikuti ketentuan sekolah bahwa “siswa
dinyatakan lulus dalam setiap tes jika nilai yag diperoleh ≥60 dengan
nilai maksimal 100”. Maka dalam penelitian ini juga menggunakan
ketentuan yang ditetapkan sekolah, untuk menentukan persen (%)
ketuntasan siswa dengan menggunakan perhitungan persen (%)
ketuntasan sebagai berikut:

jumlah siswatuntas
persen ( % ) ketuntasan= ×100 %
jumlah siswa

29
b. Peningkatan prestasi siswa juga dilihat dari hasil belajar jangka
pendeknya yang ditunjukan dengan kenaikan nilai rata – rata tes pada
setiap siklus. Dari data perolehan skor untuk setiap tes, rata – rata nilai
siswa dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
i=36

∑ xi
i=1
x= , dengan x=Nilai siswa ; n= jumlah siswa
n
c. Peningkatan nilai individu siswa diperoleh dengan membandingkan
skor dasar siswa (rata – rata nilai tes siswa sebelumnya) dengan nilai
sekarang.
d. Perolehan penghargaan kelompok dengan melihat jumlah rata – rata
skor tiap kelompok.

30
DAFTAR PUSTAKA

Mohamad Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Dirjen Dikti Depdiknas.


Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Herdian, S.Pd., M.Pd, Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement
Division) .
Kunandar.2007. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.Rineka Cipta : Bandung
Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algasindo)
WS. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia,
1983)

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT


Rineka Cipta, 1999)

Arum Juli Surani dan Benedictus Kusmanto, 2015,Upaya Meningkatkan


Keaktifan dan Hasil belajar siswa, UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3
No 2, Juli 2015.

Titin Prihatiningsih. 2006. Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran


matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok
bahasan bilanga bulat kelas VIIA SMPN 5 Depok Yogyakarta. Skripsi tidak
diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Rochiawati Wiriaatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Ni Made Suniiawati, Nyoman Dantes, I Made Candiasa. 2013. Pengaruh Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau
DariKemampuan Numerik Siswa. Bali : e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun
2013).
Fiki Puspita Sari, dkk. 2017. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa
Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division

31
(Stad) Di Kelas Vii Smp Negeri 11 Kota Bengkulu. Jurnal Penelitian Pembelajaran
Matematika Sekolah, Vol. 1, No. 2, Desember 2017.
Retnowati,Aprilia. 2013. Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Dan Pemahaman
Konsep Matematika Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student
Teams–Achievement Division (Stad). Jawa Tengah: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai