Anda di halaman 1dari 39

Masih dalam seri Makanan Khas Lebaran, kali ini giliran tampil Resep Opor Ayam Enak.

Masaklan Khas Lebaran : Opor Ayam Bahan : * 1/2 kg ayam * 1 butir kelapa * 1 cm laos * 2 lembar daun salam * 1 batang sereh Haluskan : * 10 buah bawang merah * 3 siung bawang putih * 5 butir kemiri * 1/2 sendok makan ketumbar * 1/4 sendok makan jintan * 1/4 sendok makan merica * 1/2 sendok makan gula merah * garam secukupnya Cara membuat Opor Ayam : 1. Bersihkan ayam lalu potong-potong. 2. Parut kelapa, peras hingga menghasilkan santan kental dan santan cair, sisihkan. 3. Masukkan santan cair dalam panci, tambahkan bumbu halus, aduk rata hingga mendidih. 4. Masukkan daging ayam, tuangi dengan santan kental. 5. Masak hingga daging ayam matang. Sajikan dengan ketupat You might also like:
Hidangan Lebaran | Resep Masakan Lebaran

Resep Masakan Nusantara : Aneka Resep Sate Ayam Resep Masakan Padang : Gulai Tambunsu
LinkWithin

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS 1 SEMESTER 1 TEMA: Diri Sendiri
Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Kegiatan Belajar Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu

Standar ompetensi

Sum Baha

: pkan hidup alam an.

2x35 Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa. hidup rukun dalam perbedaan. Mengidentifikasi jenis kelamin Menyebutkan perbedaan jenis kelamin Portofolio Menjelaskan ciri-ciri fisik perbedaan antara perempuan dan lakilaki. Menceritakan kegiatan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Menyebutkan jenis permainan yang dilakukan oleh anak laki-laki dan anak perempuan.

Buku kelas

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII/4 SMP NEGERI 3 PAYAKUMBUH DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
Makhsus, Wizal S, Asdiarni Amir, Wardiati ABSTRAK Makhsus, Wizal S, Asdiarni Amir dan Wardiati. 2010. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII/4 SMP Negeri 3 Payakumbuh dengan Menerapkan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Penelitian Tindakan Kelas. SMP Negeri 3 Payakumbuh. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah sering terkendala karena rendahnya aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar yang rendah menyebabkan penguasaan siswa terhadap beberapa aspek penilaian, terutama aspek pemecahan masalah menjadi rendah. Hal ini dapat berpengaruh buruk pada hasil belajar siswa secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus di kelas VIII/4 SMP Negeri 3 Payakumbuh pada tahun pelajaran 2009/2010. Teknik pengumpulan data adalah dengan pengisian lembar observasi oleh observer dan tes hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika. Aktivitas belajar siswa berhasil ditingkatkian sehingga semua indikator yang diamati sudah berada pada kriteria baik dan sekali. Persentase siswa yang tuntas belajar (kemampuan pemecahan masalah) meningkat dari 57,1% pada siklus I menjadi 78,6% pada siklus II. Rata-rata nilai hasil belajar siswa juga meningkat dari 7,1 pada siklus I menjadi 7,3 pada siklus II. Dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan penyelesaian masalah dalam pembelajaran matematika siswa.

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Matematika berperan sangat penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu matematika perlu dipelajari dan dikuasai siswa sejak dini agar siswa memiliki kemampuan berfikir secara matematis yaitu berfikir secara logis, analisis, sistematis, kritis, kreatif dan memiliki kemampuan untuk bekerja sama. Mengingat begitu pentingnya peran matematika dalam kehidupan, seharusnya matematika menjadi mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Kenyataannya yang ada, matematika tidak disenangi oleh banyak siswa. Tidak sedikit siswa terlihat bosan dalam belajar matematika. Dari hasil diskusi penulis dengan beberapa guru matematika terungkap bahwa sebagian besar guru mengeluhkan kesungguhan dan keseriusan siswa dalam belajar . Kenyataan itu terlihat dari cara siswa belajar di kelas yang kurang serius, tugas-tugas yang diberikan guru tidak dikerjakan secara sempurna oleh siswa, pekerjaan rumah yang tidak dikerjakan atau indikasi-indikasi lainnya.

Pelaksanaan pembelajaran matematika di SMP Negeri 3 Payakumbuh, tempat penulis bertugas masih belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam mengajar, guru belum cukup kreatif untuk menciptakan suasana belajar yang dapat mengaktifkan dan membuat siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Partisipasi siswa dalam belajar masih rendah. Sangat sedikit siswa yang mau mengemukakan pendapatnya atas permasalahan yang sedang dibicarakan atau dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Dengan kondisi pembelajaran seperti itu, wajar jika hasil belajar siswa belum maksimal. Khusus dikelas VIII/4 yang merupakan Rintisan Kelas Berbahasa Inggris (RSBI) tempat penelitian ini dilaksanakan, selain KKM ideal, yaitu 75% siswa tuntas belajar sesuai tuntutan KTSP belum tercapai, ketuntasan belajar siswa pada aspek pemecahan masalah masih punya masalah. Dari hasil ulangan yang telah dilakukan, rata-rata hanya 51% siswa yang tuntas pada aspek pemecahan masalah. Walau pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari sudah baik, namun siswa terkendala ketika permasalahan disajikan dalam bentuk cerita atau pemecahan masalah. Kesulitan akan semakin terlihat ketika siswa diberikan soal-soal yang melibatkan banyak konsep, multi strategi atau soal-soal yang tidak rutin. Persoalan-persoalan yang dihadapi siswa tentu tidak dapat dibiarkan. Perlu dicarikan solusi agar siswa memiliki bekal yang cukup agar permasalan dapat teratasi. Penguasaan yang baik, terutama kemampuan siswa dalam aspek pemecahan masalah akan mempermudah siswa dalam memahami soalsoal permasalan pada materi berikutnya atau dalam menyelesaikan soal-soal non rutin lainnya, seperti soal-saal yang biasa diujika pada seleksi Olimpiade Sain atau lomba-lomba yang diadakan lembaga atau institusi tertentu. Untuk mengatasi masalah diatas, berbagai upaya sudah dilakukan diantaranya adalah menerapkan metode pembelajaran berkelompok, memberi latihan terbimbing secara klasikal ataupun secara inividual, memberdayakan belajar melalui teman sebaya, memberi tes awal dan tes akhir setiap kali pembelajaran secara kontinu sudah pernah penulis cobakan. Namun aktivitas dan hasil belajar matematika belum memberikan hasil yang memuaskan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti menyadari perlu adanya tindakan yang harus dilaksanakan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Penulis, berkolaborasi dengan sesama guru matematika SMP Negeri 3 Payakumbuh lainnya akan melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Peneliti akan melaksanakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Base Instruction) disebabkan karena PBI adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1) aktifitas siswa dalm usaha menyelesaikan soal pemecahan masalah masih rendah, 2) kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah masih rendah, 3) interaksi dan kerja sama antar siswa dalam upaya meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal penyelesaian masalah masih rendah, 4) bimbingan guru terhadap siswa dalam upaya memperkuat penalaran dan kemampuan pemecahan masalah masih rendah, 5) dalam menjawab pertanyaan/soal-soal pemecahan masalah belum menggunakan tahapan atau prosedur yang rinci, 6) siswa malu bertanya bila menemui hal-hal yang belum diketahui, 7) hasil belajar siswa masih belum maksimal. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran matematika, agar pembahasan lebih terarah, penulis membatasi masalah pada penelitan ini pada penerapan model 3.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk meningkatkan aktifitas dan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika.

4. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Sejauh mana penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Base Instruction) dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas VIII/4 SMP Negeri 3 Payakumbuh? 2. Sejauh mana penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelasVIII/4 SMP Negeri 3 Payakumbuh? 5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengungkap peningkatan aktivitas belajar matematika siswa kelas VIII/4 SMP Negeri 3 Payakumbuh melalui penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah. 2. Untuk mengungkap peningkatan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika siswa kelas VIII/4 SMP Negeri 3 Payakumbuh melalui penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah. 6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Peneliti, sebagai pedoman mengajar matematika dimasa mendatang, khususnya dengan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah. 2. Guru mata pelajaran matematika lain, sebagai masukan dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. 3. Siswa, akan memperoleh pengalaman belajar yang bervariasi.

B. KAJIAN TEORI Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Base Learning/PBI) menurut Nurhadi, dkk (2004;56), Lambas, dkk (2004;27), Tianto (2007:65) berpendapat bahwa pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk berfikir kritis dan trampil memecahkan masalah serta mendapatkan pengetahuan dan konsep-konsep dasar. Menurut ketiga ahli tersebut, terdapat 5 fase dalam pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu: 1. Fase orientasi siswa pada masalah. Pada fase ini guru menjelaskan, memberitahu alat/bahan yang diperlukan, memotivasi siswa pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. 2. Fase mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada fase ini guru membantu siswa untuk mendifinisikan atau mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3. Fase membimbing penyelidikan. Pada fase ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 1.

4. Fase mengembangkan dan dan menyajikan hasil karya. Pada fase ini guru membantu siswa menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, vidio atau model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. 5. Fase menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada fase ini guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. 2. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika Departemen Pendidikan Nasional (2009;15), empat langkah proses pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika, meliputi: 1) memahami masalahnya, 2) merancang model matematika, 3) menyelesaikan model, dan 4) menafsirkan solusi. Berdasarkan uraian diatas, langkah/tahapan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika secara umum sebagai berikut: 1. Menulis apa yang diketahui serta apa yang ditanya. 2. Membuat sketsa/aturan/pola/rumus yang akan digunakan dalam penyelesaian masalah. 3. Mengerjakan operasi hitung secara sistematis. 4. Mempresentasikan hasil kerja. 5. Mengecek kebenaran hasil. 3 Aktivitas Belajar Dalam belajar sangat diperlukan keaktifan siswa, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk merubah tingkah laku. Piaget, dalam Sardiman (2001:98) menyatakan bahwa seorang anak itu dikatakan berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Dalam kegiatan berkelompok, aktivitas siswa terlihat dalam kerja sama melakukan diskusi, mengemukakan ide masing-masing anggota kelompok dan mengujinya secara bersama-sama. Siswa menggali seluruh informasi yang berkaitan dengan topik yang menjadi bahan kajian kelompok dan mendiskusikan pula dengan kelompok lain, (Nur Asma, 2006:14). Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas dalam belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Di dalam penelitian ini, upaya yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam belajar adalah melalui penerapan metrode inkuiri. Melalui penerapan metode inkuiri ini, diharapkan siswa akan lebih aktif dan penuh perhatian dalam proses pembelajaran. Berdasarkan kajian di atas, aktivitas yang akan diamati selama pembelajaran berlangsung pada penelitian ini adalah 1) siswa hadir tepat waktu, 2) keaktifan siswa dalam mengerjakan soal atau masalah 3) keaktifan siswa dalam menyelesaikan masalah, 4) keaktifan siswa dalam diskusi kelompo dan 5) keaktifan siswa dalam persentasi kelompok. Kriteria aktivitas belajar siswa pada penelitian ini mengacu kepada skala yang dikemukakan Suharsimi (2004: 54) yang menggolongkan kriteria belajar siswa dalam lima kriteria, yaitu: 81% - 100% = baik sekali, 61% - 80% = cukup, 41% - 60 % = kurang dan 0% - 20% = sangat kurang Indikator keberhasilan peningkatan aktivitas belajar siswa pada penelitian ini adalah jika sekurangkurangnya 75% siswa aktivitas belajarnya sudah pada kriteria baik atau baik sekali. 4. Hasil Belajar Metematika Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap dan ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak ( Djaafar, 2001:85).

Hasil belajar dapat dijadikan tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu pelajaran. Untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakukan sudah mampu merubah tingkah laku peserta didik, maka terlebih dahulu perlu diketahui hasil belajarnya. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran maupun perubahan tingkah laku dan sikap siswa yang telah mengalami pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat menjadi tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai konsep dan pemahaman konsep materi. Dalam penelitian ini peningkatan hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar yang berkaitan dengan ranah kognitif yaitu hasil belajar intelektual. Berkaitan dengan pembelajaran berdasarkan masalah, hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Indikator keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa akan tercapai jika minimal 75% siswa sudah tuntas belajar yaitu apabila secara individual penguasaan materi pelajaran lebih tinggi atau sama dengan KKM yang ditetapkan (Depdiknas, 2007:19). Tingkat pemahaman dan penguasaan siswa disebut dengan ketuntasan belajar. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran matematika di kelas yang diteliti adalah 6,8. Artinya seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika siswa itu sudah menguasai 68% materi yang diajarkan. 5 Hipotesis Tindakan Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan pada Bab I dan BAB II, hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Model pembelajaran berdasarkan masakah dapat meningkatkan aktivitas belajar matematiaka siswa kelas VIII/4 SMP Negeri 3 Payakumbuh. b. Model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII/4 SMP Negeri 3 Payakumbuh. C. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan penelitian tindakan kelas mutu praktek pembelajaran dapat ditingkatkan (Suharsimi dkk, 2006:58). Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan oleh oleh satu tim. Seluruh anggota tim terlibat secara penuh dalam mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan, pemantauan/observasi maupun dalam bembuat laporan hasil penelitian. Model Lesson Study yang mewarnai penelitian ini terlihat pada keterlibatan seluruh tim peneliti dalam mempersiapkan segala kebutuhan penelitian. Seluruh anggota tim peneliti secara bersama-sama mempersiapkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS, lembar observasi, soal-soal dan lainnya) serta secara bersama-sama mengamati jalannya pembelajaran dan memberikan masukan dalam usaha memperbaiki permasalahan yang masih ada untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya. Model penelitian yang dipilih adalah model Kemnis dan McTaggart (1988:10) yang dibagi dalam empat tahap yaitu tahap rencana (plan), tindakan (action), observasi (observation) dan tahap pengamatan (reflection) dengan langkah-langkah : (1) mengembangkan rencana tindakan untuk memperbaiki situasi yang terjadi, (2) melaksanakan tindakan, (3) mengamati dampak yang timbul akibat pelaksanaan tindakan, (4) merefleksi dampak tersebut sebagai dasar perencanaan selanjutnya dan seterusnya sehingga terbentuk suatu siklus. Setelah keempat langkah itu dilaksanakan pada siklus I dilakukan refleksi. Jika ternyata pelaksanaan tindakan pada siklus I belum menyelesaikan permasalahan atau menimbulkan permasalan baru, maka

dilanjutkan pada siklus II dengan memperbaiki perencanaan awal dan pemecahan yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang ada pada siklus I. Hal serupa berlanjut sehingga terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa.

Gambaran mengenai siklus yang terdapat dalam strategi Kemmis dan McTaggart (1988:11) adalah sebagai berikut :
Reflect Plan

Action & Observe

Reflect

Reviced

Plan Action & Observe

Gambar 2.

Spiral Penelitian Tindakan Kelas. Adaptasi Kemnis dan McTaggart .

Tindakan yang diberikan adalah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Base Instruction). 2. Setting Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII/4 SMP Negeri 3 Payakumbuh yang berjumlah 42 orang terdiri dari 11 orang siswa laki laki dan 31 orang siswa perempuan. Alasan dipilih kelas ini adalah karena adanya permasalahan yang menurut penulis harus dicarikan solusinya sehingga pembelajaran di kelas itu dapat lebih dioptimalkan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian dilaksanakan sejalan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung, dengan alokasi waktu 6 jam pelajaran dalam satu minggu yang dibagi dalam 3 kali pertemuan. 3. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus yang melalui empat tahap yaitu Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Observasi (Observation) dan Refleksi (Reflection). Jumlah siklus yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Jika pada pelaksanaan siklus I telah menyelesaikan permasalahan di kelas yang diteliti, maka penelitian tindakan dianggap telah berhasil dan penelitian dapat dihentikan. Namun apabila tindakan yang dilaksanakan belum dapat menyelesaikan permasalan atau malah menimbulkan permasalan baru, penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai permasalahan yang dihadapi dapat teratasi. a. Perencanaan (Planning) Perencanaan tindakan adalah kegiatan yang dimulai dari menyusun rencana penelitian tindakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Perencanaan disusun sesuai dengan situasi saat ini yang bersifat fleksibel dan dapat diubah dengan perkembangan yang terjadi. Beberapa persiapan yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut: Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Penyusunan Instrumen Penelitian b. Pelaksanaan (Action) Rencana tindakan yang akan dilaksanakan adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. Masalah-masalah kontektual digunakan sebagai sarana untuk untuk menemukan konsep dari materi yang sedang dipelajari. Permasalahan dikemas dalam bentuk

pertanyaan atau soal yang berkaitan dengan masalah sehari-hari. Adapun urutan pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: Pendahuluan. Guru akan menjelaskan standar kompetensi dan kompentensi dasar serta tujuan pembelajaran. Guru juga memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam pemecahan masalah. Pengembangan. Orientasi Guru menyajikan informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan masalah yang disajikan meliputi materi prasyarat, fakta serta konsep. Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru mengorganisasikan siswa untuk mengerjakan tugas dalam rangka upaya menyelesaikan masalah. Guru juga mengatur posisi tempat duduk siswa yang memungkinkan siswa untuk belajar secara baik. Membimbing penyelidikan Guru membimbing siswa melakukan penyelidikan dengan cara membantu siswa mengumpulkan informasi dan menyusun strategi untuk mendapatkan penyelesaian. Pemanduan dapat dilakukan dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Mengembangkan dan menyajikan hasil Setelah penyelesaian permasalahan ditemukan, siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan berbagi dengan siswa atau kelompok lainnya. Siswa atau kelompok lain bertindak sebagai pengamat dan diberi hak untuk mengajukan pertanyaan. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang telah dilakukan siswa. Guru juga perlu mengingatkan bahwa dapat saja satu permasalahan memiliki banyak cara untuk menyelesaikannya. Siswa dapat memilih carapenyelesaian yang mudah mereka pahami. Penutup Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan yang telah mereka lakukan. Guru juga mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman atau kesimpulan pembelajaran. Pada tahap ini guru juga diharapka memberisiswa pekerjaan rumah untuk memperkuat kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan. c. Pengamatan (Observation) Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, anggota tim peneliti yang lain bertindak sebagai observer mengamati aktivitas belajar siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah disiapkan. Observer berdiri disepanjang dinding ruangan kelas dengan hanya mengamati aktivitas siswa yang menjadi tanggungjawabnya. Aktivitas yang diamati adalah: 1) A1=hadir tepat waktu , 2) A2=keaktifan siswa dalam mengerjakan soal atau masalah 3) A3=keaktifan siswa dalam menyelesaikan masalah (LKS), 4) A4=keaktifan siswa dalam diskusi kelompok dan 5) A5= keaktifan siswa mempresentasikan hasil kerja. d. Refleksi (Reflection)

Data yang diperoleh selama pengamatan dianalisis dan dievaluasi untuk melihat sejauh mana keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil analisis akan dijadikan pedoman untuk menentukan langkah selanjutnya, apakah diperlukan siklus berikutnya jika tindakan yang dilaksanakan belum menyelesaikan seluruh permasalahan yang ada, atau penelitian dapat dihentikan jika ternyata tindakan yang dilakukan telah berhasil memperbaiki permasalahan dalam pembelajaran. 4. Jenis dan Teknik analisis Data Data dalam penelitian ini terdiri dari: i. Data aktivitas siswa dalam pembelajaran, meliputi: 1) kehadiran siswa, 2) aktivitas menyelesaikan masalah, 3) keseriusan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam LKS, 4) aktifitas siswa dalam diskusi, dan 5) parisipasi siswa dalam persentasi. ii. Data tentang kemampuan unjuk kerja dalam pemecahan masalah, meliputi: 1) kemampuan menggunakan tahapan/prosedur yang benar, 2) kemampuan unjuk kerja dalam penyelesaian masalah. iii. Data tentang hasil belajar (kemampuan pemecahan masalah) siswa berkenaan dengan hasil belajar kognitif yang diperoleh dengan mengadakan tes pada akhir tiap siklus. Teknik analisis data yang digunakan adalah Data aktivitas siswa diolah secara kuantitatif dengan menghitung persentasenya, dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Anas Sudijono (1997) sebagai berikut: F P x100% N Keterangan : P = Persentase, F = Frekuensi aktivitas belajar siswa N = Jumlah siswa Selanjutnya berdasarkan persentase yang diperoleh, maka kriteria aktivitas siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:125) sebagai berikut: 1 25 % : Sedikit sekali, 26 50 % : Sedikit 51 75 % : Banyak 76 99 % : Banyak sekali Data hasil belajar dianalisis dengan melihat ketuntasan hasil belajar siswa secara individual. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun pada SMP Negeri 3 Payakumbuh pada tahun pelajaran 2009 / 2010, seorang siswa dikatakan tuntas untuk materi yang dipelajari selama penelitian berlangsung apabila telah memenuhi KKM yang ditetapkan yaitu 68. Dalam penelitian ini diharapkan siswa yang tuntas belajar dapat mencapai angka ideal yaitu 75%. D. Pelaksanaan Penelitian 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 di Kelas VIII/4 SMP Negeri 3 Payakumbuh dengan jumlah siswa 42 orang. Materi yang dipelajari selama penelitian berlangsung adalah Menghitung Besaran Besaran pada Kubus dan Balok. Tindakan dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari siklus I sebanyak 4 pertemuan (termasuk pelaksanaan ulangan harian) dan siklus II sebanyak 3 kali pertemuan (termasuk ulangan harian). Jadwal lengkap pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2 : Jadwal Pelaksanaan Tindakan Jam Pel. No Hari/Tgl Kegiatan ke 1 Sabtu/ 20-03-2010 1 dan 2 Pertemuan I, siklus I 2 3 4 5 6 7 8 2. Senin/ 22-03-2010 Rabu/ 24-03-2010 Sabtu/ 27-03-2010 Sabtu/ 03-04-2010 Senin/ 05-04-2010 Rabu/ 07-04-2010 Sabtu/ 10-04-2010 7 dan 8 5 dan 6 1 dan 8 1 dan 2 7 dan 8 5 dan 6 1 dan 2 Pertemuan II, siklus I Pertemuan III, siklus I Ujian Harian , siklus I Pertemuan I , siklus I Pertemuan II, siklus II Pertemuan III siklus II Ujian Harian, Siklus II

Ket

Siklus I a. Perencanaan Sebelum tindakan dilaksanakan, dilakukan orientasi untuk melihat permasalahan yang ada pada proses pembelajaran. Permasalahan-permasalahan yang ditemukan menjadi pijakan untuk membuat perencanaan dalam upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Agar permasalahan yang ditemui dapat diminimalkan, peneliti merencanakan suatu tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus I yaitu pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah. Perencanaan yang dilakukan sebelum tindakan dilaksanakan pada siklus I meliputi: 1) mempersiapkan RPP dan LKS, 2) mempersiapkan bahan ajar, 3) mempersiapkan lembar pengamatan, 4) mempersiapkan kisi-kisi dan soal tes akhir siklus I, 5) mengelompokkan siswa, 6) mengatur setting/susunan tempat duduk siswa, 7) mempersiapkan papan nama/identitas siswa dan 8) mengatur pembagian kelompok siswa yang akan diamati oleh masing-masing observer serta 9) pemilihan guru yang akan mengajar (guru model). b. Tindakan Tindakan yang dilakukan selama siklus I adalah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah sesuai dengan RPP nomor 1, 2 dan 3 yang sudah dipersiapkan (Lampiran 1). Laporan tentang kegiatan yang dilaksanakan pada tiap pertemuan adalah sebagai berikut : Pertemuan I Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan I adalah: 1. Pendahuluan ( 10 menit ) 2. Kegiatan Inti (60 menit) Orientasi Guru mengajukan permasalahan tentang luas permukaan kubus kepada siswa dan siswa mendiskusikan permasalahan itu dalam kelompoknya. Ada 5 kelompok yang dapat menemukan hail akhir dari permasalahan, tetapi ketika kepada kelompok itu diminta untuk membuat penyelesaian secara rinci, tidak ada kelompok yang bersedia. Setelah guru memberikan sedikit arahan, satu kelompok bersedia tampil dan menerangkan secara lisan penyelesaian permasalahannya. (10 menit) Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

Guru membagikan dan memberikan arahan tentang cara mengerjakan LKS No. 1. Selanjutnya guru menyuruh tiap kelompok mendiskusikan LKS dan membuat penyelesaian secara rinci. Guru membantu kelompok yang menemui kesulitan. Pengembangan kemanpuan siswa/penyajian hasil/Presentasi kelompok Dengan mempergunakan potongan kertas, guru mengundi kelompok yang akan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusi mereka. Setelah kelompok terpilih selesai menyajikan penyelesaian permasalahan, kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi atau memberi sanggahan atas hasil presentasi kelompok terpilih.

Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Pada tahap ini guru mendiskusikan dengan siswa jika ada cara penyelesaian masalah selain yang disajikan anggota kelompok terpilih. Padatahap ini juga dilakukan koreksi jika terdapat kesalahan rumus atau salah hitung. 3. Penutup Guru bersama siswa mendiskusikan kegiatan pembelajaran hari itu dan melakukan reflesksi dan evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah yang dilakukan. Bersama siswa dibuat rangkuman pembelajaran hari itu yaitu tentang rumus luas permukaan kubus dan menghitung luas permukaan kubus. Selanjutnya, sebelum menutup pelajaran guru member siswa PR untuk menambah pemahaman siswa dalam pemecahan masalah. Setelah pertemuan I selesai, seluruh anggota tim peneliti mengadakan diskusi. Beberapa temuan yang perlu diperbaiki untuk dilaksanakan pada pertemuan II adalah : 1. Masih ada siswa yang tidak bersungguh-sungguh dalam belajar, hal ini terlihat dari adanya siswa dalam tiap kelompok yang bercerita atau mengganggu temannya. Terhadap siswa dan kelompok tersebut guru akan menasehati agar pada pertemuan selanjutnya dapat lebih bersungguh-sungguh dalam belajar. 2. Diskusi kelompok lebih banyak didominasi oleh beberapa orang saja. Banyak anggota kelompok, terutama siswa laki-laki kurang aktif dalam diskusi. Untuk mengatasi hal itu guru akan mengingatkan agar setiap anggota kelompok harus aktif dalam setiap kegiatan karena keaktifan setiap anggota kelompok akan mempengaruhi nilai kelompoknya. 3. Penyajian hasil diskusi oleh kelompok yang mempresentasikan hasil kerja mereka belum memenuhi kriteria/tahap-tahap penyelesaian masalah yang dikehendaki. Pada pertemuan kedua, guru harus mengingatkan tiap kelompok agar menuliskan tahapan penyelesaian secara benar. Dalam laporan presentasi setidaknya harus memuat: 1) menuliskan apa yang diketahui, 2) menuliskan apa yang ditanya, 3) membuat sketsa (jika diperlukan), 4) menulis rumus/kalimat matematika, 5) mensubstitusikan data kedalam rumus/kalimat matematika, 6) melakukan operasi hitung dan memeriksa jawaban apakah sudah sesuai dengan yang ditanyakan. 4. Penyajian hasil oleh kelompok presentasi hanya berupa lisan sehingga agak kurang mudah dipahami oleh siswa lain. Pada pertemuan berikut harus menulis materi presentasi mereka pada selembar karton. Seluruh kelompok akan diberi karton manila dan spidol.

Pertemuan II, III dan IV Pada pertemuan II dan III, pelaksanaan tindakan mengikuti langkah-langkah seperti pada pertemuan I dengan melaksanakan perubahan/perbaikan jika ada kelemahan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan IV diadakan tes harian. c. Refleksi Setelah tindakan pada siklus I dilaksanakan, beberapa permasalahan dalam pembelajaran yang ditemui antara lain: 1. Data hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa. Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa rata-rata persentase pada setiap indikator adalah: 1) kehadiran 99,2%, 2) mengerjakan masalah 68,9 %, 3) pemecahan masalah 65,7%, 4) diskusi dalam kelompok 65% dan 6) presentasi 44,1 %. Aktivitas belajar siswa pada siklus I hanya pada indikator kehadiran yang sudah mencapai kriteria baik sekali. Pada lima indikator yang yang lain hasil pengamatan memperlihatkan bahwa masih ada permasalahan tentang aktivitas belajar siswa. Perlu dipikirkan perencanaan yang lebih matang agar aktivitas siswa pada siklus berikutnya pada setiap indikator yang diamati berada pada kategori sangat baik. 2. Hasil pemeriksaan terhadap LKS yang dikerjakan tiap kelompok pada tahapan/prosedur pemecahan masalah baru mencapai angka 57,5 % Sesuai dengan indikator keberhasilan terhadap tahapan/prosedur penyelesaian masalah yaitu setiap kelompok mencapai angka 75 % belum tercapai. Perlu diadakan tindakan lanjutan agar siswa /kelompok dapat mennyelesaikan suatu permasalahan sesuai dengan tahapan/prosedur yang benar. 3. Analisis terhadap hasil belajar siswa pada siklus I memperlihatkan hanya 24 orang siswa yang nilainya diatas KKM yang ditetapkan yaitu 6,8. Artinya baru 57,1% siswa yang sudah tuntas belajar, sementara 18 orang siswa (42,9%) yang lain masih dibawah KKM atau belum tuntas belajar. Perlu diadakan tindakan lanjutan sehingga minimal 75% siswa tuntas belajar sesuai dengan persentase ketuntasan ideal. Hasil refleksi terhadap aktivitas belajar siswa, tahapan/prosedur penyelesaian masalah dan hasil belajar siswa pada siklus I memperlihatkan bahwa masih terdapat banyak permasalahan pembelajaran yang perlu dicarikan alternatif pemecahannya. Hasil diskusi seluruh tim peneliti menyimpulkan perlu diadakan tindakan lanjutan dengan membuat perencanaan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dan mempertahankan hal-hal yang sudah bagus dan jika bias dapat ditingkatkan yang akan dilaksanakan pada siklus II. Beberapa perbaikan/tidakan tambahan yang akan dilaksanakan pada siklus II antara lain: 1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada tiap indikator dilakukan perubahan/perbaikan: a) setiap siswa harus menyelesaikan masalah yang diberikan secara individu dan mengumpulkan pekerjaan mereka masing-masing sebelum tahapan pembelajaran berikutnya dilaksanakan ( indikator nomor 2/ mengerjakan masalah), b) pada tahapan menyelesaikan masalah (dalam LKS) setiap siswa diharuskan kembali menulis hasil penyelesaian masalah itu secara individu dan memberikannya kepada guru sebelum tahapan pembelajaran berikutnya dilaksanakan, c) agar setiap individu dalam kelompok aktif berdiskusi, ketua kelompok diberi hak untuk memberikan penilaian terhadap anggota kelompoknya pada secarik kertas dengan kriteri penilaian aktif, cukup dan kurang. Guru penyaji dan observer juga diberi hak untuk mmberikan penilaian pada setiap kelompok dengan kriteria penilaian yang sama, d) agar keaktifan dalam presentasi kelompok dapat ditingkatkan, kepada siswa diingatkan bahwa nilai kelompok penyaji akan langsung diumumkan setelah kelompok tersebut selesai

menanggapi tanggapan kelompok lain. Siswa yang memberikan tanggapan juga akan diberi bonus nilai. 3 Siklus II Pada siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan untuk melaksanakan tindakan dan pertemuan keempat dilaksanakan ulangan harian siklus II. Untuk mengatasi kekurangan yang masih terdapat pada siklus I, dilaksanakan beberapa perubahan/perbaikan seperti yang tertuang pada refleksi siklus I. Rencana perubahan itu disampaikan kepada siswa diawal pertemuan I siklus II. Diawal pertemuan I siklus II juga disampaikan gambaran hasil ulangan harian siklus I dan siswa yang nilainya dibawah KKM diharapkan untuk mengikuti remedial yang akan dilaksanakan setelah kegiatan sekolah usai pada hari itu. Lengkapnya kegiatan pembelajaran pada siklus II adalah seperti yang dijelaskan berikut ini. Pertemuan I Pertemuan I siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 April 2010 pada jam pelajaran ke 1 dan 2 dengan materi pokok volum kubus. Pada tahap pendahuluan guru memberikan apersepsi dan motivasi dengan mendiskusikan pengertian volum dan mamfaatnya dalam kehidupan. Kegiatan inti dimulai dengan kegiatan orientasi dengan cara memberikan permasalahan kepada siswa dan siswa menyelesaikan permasalahan itu secara individual dan menyerahkan hasil pekerjaan mereka kepada guru. Tahapan kegiatan selanjutnya guru memberi siswa LKS No. 4 dan siswa mengerjakan atau mendiskusikan secara berkelompok. Diakhir tahapan ini siswa mengumpulkan penyelesaian permasalahan yang juga dibuat/disalin kembali oleh semua siswa. Selanjutnya siswa diberi latihan untuk meningkatkan pemahaman dalam penyelesaian masalah. Selanjutnya beberapa kelompok yang terpilih menyajiakan hasil diskusi mereka dan siswa lain menanggapi. Pada akhir tahapan ini guru bersama siswa merefleksi dan menganalisis kembali penyelesaian permasalahan yang dibuat oleh masing-masing kelompok penyaji. Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa mendiskusikan kesimpulan pokok-pokok materi yang dipelajari hari itu dan selanjutnya siswa diberi PR. Hasil diskusi sesama tim peneliti setelah pertemuan I siklus II cukup menggembirakan. Kekurangan-kekurangan yang ditemui pada siklus I sudah membaik, walau masih terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki. Salah satunya adalah ternyata waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tahapan-tahapan pembelajaran tidak mencukupi. Untuk mengatasi kekurangan waktu pada pertemuan berikut akan diatasi dengan memperpendek waktu yang digunakan kelompok presentasi untuk persiapan, sehingga ketika kesempatan kelompok itu tiba, diharapkan anggota kelompok langsung mengambil tempat didepan kelas. Peran observer juga diminta untuk mengumpulkan kertas hasil kerja siswa, sehingga siswa tidak perlu semuanya maju ke meja guru untuk mengumpulkan hasil kerja mereka. Secara umum pelaksanaan pembelajaran memperlihatkan perbaikan keaktifan siswa dalam belajar. Pertemuan II, III dan IV Pada pertemuan II dan III, pelaksanaan tindakan mengikuti langkah-langkah seperti pada pertemuan I dengan melaksanakan perubahan/perbaikan jika ada kelemahan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan IV diadakan tes harian. Refleksi Hasil pengamatan yang diperoleh setelah tindakan pada siklus II dilaksanakan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Data hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa rata-rata persentase pada setiap indikator adalah: a) kehadiran tepat waktu 98,2%, b) mengerjakan masalah 78,3 %, c) pemecahan masalah 75,8%, d) diskusi dalam kelompok 85.0% dan e) presentasi 82,3 %. Semua indikator aktivitas belajar siswa yang diamati sudah mencapai kriteria baik dan baik sekali. Artinya tindakan yang dilakukan pada siklus II sudah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. 2. Hasil pemeriksaan terhadap LKS yang dikerjakan tiap kelompok pada tahapan/prosedur pemecahan masalah persentasenya sudah mencapai angka 77,5 %. Sesuai dengan indikator keberhasilan terhadap tahapan/prosedur penyelesaian masalah yaitu setiap kelompok mencapai angka 75 % sudah tercapai. Artinya Tindakan yang dilakukan pada siklus II sudah dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan permasalahan sesuai dengan tahapan/prosedur yang sesuai. 3. Analisis terhadap hasil belajar siswa pada siklus II memperlihatkan bahwa ada 34 orang siswa (80, 9%) yang nilainya diatas KKM yang ditetapkan yaitu 6,8. Artinya tindakan yang dilakukan pada siklus II sudah dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari sehingga persentase siswa yang tuntas belajar sudah melewati persentase ketuntasan ideal (75%). Hasil refleksi terhadap aktivitas belajar siswa, tahapan/prosedur penyelesaian masalah dan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II memperlihatkan sudah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan. Sesuai dengan tujuan dari tindakan yang dilakukan dalam PTK, jika tindakan yang dilakukan sudah dapat memperbaiki permasalahan pembelajaran di kelas yang diteliti tercapai, maka tindakan dapat dihentikan. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Aktivitas Belajar a. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siklus I Data tentang hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap aktivitas belajar siswa selama siklus I dapat dilihat pada lampiran 4, yang rangkumannya dapat dilihat pada tabel 4 berikut: Tabel 4: Persentase Aktivitas Belajar Siswa Tiap Indikator Siklus I
Indikator Pert f I II III IV
RataRata 40 42 41 42

A1 %
95,2 100 100 100

A2 f
29 33 30

A3 % f
24 28 32

A4 % f
30 29 33

A5 f
25 31 36

%
71,4 69,1 80,5

%
59,2 73,8 87,8

69,1 78,6 73,2

57,1 66,7 78,1

98,8 %

73,6%

67.3%

73,7%

73,6%

Ket : A1 = Hadir tepat waktu A2 = Menyelesaikan masalah A3 = Menyelesaikan masalah dalam LKS A4 = Aktif dalam diskusi kelompok A5 = Aktif dalam presentasi kelompok

Walaupun sudah terjadi peningkatan aktivitas dalam belajar, tetapi aktivitas yang muncul belum optimal. Masih terdapat beberapa orang siswa yang aktivitas belajarnya rendah. Mereka masih belum cukup aktif dalam diskusi kelompok, presentasi kelompok atau dalam mengerjakan latihan. Diperkirakan hal ini terjadi karena mereka belum terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan masalah.

b. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siklus II Data tentang hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa selama siklus II dapat dilihat pada Lampiran 5. Persentase aktivitas belajar masing-masing indikator dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Persentase Aktivitas Belajar Siswa Tiap Indikator Siklus II
Pert f I II III IV
Rata-Rata 36 41 42 42

A1 %
85,7 97,6 100 100

A2 f
31 28 35

%
73,8 68,3 83,3

Indikator A3 f %
30 32 36 71,4 78,1 85,7

A4 f
28 36 35

A5 % f
27 33 35

%
64,3 80,5 83,3

66,7 87,8 83,3

95,8 %

75,1%

78,4%

79,3 %

76,0

Ket : A1 = Hadir tepat waktu A2 = Mengerjakan masalah A3 = Menyelesaikan masalah dalam LKS A4 = Aktif dalam diskusi kelompok A5 = Aktif dalam presentasi kelompok

Dari 3 kali pertemuan pada siklus II, persentase siswa yang aktif dalam diskusi kelompok cukup tinggi. Persentase keaktifan pada tiap pertemuan berturut-turut 27 orang (64,3%), 33 orang (80,5%) dan 35 orang (83,3%). Rata-rata keaktifan pada indikataor ini adalah 76,0%. c. Perkembangan Aktivitas Belajar dari Siklus I ke Siklus II Hasil analisis data hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini: Tabel 6: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I dan II
No 1 2 3 4 5 Indikator yang diamati A1 A2 A3 A4 A5 Rata-rata Siklus I (%) Rata-rata Siklus II (%)

98,8 % 73,6% 67.3% 73,7% 73,6%

95,8 % 75,1% 78,4% 79,3 % 76,0%

Peningkatan (%) -3,0% 1,5% 11,1% 5,6% 2.4%

Ket : A1 = Hadir tepat waktu A2 = Mengerjakan masalah A3 = Menyelesaikan masalah dalam LKS A4 = Aktif dalam diskusi kelompok A5 = Aktif dalam presentasi kelompok

Dari Tabel 6 dan Gambar 2 di atas terlihat bahwa semua indikator yang diamati meningkat setelah siklus II dilaksanakan. Peningkatan terbesar terjadi pada indikator A3 (menyelesaikan permasalahan dalam LKS dari 67,3% pada siklus I menjadi 78,4% pada siklus II atau meningkat 11,1%. 2. Hasil Belajar a. Deskripsi Data Hasil Belajar Siklus I Data tentang hasil belajar siswa setelah siklus I dilaksanakan diperoleh dengan mengadakan tes tertulis yang diikuti oleh 42 orang siswa dengan jumlah soal/permasalahan sebanyak 6 buah berbentuk uraian. Data ini digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari selama siklus I. Kisi-kisi dan naskah soal tes hasil belajar siklus I dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil analisis data secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini :

Tabel 7:

Persentase Siswa Tuntas dan Tidak Tuntas Belajar pada Siklus I Tuntas No f 1 24 % 57,1% f 18 % 42,9% Rata-rata nilai 7,1 Tidak Tuntas Ket

Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa, dari 42 orang siswa, 24 orang (57,1%) sudah bernilai sama atau di atas KKM yaitu 68, sisanya 18 orang (42,9%) masih bernilai di bawah KKM. Persentase siswa yang sudah tuntas belajar (bernilai sama atau di atas KKM masih di bawah KKM ideal yaitu 75,00%. Rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 7,1. Setelah tindakan pada siklus I dilaksanakan nilai rata-rata siswa siswa kelas VIII/4 yang diteliti adalah 6,8. Setelah siklus I dilaksanakan nilai rata-rata meningkat menjadi 7,1 dengan KKM 68. Peningkatan nilai rata-rata siswa dimungkinkan terjadi karena secara berangsur-angsur siswa sudah mulai terlibat secara langsung proses pembelajaran, baik melalui pembahasan permasalahan yang diberikan, pembahasan permasalahan yang terdapat dalam LKS ataupun keterlibatan mereka dalam diskusi/presentasi kelompok. b. Deskripsi Data Hasil Belajar Siklus II Data tentang hasil belajar siswa setelah siklus II dilaksanakan diperoleh dengan mengadakan tes tertulis yang diikuti oleh 42 orang siswa dengan jumlah soal/permasalahan berbentuk uraian sebanyak 8 buah. Data ini digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari selama siklus II dan peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Kisi-kisi dan naskah soal tes hasil belajar siklus II dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil analisis data secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini: Tabel. 8: Persentase Siswa Tuntas dan Tidak Tuntas Belajar pada Siklus II Tuntas No f 1 33 % 78,6% f 9 % 21,4% Rata-rata nilai 7,3 Tidak Tuntas Ket

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa, dari 42 orang siswa, 33 orang (76,8%) sudah bernilai sama atau di atas KKM, sisanya 9 orang (21,4%) masih bernilai di bawah KKM. Persentase siswa yang sudah tuntas belajar (bernilai sama atau di atas KKM) sudah di atas KKM ideal yaitu 75,0%. Rata-rata nilai siswa pada siklus II adalah 7,3. c. Perkembangan Hasil Belajar dari Siklus I ke Siklus II Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa pada tiap siklus, hasil evaluasi belajar yang dilaksanakan pada akhir siklus I dan siklus II dianalisis. Perbandingan hasil analisis kedua siklus dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini: Tabel. 9: Persentase Siswa Tuntas dan Tidak Tuntas Belajar pada Siklus I dan Siklus II Tuntas Tidak Tuntas No Ket f % f % 1 2 24 33 57,1% 78,6% 18 9 42,9% 21,4% Siklus I Siklus II

Dari hasil analisis hasil evaluasi belajar setelah siklus I dan II dilaksanakan terlihat bahwa terjadi peningkatan siswa yang sudah mencapai KKM yang ditetapkan yaitu dari 24 orang (57,1%) pada siklus I menjadi 33 orang (78,6%) pada akhir siklus II atau mengalami kenaikan sebesar 21,5% dan sebaliknya terjadi penurunan siswa yang belum mencapai KKM sebesar 21,5% setelah siklus II dilaksanakan. Nilai rata-rata siswa juga mengalami kenaikan dari 7,1 pada akhir siklus I menjadi 7,3 pada akhir siklus II atau mengalami kenaikan rata-rata sebesar 0,2. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II sudah berhasil meningkatkan persentase siswa yang sudah mencapai KKM. Peningkatan yang terjadi pada hasil belajar siswa sejalan dengan yang dikemukakan Suharsimi (1995:5) bahwa hasil yang diperoleh dari penilaian ada dua yaitu 1) jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan, maka kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain. Akibatnya siswa mempunyai motivasi yang cukup besar untuk lebih giat agar memperoleh hasil yang memuaskan, 2) jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperolehnya, ia akan berusaha supaya keadaan itu tidak terulang lagi sehingga ia termotivasi untuk belajar. 3. Pembahasan Matematika merupakan pelajaran yang penuh dengan simbol dan bersifat abstrak. Untuk bisa memahaminya, siswa dituntut untuk teliti dan mampu memahami konsep dasar yang ada. Sujono (1988: 10) menyatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang berhubungan dengan rumus, struktur dan hubungan sehingga dibutuhkan simbol-simbol untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbol ini memberi keterangan untuk membentuk konsep baru atau suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dari simbol tersebut merupakan hasil pemahaman tentang ide-ide yang ada dalam simbol tersebut. Karena sifatnya yang abstrak, banyak siswa yang tidak menyenangi pelajaran matematika. Seharusnya matematika menjadi mata pelajaran yang disukai karena begitu pentingnya penguasaan akan ilmu-ilmu matematika itu. Kenyataannya banyak siswa yang menganggap matematika itu mata pelajaran yang kurang menarik, sulit dan menakutkan. Hal ini berdampak pada rendahnya aktivitas dan belajar siswa. Aktivitas belajar yang rendah dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. a Aktivitas Belajar Pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab mengakibatkan aktivitas siswa tidak berkembang. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang bersifat mental (berpikir) dan aktivitas fisik (berbuat). Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu saling terkait. Pieget dalam Sardiman (1988 : 99) menerangkan bahwa seorang siswa itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa

perbuatan itu siswa tidak berpikir. Agar siswa berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan bekerja sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan muncul setelah siswa berpikir pada taraf perbuatan. Salah satu alternatif yang dapat memberi siswa kesempatan bekerja dan berpikir sendiri sebelum guru memberi penjelasan adalah dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. Nurhadi (2004: 73) menjelaskan bahwa dengan kegiatan yang membuat siswa mengetahui permasalahan yang akan diselesaikan memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif. Siswa diharapkan mengambil inisiatif, mereka dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan dan memperoleh keterampilan. Model pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa beraktivitas dan berusaha untuk memecahkan permasalahan sederhana yang mereka temukan dengan materi yang dibahas dan berusaha mencari solusi untuk pemecahan masalah tersebut. Salah satu kelebihan atau keunggulan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah dapat membentuk dan mengembangkan self-concepspada diri siswa sehingga mereka dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik. Karena siswa merasa ikut andil dalam menemukan konsep atau rumus pada pembelajaran yang sedang berlangsung akan timbul rasa tanggung jawab pada diri siswa. Hal ini membuat pembelajaran menjadi lebih terasa bermakna dan menyenangkan serta lebih mudah dipahami dan diingat siswa. Nurhadi (2004: 72) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan masalah akan memacu keinginan siswa untuk mengetahui, akan memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka temukan jawabannya. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan akan memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka harus selalu melakukan analisa. Aktivitas belajar yang rendah merupakan salah satu permasalahan yang ditemui di kelas yang diteliti sebelum tindakan dilaksanakan. Ketika pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa tidak aktif, bermalas-malasan atau bercerita dengan temannya. Guru sering kesulitan untuk membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Ketika kepada siswa diminta untuk menjawab pertanyaan guru atau dimintai pendapat tentang sesuatu hal, hanya sebagian kecil saja yang mampu menjawab atau mengeluarkan pendapat. Setelah tindakan pada siklus I dilaksanakan, aktivitas siswa mulai muncul. Dari tiap pertemuan selama tindakan dilaksanakan semakin banyak siswa yang mau bertanya atau mengeluarkan pendapat. Setiap rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada tiap pertemuan siklus I aktivitas sudah mulai meningkat. Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok atau presentasi kelompok mulai meningkat. Pembelajaran yang menggunakan ceramah atau tanya jawab mengakibatkan pembelajaran lebih berpusat pada guru. Aktivitas siswa menjadi tidak berkembang. Dua aktivitas yang penting dalam belajar yaitu aktivitas fisik atau berbuat dan aktivitas berifikir. Agar siswa dapat berfikir dan bekerja sendiri, salah satunya adalah dengan membuat mereka mengerti dengan permasalahan yang mereka hadapi yang salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah. Setelah tindakan pada siklus II dilaksanakan, aktivitas siswa sudah mulai memperlihatkan kemajuan. Dari setiap indikator yang diamati memperlihatkan bahwa siswa sudah mulai aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran. Tugas-tugas yang diberikan sudah mereka selesaikan dengan baik. Dengan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan terkadang agak membuat kelas menjadi ribut, tetapi suasana itu diharapkan dapat mendatangkan efek positif terhadap pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari. Sebelum penerapan tindakan, siswa bekerja sendiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dilaksanakan siswa sudah terlihat bekerjasama atau berdiskusi dalam menyelesaikan tugas-tugas. Siswa sudah terlihat saling membantu dalam belajar. Siswa yang berkemampuan tinggi membantu siswa yang berkemampuan rendah dan sebaliknya siswa yang berkemampuan rendah sudah mau bertanya jika menemui kesulitan kepada siswa yang berkemampuan lebih tinggi. Perubahan aktivitas tersebut disebabkan karena model pembelajaran yang diterapkan dapat menarik minat/perhatian siswa karena suasana baru dimana siswa lebih banyak dilibatkan dalam proses

pembelajaran. Suasana belajar menjadi lebih menyenangkan. Dalam pelaksanaannya siswa diberi tugas kelompok yang sudah disiapkan dalam LKS yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat mempelajarinya sendiri dalam kelompoknya tanpa harus bergantung kepada guru. Tugas kelompok ini akan dapat memancing siswa berdiskusi dan bekerjasama dalam memahami dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nur Asma (2006 : 14) bahwa aktivitas belajar siswa akan terlihat dalam kerjasama melakukan diskusi, mengemukakan ide masing-masing anggota kelompok dan mengujinya bersama-sama. Siswa menggali seluruh informasi yang berkaitan dengan topik yang menjadi bahan kajian kelompok dan mendiskusikannya pula dengan kelompok lain. b Hasil Belajar Salah satu permasalahan yang ditemui di kelas yang diteliti sebelum tindakan dilaksanakan adalah rendahnya hasil belajar siswa pada aspek pemahaman masalah. Dari catatan yang penulis miliki, dari tiga kelas yang diajar pada semester I tahun pelajaran 2009/2010, rata-rata hasil belajar siswa adalah 6,2. Hasil ini masih di bawah KKM pada semester itu yakni 6,4. Setelah tindakan pada siklus I dilaksanakan nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 7,1 sudah diatas KKM 6,8. Persentase siswa yang tuntas belajar adalah 57,1%. Peningkatan nilai rata-rata siswa dimungkinkan terjadi karena secara berangsur-angsur siswa sudah mulai terlibat secara langsung dalam proses penemuan. Sebagian dari mereka juga sudah mau bertanya jika ada materi yang tidak mereka pahami. Penerapan pembelajaran berdasarkan masalah berhasil memelihara rasa ingin tahu siswa sehinggi pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari akan lebih baik dan berimbas pada peningkatan hasil belajar. Pada akhir siklus II, dari 42 orang siswa yang mengikuti tes, sebanyak 78,6 % siswa sudah tuntas belajar. Rata-rata nilai siswa adalah 7,3. Ketuntasan belajar siswa sudah mencapai ketuntasan minimal yaitu 75 %. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus II dimungkinkan terjadi karena memang pada tiap pertemuan kesungguhan siswa dalam belajar sudah terlihat. Siswa sudah mulai terbiasa bertanya jika ada bagianbagian yang belum mereka pahami. Mereka juga sudah tidak takut lagi untuk mengeluarkan pendapat atau mengerjakan soal-soal di papan tulis. Peningkatan hasil belajar yang terjadi dimungkinkan terjadi karena pelaksanaan pembelajaran memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk aktif secara fisik, mental dan emosional melalui kegiatan penyelidikan, diskusi kelompok atau melakukan presentasi kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryosubroto (1977:192) bahwa kegiatan seperti itu lebih bermakna bagi siswa karena dengan proses mendengar, melihat dan melakukan memjadikan pengetahuan yang mereka peroleh lebih lama bertahan dalam ingatan mereka karena mereka belajar dengan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan refleksif. Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar juga disebabkan karena dalam pelaksanaannya kegiatan pembelajaran memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk terlibat aktif secara pisik, mental dan emosional melalui kegiatan penyeledikan atau praktek langsung. Pengetahuan yang diperoleh dan dibangun secara aktif oleh siswa melalui pengalaman nyata akan tersimpan lebih lama dalam ingatan mereka sesuai dengan pendapat Rahmadi (2004 : 5) yang menyatakan bahwa pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses penemuan dan mengkonstruksi sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. E. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis terdahap data yang diperoleh setelah tindakan pada siklus I dan II dilaksanakan dapat disimpulkan:

1. 2.

Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas VIII/4 SMP Negeri 3 Payakumbuh. Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII/4 SMP Negeri 3 Payakumbuh.

2.

Implikasi Sesuai dengan temuan penelitian yang terdapat pada kesimpulan, implikasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan keyakinan kepada pendidik, teutama guru matematika untuk terus berusaha mencoba berbagai alternatif model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki peserta didik. 3. Saran Berdasarkan pada kesimpulan dan implikasi yang diuraikan dapat dikemukakan beberapa saran: 1. Guru matematika diharapkan untuk menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah pada pembelajaran karena model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 2. Peneliti lain agar dapat melanjutkan atau melakukan penelitian serupa dengan memperbaiki beberapa kekurangan yang masih ada, sehingga timbul suatu keyakinan bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah memang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 3. Sekolah dan lembaga terkait lainnya agar memfasilitasi guru-guru yang akan melakukan penelitian sehingga diharapkan dapat ditemukan berbagai alternatif pengajaran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pengajaran di kelas sehingga potensi yang dimiliki siswa dapat dioptimalkan. DAFTAR PUSTAKA
BNSP.2007. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Buku Saku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama. 2007. Jakarta Dirjen Dikdasmen: Depdiknas. Depdiknas.2004. Pedoman Umum Pengembangan Sistem Penilaian Hasil Belajar Kompetensi Siswa SMP. Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Hudoyo, Herman. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional. Kemmis, Stephen. & McTaggart, Robin. 1999. The Action Research Planner. Victoria : Deankin University. Lambas,dkk.2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika (buku 3). Jakarta: Depdiknas. Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Rosdakarya. Nana Sudjana. 1999. Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Rosdakarya. Nur Asma. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta Depdiknas. Nurhadi, Burhan Yasin dan A.G Senduk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang. Rachmadi Widdiharto. 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP . Makalah disajikan pada Diklat Instruktur Matematika SMP Jenjang Dasar, PPPG Matematika, Jogyakarta 10-23 Oktober 2004. Sardiman A M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press Sujana. 1992 Metoda Statistika. Jakarta : Usaha Nasional. Suharsimi Arikunto. 1999 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Suwarsih Madya. 2006. Teori dan Praktek Penelitian Tindakan Kelas (Action Research). Bandung : Alfabeta.

Tengku Zahara Djaafar. 2001 . Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Padang : Universitas Negeri Padang. Trianto.2007. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah dengan judul Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas Tahun , penulisan karya ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja. Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada: 1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan .. 2. Yth. Ketua PD II PGRI . 3. Yth. Rekan-rekan Guru 4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai. Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.

Penulis

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM BERMUTU KABUPATEN/KOTA ... TA 2009 2012

DINAS PENDIDIKAN.. KABUPATEN . TAHUN 2012

KATA PENGANTAR

Kata pengantar umumnya berisi: Ungkapan syukur kepada Tuhan YME, karena pelaksanaan Program BERMUTU sudah berjalan lancar, laporan sudah selesai dikerjakan; Penjelasan singkat tentang Program BERMUTU dan perannya pada pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi para guru, kepala sekolah dan pengawas; Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu mulai dari pemberian dana bantuan langsung, kelancaran proses pembelajaran di kelompok kerja/musyawarah.

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran umum kabupaten/kota; 2. Gambaran pendidikan di kabupaten/kota masing-masing; 3. Permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh kelompok kerja meliputi keanggotaan, pembelajaran, prestasi belajar siswa, dan profesionalitas guru serta kepala sekolah; 4. Gambaran komitmen kelompok kerja dalam menyelesaikan permasalahan pendidikan di lingkungannya.; 5. Sumber dana yang diperlukan untuk peningkatan mutu guru; 6. Program peningkatan mutu pendidikan yang telah dilaksanakan. B. Tujuan Program Tujuan program di kabupaten/kota hendaknya menggambarkan: 1. Kesesuaian dengan rumusan masalah/permasalahan di latar belakang; 2. Manfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kabupaten/kota; 3. Manfaat untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di kabupaten/kota yang bersangkutan; 4. Manfaat untuk meningkatkan kualitas kelompok kerja; 5. Manfaat untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi guru dan PTK. C. Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan (relevan dengan aspek dalam tujuan) D. Sasaran Sasaran menunjukkan jumlah peserta di setiap kabupaten/kota. E. Manfaat

Meliputi manfaat untuk peningkatan: 1. Kompetensi dan pengembangan profesi guru, kepala sekolah dan pengawas; 2. Kualitas pembelajaran di kabupaten/kota mitra Program BERMUTU; 3. Kualitas layanan pendidikan di masing-masing kelompok kerja yang bersangkutan; 4. Kualitas kelompok kerja.

BAB II PERENCANAAN PROGRAM Bab II Perencanaan Program menginformasikan semua kegiatan sesuai dengan proposal (awal: kabupaten/kota untuk menjadi mitra Program BERMUTU serta gambaran umum proposal kelompok kerja pada saat pelaksanaan program yang mencakup: A. Perencanaan kegiatan kelompok kerja mencakup hal-hal seperti: 1. Tempat, berikan penjelasan/rasional mengapa dipilih sekolah/tempat kegiatan tersebut (misal: karena sekolah inti, keterjangkauan transportasi, tempat strategis, kelengkapan sarana/ prasarana, hasil kesepakatan peserta, dll); 2. Waktu kegiatan (rentang waktu dari persiapan penyusunan proposal, pelaksanaan sampai dengan penyusunan dan penyerahan laporan kegiatan/keuangan); 3. Sasaran (jumlah peserta dilengkapi informasi kualifikasi akademik, kompetensi, kondisi sekolah peserta), data dapat diambil dari profil kelompok kerja; 4. Materi kegiatan/struktur program (jelaskan dasar pemilihan materi, misalnya hasil kebutuhan peserta berdasarkan TNA, kesesuaian dengan tagihan Program BERMUTU, materi baru, dll); 5. Fasilitator dan narasumber (sebutkan nama, lembaga, dan alasan mengapa memilih narasumber tersebut, misalkan kompetensinya, jabatan yang bersangkutan. Guru pemandu, DCT, PCT, NCT, dll); 6. Jadwal kegiatan sesuai dengan proposal, dari in-service, pertemuan rutin (on service/16 kali untuk reguler, 4 kali untuk remote).

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN

Bab III Pelaksanaan Kegiatan berisi deskripsi hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kenyataan/pelaksanaan, meliputi pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawaban DBL di kabupaten/kota mitra Program BERMUTU. A. Proses/Pelaksanaan Kegiatan 1. Adanya deskripsi pelaksanaan pembahasan materi sesuai : a. Tempat, jelaskan apakah tempat pelaksanaan sama dengan yang direncanakan dalam proposal, jika tidak berikan penjelasan mengapa terjadi perubahan. b. Waktu kegiatan, tuliskan jadwal pelaksanaan kegiatan apakah sesuai dengan rencana dalam proposal, jika terdapat perbedaan berikan alasan dan solusinya. c. Sasaran meliputi: jumlah peserta dilengkapi informasi kualifikasi akademik, kompetensi, kondisi sekolah peserta. Tuliskan jumlah riil peserta yang datang sesuai rekap daftar hadir, bila perlu sertakan grafik kehadiran peserta tiap pertemuan. d. Materi kegiatan/struktur program sesuai pelaksanaan, jika terdapat perbedaan berikan penjelasan/alasan mengapa tidak sama dengan proposal. e. Fasilitator dan narasumber f. Jadwal kegiatan sesuai pelaksanaan, jika terdapat perbedaan berikan alasan mengapa berbeda. g. Penjelasan kehadiran (berapa kali dan pada pertemuan ke berapa saja), peran, dan hasil kunjungan Kepala Sekolah dan Pengawas di KKG/MGMP, Pengawas di KKKS/MKKS. 2. Hasil/produk kegiatan sesuai dengan materi pembahasan dan tagihan Program BERMUTU a. Penjelasan keaktifan peserta dan proses pembelajaran di kelompok kerja/musyawarah berdasarkan jurnal pembelajaran individu peserta dan jurnal kegiatan per pertemuan yang dibuat oleh tim (pengurus dan atau guru pemandu); b. Penjelasan ketercapain dari hasil yang diharapkan (bab I); c. Penjelasan ketercapaian tagihan Program BERMUTU (7 tagihan untuk KKG/MGMP, 9 tagihan untuk KS dan Pengawas, laporan kegiatan, dan laporan keuangan). Sesuaikan dengan contoh format-format tagihan program BERMUTU, meliputi: Ketercapaian kuantitas pencapaian tagihan (prosentase ketercapaian), sebuatkan alasan mengapa belum tercapai, kendala, dan tindak lanjut. Kualitas isi tagihan berdasarkan informasi telaah dari kepala sekolah dan pengawas dan memuat hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki.

d. e.

Penjelasan ketercapaian/hasil pembahasan materi sesuai TNA (misal pendalaman materi IPA, matematika, IPS, Bahasa Indonesia, TIK, dll); Apabila terdapat best practice hasil kegiatan (misal ada peserta yang memperoleh prestasi , promosi jabatan, dan merasakan kemanfaatan setelah mengikuti program BERMUTU).

3. 4.

Gambaran permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan; Solusi permasalahan berdasarkan masalah yang dihadapai; Sumber informasi yang dapat digunakan untuk menggambarkan permasalahan dan solusinya diantaranya adalah: Hasil evaluasi mandiri Hasil kunjungan kepala sekolah dan pengawas Hasil dari jurnal belajar individu/kelompok Masukan langsung dari anggota dan stake holder.

5.

Rencana keberlanjutan kegiatan kelompok kerja/musyawarah setelah dana bantuan langsung tidak lagi diberikan (Strategi penggalian dana, manajemen kelompok kerja/musyawarah, dll)

B. Pertanggungjawaban Dana Bantuan Langsung 1. Sesuai dengan ketentuan pelaporan keuangan; 2. Sebutkan dasar pemberian bantuan (nomor Penandatangan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan/SPPB), kapan dilakukan penandantanganan SPPB, dll; 3. Cantumkan realisasi anggaran belanja. Jika terdapat perbedaan antara rencana anggaran dan realisasi anggaran berikan penjelasan alasan dan solusinya.

Tabel : Rekapitulasi Jumlah Kelompok Kerja Penerima DBL BERMUTU di Kota Banda Aceh Prov. NAD No. 1 2 3 4 5 Jenis Kelompok Kerja KKG Reguler KKG Remote MGMP Reguler MGMP Remote KKKS Jumlah KK 2009 6 4 2 2010 11 4 2 17 8 4 Satuan Biaya (IDR) 52,000,000 326,000,000 55,000,000 233,000,000 126,000,000 Total (IDR) Ket.

884,000,000 440,000,000 504,000,000

6 7 8 9 10 11 12

MKKS KKPS MKPS F-KKG F-MGMP F-KKKS F-MKKS Total

2 1 1 16

1 1 1 1 21

2 1 1 1 1 1 1 37

99,000,000 204,000,000 186,000,000 39,000,000 33,000,000 24,000,000 15,900,000

198,000,000 204,000,000 186,000,000 39,000,000 33,000,000 24,000,000 15,900,000 2,527,900,000

Catatan: Perkiraan biaya untuk mendukung implementasi prog. BERMUTU (min.20%); Rp 505,580,000

752,275,000

Project Sources & Uses of Districts Funds by Category [in IDR] as of 30 September 2012 District: Banda Aceh, Aceh Description Actual (in IDR) 1 Jan - 31 1 Jan - 31 Dec Dec FY. 2008 FY. 2009 2 3 Planned (in IDR) 1 Jan - 30 Cummulativ 1 Oct - 31 Commulativ Sep e Dec e FY. 2012 as of 30 Sep FY. 2012 as of 31 Dec 2012 2012 6 7= 8 9 = 7+8 2+3+4+5+6 Total (in IDR) 1 Jan 2008 to 31 Dec 2013 11 = 9+10

1 Jan - 31 Dec FY. 2010 4

1 Jan - 31 Dec FY. 2011 5

1 Jul - 31 Dec FY. 2013 10

B. Uses of Funds (by Category) 3 Training, Workshop, and Incremental Operating Cost under part 2.2.(b) of the Project - Districts Banda Aceh 148,455,00 148,455,00 148,455,00 148,455,00 148,455,00 742,275,000 10,000,000 752,275,000 270,000,00 1,022,275,000 0 0 0 0 0 0 Pidie Aceh Tamiang Subtotal -3 148,455,00 148,455,00 148,455,00 148,455,00 148,455,00 742,275,000 10,000,000 752,275,000 270,000,00 1,022,275,000 0 0 0 0 0 0 Total Uses of Fund (by Category) 148,455,00 148,455,00 148,455,00 148,455,00 148,455,00 742,275,000 10,000,000 752,275,000 270,000,00 1,022,275,000 0 0 0 0 0 0 -

BAB IV GAMBARAN HASIL PENCAPAIN PDO Gambaran pencapain PDO Program BERMUTU di kabupaten/kota yang mencakup: a. Pemetaan daerah binaan di masing-masing kabupaten/kota; b. Penjelasan kertercapaian hasil PDO dari masing-masing kabupaten/kota;

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Merujuk pada hasil kegiatan di Bab III dan IV B. Rekomendasi Rekomendasi dapat ditujukan kepada : Dinas Pendidikan Kecamatan/ Kabupaten/Kota, LPMP, P4TK, Badan PSDM dan PMP, Pengelola Program BERMUTU Pusat, atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. ADMINISTRASI KELOMPOK KERJA/MUSYAWARAH 1. SK kelompok kerja/musyawarah 2. Daftar hadir peserta 3. Daftar hadir nara sumber B. PROFIL KELOMPOK KERJA Lampirkan profil kelompok kerja/musyawarah. Jika terdapat perbedaan dengan profil tahun sebelumnya, berikan penjelasan perbedaannya. C. HASIL EVALUASI MANDIRI 1. Contoh hasil evaluasi mandiri yang sudah diisi oleh anggota/peserta (minimal satu orang) 2. Rekapitulasi hasil evaluasi mandiri oleh kelompok. D. DOKUMENTASI KEGIATAN Foto-foto selama kegiatan yang mewakili saat perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. E. TAGIHAN-TAGIHAN 1. Kurikulum/silabus: Silabus yang dilaporkan adalah untuk standar kompetensi dan kompetensi dasar (KD) dengan ketentuan: a. Laporan KKG/MGMP melampirkan: tiga contoh silabus dari 3 (tiga) orang guru, cakupan untuk 1 (satu) kompetensi dasar saja. b. Laporan KKKS/MKKS/KKPS/MKPS melampirkan contoh hasil telaah silabus untuk 3 (tiga), terdiri dari 2 (dua) orang guru penerima DBL dan1(satu) orang guru bukan penerima DBL. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP): Cakupan RPP yang dilampirkan adalah satu kompetensi dasar dan guru yang sama dengan silabus yang dilampirkan. (satu paket orang dan KD yang sama untuk silabus dan RPP) 3. Jurnal belajar: a. Contoh jurnal belajar individu (minimal 1 orang) lengkap dari pertemuan inservice sampai pertemuan rutin (16 kali untuk regular atau 4 kali untuk remote)

b. Jurnal kegiatan kelompok kerja/musyawarah lengkap in-service sampai pertemuan rutin. 4. Analisis soal dan bank soal: a. Bagi KKG/MGMP yang dilampirkan adalah contoh hasil analisis soal dan bank soal b. Bagi KKKS/MKKS/KKPS/MKPS yang dilampirkan adalah contoh telaah hasil analisis butir soal yang dibuat oleh 3 orang guru dari jenjang, kelas, dan mapel yang berbeda di sekolahnya sbb: 2 orang guru dari KKG/MGMP penerima DBL 1 orang guru dari KKG/MGMP yang tidak menerima DBL 5. Karya tulis ilmiah (KTI): KTI merupakan tagihan individu bersifat pilihan , maka yang dilampirkan sebagai berikut: a. Bagi KKG/MGMP adalah contoh hasil KTI dari guru peserta dapat berupa PTK atau jenis KTI yang lain. b. Bagi KKKS/MKKS/KKPS/MKPS melampirkan hasil KTI hasil pekerjaan Kepala Sekolah/Pengawas dan hasil telaah KTI guru di KKG/MGMP binaannya. 6. CPD, peta guru : Bagi Kelompok kerja/musyawarah adalah contoh peta guru/KS/Pengawas berdasarkan TNA, jadi yang dilampirkan hasil TNA 14 kompetensi inti guru dan guru dengan tugas tambahan serta TNA berdasarkan tagihan program BERMUTU serta materi pengembangan yang diperlukan guru. 7. Peta guru sekolah/ raport guru: a. Bagi KKG/MGMP adalah rapot guru untuk 14 kompetensi inti guru. b. Bagi KKKS/MKKS/KKPS/MKPS adalah Peta hasil Penilaian Kinerja Guru dari semua guru di sekolahnya yang mengikuti kegiatan di KKG/MGMP penerima DBL 8. Program on-service/PKB (CPD) di sekolahnya : a. Bagi KKKS/MKKS rekap rencana final pengembangan keprofesian berkelanjutan guru di sekolahnya. b. Bagi KKKS/MKKS rekap rencana final pengembangan keprofesian berkelanjutan guru di KKG/MGMP/KKKS/MKKS binaannya. 9. Supervisi:

Bagi KKKS/MKKS/KKPS/MKPS ,hasil pembimbingan guru dalam mengikuti kegiatan KKG/MGMP penerima DBL minimal untuk 2 kali pertemuan, berupa perencanaan supervisi, lembar supervisi dan tindak lanjut supervisi. F. Bukti penggunaan anggaran: 1. Tanda bukti pengeluaran (kwitansi, bon, dll) 2. Buku kas umum

Anda mungkin juga menyukai