Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH

DIFUSI INOVASI

MENERAPKAN MERDEKA BELAJAR PADA


PEMBELAJARAN JARAK JAUH DENGAN PENDEKATAN
“BAGJA” DAN MODEL INKUIRI APRESIATIF

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. Yohanes Bahari, M.Si

OLEH :
BUDI SURYADI
NIM : F2151191006

MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2020
MENERAPKAN MERDEKA BELAJAR PADA PEMBELAJARAN JARAK JAUH
DENGAN PENDEKATAN “BAGJA” DAN MODEL INKUIRI APRESIATIF

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sekolah adalah sistem interaksi sosial suatu organisasi keseluruhan terdiri atas
interaksi pribadi terkait bersama dalam suatu hubungan organik (Wayne dalam buku
Soebagio Atmodiwiro, 2000:37). Sedangkan berdasarkan undang-undang no 2 tahun
1989 sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.
Sekolah adalah rumah kedua bagi anak, mengapa demikian? karena ditempat inilah
seorang anak melakukan lebih banyak aktivitasnya, selain aktivitas belajar dan bermain.
Untuk itu sekolah harus mampu memberikan kenyamanan dan keamanan yang
diinginkan oleh semua pihak. Sekolah memiliki peran penting dalam kehidupan bangsa,
oleh karenanya sekolah harus mempunyai tujuan yang jelas yang dijabarkan dalam visi
dan misi sekolah.
Data hasil riset Programme for International Students Assessment (PISA) 2018
menunjukkan murid yang mengaku pernah mengalami perundungan (bullying) di
Indonesia sebanyak 41,1%. Angka murid korban bully ini jauh di atas rata-rata negara
anggota OECD yang hanya sebesar 22,7%. Selain itu, Indonesia berada di posisi kelima
tertinggi dari 78 negara sebagai negara yang paling banyak murid mengalami
perundungan.
kondisi Pandemi COVID-19 tidak memungkinkan kegiatan belajar mengajar
berlangsung secara normal. Terdapat ratusan ribu sekolah ditutup untuk mencegah
penyebaran, sekitar 68 juta siswa melakukan kegiatan belajar dari rumah, dan sekitar
empat juta guru melakukan kegiatan mengajar jarak jauh.

Beberapa kendala yang timbul dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
di antaranya kesulitan guru dalam mengelola PJJ dan masih terfokus dalam penuntasan
kurikulum. Sementara itu, tidak semua orang tua mampu mendampingi anak-anak belajar
di rumah dengan optimal karena harus bekerja ataupun kemampuan sebagai pendamping
belajar anak.
B. IDENTIFIKASI MASALAH

Sebagai guru, kita tentu memerlukan sebuah visi yang jelas yang menggambarkan
seperti apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu kita berikan kepada peserta
didik. keyakinan kita atas visi itulah yang akan membuat kita terpacu untuk melakukan
peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga
menjadi upaya perbaikan yang berkesinambungan.
Hal yang tidak mudah untuk menjalankan sebuah perubahan positif yang ada di
sekolah, karena suatu perubahan perlu adanya kerjasama oleh semua pihak, dan upaya
yang konsisten. Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi
secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya
mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah.
Melakukan perubahan budaya positif tentu memiliki tantangan. Untuk
melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia untuk terus melakukan inovasi dan
terbuka terhadap kenyataan yang sedang dihadapi pada masa kini dan yang akan datang.
Perubahan positif yang konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu yang
berjenjang, oleh karena itu kita sebagai guru harus terus berlatih mengembangkan diri,
dan berupaya menggerakkan orang lain, dengan niat yang tulus dan ikhlas demi
mewujudkan visi sekolah.
Sehingga dapat dirumuskan masalahnya yaitu bagaimana menerapkan pembelajaran jarak
jauh yang ramah anak.

C. TUJUAN
Dari identifikasi masalah tersebut maka dapat dirumuskan tujuan menerapkan merdeka
belajar pada pembelajaran jarak jauh adalah mampu menerapkan pembelajaran jarak jauh
yang ramah anak.

D. HASIL YANG DIHARAPKAN


Sehingga terselenggaranya :
1. Pembelajaran yang berpihak pada murid

2. Pembelajaran yang mampu menggali potensi pada diri murid baik (bakat,minat,cara
belajar dan lain-lain) dan lain lain sesuai dengan kodrat zaman (perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi zaman itu)

3.pembelajaran dengan suasana menyenangkan dan bermakna

4. Pembelajaran yang mampu menumbuhkan motivasi intrinsik siswa 

E. PELAKSANAAN DAN HASIL PENYELESAIAN MASALAH


Mengelola suatu perubahan positif di sekolah tentu kita membutuhkan sebuah
manajemen perubahan, dimana menajemen ini dilakukan dengan tahapan BAGJA yang
menggunakan paradigma inkuiri apresiatif, yaitu pendekatan kolaboratif dalam
melakukan perubahan yang berbasis kekuatan. Inkuiri apresiatif menggunakan prinsip
psikologi positif dan prinsip pendidikan positif.
Inkuiri apresiatif adalah sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi
suatu organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui
pengajuan pertanyaan yang tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam
suasana yang positif dan apresiatif. Lima tahapan utama yang dijalankan dalam akronim
BAGJA tersebut adalah:
1. Buat pertanyaan utama sebagai penentu arah penelurusan terkait perubahan yang kita
inginkan, misal:
Bagaimana meningkatkan pencapaian partisifasi peserta didik pada pembelajaran jarak
jauh?
Bagiamana membiasakan penumbuhan karakter baik pada pembelajaran jarak jauh?
Bagaimana meningkatkan keterlibatan murid dengan cara dan ragam yang berbeda?
2. Ambil pelajaran ini, dilakukan setelah pertanyaan utama disepakati. Bagian ini akan
menuntun mengambil pelajaran dari pengalaman individu atau kelompok baik dalam
unsur yang berbeda maupun sama.
3. Gali mimpi bersama, dalam tahapan ini komunitas sekolah akan menggali mimpi
sebagai keadaan ideal yang diinginkan dengan digambarkan secara rinci melalui
sebuah narasi dan diperlukan pertanyaan-pertanyaan pemandu dalam penyusunan
narasi, misal:
Seperti apa orang-orang yang terlibat di dalamnya terlihat, bertindak, berpikir, dan
merasa?
Bagaimana penampakan lingkungannya secara fisik?
Apakah kebiasaan-kebiasaan baru yang kita bayangkan akan terjadi?
Sumber daya apa yang kita bayangkan akan tersedia?
4. Jabarkan rencana untuk mencapai gambaran yang diinginkan. Tahapan ini akan
mengidentifikasi tindakan yang diperlukan dan mengambil keputusan-keputusan.
Ketika perencanaan awal kita perlu membuat pertanyaan-pertanyaan untuk membantu
penyusunan rencana agar lebih konkret, seperti:
Siapa yang akan melakukan apa, bagaimana, dan kapan?
Bagaimana mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah?
Bagaimana agar setiap orang dalam komunitas sekolah dapat secara informal
melakukan improvisasi dan kontribusi membantu terwujudnya perubahan?
Apa langkah-langkah kecil yang diperlukan?
Apa langkah besar (inovatif, terobosan, berani) untuk memperbesar terwujudnya
perubahan?
5. Atur Eksekusi, tahapan ini membantu transformasi rencana menjadi nyata. Diperlukan
pertanyaan2 yang dapat membantu memutuskan peran dan kesepakatan-kesepakatan
pelaksanaan seperti:
Siapa yang akan terlibat mewujudkan rencana-rencana?
Bagaimana mereka mengomunikasikan dan melaporkan kemajuan? Kepada siapa?
Siapa yang akan bertanggungjawab, siapa yang akan menindaklanjuti/memberikan
umpan balik suatu laporan?
Siapa yang akan memonitor batas waktu?
Tahapan-tahapan BAGJA ini adalah upaya mewujudkan suatu perubahan positif untuk
kemajuan sekolah yang selaras dengan visi sekolah. Melalui pendekatan inkuiri
apresiatif yaitu, mengidentifikasi hal baik yang telah ada di sekolah, mencari cara agar
bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, sehingga kelemahan, kekurangan dan
ketiadaan menjadi tidak relevan.

F. KESIMPULAN
1. Inkuiri apresiatif adalah sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif
dan berbasis  perubahan , sebagai salah satu model manajemen perubahan dan
mencoba menerapkannya melalui tahapan dalam Inkuiri Apresiatif  yang disebut
dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana,
Atur Eksekusi.
2. Model Inkuiri Apresiatif dengan pendekatan BAGJA dapat di terapkan pada
organisasi pendidikan dengan mengedepankan kolaborasi segala lini.

Anda mungkin juga menyukai