Sekolah adalah sistem interaksi sosial suatu organisasi keseluruhan terdiri atas interaksi pribadi
terkait bersama dalam suatu hubungan organik (Wayne dalam buku Soebagio Atmodiwiro,
2000:37). Sedangkan berdasarkan undang-undang no 2 tahun 1989 sekolah adalah satuan
pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar.
Sekolah adalah rumah kedua bagi anak, mengapa demikian? karena ditempat inilah seorang anak
melakukan lebih banyak aktivitasnya, selain aktivitas belajar dan bermain. Untuk itu sekolah harus
mampu memberikan kenyamanan dan keamanan yang diinginkan oleh semua pihak. Sekolah
memiliki peran penting dalam kehidupan bangsa, oleh karenanya sekolah harus mempunyai tujuan
yang jelas yang dijabarkan dalam visi dan misi sekolah.
Sebagai guru, kita tentu memerlukan sebuah visi yang jelas yang menggambarkan seperti apa
layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu kita berikan kepada peserta didik. keyakinan kita
atas visi itulah yang akan membuat kita terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta
menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga menjadi upaya perbaikan yang
berkesinambungan.
Hal yang tidak mudah untuk menjalankan sebuah perubahan positif yang ada di sekolah, karena
suatu perubahan perlu adanya kerjasama oleh semua pihak, dan upaya yang konsisten. Menurut
Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional
sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong
perubahan budaya sekolah.
Melakukan perubahan budaya positif tentu memiliki tantangan. Untuk melakukannya diperlukan
orang-orang yang bersedia untuk terus melakukan inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang
sedang dihadapi pada masa kini dan yang akan datang. Perubahan positif yang konstruktif di
sekolah biasanya membutuhkan waktu yang berjenjang, oleh karena itu kita sebagai guru harus
terus berlatih mengembangkan diri, dan berupaya menggerakkan orang lain, dengan niat yang tulus
dan ikhlas demi mewujudkan visi sekolah.
Mengelola suatu perubahan positif di sekolah tentu kita membutuhkan sebuah manajemen
perubahan, dimana menajemen ini dilakukan dengan tahapan BAGJA yang menggunakan
paradigma inkuiri apresiatif, yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang
berbasis kekuatan. Inkuiri apresiatif menggunakan prinsip psikologi positif dan prinsip pendidikan
positif.
Inkuiri apresiatif adalah sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu organisasi
atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui pengajuan pertanyaan
yang tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif.
Lima tahapan utama yang dijalankan dalam akronim BAGJA tersebut adalah:
1. Buat pertanyaan utama sebagai penentu arah penelurusan terkait perubahan yang kita inginkan,
misal:
Bagaimana meningkatkan pencapaian peserta didik disemua kelas?
Bagiamana membiasakan penumbuhan karakter baik di lingkungan sekolah?
Bagaimana meningkatkan keterlibatan murid dengan cara dan ragam yang berbeda?
2. Ambil pelajaran ini, dilakukan setelah pertanyaan utama disepakati. Bagian ini akan menuntun
mengambil pelajaran dari pengalaman individu atau kelompok baik dalam unsur yang berbeda
maupun sama.
3. Gali mimpi bersama, dalam tahapan ini komunitas sekolah akan menggali mimpi sebagai
keadaan ideal yang diinginkan dengan digambarkan secara rinci melalui sebuah narasi dan
diperlukan pertanyaan-pertanyaan pemandu dalam penyusunan narasi, misal:
Seperti apa orang-orang yang terlibat di dalamnya terlihat, bertindak, berpikir, dan merasa?
Bagaimana penampakan lingkungannya secara fisik?
Apakah kebiasaan-kebiasaan baru yang kita bayangkan akan terjadi?
Sumber daya apa yang kita bayangkan akan tersedia?
4. Jabarkan rencana untuk mencapai gambaran yang diinginkan. Tahapan ini akan mengidentifikasi
tindakan yang diperlukan dan mengambil keputusan-keputusan. Ketika perencanaan awal kita perlu
membuat pertanyaan-pertanyaan untuk membantu penyusunan rencana agar lebih konkret, seperti:
Siapa yang akan melakukan apa, bagaimana, dan kapan?
Bagaimana mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah?
Bagaimana agar setiap orang dalam komunitas sekolah dapat secara informal melakukan
improvisasi dan kontribusi membantu terwujudnya perubahan?
Apa langkah-langkah kecil yang diperlukan?
Apa langkah besar (inovatif, terobosan, berani) untuk memperbesar terwujudnya perubahan?
5. Atur Eksekusi, tahapan ini membantu transformasi rencana menjadi nyata. Diperlukan
pertanyaan2 yang dapat membantu memutuskan peran dan kesepakatan-kesepakatan pelaksanaan
seperti:
Siapa yang akan terlibat mewujudkan rencana-rencana?
Bagaimana mereka mengomunikasikan dan melaporkan kemajuan? Kepada siapa?
Siapa yang akan bertanggungjawab, siapa yang akan menindaklanjuti/memberikan umpan
balik suatu laporan?
Siapa yang akan memonitor batas waktu?
Tahapan-tahapan BAGJA ini adalah upaya mewujudkan suatu perubahan positif untuk kemajuan
sekolah yang selaras dengan visi sekolah. Melalui pendekatan inkuiri apresiatif yaitu,
mengidentifikasi hal baik yang telah ada di sekolah, mencari cara agar bagaimana hal tersebut dapat
dipertahankan, sehingga kelemahan, kekurangan dan ketiadaan menjadi tidak relevan.
Berpijak dari hal positif tersebut, sekolah kemudian menyelaraskan hal positif atau kekuatan dengan
visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas sekolah.
IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA
percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada
keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi.
Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif,
keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak
pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
Langkah-langkah kongkrit yang bisa kita lakukan dalam menerapkan BAGJA yang menggunakan
paradigma inkuiri apresiatif adalah:
Menyusun rencana perubahan
Memahami kekuatan yang ada di sekolah, sebagai dasar untuk melakukan perubahan positif
Mengevaluasi hal-hal positif yang ada di sekolah
Berkolaborasi dengan stakeholders dan rekan sejawat
Dukungan dan motivasi dari seluruh stakeholders
Pendekatan psikologi positif.
Dari semua langkah yang kita susun kita harus mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam
organisasi menjadi tidak relevan, karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan
kekuatan, dengan satu tujuan yaitu mengatasi kelemahan.
Elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia adalah akhlak
beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara.
2. Berkebinekaan global
Pelajar Indonesia mempertahankan kebudayaan luhur, lokalitas, dan identitasnya, dan tetap
berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Perilaku pelajar Pancasila ini
menumbuhkan rasa saling menghargai dan memungkinkan terbentuknya budaya baru yang positif
dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.
Elemen kunci berkebinekaan global adalah mengenal dan menghargai budaya, kemampuan
komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab
terhadap pengalaman kebinekaan.
3. Gotong royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong royong, yaitu kemampuan pelajar Pancasila untuk
melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat
berjalan lancar, mudah dan ringan.
4. Mandiri
Pelajar Indonesia adalah pelajar mandiri, yaitu pelajar Pancasila yang bertanggung jawab atas
proses dan hasil belajarnya.
Elemen kunci mandiri adalah kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi dan regulasi diri.
5. Bernalar Kritis
Pelajar yang bernalar kritis adalah pelajar Pancasila yang mampu secara objektif memproses
informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi,
menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya.
Elemen kunci bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan,
menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan
mengambil keputusan.
6. Kreatif
Pelajar yang kreatif adalah pelajar Pancasila yang mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu
yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak.
Elemen kunci kreatif adalah menghasilkan gagasan yang orisinal dan menghasilkan karya serta
tindakan yang orisinal.
A. Penyusunan Visi
Visi merupakan keinginan dan pernyataan moral yang menjadi dasar atau rujukan dalam
menentukan arah dan kebijakan pimpinan dalam membawa gerak langkah organisasi menuju
masa depan yang lebih baik, sehingga eksistensi/keberadaan organisasi dapat diakui oleh
masyarakat. Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik dan ingin
diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Ini sejalan dengan pendapat Akdon, yang menyatakan
bahwa “Visi adalah pernyataan yang diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses
manajemen saat ini yang menjangkau masa yang akan datang” (2006:94).
=========================================
=========================================
Visi yang tepat bagi suatu instansi pemerintah akan menjadi accelerator (pemercepat)
kegiatan instansi pemerintah bersangkutan, meliputi perencanaan strategi, perencanaan kinerja
tahunan, pengelolaan sumber daya, pengembangan indikator kinerja, pengukuran kinerja, dan
evaluasi pengukuran kinerja instansi tersebut.
B. Penyusunan Misi
Misi organisasi adalah pangkal dari perencanaan strategi suatu organisasi. Misi organisasi
akan menggiring penentuan tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh organisasi, untuk itu
perlu dirumuskan secara cermat dan memungkinkan untuk dicapai serta dapat diukur
pencapaiannya. Perumusan misi organisasi merupakan hal yang mendasar meskipun sulit,
namun harus diupayakan. Perumusan dan penetapan misi organisasi harus secara eksplisit
menyatakan apa yang akan dicapai atau fungsi apa yang dilaksanakan oleh organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi.
Penetapan misi sebagai pernyataan cita-cita organisasi dan seluruh komponen yang terkait yang
akan menjadi landasan kerja yang harus diikuti oleh seluruh komponen organisasi guna
mewujudkan tujuan organisasi.
1. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan misi
Berdasarkan pengertian, teknik perumusan, prosedur perumusan dan kriteria misi
sebagaimana diuraikan di atas, terdapat hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam
perumusan misi yaitu :
a) Pernyataan misi harus menunjukkan secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai oleh sekolah.
b) Rumusan misi selalu dalam bentuk kalimat yang menunjukkan “tindakan” dan bukan kalimat
yang menunjukkan “keadaan” sebagaimana pada rumusan visi.
c) Satu indikator visi dapat dirumuskan lebih dari satu rumusan misi. Antara indikator visi
dengan rumusan misi harus ada keterkaitan atau terdapat benang merahnya secara jelas.
d) Misi menggambarkan tentang produk atau pelayanan yang akan diberikan pada masyarakat (siswa)
e) Kualitas produk atau layanan yang ditawarkan harus memiliki daya saing yang tinggi, namun
disesuaikan dengan kondisi organisasi.