Anda di halaman 1dari 5

7 Kebiasaan Guru yang Sukses

“Tak ada obat yang semanjur harapan. Tak ada insentif yang besarnya seperti , dan tak ada
ramuan yang seperti, pengharapan bahwa esok akan lebih baik.”

(Orison Swett Marsden )

Apakah saya sudah layak dikatakan sebagai guru yang baik? Kebiasaan sukses seperti apa yang
harus saya lakukan agar dapat menjadi guru yang baik? Pertanyaan kritis yang layak sekali
dialamatkan kepada figur para pejuang pendidikan ditengah maraknya pergulatan kehidupan
yang semakin kompleks.

Tanpa disadari, dunia telah bergerak dengan sangat cepat. Revolusi teknologi informasi menjadi
ciri utama yang sangat mudah untuk diidentifikasi. Dunia pendidikan pun harus ikut pula
merasakan dampaknya. Apakah guru sebagai pelaku pendidikan telah merasakan perubahan
hebat yang terjadi di lingkungan sekitarnya?

Memahami kurikulum, mendesain metode pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa,
mendesain bahan ajar, mengembangkan penilaian berbasis kelas, dan melakukan pembelajaran
berbasis Information and Communication Technology (ICT) adalah salah satu dari sekian banyak
agenda penting guru di era kompetisi global dewasa ini. Lebih dari itu, guru pun dituntut untuk
dapat mempertanggungjawabkan segala kompetensi profesionalismenya kepada stakeholders
pendidikan. Hanya ada dua pilihan bagi guru untuk merespons kenyataan ini, terus maju
mengembangkan diri atau mundur perlahan tertelan banyaknya tuntutan.

Tulisan ini merupakan sebuah refleksi dan renungan bagi guru-guru yang memiliki pengharapan
untuk memperbaiki diri menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik. 7 kebiasaan
sukses adalah panduan penting bagi guru masa depan yang ingin melakukan suksesi manajemen
diri. 7 kebiasaan sukses yang dapat dikembangkan guru, di antaranya:

1. Menjadi Pembelajar Sejati

Ubahlah paradigma bahwa guru berperan sebagai penyiram tanaman daripada sebagai
penuang air. Anggaplah siswa sebagai tanaman yang memiliki potensi untuk tumbuh sendiri,
daripada sebagai sebuah gelas kosong yang hanya dapat penuh bila ada yang mengisi.
Artinya, guru harus mampu mengubah paradigma pembelajaran yang tadinya menjadikan
siswa sebagai objek pembelajaran, bergeser pada paradigma siswa sebagai subjek dalam
pembelajaran. Ketika paradigma ini telah terbangun, situasi pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan berpeluang besar untuk dapat dikembangkan di ruangan kelas.
Guru memandang sekolah sebagai tempat belajar untuk menjadi lebih profesional, sekaligus
mengembangkan kemampuannya menjadi lebih baik.

2. Menjadi Sales Konten Materi Pelajaran

Pernahkah kita menemui siswa kita yang bersikap acuh tak acuh dengan pembelajaran
yang kita bawakan? Jangan salahkan siswa kita dulu, cek kembali sikap apa yang Anda
tampilkan ketika memulai pembelajaran?

Apakah Anda tampak loyo dihadapan siswa Anda? Apakah Anda mampu meyakinkan
siswa Anda akan manfaat yang mereka dapatkan ketika mengikuti pembelajaran dengan
baik? Apakah Anda mampu menghadirkan suasana entertainment dalam pembelajaran
Anda yang bernilai edukasi?

Hari ini, guru harus mampu memenangkan ‘hati’ siswanya. Guru harus mampu
menjelaskan apa manfaat sekolah bagi siswa, apa manfaat belajar bagi masa depan
mereka kelak. Guru harus mampu menjual ‘manfaat’ mempelajari konten materi
pelajaran dengan antusias, menghadirkan suasana kontekstual antara materi pelajaran dan
dunia anak. Seorang guru yang baik adalah juga seorang sales konten materi pelajaran
yang baik.

3. Menggunakan Beragam Gaya Mengajar

Tidak ada satu pun gaya mengajar yang paling baik. Memilih dan menggunakan gaya
mengajar yang tepat sesuai kebutuhan dalam pembelajaran adalah tindakan bijak yang
harus dilakukan. Saat ini, ada banyak temuan tentang kinerja otak yang dapat digunakan
dalam pembelajaran, ada banyak model dan pendekatan pembelajaran yang telah
melewati proses pengkajian yang harus dicerna, kalau pun mungkin diterapkan dalam
upaya memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.

Bayangkan jika orang tua siswa ingin menyaksikan langsung bagaimana situasi
pembelajaran di kelas Anda, apakah Anda siap menunjukkan penampilan terbaik Anda di
kelas?

4. Membangun Relasi dengan Orang Tua Siswa

Dalam kajiannya, Veenman (1984), mengklasifikasi 5 masalah utama yang dihadapi guru
baru dalam melakukan kinerjanya, yaitu: (1) Classroom Discipline , (2) Motivating
Students , (3) Dealing with Individual Differences , (4) Assessing Students’ Work , (5)
Relations with Parents .

Membangun relasi dengan orang tua siswa, bagi seorang guru tanpa kecuali, merupakan
permasalahan pelik yang mesti dicarikan solusinya. Permasalahan itu dapat tergambar
dari ungkapan salah satu guru di Amerika Serikat berikut.
” As a beginning teacher, I had no idea what my students brought with them to class–if
they worked at a job, if they collected stamps, or if there was a divorce going on at home.
The word “family” was not mentioned. I knew nothing about their lives outside of school,
except if by some happenstance someone mentioned it casually. Today, we know better.
Major research studies indicate that readiness for learning, all through the grades,
begins at home and that we’ve got to enlist all families as real partners in the education
of their children.

As a good teacher today, my work would be to build a bridge — connection between


school and home so that information, ideas, and people move freely from one place to the
other. The “hidden curriculum” of the home and community is not hidden anymore ”.

5. Rajin Mengikuti Kegiatan In-Service Training

Prof. Masaki Sato (2007) menjelaskan adanya kelemahan besar dari Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan dalam menghasilkan tenaga guru.

Pertama , kuliah yang diberikan di kampus difokuskan pada transfer pengetahuan


(transfer of knowledge ) keilmuan suatu disiplin ilmu, sedangkan pengetahuan praktis
untuk meningkatkan keilmuan dan kompetensi guru dalam mengajar pada kenyataannya
tidak pernah diajarkan

Kedua , seorang dosen di universitas, secara umum, mengajarkan suatu disiplin ilmu
tidak berdasarkan situasi dan kondisi di sekolah. Apa pun jenis teorinya tidak akan
pernah diketahui kebenarannya jika tidak diujikan

Ketiga , pengetahuan mengenai pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus


“learning disorder” (anak yang memiliki kesulitan belajar) harus dipraktikkan di
lapangan (ruang kelas). Dengan banyak berinteraksi dengan lingkungan sekolah, kita
akan banyak bertemu dengan anak-anak berkebutuhan khusus dalam belajar. Mereka
membutuhkan bimbingan untuk menentukan penanganan secara nyata yang tepat
berdasarkan hasil penelitian atau keilmuan.

Semua guru, baik dari lulusan LPTK maupun Non-LPTK, harus memiliki sikap mau
belajar. Konsekuensinya, guru harus mau dan mampu menggali banyak informasi di luar
jam kerjanya untuk meningkatkan interpersonal skill , communication skill , teaching
skill , dan keterampilan lainnya yang relevan dengan kinerja profesionalisme sebagai
guru. Mengagendakan diri secara rutin dalam mengikuti kegiatan pengembangan diri
melalui In-Service Training merupakan salah satu alternatif solusi untuk dapat mengikuti
perkembangan terkini di dunia pendidikan.

6. Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Siapa yang dapat mengetahui kekurangan kita dalam mengajar? Bagaimana cara kita
memperbaiki kekurangan mengajar kita di kelas? Penelitian Tindakan Kelas adalah salah
satu cara untuk menganalisis tugas mengajar kita di kelas. Fokus PTK adalah untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang kita hadapi dalam mewujudkan situasi
pembelajaran efektif. Pada dasarnya, masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan
dan keadaan yang diinginkan.

PTK sendiri dilakukan untuk mengubah perilaku sendiri dan perilaku siswa, mengubah
kerangka kerja proses pembelajaran, yang pada akhirnya berdampak pada perubahan
pada perilaku diri sendiri dan siswa dalam konteks pembelajaran.

Cohen & Manion (1980) menyatakan ada 7 fokus bidang garapan dalam PTK, yaitu: (1)
metode mengajar, (2) strategi belajar, (3) prosedur evaluasi, (4) penanaman atau
perubahan sikap dan nilai, mendorong sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek
kehidupan, (5) pengembangan profesional guru (meningkatkan keterampilan mengajar,
mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau
meningkatkan kesadaran diri), (6) pengelolaan & kontrol pada teknik modifikasi perilaku,
dan (7) administrasi (menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah).

PTK merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban guru terhadap kinerjanya. Selain
untuk kepentingan evaluasi yang komunikatif, data dan fakta yang dihasilkan dari
kegiatan PTK dapat dijadikan referensi bagi guru untuk menulis di media masa maupun
untuk disharing di komunitas guru yang lebih besar (KKG, MGMP, dsb). Harapannya,
temuan-temuan yang dihasilkan dari kegiatan PTK dapat berdampak lebih besar bagi
pengembangan pendidikan dalam skala luas.

7. Menginspirasi Siswa dengan METAFORA

Metafora adalah memaparkan cerita tentang hakikat kesuksesan, perumpamaan-


perumpamaan mengenai suatu bentuk kehidupan yang notabene akan siswa hadapi kelak,
simulasi, atau pun kisah-kisah berbagai orang sukses dalam hidupnya.

Tanpa kita sadari, selama ini kita terlalu berfokus pada konten materi pelajaran, tetapi
kita tidak mampu menghadirkan dan menggali makna kehidupan dari materi yang kita
bawakan. Apakah pernah ketika mengajar materi matematika, misalnya, kita juga
berupaya menggali dan memaknai arti penting bersikap jujur, bersinergi dengan orang
lain, bekerja keras, berpikir sistematis dan cermat melalui materi yang dihadirkan dalam
situasi pembelajaran?

Metafora yang disajikan dalam pembelajaran, baik di awal, tengah, maupun akhir
pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Dari perasaan benci, berganti menjadi suka. Dari perasaan bosan berubah menjadi
berminat. Dari menjenuhkan menjadi menyenangkan. Dari perasaan tak butuh, setahap
demi setahap menjadi penasaran, berkeinginan, dan membutuhkan materi pelajaran yang
kita berikan. Seorang pengajar yang baik tidak hanya dapat menjelaskan dan
mendemonstrasikan materi pembelajaran, akan tetapi dia dapat menginspirasi siswa
untuk melakukan yang terbaik dalam kehidupannya.
Good teacher explains, superior teacher demonstrates, excellent teacher inspires.(Asep
Sapa’at/Trainer Makmal Pendidikan)

Anda mungkin juga menyukai