Anda di halaman 1dari 6

KONEKSI ANTARMATERI

MODUL 3.2
OLEH:
CGP MAHUDI SMAN 1 ANJONGAN
KAB. MEMPAWAH, PROV. KALIMANTAN BARAT

Pemimpin Pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan satu kesatuan yang
saling berkesinambungan dalam pemanfaatan pada aset-aset sekolah yang dimiliki dan dikelola
dengan baik oleh seorang pemimpin pembelajaran. Pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah
menjadi modal utama dalam membangun kekuatan atau potensi dalam ruang lingkup warga sekolah,
lingkungan dan masyarakat.

Sumber daya yang terdapat di sekolah merupakan sebuah ekosistem dimana terjadinya
interaksi atau hubungan timbal balik atau saling ketergantungan antara komponen dalam ekosistem,
yaitu dalam hal ini adalah komponen biotik yaitu unsur yang hidup dan komponen abiotik, yaitu
unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur
yang tidak hidup) ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan
yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi
dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya, seperti hubungan antara Murid, Kepala
Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua dan Masyarakat sekitar
sekolah. Sedangkan faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses
pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan dan Sarana dan prasarana.

Melalui pemetaan kekuatan atau potensi sumber daya yang ada di sekolah, sebagai
pemimpin pembelajaran harus dapat mengimpelementasikan kekuatan tersebut melalui konsep 7
modal utama yang terdapat di sekolah, yakni Modal Manusia, Modal Fisik, Modal Sosial, Modal
Finansial, Modal Politik, Modal Lingkungan/ Alam, Modal Agama dan budaya. Jika seorang pemimpin
pembelajaran dapat memanfaatkan 7 modal utama menjadi sebuah kekuatan, maka hal tersebut
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dan kemajuan sekolah.

Dalam pemanfaatan 7 modal utama sebagai suatu kekuatan di sebiah sekolah, pemimpin
pembelajaran juga harus dapat memanfaatkan pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset,
diantaranya Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan
cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan
apa yang tidak bekerja, dan pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan
pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan
ataupun potensi yang positif.

Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan
membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Pengelolaan sumber daya yang tepat dan dapat mendorong pada proses pembelajaran
dikelas menjadi lebih berkualitas merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya yang ada di
sekolah, yakni sekolah sebagai satuan pendidikan yang mempunyai hak mengatur, melaksanakan,
dan mengawasi kegiatan pendidikan agar efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan dapat
tercapai dengan sebaik-baiknya. Sehingga sekolah sebagai komuntias dapat melakukan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang dapat menitikberatkan pada kemampuan,
pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, yang dijadikan sebagai
kekuatan untuk maju dan berkembang. Sehingga sekolah dalam memanfaatkan sumber daya yang
ada untuk mendorong pada proses pembelajaran dikelas menjadi lebih berkualitas, maka sekolah
dapat menerapkan  model pengembangan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA), yaitu 7
modol/aset utama ini merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya
yang menjadi aset sekolah dan  ketujuh aset ini dapat saling beririsan satu sama lain, dan contoh 7
Modal Utama, antara lain :

Modal Manusia

Modal manusia tersebut teridi dari kepala sekolah, pengawas, guru, orag tua, dan murid
serta ketenaga kependidikan seperti tata usaha, penjaga sekolah. Dan bagaimana memanfaatkan
modal manusia tersebut dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualtas, sebagai contoh pada
dalam satu sekolah terdapat guru  yang memilki keahlian dibidang Sains, maka sekolah membuat
Club Sains untuk menggali potensi dalam bidang akademik untuk mengikuti perlombaan olimpiade,
dalam hal ini Guru tersebut dengan kaahliannya dapat berpengaruh terhadap murid sesuai dengan
minat dibidangnya

Modal Sosial

Pemanfaatan modal sosial dalam hal ini dapat melalui kerjasama dengan KKG untuk
meningkatkan kompetensi sekolah, dan  dengan puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan di
sekolah serta menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar lingkungan sekolah seperti RT, RW dll

Modal Fisik
Modal fisik yang terdapat disekolah adalah bangunan dan sarana prasarana yang dapat
dimanfaatkkan sesuai dengan bentuk dan pemanfaatanya, misalnya laboratorium komputer  dapat
dimanfaatkan untuk belajar mengenai TIK  dll.

Modal Lingkungan/Alam

Lingkungan / alam yang ada disekitar sekolah merupakan modal yang sangat berharga untuk
menciptakan pembelajaran yang menyenagkan, seperti memanfaatkan lingkungan menjadi area
apotik hidup dan dapat dimanfaatkan untuk belajar tentang obat dan pemanfaatanya.

Modal Financial

Modal finansial menjadi sangat perlu dipertimbangkan, karena untuk mewujdukan


pembelajaran yang berkualitas perlunya adanya perencanaan yang matang, seperti pembuatan RKAS
yang mendukung untuk keberlangsungan proses pembelajaran manjadi lebih berkulitas.

Modal Politik

Dalam modal politik ini merupakan kerjasama dengan pihak luar, seperti dukungan dari
pemerintah daerah kelurahan untuk menjalankan program sekolah seperti komposting, jumantik,
Bank sampah, dan bekerjasama dengan KPKP untuk membentuk kebun toga, serta dengan Dinas
pertamanan untuk pemyediaan tanaman sekolah.

Modal Agama dan Budaya

Modal Agama dan Budaya untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas
yakni, dengan adanya warga sekolah dan lingkungan religius, adanya tokoh agama baik dari
lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar, dan terlibat aktif dalam komunitas keagamaan dan
budaya daerah setempat. Misalnya menyelenggarakan program sekolah yang menunjang
peningkatan budaya positif dan pendidikan karakter, dan menyelenggearakan kegiatan keagamaan
dengan melibatkan tokoh agama disekitarnya.

Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya
yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Keterkaitan materi dengan modul lainnya, antara lain :


Nilai Filosofi Ki Hadjar Dewantara ( Modul 1.1)

Ki Hajar Dewantara melalui filosiofinya yang mengungkapkan bahwa tujuan


pendidikan,bahwa pendidikan merupakan kegiatan  menuntun segala kekuatan kodrat yang pada
anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai
manusia maupun anggota masyarakat. Sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat
melakukan proses pembelajatan yang menyenagkan, dan berpihak pada murid,sesuai dengan kodrat
alam dan kodrat zamannya, karena murid bukanlah kertas kosong, namun setiap murid memilki
potensi yang berbeda-beda, dan tugas kita sebagai guru hanya menuntun dan menebalkan potensi
yang sudah mereka miliki.

Nilai dan Peran Guru Penggerak

Guru sebagai pendidik merupakan bagian dari 7  modal utama, yaitu sebagai modal manusia,
dalam hal ini guru sebegai pemimpin pembelajaran nilai dan peran yang sagat penting dalam proses
belajar dikelasnya, sehingga ilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid
harus dijadikan landasan dalam terciptanya pebelajar yang sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Dan guru juga harus dapat berperan dalam membangun sinergi dilingkungan sekolah sebagai
pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain,
mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid, dengan nilai dan peran
guru secara aktif, maka akan menciptakan generasi unggu dengan memanfaatan modal utama untuk
menggali potensi murid-muridnya.

Visi Guru Penggerak

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memilki Visi guru penggerak yang berbasis IA
(Inkuiri Apresiatif) melalui konsep ATAP dan BAGJA. Pada konsep terebut dapat jga digunakan sebagai
pengelolaan sumber daya yang ada disekolah. Hal ini sesuai dengan Cooperrider & Whitney (2005),
yang menyatakan bahwa Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus
pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia
sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan.

Budaya Positif
Budaya positif dilingkungan sekolah merupakan budaya yang mendukung segala bentuk
perkembangan murid, dengan tujuangan memanusikan manusia dengan menerapkan disiplin positif,
motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan
sekolah/kelas, sehingga akan menghasilkan out put dari peserta didik yang memilki karakter kuat
dimasa depan. Misalnya dengan melakukan resitusi akan menciptakan peserta didik yang memilki
karakter positif dimasa depannya.

Pembelajaran Diferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang sangat berpihak
kepada siswa, sesuai dengan kesiapan belajar siswa dan profil belajar siswa yang berbeda sesuai
dengan keunikannya. Sebelum melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus
sudah melaksakanan pemetaan. Dalam proses pembelajaran berdifrensiasi akan sangat dapat
terwujud, jika pemanfaatan sumber daya yang ada disekolah seperti guru dan murid, seta modal
lingkungan, modal fisik dan yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan strategi atau cara seorang pemimpin
pembelajaran dalam melakukan kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang menenkankan
pada keterampilan dan pengelolaan mengenai aspek-aspek sosial emosional. Teknik mindfulness juga
dapat dijadikan strategi bagaimana acara mengelola sumber daya manusia, yakni murid sehingga
melalui tahap tersebut potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa berkembang optimal.

Coaching

Coaching merupakan sebuah strategi atau acara seorang pemimpin pembelajaran untuk
melakukan pengembangan kekuatan diri pada diri anak dengan menuntun, mendampingi anak,
untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Pada proses Coachee memberikan
kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri anak, yang didalamnya
terdapat Caach sebagai pengembangan kekuatan dan potensi pada coachee sebagai lawan bicara.

Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab


Sebagai pemimpin pembelajaran dalam prosesnya akan selalu berhadapan dengan dua
situasi yakni, dilema etika dan bujukan moral yang dituntut pada pengembilan keptusan. Sebagai
pemimpin pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang baik, diharapkan pada
pengambilan keputusan tersebut dengan mengedepankan keputusan-keputusan yang bermanfaat
bagi seluruh elemen yang terlibat didalamnya,yaitu dengan langkah-langkah pengambilan keputusan
berdasarakn 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Prinsip
tersebut sanat penting karena hal ini sangat terkait dengan pengelolaan sumber daya yang ada
disekolah.

Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini,
serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran
dalam modul ini.

Sebelum belajar modul 3.2 mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber
daya. Selama ini masih sering fokus dan berpikir berbasis kekurangan, hal menyebabkan tidak jarang
perasaan yang timbul adalah, perasaan yang pesimis, negatif sehingga berakhir dengan kegagalan.
Namun setelah mempelajari modul 3.2 ini, sudut pandang mengenai pemimpin pembelajaran dalam
pengelolaan sumber daya ini menjadi berubah, karena ternyata seorang pemimpin harusnya selalu
mengedanpan pola pikir berbasis kekuatan/aseet, sehingga hal tesebut membuat kita akan berpikir
postif dengan memanfaatkan sumber daya atau aset yang ada disekelilingya.

Anda mungkin juga menyukai