Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Refeksi

Pemimpin dalam Pengelolaan


Sumber Daya
Dibuat oleh
MUHAMMAD RIDWAN

CGP Angkatan 6 Kampar


Materi Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya sangat menarik karena
berhubungan dengan aset sekolah. sekolah dapat dikatakan sebagai
sebuah ekosistem pendidikan. Hal ini karena di sekolah terdapat sebuah
bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur
yang tidak hidup). Faktor-faktor biotik meliputi segala sesuatu yang
berkaitan dengan unsur hidup seperti manusia. Contohnya adalah Murid,
Kepala Sekolah, Guru, Tenaga Kependidikan (seperti Tata Usaha (TU),
Satpam/Penjaga sekolah). Contoh lainnya adalah Pengawas Sekolah, orang
tua dan masyarakat di sekitar sekolah. Faktor-faktor abiotik meliputi segala
sesuatu yang non hidup seperti faktor keuangan, sarana dan prasarana dan
lainnya. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat bergantung
pada acara pandang sekolah pada dirinya dalam membangun dan
merangsang kreativitas ekosistemnya untuk menunjang keberhasilan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai sebagaimana yang telah tertuang dalam visi
dan misi sekolah tersebut. Dalam ekosistem sekolah faktor-faktor biotik ini
akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama
lainnya. Ibarat siklus dalam rantai makanan, ia akan saling mempengaruhi
dan membutuhkan satu sama lainnya sehingga terciptalah keselarasan dan
keharmonisan yang diharapkan.
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya
adalah pemimpin yang memiliki tujuan yang jelas dan
konsisten, dengan harapan tidak mudah terbawa kepada
arus angin, melainkan melaksanakan tugas sesuai harapan
pemerintah dan kebutuhan sekolah baik pengembangan
kualitas mampu kuantitas. Dalam hal ini, seorang pemimpin
pembelajaran mampu menggali kekuatan-kekuatan yang
dimiliki oleh suatu komunitas dalam suatu ekosistem baik itu
kekuatan yang berasal dari komponen abiotik maupun
biotik. Seorang pemimpin pembelajaran yang mampu
mengelola sumber daya akan memiliki sikap yang optimis
terhadap semua keadaan. Serta memandang setiap hal
merupakan aset yang menjadi modal utama dalam
mengembangkannya. 7 modal utama atau aset tersebut
meliputi aset manusia, sosial, fisik, alam/ lingkungan,
finansial, politik, agama dan budaya.
Pemimpin pembelajaran dapat mengimplementasikannya
di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah
menggunakan pendekatan berbasis aset. Pendekatan
pengembangan sekolah berbasis aset merupakan suatu
pengembangan yang berfokus pada kekuatan atau
potensi yang dimiliki oleh sekolah. PPSBA selalu memikirkan
masa depan dengan berpikir tentang kesuksesan yang
telah diraih serta mengorganisasikan kompetensi dan
sumber daya yang ada. Hal ini selaras dengan pemikiran
KHD yang menyatakan bahwa pendidikan adalah
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak, agar mereka mencapai keselamatan dan
kebahagian setinggi-tingginya.
Dalam hal ini, sekolah sebagai komunitas yang bergerak dalam
dunia pendidikan sudah semestinya melakukan pengembangan
berdasarkan kekuatan yang ada. Implementasi di kelas seorang
pemimpin pembelajaran akan mampu mengoptimalkan apa
saja yang dimiliki oleh sekolah yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
dan minat murid. sedangkan implementasinya di sekolah adalah
seorang pemimpin pembelajaran akan memanfaatkan atau
mengidentifikasi aset-aset atau modal yang ada di sekolah
untuk mengembangkan dan melaksanakan program-program
sekolah dan mewujudkan visi dan misi sekolah dengan
berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah. Dan implementasi
pada masyarakat sekitar adalah seorang pemimpin
pembelajaran yang mampu mengelola sumber daya akan
mampu menjalin kolaborasi yang baik dengan lingkungan
sekitar sekolah demi kepentingan dan kemajuan sekolah.
Sebelum saya mengikuti modul ini, saya tidak menyadari bahwa sebuah
sekolah dapat dikatakan sebuah ekosistem yang saling berkaitan antara
faktor biotik dan faktor abiotik. Saya hanya berfokus pada aset manusia,
apabila sumber daya manusia sudah terpenuhi, maka sekolah akan
berjalan dengan baik. Namun setelah saya mengikuti proses
pembelajaran ini, bahwa sebuah sekolah daat dikatakan sebagai
ekosistem yang saling berhubungan. Setelah saya mengikuti proses
pembelajaran ini, saya semakin melihat tentang sebuah sekolah dapat
dikatakan sebagai ekosistem yang saling berhubungan. Ada beberapa
sikap yang berfokus pada kekurangan, hingga cenderung menerima
apa adanya kekurangan tanpa berpikir ada sesuatu aset yang bisa
dikembangkan. Lebih dari itu, tidak mendefinisikan aset yang dipunya di
sekolah. Bahkan setiap ada masalah terlalu memikirkan pada basis
masalah. Namun, ada juga sebuah upaya untuk penyelesaian masalah
lebih kepada pemberdayaan aset. Fokus pada program dan
penyelesaian kepada sumber daya/aset. Bahkan selalu berfikir pada
aset apa yang dapat dikembangkan. Semua itu lebih kepada optimis
dalam pengelolaan sekolah lebih baik lagi.
Terima Kasih
Salam Sehat dan Bahagia

Anda mungkin juga menyukai