Anda di halaman 1dari 10

Koneksi Antar Materi Modul 2.

3
Coaching untuk Supervisi Akademik
RYAN PEBRIANTO, S.Pd

CGP ANGKATAN 8 KABUPATEN PATI

Kesimpulan dan Refleksi

1. Kesimpulan dari pembelajaran yang saya peroleh.

Coaching adalah Sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi
pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja,
pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee.

Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid
diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai
‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak
kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.

Coaching merupakan salah satu metode yang efektif untuk diterapkan dalam bidang
pendidikan yang prosesnya berpusat pada siswa. Keterampilan coaching perlu dimiliki para
pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan
kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Sesuai dengan filosofi Ki Hajar
Dewantara yang menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau
hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya.

Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri Handayani,


maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar
Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah
pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun). Dalam relasi guru dengan
guru, seorang coach juga dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan
dirinya dalam pembelajaran.
Elemen-elemen penting dari coaching yang dapat diambil dari beberapa
definisi coaching yang telah disajikan : a) Coaching merupakan sarana pemberdayaan potensi
tujuan mengantar kan si caching dari kondisi yang di alami sekarang kekondisi baru yang
lebih baik . b) Coaching adalah bentuk kemitraan antara coac dengan klien atau coacheenya
dijalankan melalu proses kreatif ditandai dengan eksplorasi, menanam ide ditujukan untuk
memaksimal kan potensi personal dan professional si klien. c) proses coaching itu,
mendengarkan secara aktif mengajukan pertanyaan berbobot memancing ide ide dan juga
terutaman memfasilitasikan pertumbuhan dari si coachee tersebut ) coaching membantu
sesorang belajar bukan mengajarinya.

Ada 4 paradigma berpikir coaching yang harus dimiliki oleh seorang coah, yaitu:

 Fokus pada coachee, Seorang coach harus memiliki keyakinan bahwa coachee
memiliki potensi untuk berkembang dan mencapai tujuan mereka sendiri, dan harus
memberikan dukungan untuk membantu coachee mencapai potensi mereka tersebut.
 bersikap terbuka dan ingin tahu, Seorang coach harus bersikap terbuka dan menerima
coachee apa adanya, tanpa memberikan penilaian atau menghakimi.
 memiliki kesadaran diri yang kuat, Seorang coach harus memahami perasaan dan
pengalaman coachee secara empatik, dengan berusaha melihat dunia dari perspektif
coachee.
 mampu melihat peluang baru dan masa depan, Seorang coach harus fokus pada
pencarian solusi yang kreatif dan konstruktif untuk masalah yang dihadapi coachee,
dan membantu coachee untuk mengidentifikasi langkah-langkah aksi yang dapat
mereka ambil untuk mencapai tujuan mereka.

Prinsip coaching

Dalam coaching, ada beberapa prinsip yang harus diterapkan oleh seorang coach, yakni:

1. Kemitraan adalah Posisi coach dan coachee dalam proses coaching adalah mitra.
Artinya setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah.
2. Proses kreatif dapat dilakukan melalui percakapan dua arah yang memicu proses
berpikir coachee, memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-
ide baru.
3. Memaksimalkan potensi, Untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan
sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang
diputuskan oleh rekan yang dikembangkan

Kompetensi coaching

Seorang coach harus memiliki beberapa kompetensi inti yang diperlukan untuk membantu
individu atau kelompok mencapai tujuan mereka. Berikut adalah beberapa kompetensi inti
yang harus dimiliki seorang coach:

 Kehadiran penuh/ presence , Coach yang baik adalah yang mampu hadir secara utuh
bagi coachee. Kehadiran penuh membuat badan, pikiran hati selaras saat sedang
melakukan percakapan coaching
 Mendengarkan aktif, Sebagai pendengar aktif, coach akan fokus dan pusat percakapan
yang tertuju pada coachee sebagai mitra.
 Mengajukan pertanyaan berbobot, Pertanyaan berbobot adalah pertanyaan yang
mampu menggali informasi dari coachee, menggugah untuk berpikir, menstimulus
coachee untuk memunculkan ide-ide baru sebagai solusi.

Mendengarkan RASA

RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
Alur Percakapan TIRTA

Dalam coaching percakapan antara coach dan coachee harus mengalir seperti air, alur ini biasa
disebut dengan istilah alur Tirta, TIRTA singkatan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi,
dan Tanggung Jawab.

Bisa disimpulkan hal penting dalam coaching memakai alur TIRTA adalah :

 Alur percakapan coaching yang akan membantu peran coach dalam membuat
percakapan coaching menjadi efektif dan bermakna
 Dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat coachee dapat
membuat keputusan-keputusan bijaksana secara mandiri
 Membantu coachee menyadari potensi yang dimiliki untuk mengembangkan
kompetensi dirinya, dan menjadi mandiri melalui pendampingan yang
mengedepankan semangat memberdayakan

Supervisi Akademik dengan Paradigma berfikir Coaching

Supervisi akademik dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang


meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan
pembelajaranyaitu pembelajaran yang berpihak pada murid. Beberapa prinsip supervisi
akademik dengan paradigma berpikir coaching yaitu kemitraan, konstruktif, terencana,
reflektif, objektif, berkesinambungan, dan komprehensif Siklus supervisi klinis pada
umumnya meliputi 3 tahap yaitu pra observasi, observasi, dan pasca observasi

2. Refleksi Pembelajaran

Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

 Emosi yang saya rasakan ketika mempelajari modul ini

 Hal yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan diri dalam proses belajar
Saya mendapat kesempatan berkolaborasi dengan rekan sesama CGP saat
mempraktikkan proses coaching menggunakan alur TIRTA sesuai dengan prinsip
coaching. Saya juga memiliki kesempatan untuk berperan menjadi seorang coach,
coachee, dan juga pengamat (observer) pada demonstrasi kontekstual. Sehingga
pemahaman materi tentang coaching untuk supervisi akademik sudah dipraktikkan.
 Hal yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan diri dalam proses belajar
Perlu diperbaiki dalam kemampuan mengajukan pertanyaan berbobot agar dapat
menggali informasi permasalahan pada diri coachee sehingga dapat menemukan solusi
atas permasalahan yang dihadapi. Disamping itu dalam percakapan coaching terkadang
muncul asumsi-asumsi dalam pikiran saya dan ini harus saya hindari dengan
mengosongkan pikiran saya dari asumsi terhadap coachee. Tentu hal ini harus saya latih
dan saya asah agar menjadi lebih baik lagi.

 Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi


Setelah saya mempelajari Modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik ini,
kompetensi saya mulai berkembang setelah saya mempraktikkan proses coaching
sebagai coach, coachee, dan juga observer. Saat saya berperan sebagai coach saya
mampu menggunakan alur TIRTA dalam memberikan pertanyaan. Saya juga mampu
mengendalikan diri dari asumsi-asumsi pribadi dan rasa emosi sehingga tumbuh
kematangan berpikir dan bertindak sesuai dengan prinsip coaching yaitu kemitraan,
proses kreatif, dan memaksimalkan potensi.

Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan


menggalinya lebih jauh.

Bagaimana menerapkan prinsip coaching dalam kegiatan supervisi akademik di sekolah?

Prinsip coaching dalam kegiatan supervisi akademik di sekolah dapat diterapkan dengan
memahami prinsip coaching (kemitraan, berpikir kreatif dan mengoptimalkan potensi).
Supervisi akademik dilakukan untuk mengembangkan kompetensi akademik guru secara
berkelanjutan dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Bagaimana pandangan proses coaching sebagai kompetensi yang dapat membangun


kemitraan?

Kemitraan dalam proses coaching dapat terbangun dan membuka peluang akselerasi
kesadaran dan mendorong tindakan aksi ketika dilandasi rasa percaya coachee kepada coach.
Dalam praktiknya, kita tidak perlu memandang kesenjangan jabatankarena supervisi
akademik terjadi proses kolaborasi antara mitra.
Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan
(insight) baru

Coaching sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi., berorientasi pada
hasil dan dilakukan secara sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa
kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Coaching
untuk supervisi akademik berfokus memberdayakan dan optimalisasi coachee.
Dengan demikian, peran seorang coach sangat penting dalam membantu murid dan guru
dalam mengembangkan pembelajaran yang efektif dan berpusat pada murid, serta membantu
murid dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang penting untuk
keberhasilan akademik dan personal mereka.

Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah
maupun daerah)

Tantangan dalam mengimplementasikan coaching di sekolah yaitu kegiatan supervisi


akademik diasumsikan sebagai suatu kegiatan observasi atau penilaian terhadap kinerja guru,
sehingga kegiatan supervisi ini hanya menjadi kegiatan mencari kekurangan/kelemahan guru.
Dampaknya, guru merasa terbebani, dinilai, dilabel, dan agak terintimidasi.

Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi


Solusi terhadap tantangan yang saya hadapi adalah :

 melakukan sosialisasi tentang perubahan paradigma supervisi akademik dengan


prinsip coaching
 membangun komunikasi dan koordinasi yang baik dengan rekan sejawat, sehingga
ketika ada masalah pembelajaran tidak segan untuk meminta disupervisi
 membangun kemitraan yang baik untuk coachee, berusaha menjadi pendengar yang
aktif, memiliki kemampuan komunikasi yang baik, sehingga proses coaching mampu
membuat coachee merasa nyaman, terbuka, tidak terintimidasi, dan tidak merasa
dilabel/dinilai
3. Membuat Keterhubungan

Pengalaman Masa Lalu

Dahulu, saya mengetahui bahwa supervisi akademik merupakan proses membimbing guru
agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi secara profesional, sehingga dalam teknis
pelaksanaannya lebih kepada penilaian kinerja sebagai guru. Kegiatan supervisi akademik
hanya dilakukan saat kepala sekolah melakukan observasi kelas saja tanpa adanya
kegiatan pra observasi dan pasca observasi. Sehingga hanya sebatas pemberian nilai guru
saja.

Penerapan di Masa Mendatang

Kedepan, kegiatan supervisi ini harus dijadikan salah satu bagian dalam peningkatan
kompetensi guru di bidang akademik dengan menggunakan prinsip coaching yaitu
kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi

Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Terkait prakti baik di modul pembelajaran berdiferensiasi saya mencoba mengenal setiap
murid secara pribadi dengan memperhatikan keunikan mereka dalam hal kekuatan, minat,
dan tantangan yang dihadapi. Saya juga menyesuaikan materi pembelajaran dan strategi
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan dan keunikan masing-masing murid. seperti,
menyediakan berbagai materi pembelajaran dalam berbagai format seperti video, audio,
dan teks. memberikan tugas yang menantang dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda.

Dalam pembelajaran sosial emosional saya memandu murid untuk belajar mengungkapkan
diri mereka dengan jelas dan sopan kepada teman dan guru. Saya juga memastikan bahwa
lingkungan kelas adalah tempat yang aman dan menyenangkan bagi semua murid. Serta
mendorong murid untuk membangun hubungan dengan orang lain, mengembangkan rasa
empati, dan meningkatkan keterampilan interpersonal.

Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

Dalam konteks pengembangan profesionalisme guru, pelaksanaan supervisi akademik


tidak hanya fokus pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, tetapi
juga pada pembaharuan komitmen (commitment), kemauan (willingness), dan motivasi
(motivation) guru

Herman Anis "Supervisi Akademik - Definisi, Tujuan dan Prinsip, , Permasalahan dan
alternatif solusinya" (https://hermannais.com/supervisi-akademik-permasalahan-dan-
alternatif-solusinya/

Peran saya sebagai seorang coach di sekolah yaitu di dalam kompetensi coaching dan
alur TIRTA sebagai alur percakapan coaching, seorang coach harus melakukan
kehadiran penuh atau presence. Salah satu teknik yang bisa digunakan yaitu teknik
STOP dan mindfullness.

4. Koneksi Antar Materi

Antara Modul 2.3 dan 2.2 berkoneksi bahwa dalam proses supervisi akademik, masalah yang
muncul sudah tentu masalah tentang pembelajaran dan dunia pendidikan. Pembelajaran
berdiferensiasi dapat kita jadikan sebagai salah satu patokan penggalian informasi
(identifikasi) dari masalah yang ada. Juga dapat kita jadikan sebagai salah satu alternatif
pemecahan masalah yang timbul. Sehingga kita bisa menuntun coachee kita untuk
menemukan solusi permasalahannya melalui pembelajaran berdiferensiasi.

Antara Modul 2.3 dan 2.1 berkoneksi bahwa ada beberapa hal yang harus dipahami dalam
kompetensi sosial&emosional, kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial,
keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. KSE digunakan
seorang pendidik dalam berperan sebagai coach untuk melaksanakan proses coaching, agar
menjadi pengendalian diri dan emosi untuk coach dan coachee, serta menimbulkan rasa
empatiserta pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

5. Kesimpulan

Coaching merupakan salah satu proses 'menuntun' belajar murid untuk mencapai kodratnya.
Sebagai seorang 'pamong' guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan
reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar pada dirinya. Sementara itu,
supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas untuk memberikan dampak secara
langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran di kelas. Dimana kegiatan supervisi akademik
sesuai paradigma berpikir coaching sebagai proses berkelanjutan yang memberdayakan ini
lebih bersifat menuntun guru agar fokus pada pengembangan kompetensi pendidik yakni
mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid, sehingga berdampak pada
pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai