Anda di halaman 1dari 3

2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.

Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

Dalam modul 2.3 ini, kita telah menjelajahi konsep supervisi akademik, yang
memiliki tujuan utama untuk mengembangkan kompetensi individu dalam tubuh staf
pengajar di sekolah. Pendekatan yang digunakan adalah coaching yang memiliki 3 prinsip
yaitu, kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi.kompetensi inti coaching yang
harus dimiliki diantaranya adalah kehadiran penuh (precence), mendengarkan aktif dan
mengajukan pertanyaan berbobot.

Percakapan berbasis coaching menggunakan alur TIRTA, yaitu Tujuan, Identifikasi,


Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab.Terdapat 3 tahapan dalam supervisi akademik yaitu,
Pra Observasi (Perencanaan), Observasi (Pelaksanaan) dan Pasca Observasi (tindak
lanjut)

Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

 Cemas, Saya merasa cemas sebelum mengetahui isi dari modul 2.3 ini. Rasa
Cemas ini muncul karena saya khawatir bahwa saya mungkin tidak akan mampu
memahami materi ini dengan baik dan juga tidak yakin apakah saya bisa
mengaplikasikannya dengan rekan-rekan sejawat saya.
 Tertarik, Setelah melakukan eksplorasi konsep, minat saya untuk lebih memahami
isi dari modul ini mulai tumbuh.
 Gembira, Saya merasa sangat senang ketika saya berhasil melakukan praktik
coaching bersama rekan CGP di ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual.
 Optimis Selain itu, saya juga merasa sangat optimis bahwa saya bisa
mengimplementasikannya di sekolah di mana saya bekerja.

Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar ?

Saya sudah mampu berkolaborasi dengan rekan sesama CGP saat mempraktikkan
proses coaching menggunakan alur TIRTA dan sesuai dengan prinsip coaching dalam
ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual baik berperan sebagai coach, coachee,
maupun sebagai pengamat.

Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar ?

Yang perlu di perbaiki adalah kemampua dalam mengajukan pertanyaan berbobot


agar dapat menggali informasi permasalahan pada diri coachee sehingga dapat
menemukan solusi atas permasalah yang dihadapi

Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Setelah mengikuti modul 2.3 tentang coaching dalam supervisi akademik, saya
telah melihat perkembangan kompetensi saya. Hal ini tercermin dari kemampuan Saya
dalam menerapkan proses coaching dengan menggunakan alur Tirta, baik sebagai coach,
coachee, maupun pengamat.

Ketika saya terlibat dalam proses coaching, penting bagi saya untuk dapat mengontrol
asumsi-asumsi pribadi dan emosi agar saya dapat berpikir dan bertindak secara matang
sesuai dengan prinsip-prinsip coaching, seperti kemitraan, proses kreatif, dan
pemanfaatan potensi secara maksimal.

Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan


menggalinya lebih jauh

Bagaimana caranya agar konsep coaching dapat diimplementasikan dalam proses


supervisi di lingkungan sekolah?

Prinsip coaching dapat diterapkan dengan kondisi bahwa kepala sekolah memiliki
pemahaman mengenai coaching dalam konteks supervisi akademik dan bersedia
menerapkannya. Kegiatan supervisi tidak seharusnya hanya berfungsi sebagai evaluasi
Guru, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan kompetensi akademik guru. Dalam
hal ini, supervisi tidak hanya mencakup pengamatan kelas, melainkan juga melibatkan
komunikasi sebelum dan setelah pengamatan. Sebelum pengamatan, Kepala Sekolah
dapat berdiskusi dengan guru mengenai perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan.
Setelah pengamatan, Kepala Sekolah memberikan umpan balik dan tindak lanjut terkait
pelaksanaan pengamatan kelas yang telah dilakukan oleh guru.

Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali


wawasan (insight) baru

Coaching dalam supervisi akademik memiliki dampak positif terhadap perkembangan


pemimpin pembelajaran yang berfokus pada kepentingan Murid. Keberpihakan pada Murid
merupakan aspek penting dalam lingkungan Sekolah. Untuk mewujudkan pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada Murid, Guru perlu memiliki kemampuan sebagai
Pemimpin Pembelajaran. Sebagai Pemimpin Pembelajaran, Guru harus memiliki
pemahaman yang mendalam tentang perkembangan Murid, termasuk aspek kognitif,
karakter, dan sosial emosional. Oleh karena itu, tujuan dari coaching dalam supervisi
akademik adalah untuk mengembangkan kompetensi Guru, sehingga kinerja mereka
meningkat dan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada Murid dapat tercapai
dengan lebih baik.

Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat Sekolah
maupun Daerah)

Tantangan terbesarnya adalah mengubah pandangan yang umumnya menganggap


supervisi akademik hanya sebagai evaluasi rutin yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap
kinerjaGuru. Seharusnya, supervisi akademik dianggap sebagai panduan untuk
meningkatkan kompetensi Guru.
Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang di identifikasi.

 1. Salah satu pilihan tindakan yang bisa diambil adalah mengadakan pertemuan
atau rapat dengan seluruh anggota komunitas Sekolah. Melalui pertemuan tersebut,
kita bisa mencoba untuk menyatukan pemahaman semua orang tentang apa yang
dimaksud dengan supervisi akademik.
 2. Solusi selanjutnya adalah dengan memberikan contoh praktik coaching dalam
supervisi akademik melalui brebagai media informasi digital yang dapat diakses
oleh seluruh komunitas Sekolah

Pengalaman masa lalu.

Tiap Guru pasti mengalami proses supervisi oleh Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.
Namun, seringkali proses ini dijalani sebagai kewajiban rutin tanpa pemahaman mendalam
tentang esensi supervisi. Supervisi akademik terbatas pada observasi kelas oleh Kepala
Sekolah atau Pengawas, tanpa melibatkan tahap-tahap sebelum dan setelahnya,
sehingga hanya berfokus pada penilaian kinerja Guru. benar bukan?

Penerapan dimasa mendatang.

Ke depan, kegiatan supervisi harus menjadi salah satu komponen utama dalam upaya
sistematis untuk meningkatkan kompetensi Guru dalam aspek akademik. Prinsip-prinsip
coaching, seperti kemitraan yang erat, pemanfaatan proses kreatif, dan peningkatan
potensi, harus diterapkan secara efektif dalam setiap tahap supervisi. Dengan demikian,
supervisi tidak hanya menjadi penilaian rutin, tetapi juga menjadi sarana pengembangan
berkelanjutan yang memungkinkan Guru untuk mencapai potensi akademik mereka yang
sebenarnya.

Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Modul 2.1

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, siswa dikelompokkan berdasarkan kebutuhan belajar


mereka dengan tujuan untuk mengoptimalkan potensi masing-masing. Hal serupa juga
berlaku dalam praktik coaching, di mana potensi coachee harus dioptimalkan sehingga
mereka dapat mengidentifikasi solusi mereka sendiri untuk mengatasi tantangan yang
mereka hadapi.

Modul 2.2

Dalam pembelajaran sosial emosional, terdapat teknik berupa STOP dan mindfulness
yang digunakan untuk menciptakan lingkungan yang lebih kondusif. Ketika melakukan
coaching, seorang coach juga perlu menerapkan teknik ini agar dapat menjaga fokus dan
hadir sepenuhnya saat melakukan proses coaching.

Anda mungkin juga menyukai