Anda di halaman 1dari 13

2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.

3
COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

OLEH
YOHANES KRISOSTOMUS JANGKUT

CGP ANGKATAN 6
ASAL UPTD SD INPRES NGGAWANG
KECAMATAN RUTENG
KABUPATEN MANGGARAI
PROVINSI NTT

NGGAWANG, 09 DESEMBER 2022


Fasilitator
Eny Fitriyati

Pengajar Praktik
Adrianus Ndiri Lirik
CGP
Yohanes Krisostomus Jangkut
Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di
sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di
paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan
pembelajaran sosial dan emosi?
Peran saya sebagai seorang coach di sekolah
Setelah mempelajari modul 2.3 ini saya memahami dan menyadari bahwa sebagai
guru kelas di SD yang mengampuh kelas dan mengajar murid, peran lain yang harus saya
lakukan adalah sebagai coach bagi murid dan sesama PTK. Salah satu peran guru yang
saya pelajari modul 1.3 adalah menjadi coach bagi guru yang lain dan materi pada modul
2.3 ini memiliki kaitan erat di dalamnya. Peran coach ini tidak hanya untuk sesama guru,
Coaching
tetapi dapat dilakukan untuk adalah
menuntun sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada
murid.
solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach
memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup,
pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant,
1999). Coach adalah fasilitator, pembimbing atau rekan dialog bagi
murid atau rekan guru di sekolah yang membutuhkan tuntunan. Peran
coach dapat dilakukan kepala sekolah dalam supervisi dan oleh guru
terhadap murid dan rekan sejawat. Coachee adalah murid dan rekan
sejawat di sekolah yang membutuhkan tuntunan dari kepala sekolah
atau guru.
Lanjutan……
1 Paradigma berpikir coaching
Agar peran coach dapat
dilakukan dengan baik dalam  Fokus pada coachee yang akan dikembangkan
kegiatan cocaching di sekolah,
maka keterampilan yang  Bersikap terbuka dan ingin tahu
harus saya miliki adalah:  Memiliki kesadaran diri yang kuat
 Mampu melihat peluang baru dan masa depan

2 Prinsip Coaching, yaitu: 3 Kompetensi inti, Coaching, yaitu:


 Kemitraan  Kehadiran penuh/presence,
 Proses kreatif  Mendengar aktif
 Memaksimalkan potensi  Mengajukan pertanyaan berbobot
Lanjutan……

Setelah memiliki tiga keterampilan tersebut, referensi yang digunakan dalam


mendengar aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot adalah pendekatan RASA
yang diperkenalkan oleh Julian Treasure.
Lanjutan……
Dalam praktik coaching di sekolah, langkah yang digunakan adalah Alur percakapan
TIRTA.
Keterkaitan materi coaching dengan materi pembelajaran diferensiasi dan
pembelajaran sosial emosional.
Keterkaitan Materi Couching Untuk Supervisi Akademik dan Pembelajaran Berdiferensiasi.
1
Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru melakukan 3 pemetaan dalam pembelajaran yaitu 1)
Minat Murid, 2)Kebutuhan Belajar Murid, 3) dan Profil Belajar Murid. Salah satu cara yang
dilakukan guru agar efektif melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi adalah dengan melayani
couching terhadap murid. Dalam couching murid diberi kesempatan untuk menyampaikan
persoalan pembelajaran yang dihadapinya, potensi yang dimilikinya, peluang yang dapat
dilaluinya dan bentuk tanggungjawab terhadap tugas belajarnya. Hasil kegiatan couching selain
membantu murid untuk dituntun mengoptimalkan potensi yang ada didalam diri juga dapat
membantu guru memperbaiki kinerja dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang
berpusat pada murid. Tiga pemetaan dalam pembelajaran berdiferensiasi dapat ditemukan oleh
guru melalui couching.
Pembelajaran Couching Untuk Supervisi Akademik dan Pembelajaran Sosial
Lanjutan……
Emosional.
2 Letak urgensi PSE untuk mendorong tumbuh kembang murid secara holistik.
Pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk
menumbuhkan dan melatih lima Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE), yaitu:
kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Salah satu prinsip couching adalah memberdayakan couchee. Dalam proses coaching
guru (coach) menuntun murid (coachee) untuk mengoptimalkan lima KSE dalam
menghadapi dan menemukan solusi masalah yang dihadapi. Dalam sesi coaching
dengan percakapan alur TIRTA guru (coach) hadir secara penuh dalam mendengarkan
murid atau rekan sejawat (coachee). Guru dapat melakukan Teknik STOP mindful
listening (materi dari pembelajaran KSE) dalam mengikuti sesi couhching. Sebelum
melakukan sesi coaching, coach dapat mengajak couchee untuk melakukan Teknik
STOP mindful listening agar proses coaching berjalan dengan baik dan menemukan
solusi dari masalah yang akan dibahas.
Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai
pemimpin  pembelajaran?

1. Paradigma Berpikir Among


Keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi
sebagai pemimpin  pembelajaran ditandai dengan mindset Paradigma
Berpikir Among. Ki Hajar Dewantara menjelaskan tujuan Pendidikan
adalah menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga
dapat memperbaiki lakunya. Keterampilan coaching sama dengan
keterampilan komunikasi yang perlu dimiliki pendidik untuk menuntun
segala kekuatan kodrat murid. Sistem among meliputi ing ngarso sung
tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Ketiga hal ini adalah
semangat guru dalam mengimplementasikan couching. Tut wuri handayani
menjadi kekuatan guru dalam pendekatan proses couching.
Lanjutan……

Pendekatan couching adalah sebuah dialog antara murid dan guru yang
terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh
kasih dan persaudaraan. Ada 4 cara dapat melatih guru dengan semangat
tut wuri handayani melaksanakan proses couching :
1) Murid adalah mitra belajar,
2) Dialog yang emansipatif,
3) Terciptanya ruang perjumpaan antara guru dan murid.
4) Kasih dan persaudaraan.
Keempat hal ini merupakan kekuatan berpikir dalam dialog murid dan
guru. Keempat hal ini juga mengarah pada pengembangan kompetensi
sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid.
Lanjutan……

2. Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coacahing


Secara definisi, supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di
kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan
yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai
tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Karenanya kegiatan
supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan
kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan
pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).
Dalam setiap interaksi keseharian di sekolah, seorang pemimpin pembelajaran dan sekolah
perlu menghidupi paradigma berpikir yang memberdayakan bagi setiap warga sekolah dan
melihat kekuatan-kekuatan yang ada dalam komunitasnya.
Lanjutan……
Melalui supervisi akademik potensi setiap guru dapat dioptimalisasi sesuai dengan
kebutuhan yang nantinya dapat membantu para guru dalam proses peningkatan
kompetensi dengan menerapkan kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari
sebelumnya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut
adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi
akademik.Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma
berpikir coaching meliputi:
1) Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
2) Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
3) Terencana
4) Reflektif
5) Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
6) Berkesinambungan
7) Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik

Anda mungkin juga menyukai