Definisi Coaching
Coaching adalah proses interaksi antara seorang pelatih atau coach dan klien atau
coachee dengan tujuan membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Coaching
berbeda dengan pengajaran atau pelatihan yang lebih berfokus pada peningkatan
keterampilan teknis atau pengetahuan yang spesifik. Coaching lebih berfokus pada
pengembangan keterampilan interpersonal, pemecahan masalah, dan peningkatan kinerja
secara keseluruhan. Coaching juga dapat membantu klien dalam membangun rasa percaya
diri dan motivasi yang lebih besar dalam mencapai tujuan mereka.
Ada 4 paradigma berpikir coaching yang harus dimiliki oleh seorang coah, yaitu: (1) fokus
pada coachee, seorang coach harus memiliki keyakinan bahwa coachee memiliki potensi
untuk berkembang dan mencapai tujuan mereka sendiri, dan harus memberikan dukungan
untuk membantu coachee mencapai potensi mereka tersebut; (2) bersikap terbuka dan
ingin tahu, seorang coach harus bersikap terbuka dan menerima coachee apa adanya, tanpa
memberikan penilaian atau menghakimi; (3) memiliki kesadaran diri yang kuat, seorang
coach harus memahami perasaan dan pengalaman coachee secara empatik, dengan berusaha
melihat dunia dari perspektif coachee; serta (4) mampu melihat peluang baru dan masa
depan, seorang coach harus fokus pada pencarian solusi yang kreatif dan konstruktif untuk
masalah yang dihadapi coachee, dan membantu coachee untuk mengidentifikasi langkah-
langkah aksi yang dapat mereka ambil untuk mencapai tujuan mereka.
Prinsip Coaching
Dalam coaching, ada beberapa prinsip yang harus diterapkan oleh seorang coach, yakni:
1. Kemitraan
Kemtraan adalah hubungan antara dua atau lebih pihak yang saling menguntungkan,
di mana masing-masing pihak bekerja sama dengan cara yang seimbang dan saling
mendukung untuk mencapai tujuan bersama. Dalam coaching, kemitraan merujuk
pada hubungan yang seimbang dan saling menguntungkan antara coach dan coachee.
Dalam hubungan kemitraan ini, coach membantu coachee untuk mencapai tujuan
mereka, namun coachee tetap menjadi ahli dalam hidup mereka sendiri dan memiliki
keputusan terakhir tentang tindakan yang akan mereka ambil.
2. Proses kreatif
Proses kreatif adalah adalah suatu proses di mana seseorang menggunakan imajinasi,
kreativitas, dan pemikiran inovatif untuk menghasilkan ide-ide baru atau solusi untuk
masalah yang ada. Dalam coaching, proses kreatif merupakan cara untuk membantu
coachee untuk berpikir secara kreatif dan menemukan solusi baru dan inovatif untuk
masalah yang mereka hadapi.
3. Memaksimalkan potensi
Memaksimalkan potensi berarti mengembangkan kemampuan atau kapasitas
seseorang seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
coaching, memaksimalkan potensi berarti membantu coachee untuk mengembangkan
kemampuan dan potensi mereka secara maksimal. Coach dapat membantu coachee
untuk menemukan kekuatan dan bakat mereka yang tersembunyi, mengembangkan
keterampilan baru, meningkatkan pengetahuan dan pengalaman, serta membantu
mereka untuk mengatasi hambatan atau rintangan yang menghalangi perkembangan
mereka.
Kompetensi inti Coaching
Seorang coach harus memiliki beberapa kompetensi inti yang diperlukan untuk membantu
individu atau kelompok mencapai tujuan mereka. Berikut adalah beberapa kompetensi inti
yang harus dimiliki seorang coach:
1. Mendengarkan aktif, di mana seorang coach harus mampu mendengarkan dengan
penuh perhatian dan memahami perspektif individu atau kelompok yang sedang di-
coach.
2. Mengajukan pertanyaan berbobot, di mana seorang coach harus mampu mengajukan
pertanyaan yang tepat untuk membantu individu atau kelompok memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang situasi atau masalah yang mereka hadapi.
3. Kehadiran penuh (presence), di mana seorang coach harus benar-benar hadir secara
mental, emosional, dan fisik dalam sesi coaching. Hal ini melibatkan fokus penuh
pada coachee, dengan mengabaikan distraksi atau gangguan lainnya. Dalam kehadiran
penuh, seorang coach harus memiliki kesadaran diri (self-awareness) yang tinggi,
mampu memahami perasaan dan pikiran coachee sendiri.
Ada tiga tahapan yang sering dilakukan dalam supervisi akademik, yaitu:
1. Pra Observasi: yang berisi persiapan dan perencanaan supervise, Tahap ini meliputi
identifikasi tujuan supervisi, penentuan peserta supervisi, dan penjadwalan waktu dan
tempat supervisi.
2. Observasi: Tahap ini meliputi pengamatan langsung atau tidak langsung terhadap
kinerja guru atau tenaga pendidik dalam mengajar atau memberikan bimbingan
kepada murid.
3. Pasca Observasi yang meliputi Evaluasi dan rencana tindak lanjut: Tahap ini meliputi
analisis dan penilaian terhadap kinerja guru atau tenaga pendidik berdasarkan hasil
pengamatan dan kriteria yang telah ditentukan serta penentuan tindakan yang harus
dilakukan oleh guru atau tenaga pendidik untuk meningkatkan kinerjanya, serta
perencanaan evaluasi kembali untuk memastikan efektivitas dari tindakan yang
dilakukan.
Refleksi Pembelajaran
Pengalaman/materi pembelajaran yang saya peroleh selama proses belajar coaching
saya mendapat pengetahuan dan pengalaman baru sepanjang saya menjadi seorang pendidik.
Pengetahuan tentang coaching sebagai upaya untuk yang berfokus pada solusi, berorientasi
pada hasil dan sistematis, dalam memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman
hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi. Saya juga mengetahui cara-cara sebagai
coach dalam melaksanakan coaching terhadap coachee dengan kompetensi dan prinsip-
prinsip coaching.
Pengalaman baru yang saya peroleh adalah ketika saya mempraktikkan coaching
kepada rekan sesama calon guru penggerak dan mencoba mempraktekkan kepada rekan
sejawat. Bersama rekan calon guru penggerak mungkin sedikit mudah karena sama-sama
tahu alurnya, namun kepada rekan sejawat sedikit kesulitan. Namun hal ini tidak membuat
saya menyerah, mungkin di lain kesempatan saat mengobrol dengan rekan sejawat saya bisa
menerapkan prinsip-prinsip dan kompetensi coaching yang saya miliki.
Sebelum memulai belajar tentang coaching saya merasa tidak percaya diri tentang
kemampuan saya untuk mengatasi tantangan atau mencapai tujuan saya. Selama belajar
coaching saya merasa tertarik dengan konsep coaching dan cara-cara yang dapat membantu
mereka mencapai tujuan saya maupun orang lain saya juga merasa bersemangat tentang
kemungkinan perubahan positif yang dapat terjadi dalam hidup saya.
Setelah belajar coaching saya merasa merasa bangga dengan upaya yang saya lakukan
dan hasil yang saya capai dalam belajar coaching, saya juga merasa lebih percaya diri tentang
kemampuan saya untuk mencapai tujuan saya dan mengatasi tantangan namun ada sedikit
merasa terbebani oleh tanggung jawab yang diperlukan untuk mencapai tujuan saya.
Hal yang baik dalam proses belajar adalah saya mengetahui coaching dan teknik alur
coaching sehingga saya dapat mempraktikkan coaching dengan sesama calon guru penggerak
dengan menerapkan prinsip dan kompetensi coaching dan sesuai alur TIRTA. Selama praktik
coaching dalam sesi Ruang Kolaborasi dan Demonstrasi Kontekstual berjalan lancar dan
dapan menemukan solusi dari masalah yang dihadapi coachee.
Hal yang perlu saya perbaiki adalah mencari kata kunci dan menanyakan pertanyaan
yang berbobot yang dapat menggali informasi lebih dalam lagi tentang masalah coachee dan
menggali lebih dalam lagi potensi yang dimiliki oleh coachee dalam menemukan solusi atas
malasah pribadinya. Disamping itu dalam percakapan coaching terkadang muncul asumsi-
asumsi dalam pikiran saya dan ini harus saya hindari dengan mengosongkan pikiran saya dari
asumsi terhadap coachee. Tentu hal ini harus saya latih dan saya asah agar menjadi lebih baik
lagi.
Sebelum saya belajar coaching ini, saya merasa tidak percaya diri dengan kemampuan
saya dalam membantu seseorang menyelesaikan masalahnya dengan paradigma coaching,
Setelah belajar coaching ini memiliki keyakinan bahwa saya mampu dan memiliki
kompetensi dalam menjadi coach. Tentunya dengan paradigma berpikir coaching serta
dibarengi dengan prinsip-prinsip coaching
Membuat keterhubungan
Pengalaman masa lalu
Selama saya menjadi guru supervise yang dilakukan kepala sekolah adalah hal wajib
yang harus dilakukan untuk menilai kinerja saya sebagai guru. Supervisi yang saya alami
cenderung berfokus pada perbaikan masalah dan mencari kesalahan yang perlu diperbaiki.
Saya merasa supervisi tersebut lebih bersifat kritik dan kurang memberikan ruang bagi saya
untuk mempertimbangkan perspektif saya sendiri.
Penerapan di masa mendatang
Jika di masa depan saya diberi kesempatan untuk melakukan supervise yang saya
lakukan adalah supervisi tidak hanya berfokus pada kesalahan atau masalah, tetapi juga
memberikan perhatian pada kekuatan dan potensi yang saya miliki. Saya akan mengajukan
pertanyaan reflektif yang membantu guru untuk mengeksplorasi ide mereka sendiri dan
mencapai solusi yang berbasis pada pemikiran mereka sendiri.
Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
Terkait prakti baik di modul pembelajaran berdiferensiasi saya mencoba mengenal
setiap murid secara pribadi dengan memperhatikan keunikan mereka dalam hal kekuatan,
minat, dan tantangan yang dihadapi. Saya juga menyesuaikan materi pembelajaran dan
strategi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan dan keunikan masing-masing murid.
seperti, menyediakan berbagai materi pembelajaran dalam berbagai format seperti video,
audio, dan teks. memberikan tugas yang menantang dengan tingkat kesulitan yang berbeda-
beda.
Dalam pembelajaran sosial emosional saya memandu murid untuk belajar
mengungkapkan diri mereka dengan jelas dan sopan kepada teman dan guru. Saya juga
memastikan bahwa lingkungan kelas adalah tempat yang aman dan menyenangkan bagi
semua murid. Serta mendorong murid untuk membangun hubungan dengan orang lain,
mengembangkan rasa empati, dan meningkatkan keterampilan interpersonal.
Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.
International Coach Federation (ICF) adalah organisasi global yang didedikasikan
untuk mempromosikan standar etika, kualitas, dan profesionalisme di dalam dunia coaching.
Menurut ICF, coaching adalah sebuah proses di mana coach bekerja dengan coachee untuk
memfasilitasi pertumbuhan pribadi dan profesional serta membantu mencapai tujuan yang
diinginkan. ICF menetapkan 11 standar core competencies bagi coach untuk membantu
coachee mencapai hasil yang diinginkan. Berikut adalah beberapa standar core competencies
menurut ICF:
1. Mengembangkan hubungan yang saling percaya antara coach dan coachee
2. Menetapkan tujuan dan sasaran yang jelas bersama coachee
3. Menggunakan pertanyaan yang efektif untuk membantu coachee mengidentifikasi
masalah dan tujuan
4. Mengembangkan rencana tindakan yang spesifik dan dapat diukur bersama coachee
5. Membantu coachee mengevaluasi kemajuan mereka dan membuat perubahan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan mereka
6. Memperkuat keterampilan dan sumber daya coachee untuk mencapai tujuan mereka
7. Meningkatkan kesadaran coachee tentang diri mereka sendiri, potensi, dan cara
mereka mempengaruhi orang lain
8. Menyediakan umpan balik dan dukungan yang positif dan konstruktif
9. Mengakui dan menghormati perbedaan kultural dan kepercayaan coachee
10. Menjaga kerahasiaan coachee dan menjaga etika yang tinggi
11. Mengembangkan dan memperbarui keterampilan coaching mereka melalui pelatihan
dan pembelajaran berkelanjutan.