Anda di halaman 1dari 5

A.

PENDAMPINGAN INDIVIDU
Pendampingan individu dilakukan untuk membantu individu
mengimplementasikan pengetahuan dan pemahaman konsep yang diperoleh
secara daring dan lokakarya sehingga CGP mampu merefleksi, berbagi dan
berkolaborasi. Membantu CGP mencapai kematangan moral, emosional dan
spiritual sehingga dapat berprilaku sesuai kode etik. selain itu, membantu
CGP juga untuk merencanakan, melaksanakan dan melakukan refleksi
pembelajaran yang berpihak murid serta melibatkan orang tua. Pendampingan
dilakukan secara konsisten setiap bulan selama CGP mengikuti PGP dengan
tema pendampingan yang berbeda-beda.
Kunjungan ini dilakukan sebagai bentuk pemantauan terhadap
perubahan yang dilakukan CGP dan rencana apalagi yang akan dilakukan
CGP untuk menciptakan sekolah yang berpihak pada murid. Pengajar praktik
harus mempersiapkan segala bahan yang akan digunakan untuk melakukan
pendampingan. Bahan tersebut berupa jadwal, jurnal pendampinagn yang
telah diisi di LMS, Profil CGP, dan instrumen yang akan digunakan untuk
melaksankan pendampingan. Dalam Pelaksanaan pendampingan individu
pengajar praktik meyiapkan bahan yang berbeda-beda disesuaikan tema dari
pendampingan tersebut. Ada kesamaan yang dilakukan di setiap individu
yaitu langkah-langkah pelaksanaan setiap pendampingan sama meliputi :
a. Bagian awal pendampingan
b. Bagian inti pendampingan
c. Bagian akhir pendampingan dan,
d. Penilaian dan Pelaporan.

B. PENDAMPINGAN KELOMPOK (LOKAKARYA)


Dalam lokakarya Calon Guru Penggerak, pengajar praktik melakukan
pendampingan terkait apa yang akan dilakukan dari lokakarya 0 sampai 6
meliputi guru penggerak masa depan, mengembangkan komunitas belajar,
Visi dan aksi sekolah berpihak pada murid, guru yang berpihak pada murid,
guru pemimpin pembelajaran, pengelolaan program dalam pengembangan
sekolah, festival hasil kerja, rencana kerja, dan rencana keberlanjutan.
Mengetahui peran pengajar praktik pada saat lokakarya seperti :
1. Meningkatkan keterampilan CGP untuk menjalankan perannya
2. Menjejaringkan CGP di tingkat kabupaten
3. Membuka ruang diskusi dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh
CGP
4. Meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan di tingkat sekolah
dan kabupaten
5. Membuat laporan penyelenggaran dapat dikirimkan melalui tautan
berikut, laporan dan refleksi lokakarya dilakukan setiap akhir
penyelenggaraan lokakarya,
6. Mencatat hasil refleksi pendamping terkait lokakarya
7. Mengevaluasi proses lokakarya.

C. PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

Program sekolah yang berdampak pada murid adalah program


sekolah yang dibuat berdasarkan hasil analisis kebutuhan murid. Sasarannya
adalah murid dan untuk mengembangkan potensi murid seutuhnya. Program
yang dibuat berdasarkan minat dam harapan dari murid dan untuk
memfasilitasi perkembangan potensi yang ada dalam diri murid. Yang
menarik adalah bahwa dalam menyusun program di sekolah, penting sekali
dilakukannya pemetaan potensi murid. Untuk mempermudah dalam
melakukan pemetaan, dilakukanlah suatu pendekatan yang berbasis pada
asset. Bertolak dari penjelasan di atas, terkait dengan pendekatan yang
berbasis pada asset, jelaslah bahwa pada modul 3.3 ini sangat berkaitan erat
dengan modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Yang
mana dalam modul 3.2. ini dijelaskan bahwa pendekatan yang berbasis pada
asset sangat berfokus pada kekuatan yang ada, selalu mengarah pada masa
depan, berpikir pada kesuksesan yang diraih dan kekuatan untuk mencapai
kesuksesan tersebut, mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya,
merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan, dan melaksanakan
rencana aksi yang sudah diprogramkan. Selain pemetaan kompetensi/
kekuatan/ asset yang ada di sekolah, dalam pengembangan program ini,
diperlukan juga pemetaan kebutuhan murid dan semua warga sekolah.
Untuk dapat melakukan pemetaan kebutuhan dengan baik,
terstruktur dan terarah, maka diperlukannya suatu pendekatan yang baik.
Suatu pendekatan yang dapat menghimpun semua harapan warga sekolah,
terutama kebutuhan murid, serta berbagai pengalaman baik yang menjadi
faktor penentu keberhasilan program di sekolah, untuk itu model BAGJA
adalah pilihan yang tepat. Ketika kita berbicara tentang BAGJA, sangat
berkaitan erat dengan modul 1.3. tentang Paradigma Dan Visi Guru
Penggerak. Merupakan model manajemen perubahan yang merupakan
akronim dari Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan
rencana, Atur eksekusi sebagai terjemahan bebas yang diadaptasi dari model
5D sebagai bagian dari inkuiri apresiatif (Define, Discover, Dream, Design,
Deliver). Berbicara tentang pengembangan dan pengelolaan suatu program,
tentu tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Perlu adanya pendekatan manajemen
perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan, untuk itu diperlukannya
pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA).
Selain pemanfaatan kebutuhan ataupun kekutan yang ada di sekolah,
dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid juga harus
memperhatikan visi. Mengapa visi diperlukan? Visi itu bagaikan melihat
sebuah lukisan lengkap pada kanvas yang masih kosong. Visi juga bagaikan
bintang penunjuk arah yang memandu penjelajah mencapai tujuan. Visi itu
sesuatu yang belum terjadi. Visi adalah soal masa depan. Visi adalah buah
kreativitas manusia Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat kaitan antara
pemetaan sumber daya dengan perencanaan program sekolah yang
berdampak pada murid. Karena dengan adanya pemetaan itulah, program
yang dibuat semakin terstruktur dengan jelas, terarah dan fokus pada
kebutuhan murid dan kekuatan atau asset-aset yang ada di sekolah. Dalam
pengelolaan program yang berdampak pada murid ini tentu tidak bisa
dipisahkan dari peran guru Penggerak sebagai motor penggerak majunya
pendidikan di Indonesia.
Karena Guru Penggerak adalah para calon-calon pemimpin
pendidikan Indonesia masa depan, yang diharapkan mampu mendorong
tumbuh kembang murid secara holistik; aktif dan proaktif dalam
mengembangkan potensi warga sekolah, dan berbagi pengalaman baik
dengan rekan sejawat untuk mengimplementasikan pengetahuannya dalam
pembelajaran yang berpusat kepada murid. Menjadi teladan dan agen
transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar
Pancasila. Guru Penggerak dihadapkan pada tantangan yakni memberikan
sebuah perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah yang tentunya
membutuhkan waktu dan bersifat gradual. Oleh karena itu, sebagai
pemimpin, guru penggerak hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri
sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang berada di bawah
pengaruhnya untuk menjalani proses bersama-sama. Hal ini perlu dilakukan
dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah dan untuk
menjawab semua kebutuhan murid.
Hal yang menarik bagi saya adalah membangun student agency pada
kegiatan yang diprogramkan. Menariknya saat murid memiliki agency, maka
murid juga sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan
kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran. Modul ini
menampilkan beberapa situasi yang memberikan inspirasi bagi saya mengenai
kegiatan yang mengandung kepemimpinan murid. Gambaran situasi ini
memberikan inspirasi bagi saya untuk menciptakan kepemimpinan murid
dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler ataupun ekstrakurikuler.
Karakteristik lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan
murid. Awalnya saya mengira bahwa program yang menumbuhkembangkan
kepemimpinan murid hanya berupa kegiatan ekstrakurikuler. Setelah
mempelajari modul ini, kepemimpinan murid ternyata bisa dibangun dalam
kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Kepemimpinan murid merupakan
sesuatu yang dapat kita dorong, bukan sesuatu yang bisa kita berikan atau
ambil dari murid. Murid mengambil kepemimpinan dan tanggung jawab atas
proses pembelajaran mereka sendiri. Kepemimpinan murid bukan berarti
bebas sepenuhnya bagi murid, murid tetap membutuhkan bimbingan guru.
Murid memiliki suara dan pilihan atas apa yang akan dipelajari,
bagaimana mereka belajar dan mengorganisir pembelajaran mereka.
Kepemimpinan murid bukan berarti tidak ada akuntabilitas murid. Murid
tetap harus menunjukan penguasaan pengetahuan, konsep dan keterampilan.
Murid dapat memilih arah dan cara mencapai tujuan pembelajaran sendiri.
Kepemimpinan murid bukan berarti mengganti peran guru. Murid justru
menumbuhkan umpan balik, negosiasi, beradu argumen, tuntunan, coaching
dari gurunya sepanjang proses pembelajaran. Pada Modul ini memberikan
pemahaman kepada saya mengenai kegiatan di sekolah yang memiliki
dampak positif bagi murid. Setelah melewati kegiatan mulai dari diri,
eksplorasi konsep, dan ruang kolaborasi, kini tibalah saatnya bagi saya untuk
melakukan refleksi dari materi yang telah dipelajari. Guru hanya perlu
membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, membuat inovasi dalam
kegiatan, membangun agency murid dengan menciptakan lingkungan belajar
yang menunjang. Saya juga menemukan bahwa ada miskonsepsi mengenai
kepemimpinan murid yang selama ini difahami.

Anda mungkin juga menyukai