Anda di halaman 1dari 3

TOPIK 4

AKSI NYATA
FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA
ABIB HANI MASHURIN / 220321917520

1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila sebagai


Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada
Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21.
2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan Identitas
Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak
pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas).

Tulisan Reflektif
Pancasila sebagai entitas bangsa Indonesia memiliki makna bahwa Pancasila adalah sesuatu
gagasan yang berbeda, dengan gagasan lain karena merupakan pemikiran yang dikemukakan oleh
bangsa Indonesia yang tentunya sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai
identitas bangsa Indonesia memiliki makna bahwa sila-sila yang terkandung di Pancasila
merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia dan dalam penerapan di kehidupan
sehari-hari, sila-sila tersebut saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Meskipun zaman
telah berkembang pesat yaitu memasuki abad ke-21, penerapan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari harus terus dilakukan. Hal ini dilakukan agar bangsa Indonesia tetap berada pada
kaidahnya dan tidak kehilangan jati dirinya di tengah perkembangan zaman yang begitu
pesat ini. Salah satu contoh penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yaitu penerapan
Pancasila dalam sektor pendidikan yang saat ini diwujudkan dengan Profil Pelajar Pancasila.
Namun, dalam menerapkan Profil Pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada
peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 tidak lah mudah, terdapat berbagai tantangan
diantaranya yaitu:
(1) Keterlibatan peran orang tua dalam pendidikan kurang maksimal Dalam mencapai
keberhasilan pendidikan, peran guru sebagai pendidik tidak lah cukup. Namun, harus ada
peran serta orang tua dalam prosesnya. Kebanyakan orang tua saat ini kurang peduli
terhadap pendidikan anaknya khususnya pada aspek afektif. Para orang tua hanya peduli
pada aspek kognitif saya, sehingga terkadang sikap peserta didik saat ini kurang baik
meskipun aspek kognitif baik. Hal ini berlaku untuk aksi nyata dalam penerapan Profil
Pelajar Pancasila bahwa penerapan Profil Pelajar Pancasila tidak cukup hanya diterapkan
di sekolah saja, namun perlunya bantuan orang tua dalam membiasakan perilaku Profil
Pelajar Pancasila di rumah.
(2) Kurang tersedia jumlah guru yang memiliki motivasi, semangat dan pengetahuan dalam
menerapkan karakter Profil Pelajar Pancasila. Fakta di lapangan, masih banyak guru-guru
yang belum memiliki motivasi, semangat dan pengetahuan dalam penerapan karakter
Profil Pelajar Pancasila. Guru-guru tersebut cenderung masih nyaman dan betah dengan
perangkat pembelajaran kurikulum sebelumnya dan sebagian kecil menganggap
kurikulum merdeka yang memuat Profil Pelajar Pancasila kurang praktis dan
menambah beban kerja guru khususnya dalam merancang perangkat pembelajaran
yang memuat penerapan karakter Pelajar Profil Pancasila.
(3) Adanya akses informasi yang sangat luas dan tidak terbatas Pada abad ke-21 yang telah
berkembang pesat dalam hal teknologi dimana akses informasi sangat luas dan tidak
terbatas dalam artian semua orang dari segala umur bisa mengakses informasi tersebut
jika memiliki perangkat elektronik/gawai yang menyebabkan banyak anak muda saat ini
kurang memiliki tata krama dan sopan santun dalam berperilaku. Oleh karena itu, ketika
membiasakan peserta didik untuk bersikap sesuai dengan karakter Profil Pelajar Pancasila,
hendaknya guru berkerja sama dengan orang tua dalam memberikan arahan dan batasan
dalam mengakses informasi khususnya dari dunia digital.

Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam
Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas) dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan
berikut, yaitu:
a. Pada elemen Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia
dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
• Membiasakan peserta didik untuk melakukan kegiatan ibadah berdasarkan
agama-agamanya masing-masing. Misalnya peserta didik untuk yang beragama
Islam mengaji Al-Qur’an setiap pagi sebelum memulai pembelajaran di kelas.
• Membiasakan peserta didik untuk melakukan doa sebelum dan sesudah
memulai aktivitas belajar.
• Menumbuhkan karakter berperilaku baik terhadap sesama dapat dilakukan
dengan pembiasaan dari mulai hal yang sederhana seperti selalu menyapa saat
bertemu guru ataupun teman.
• Menanamkan nilai-nilai baik kepada peserta didik seperti menghormati teman
atau guru yang berbeda agama dan menunjukkan sikap toleransi kepada semua
warga sekolah.
b. Pada elemen Berkebinekaan Global dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
• Melaksanakan pembelajaran di kelas yang bermuatan lokal dan seni budaya sesuai
daerah sekolah masing-masing agar siswa mengenal identitas budaya daerah
masing-masing.
• Guru melaksanakan pembelajaran yang mengandung unsur-unsur kearifan lokal
pada mata pelajaran lain seperti pada sains menjadi etnosains.
• Melaksanakan peringatan hari besar Nasional seperti memakai baju adat saat
Hari Peringatan Sumpah Pemuda.
c. Pada elemen Bergotong Royong dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
• Melakukan pembelajaran dengan metode diskusi yang akan melatih kerja sama dan
semangat gotong royong peserta didik.
• Melakukan kegiatan bersih sekolah secara bersama-sama misalnya pada
kegiatan Kamis bersih, para siswa diajak untuk bergotong royong dalam
membersihkan lingkungan sekolah.
d. Pada elemen Mandiri dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
▪ Memberikan peserta didik tugas mandiri
▪ Memberikan peserta didik wadah mengasah kemandirian seperti dalam OSIS, MPK
dan ekstrakurikuler lainnya.
e. Pada elemen Bernalar Kritis dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
▪ Guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mengasah kemampuan berpikir
kritis siswa seperti pembelajaran Project Based Learning, Guided Inquiry Learning
dan lain sebagainya.
▪ Guru dapat memberikan tugas yang mengasah kemampuan berpikir kritis
siswa seperti meminta pendapat siswa terkait kasus/kejadian nyata yang
berhubungan dengan materi yang diajarkan.
f. Pada elemen kreatif dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
▪ Guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mengasah kemampuan berpikir
kreatif siswa seperti pembelajaran Project Based Learning, Guided Inquiry
Learning dan lain sebagainya.
▪ Guru dapat memberikan tugas yang mengasah kemampuan berpikir kreatif
siswa seperti meminta siswa untuk membuat infografis terkait tugas mereka

Anda mungkin juga menyukai