Anda di halaman 1dari 19

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT)

Mushaf Standar Indonesia


Penulis, Ahmad Sarwat
19 hlm

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. Dilarang mengutip atau


memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari
penerbit.

Judul Buku
Mushaf Standar Indonesia

Penulis
Ahmad Sarwat Lc, MA

Editor
Al-Fatih

Setting & Lay out


Al-Fayyad

Desain Cover
Al-Fawwaz

Penerbit
Rumah Fiqih Publishing
Jalan Karet Pedurenan no. 53 Kuningan
Setiabudi Jakarta Selatan 12940
6 | Mushaf Standar Indonesia

Daftar Isi

Daftar Isi...............................................................6
Pendahuluan ........................................................7
Mushaf Bahriyyah ................................................8
Mushaf Bombay ................................................. 10
Perkembangan Penerbitan Mushaf di Indonesia 13
Mushaf Standar Indonesia .................................. 15
Mushaf Standar Indonesia | 7

Pendahuluan

Salah seorang yang ikut membidani lahirnya


Mushaf Standar, K.H. Amin Nashir, mengatakan
bahwa orang pertama yang mencita-citakan adanya
mushaf Indonesia adalah H.O.S. Cokroaminoto
(http//majalah tempointeraktif.com)
Perlu diketahui bahwa sebelum mempunyai
Mushaf Standar, mushaf yang berkembang di
Indonesia adalah mushaf pribadi yang dimiliki oleh
para ulama atau para pemuka masyarakat. Lalu, se-
menjak ada mesin cetak di dunia Islam, mushaf yang
banyak di-gunakan oleh kaum muslimin di Indonesia
adalah mushaf Turki yang disebut juga dengan
Mushaf Bahriyyah dan Mushaf Bombay. Untuk itu,
perlu diuraikan sedikit tentang kedua mushaf
tersebut.
8 | Mushaf Standar Indonesia

Mushaf Bahriyyah

Mushaf Bahriyyah adalah mushaf yang


diterbitkan oleh percetak-an yang bernama
Bahriyyah di Turki. Menurut Ali Akbar, seorang
peneliti di Litbang Depag,
Mushaf A!-Qur'an Bahriyyah terdapat dalam
koleksi Beyazit Devlet Kutuphanesi, sebuah
perpustakaan pemerintah dengan nomor koleksi V
4119 M. Mushaf ini dice-tak tahun 1910-1911.
Disebut Bahriyyah (kata Bahr: laut) karena milik
angkatan laut Turki Usmani pada saat itu. Mushaf ini
beru-pa ayat pojok.
Setiap juz berisi 20 halaman. Pada halaman
perta-ma tertulis surah al-Fatihah dan pada halaman
kedua tertulis SU-rah al-Baqarah sampai ayat ke-5.
Pada kedua halaman tersebut terdapat iluminasi.
Salah seorang penulis di percetakan Bahriyyah
bernama Mushthafa Nazhif yang masyhur dengan
Qadirghahli. Inilah mus-hafyang akhirnya digunakan
sebagai master oleh percetakan Me-nara Kudus
hingga saat ini.
Mushaf Menara Kudus sendiri telah ditashih oleh
beberapa ulama Al-Qur'an terkenal antara lain Syekh
Arwani Amin, K.H. Hisyam, dan K.H. Sya'rani Ahmadi.
Mushaf Standar Indonesia | 9

Ketiga-nya dari Kudus. Mushaf ini telah


mendapatkan tanda tashih dari Lajnah Pentashih
pada tanggal 23 R. Akhir 1394 H. Atau 16 Mei 1974
M dan ditandatangani oleh Drs. Sujono selaku ketua
dan Hamdani Ali selaku sekretaris.
Mushaf ini biasa juga disebut mus-haf ayat pojok,
karena setiap sudut sebelah kanan atau kirinya me-
rupakan akhir ayat. Mushaf ini juga disebut mushhaf
lil huffazh atau untuk para penghafal Al-Qur'an.
Ciri khas lainnya, mushaf ini terbagi 30 juz. Setiap
juz mem-punyai 20 halaman. Setiap halaman terdiri
dari 15 baris. Setiap ba-ris terdiri dari sekitar 8-10
kata.
Jika seorang ingin menghafalkan Al-Qur’an
berdasarkan hitungan halaman, maka jika satu hari
bisa menghafalkan 1 halaman, berarti dia akan
khatam Al-Qur'an sela-ma 600 hari atau 2 tahun
kurang. Ada juga mushaf sejenis mushaf "Bahriyyah”
yang ditulis oleh al-Hafizh ٧sma.n, yang ditulis pada
tahun 1968 M/1299 H dan telah ditashih pada tahun
1312 H.
10 | Mushaf Standar Indonesia

Mushaf Bombay

Mushaf ini dikatakan Mushaf Bombay karena


masternya berasal dari India. Para peneliti
mengatakan bahwa Mushaf Bombay me-rupakan
mushaf yang paling populer.
Sejak pertengahan abad ke-19, Al-Qur'an
Bombay sudah beredar luas di Asia Tenggara. Di
beberapa tempat seperti di Palembang, Demak,
Madura, Bima, Malaysia, hingga Filipina Selatan,
Mushaf Bombaylah yang ba-nyak digunakan.
Mengenai asal-usul Mushaf Bombay ini berawal
dari seorang yang bernama Haji Azhari bin Kemas
Haji Abullah Palembang. Se-orang keturunan Arab di
Palembang dari generasi ketiga. Menurut peneliti
dari Asian History Centre Australian University,
Austra-lia, I. Proudfoot, Haji Azharilah penggagas
percetakan Al-Qur’an pertama di Nusantara pada
tahun 1854.
Hal itu karena terinspira-si oleh percetakan Al-
Qur’an di India. Azhari sendiri pernah ber-mukim di
Mekah dan kemudian melanjutkan studinya di
Univer-sitas al-Azhar, Kairo. Ketika pulang, dia
mampir beberapa lama di India.
Sebelum akhirnya mampir di Singapura dan
Mushaf Standar Indonesia | 11

kemudian Pa-lembang yang merupakan kampung


lralamannya sendiri. Pada saat di India inilah Azhari
mempelajari teknik pencetakan Al-Qur'an dengan
sistem litograf (percetakan batu).
Percetakan litograf sen-diri telah populer di
Eropa selama 1806-1817. Percetakan itu di-bawa ke
India melalui East India Company tahun 1824.
Kemudi-an, tahun 1850 di Lucknow didirikan pusat
percetakan, di samping Cawnpore, Agra, Delhi,
Lahore, dan Hyderabad.
Artinya, percetak-an di India telah berkembang
sedemikian rupa. Azhari mengam-bil kesempatan
singgahnya di India untuk mempelajari dunia ce-tak-
mencetak.
Publikasi pertamanya adalah autobiografi
perintis sastra mela-yu modern yaitu Abdullah bin
Abdul Qadir al-Munsyi pada 1849. Setelah itu, Azhari
mencetak Al-Qur'an sendiri. Cetakan pertama selesai
pada tanggal 21 Ramadhan 1264 H atau 21 Agustus
1848. A!-Qur'an yang dicetak sebanyak 105 buah
selama 50 hari. Dicetak di kampung 3 ulu Palembang.
Lalu Azhari menjualnya dengan harga 25 gulden.
Demikian jelas Proudfoot.
Sangat dimungkinkan bahwa Azhari yang telah
lama menga-mati dunia cetak-mencetak Al-Qur'an,
baik di Mesir maupun di India sampai di Singapura
membawa seperangkat alat percetakan litograf ke
Palembang.
Kemudian, sejalan dengan waktu, beberapa
pengusaha ketu-runan Arab di Cirebon mulai
12 | Mushaf Standar Indonesia

mencetak mushaf model Bombay ini. Di antara


mereka adalah Abdullah bin Afif di Cirebon. Mus-haf
keluaran Abdullah bin Afif dicetak pertama kali tahun
1930 fuk. A\Y 1‫ةهة<\ اًة‬
Mushaf Standar Indonesia | 13

Perkembangan Penerbitan Mushaf di Indonesia

Mushaf ini pada masa lalu termasuk yang paling


banyak diminati masyarakat karena tulisannya
gemuk, enak dibaca, walaupun jarak antara hurufnya
terkesan sangat berdekatan.
Kelihatannya harga mushaf ini terjangkau oleh
masyarakat mengingat kertas yang digunakan adalah
kertas buram yang mudah rusak. Ukurannya juga
agak besar. Jarang kita jumpai yang berukuran kecil.
Yang menarik dari mushaf ini adalah cara
pengharakatan hurufi gampang dipahami oleh orang
awam.
Hal ini berbeda de-ngan mazhab Khalil bin
Ahmad yang diterangkan di muka. Tan-da tanwin
semuanya beriringan. Pada setiap huruf mad dan hu-
ruf mati pasti ada sukun. Tanda huruf yang dibaca
panjang yang dibuang dibubuhi fathah/kasrah
berdiri. Tanda shilah qashirah cu-kup dengan kasrah
berdiri di bawah Ha' Kinayah.
Jika harakatnya dhammah maka ditandai dengan
dhammah terbalik. Cara mem-beri harakat semacam
ini lebih akrab di masyarakat, walaupun hal itu
terputus dengan sejarah keilmuan ditemukannya
harakat. (http//Ibid).
Gambar Mushaf Bombay
14 | Mushaf Standar Indonesia

Jumhur ulama berpendapat bahwa menulis


mushaf haruslah de-ngan rasm usmani dengan
alasan:
Pertama, rasm usmani adalah rasm yang
disepakati para sahabat pada saat menulis mushaf.
Ke-dua, jumhur ulama salaf seperti Imam Malik
bin Anas dan lain-nya menjelaskan bahwa penulisan
mushaf harus mengikuti rasm usmani bukan rasm
imla'i yang berkembang pada masa itu.
Keti-ga, lebih menjaga keaslian Al-Qur'an.
Keempat, rasm usmani me-rupakan salah satu syarat
diterimanya satu bacaan.
Mushaf Standar Indonesia | 15

Mushaf Standar Indonesia

Untuk sampai kepada kebijakan menerbitkan


Mushaf Standar, Libang Kementerian Agama telah
melampaui beberapa tahapan.
Tahapan pertama adalah dibentuknya Lajnah
Pentashih Mus-haf Al-Qur'an pada tahun 1957 oleh
Menteri Agama saat itu, K.H. Muhammad Ilyas.
Lajnah ini dibentuk dua tahun setelah kejadian
pembakaran Mushaf Bombay yang banyak masalah.
(Lih. Majalah Tempo, 14 April 1984).
Sementara itu, lajnah ini secara kelem-bagaan
dibentuk pada tanggal 1 Oktober 1959 berdasarkan
Per-aturan Menteri Muda Agama No. 11 1959.
Kemudian keberadaan Lajnah ini diperkuat lagi oleh
KMA No 1 Tahun 1982 yang ber-isi tentang tugas-
tugas Lajnah.
Kemudian, pada awal tahun 2007 struktur Lajnah
diperbarui dengan PMA (Peraturan Menteri Aga-ma)
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lajnah
Pentashihan Mus-haf Al-Qur'an serta Keputusan
Menteri Agama No. 45 tentang Pe-ngelolaan Bayt Al-
Qur’an dan Museum Istiqlal) (Shohib, Kebijakan
Penerbitan MusViaj Al-Qur'an di Indonesia).
Kedua, melakukan serangkaian musyawarah
kerja Ulama Al-Qur'an dari satu menteri ke menteri
16 | Mushaf Standar Indonesia

agama lainnya. Dari sinilah kemudian muncul


gagasan untuk menerbitkan “Mushaf Standar’:
Muker Ulama Al-Qur'an IX pada bulan Februari 1983
menghasil-kan naskah Mushaf Standar. Naskah Al-
Qur'an Standar baru die-darkan setelah Musyawarah
Kerja Alim ulama X pada akhir Maret 1984. Penulis
pertamanya adalah Ustadz Ahmad Syadzili. Setelah
menulis selama 4 tahun, lalu diserahkan kepada
Menag saat itu, Alamsyah Ratuprawiranegara.
Ketiga, penerbitan KMA No. 25 tahun 1984
tentang penetapan Mushaf Standar sebagai acuan
bagi Lajnah dalam proses pentashi-han mushaf yang
beredar di Indonesia. KMA No. 25/1984 berisi:
1. Al-Qur’an Standar Usmani, Bahriyah dan
Braille hasil peneli-tian dan pembahasan
Musyawarah ulama Al-Qur'an I s.d. IX dijadikan
Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia.
2. Master kopi Mushaf Al-Qur'an Standar
sebagaimana dimaksud pada diktum pertama dan
naskah cetakan pertama disimpan oleh Badan
Litbang Departemen Agama.
3. Mushaf Al-Qur'an Standar sebagaimana
dimaksud pada dik-tum pertama dipergunakan
sebagai pedoman dalam mentas-hih Al-Qur’an.
Kemudian, pada tahun 1984 juga keluar Instruksi
Menteri Agama No. 7 yang berisi:
1. Mempergunakan Mushaf Al-Qur’an Standar
sebagaimana di-tetapkan dalam keputusan Menteri
Agama No. 25 tahun 1984 sebagai pedoman dalam
Mushaf Standar Indonesia | 17

melaksanakan tugasnya.
2. Mengusahakan agar penerbitan Al-Qur’an
yang baru oleh para penerbit sudah menggunakan
Mushaf Al-Qur’an Standar. Penulis Mushaf Standar
yang lain adalah Ustadz Baiquni Ya-
sin yang tidak lain adalah cucu penulis Mushaf
Standar pertama Muhammad Syadzali. Mushaf yang
ditulis Ustadz Baiquni dires-mikan oleh Menag,
Sayyid Aqil Husain Munawwar pada tanggal 10
Desember 2001.

jika dikatakan rasm usmani, maka yang dimaksud


adalah me-tode atau cara penulisan Al-Qur'an yang
meliputi batang tubuh
Dengan keluarnya KMA No. 25 tahun 1984 ini,
maka se-mua mushaf yang terbit di Indonesia harus
mengacu pada Mus-haf Standar. Adapun mushaf
yang datang dari Luar Negeri seperti dari Mujamma'
Malik Fahd di Madinah, maka Lajnah memberi-kan
penjelasan tentang perbedaan cara memberikan
tanda baca antara Mushaf Standar dan Mushaf
Madinah sebagaimana yang termaktub dalam
Mushaf dan Terjemahnya yang diterbitkan Mu-
jamma' Malik Fahd.
huruf-huruf Al-Qur'an yang telah dilakukan oleh
para penulis mushaf Al-Qurhn pada masa Usman bin
Affan. Tidak termasuk di dalamnya aksesori yang
hinggap di batang tubuh tersebut se-perti semua
tanda baca, tanda sajdah, nama surah, penomoran
18 | Mushaf Standar Indonesia

SU-rah, dan sebagainya.


Pada Mushaf Standar, penulisan batang tubuh
huruf-huruf un-tuk menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an
mengikuti pola rasm usmani. Namun, pemberian
tanda baca tidak mengikuti pola Khalil bin Ahmad,
tapi mengikuti cara atau pola Mushaf Bombay yang
keli-hatannya lebih akrab di mata orang Melayu.
Penulisan mushaf Al-Qur'an akan terus dilakukan
oleh ma. syarakat dengan variasi yang bermacam-
macam. Pada akhir-akhir ini, penulisan mushaf
semakin beragam dengan atribut yang be-ragam
pula. Tampilan dan kualitasnya semakin menarik.
Namun, tentu saja Al-Qurhn adalah kitab
hidayah. Sisi hidayahnya bukan terletak pada bentuk
luarnya saja, melainkan pada kandungannya dan
bagaimana kaum muslimin bisa menerjemahkannya
dalam ke-hidupan mereka.
Pada masa Nabi, penampilan mushaf sangatlah
sederhana namun mampu mengubah dunia.
Pertanyaannya, apa-kah mushaf dengan
penampilannya sekarang yang sangat mena-rik
tersebut mampu mengubah pandangan dunia
terhadap kaum muslimin? []
Mushaf Standar Indonesia | 19

Anda mungkin juga menyukai