Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Fadli Rauf

NIM : 12009045
Kelas : IAT 3B
Mata Kuliah : Islam dan Budaya Lokal
Tugas : UTS
1. Ruang Lingkup : Budaya, Sistem Pengetahuan, Sistem Kemasyarakatan atau
Organisasi Sosial, Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi, Sistem Mata Pencaharian
Hidup, Sistem Religi, Kesenian.
Prinsip-prinsip nilai kebudayaan dalam Islam merujuk pada sumber ajaran Islam
yaitu Pertama, menghormati akal Kedua, memotivasi untuk menuntut dan
mengembangkan ilmu Ketiga menghindari taklid buta, Keempat tidak membuat
pengrusakan.

2. Sikap Islam terhadap Kebudayaan Pertama, Kebudayaan yang tidak bertentangan


dengan Islam Kedua, Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan
Islam, kemudian direkonstruksi sehingga menjadi kebudayaan Islami Ketiga,
kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.
Budaya Indonesia Upacara Sekaten merupakan kearifan dan kreativitas para wali
dalam menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam. Dengan tidak mengurbankan asas
utama ajaran Islam, Tauhid, dan tidak mengurbankan pula kelestarian budaya Jawa,
penyelenggaraan Maulid Nabi ditransformasikan menjadi upacara Sekaten.

3. Faktor-faktor terjadinya interaksi antara tradisi lokal, Hindu- Buddha dan Islam
Bangsa Indonesia memiliki local genius. a. Penyebaran agama Hindu-Buddha
menggunakan media tradisi yang sudah ada, b. Penyebaran agama Islam
memanfaatkan tradisi Hindu- Buddha dan tradisi lokal yang sudah ada, c. Pada saat
Islamisasi, tujuannya: "Yang penting rakyat masuk Islam". Meliputi :
Bidangi Bahasa, Bidang Aksara, Bidang Sosial, Bidang Sistem Pemerintahan,
Bidang Bangunan, Bidang Seni, Sistem Kalender, Kelahiran.

Fungsi agama-budaya
Agama berinteraksi dengan budaya lokal juga dalam rangka memenuhi fungsi fungsi
kehidupan yang diinginkan sesuai dengan pengalaman manusia
➤Selamatan untuk panjang umur

➤Datang ke "orang pintar" (dukun, kiai, dsb) untuk minta sembuh penyakit tertentu melalui doa-doa

➤ Datang ke kuburan mencari jalan rizki, dsb.

4. a. Tradisi Saprahan kental akan nuansa religi keislaman. Sebagai contoh adalah
adanya simbol Rukun Iman yang jumlahnya enam, yang dalam tradisi Saprahan
diwujudkan dalam jumlah orang yang makan bersama dalam tiap kelompok
berjumlah enam orang. Rukun Iman sendiri dalam kepercayaan Islam ada enam
yaitu percaya kepada Allah SWT, percaya kepada malaikat, percaya keada kitab-
kitab, percaya kepada rasul-rasul, percaya pada hari kiamat, serta percaya kepada
qada dan qadar. Kemudian ada simbol Rukun Islam dalam bentuk jumlah lauk yang
dihidangkan dalam tradisi Saprahan sebanyak lima macam. Rukun Islam sendiri
dalam ajaran Islam ada lima yaitu mengucap dua kalimah syahadat, mendirikan
sholat, puasa pada bulan Ramadhan, mengelurkan zakat, dan menunaikan haji.
Adanya nilai-nilai religi dalam tradisi Saprahan dimaksudkan agar masyarakat dalam
kehidupannya menghayati dan mengamalkan setiap ajaran agama yang dianutnya.
b. Tradisi ruwahan yang ada pada zaman Hindu-Budha lambat laun terakulturasi dengan
nilai-nilai Islam.

Akulturasi ini makin kuat ketika Walisongo menjalankan dakwah ajaran Islam di Jawa mulai
abad ke-15. Pribumisasi ajaran Islam membuahkan sejumlah perpaduan ritual, salah
satunya budaya ruwahan. Oleh karena itu, ruwahan bisa jadi merupakan akomodasi para
wali ketika memperkenalkan agama Islam di tanah Jawa.

Langkah itu ditempuh para wali, karena untuk melakukan persuasi yang efektif terhadap
orang Jawa, agar mau mengenali dan masuk Islam. Nyadran pun menjadi media siar agama
Islam. Selain ritual ruwahan, salah satu kompromi atau akulturasi budaya Jawa dalam islam
berupa penempatan nisan di atas jenazah yang dikuburkan.

Batu nisan tersebut sebagai penanda keberadaan si jenazah, agar kelak anakcucunya dan
segenap keturunannya bisa mendatangi untuk ziarah, mendoakan sang arwah, sewaktu-
waktu. Bagi sebagian besar masyarakat pedesaan di Jawa, mudik terdiri atas dua arus. Arus
besar pertama terjadi dalam rangka menyongsong lebaran, atau Idul Fitri.

5. a. Pertama, nilai spiritual. Setiap insan muslim akan mampu menumbuhkan dan
menambah rasa cinta pada beliau SAW dengan maulid, Kedua, nilai moral dapat
dipetik dengan menyimak akhlak terpuji dan nasab mulia dalam kisah teladan Nabi
Muhammad SAW, Ketiga, nilai sosial. Memuliakan dan memberikan jamuan
makanan para tamu, Keempat, nilai persatuan akan terjalin dengan berkumpul
bersama dalam rangka bermaulid dan bershalawat maupun berdzikir.
b. Ritual tepung tawar tidak bisa dikerjakan sembarangan karena menggunakan
lafaz khusus ayat dan sholawat. Dari rangkaian tersebut mempunyai fungsi sebagai
rasa dan wujud syukur kepada Allah SWT serta harapan dan menolak(musibah). Tak
dilepaskan juga dari saling menghormati dan menghargai yang tua, mempererat tali
silaturahmi, menjaga rasa solidaritas sesama di dalam kehidupan yang beragam dan
terhindar dari malapetaka.

Anda mungkin juga menyukai