Anda di halaman 1dari 5

HORMAT KEPADA ORANG TUA DAN GURU

1. Q.S Al-Isra / 17:23


‫يرا‬ َ ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّيَانِي‬
ً ‫ص ِغ‬ ْ ‫ب‬ َّ َ‫ض لَ ُه َما َجنَا َح الذُّ ِِّل ِمن‬
ِ ِّ ‫الرحْ َم ِة َوقُ ْل َر‬ ْ ‫و‬.
ْ ‫اخ ِف‬ َ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai
Tuhanku,kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.”

2. Hadis-hadis yang terkait dengan hormat dan patuh kepad orang tua dan guru
a. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.
‫ضى‬َ ‫ضى هللاُ فى ِر‬ َ ‫ع ْن‬
َ ‫ ِر‬:‫ع ْب ُد هللا بن َع ْم ٍرو رضي هللا عنهما قال قال رسو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم‬ َ
‫الوا ِل َدي ِْن ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم‬ ُ
َ ‫س َخط‬ ُ
َ ‫س َخط هللا فى‬
َ ‫الوا ِل َدي ِْن و‬
َ
Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada
keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh
Ibnu Hibban dan Al-Hakim)[1][1]
b. Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.
‫يرة َ رضي هللا عنه قال َجا َء َر ُج ٌل الى رسو ِل هللا صلى هللا عليه وسلم فقال يَا رسو َل هللا َم ْن‬ َ ‫ع ْن اَبِي ُه َر‬ َ
‫ ثم من؟‬:‫ثم ا ُّمك قال‬: ‫ ثم من؟ قال‬:‫ ث ُ َّم ا ُ ُّمك قال‬:‫ ث ُ َّم َم ْن؟ قال‬:‫ ا ُ ُّمك قال‬:‫ص َحا َب ِتي؟ قال‬
َ ‫اس ِب ُحس ِْن‬ ِ ِّ‫ا َ َح ًّق الن‬
‫ ثم اَب ُْو َك (اخرجه البخاري‬: ‫)قال‬
Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: “
Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak aku pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah
menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”. Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa?
Rasulullah menjawab: “ Bapakmu!”(H.R.Bukhari).[1][2]
c. Hadis Abdullah bin Mas’ud tentang amal yang paling disukai Allah SWT.
َّ ‫ ال‬:‫ي ْال َع َم ِل اَ َحبُّ الى هللا قال‬
‫ص ََلة ُ على‬ ُّ ‫ي صلى هللا عليه وسلم ا‬ َّ ‫سا َ ْلتُ النَّ ِب‬ َ ‫ع ْب ُد هللا بن َم ْسعُو ٍد قال‬
َ
‫سبِ ْي ِل هللا ( اخرجه البخاري و مسلم‬ َ ‫الج َها ُد فى‬ ِ :‫ ثم اي قال‬:‫ث ُ َّم بِ ُّر ْال َو ْال َدي ِْن قال‬:‫ ثم اي قال‬:‫)و ْقتِ َها قال‬
َ
Artinya: “ dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: “ Saya bertanya kepada Nabi saw: amal apakah yang paling disukai oleh
Allah Ta’ala?” beliau menjawab: “ shalat pada waktunya. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berbuat
baik kepada kedua orang tua. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berjihad(berjuang) di jalan Allah.”
(H.R. Bukhari dan Muslim).[1][3]
d. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang dosa-dosa besar.
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ان من اكبر الكبا ئر‬: ‫عن عبد هللا بن عمر ورضى هللا عنهما قال‬
‫ يسب الرجل ابا لرجل فيسب‬:‫و كيف يلعن لر جل والديه ؟ قا ل‬.‫ قيل رسول هللا‬. ‫ان يلعن الر جل والديه‬
‫)أبا لرجل فيسب أبا ه و يسب ( أخر جه امام بخاري‬
Artinya: “ dari Abdullah bin ‘amr bin al-ash ia berkata, Rasulullah Saw telah bersabda: “ diantara dosa-dosa besar yaitu
seseorang memaki kedua orang tuanya. “ para sahabat bertanya: “ Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang memaki
kedua orang tuanya?” Beliau menjawab: “ Ya, apabila seseorang memaki ayah orang lain, kemudian orang itu membalas
memaki ayahnya kemudian ia memaki ibu orang lain, dan orang itu memaki ibunya. (H.R. Bukhari).[1][5]

3. Birrul Walidain
a. Pengertian Birrul Walidain
Istilah Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-birru artinya kebajikan dan al-
walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Jadi, Birrul Walidainadalah berbuat kebajikan terhadap kedua
orang tua.
b. Kedudukan Birrul Walidain
Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya
menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya juga menempati
posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina. Karena
mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung,
menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan
besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu
berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada
orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.[1][6]
c. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain
Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:
1. Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua dalam nasihat, dan
perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya berbuat
maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita tetap menjalin hubungan dengan baik.
2. Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik dalam tingkah
laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.[1][7]
3. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan,
pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran
Islam.
4. Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum berkeluarga dan mampu berdiri sendiri
anak-anak membantu orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan rumah.
5. Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan hidup di dunia
dan akhirta.
6. Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
7. Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
8. Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan cara antara lain:
o Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya
o Melunasi semua hutang-hutangnya
o Melaksanakan wasiatnya
o Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
o Memuliakan sahabat-sahabatnya
o Mendoakannya.
d. Doa Anak untuk Orang Tua
Seorang anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil contoh dari ayat suci Alquran
yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan permohonan kepada Allah Swt agar dapat lah kiranya Allah
memberi ampunan pada kedua orang tuanya dari dosa-dosa yang telah mereka perbuat.
Doa Nabi Ibrahim as dalam Q.S.Ibrahim:41
Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab
(hari kiamat)”.
Permohonan Nabi Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa’: 24
dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
e. Sikap dan perilaku yang menunjukkan birrul walidain
o Mengikuti segala nasihat yang baik dan berusaha menyenangkan hatinya.
o Selalu memohonkan ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
o Bergaul dengan kedua orang tua dengan cara yang baik.
o Merendahkan diri dan tidak bersikap sombong kepada keduanya.
o Apabila orang tua sudah meninggal, maka seorang anak harus memohonkan ampun kepada Allah,
membayar utang, melaksanakan wasiat dan menyambung silaturrahim kepada teman dan kerabat kedua
orang tuanya.
o Membantu orang tua dalam segala hal, baik akal fikiran, tenaga maupun financial.

4. ‘Uququl Walidain
‘Uququl Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar
yang dibenci oleh Allah Swt, sehingga adzabnya disegerakan oleh Allah di dunia ini. Hal ini mengingat betapa
istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua
orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa diganti dengan apapun.
Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan bertingkat-tingkat, mulai dari
mendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan “ah” ( uffin, berkata kasar, menghardik, tidak menghiraukan
panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-macam tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan
menyakitkan hati orang tua.) di dalam Q.S. A-Israa:23 di ungkapkan oleh Allah dua contoh pendurhakaan kepada
orang tua yaitu, mengucapkan kata “uffin” dan menghardik ( lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah berusia
lanjut)

5. Akhlak Kepada Guru


 Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi lebih baik
sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua,
maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan
syari’at agama.
 Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru, sebagaimana
sabda Rosululloh saw :
‫يرنَا‬
َ ‫ص ِغ‬ َ ‫ْس ِمنَّا َم ْن لَ ْم ي َُوقِِّ ْر َك ِب‬
َ ‫يرنَا َو َي ْر َح ْم‬ َ ‫لَي‬
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi
orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )
 Di antara akhlaq kepada guru adalah mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat,
sebagaimana sabda Rosululloh saw :
‫ط ِريقًا إِلَى ْال َجنَّ ِة‬
َ ‫َّللاُ لَهُ بِ ِه‬ َ ‫س فِي ِه ِع ْل ًما‬
َّ ‫س َّه َل‬ ُ ‫ط ِريقًا يَ ْلت َِم‬
َ َ‫سلَك‬
َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan baginya
dengannya jalan menuju syurga.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )
 Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi, sebagaimana
sabda Rosululloh saw :
‫َّللا َج ِمي ٌل ي ُِحبُّ ْال َج َما َل‬
َ َّ ‫ِإ َّن‬
“Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan Al-Hakim )
 Di antara akhlaq kepada guru yaitu diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan, sebagaimana
hadits Abu Sa’id Al-Khudri ra :
َّ ‫علَى ُر ُءو ِس ِه ْم‬
‫الطي َْر‬ َ ‫اس َكأ َ َّن‬
ُ َّ‫س َكتَ الن‬
َ ‫َو‬
“Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka.” ( HR. Al-Bukhori )
 Imam Sufyan Ats-Tsauri rohimahullohberkata : “Bila kamu melihat ada anak muda yang bercakap-cakap
padahal sang guru sedang menyampaikan ilmu, maka berputus-asalah dari kebaikannya, karena dia
sedikit rasa malunya.”( AR. Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ilas-Sunan )
 Di antara akhlaq kepada guru adalah bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti
dengan cara baik. Alloh berfirman :
َ‫فَاسْأَلُ ْوا أ َ ْه َل ال ِ ِّذ ْك ِر ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم الَ ت َ ْعلَ ُم ْون‬
“Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.”( Qs. An-Nahl : 43 dan Al-
Anbiya’ :
Rosululloh saw bersabda :
‫س َؤا ُل‬
ُّ ‫ي ال‬ِِّ ‫سأَلُ ْوا إِ ْذ لَ ْم يَ ْعلَ ُموا فَإِنَّ َما ِشفَا ُء ْال ِع‬
َ َ‫أَال‬
“Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan adalah bertanya ?”
( HSR. Abu Dawud )
 Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar mengolok-olok atau yang
dilatarbelakangi oleh niat yang buruk, oleh karena itu Alloh berfirman :
ُ َ ‫ع ْن أ َ ْشيَا َء ِإ ْن ت ُ ْب َد لَ ُك ْم ت‬
‫سؤْ ُك ْم‬ َ ‫َيا أَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا الَ تَسْأَلُ ْوا‬
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang bila dijawab niscaya akan
menyusahkan kalian.” ( Qs. Al-Maidah : 101 )
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
‫َيءٍ لَ ْم يُ َح َّر ْم فَ ُح ِ ِّر َم ِم ْن أَجْ ِل َمسْأَلَ ِت ِه‬ َ ‫ظ َم ْال ُم ْس ِل ِميْنَ ُج ْر ًما َم ْن‬
َ ‫سأ َ َل‬
ْ ‫ع ْن ش‬ َ ‫إِ َّن أ َ ْع‬
“Sesungguhnya orang muslim yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu
yang tidak diharamkan, lantas menjadi diharamkan lantaran pertanyaannya itu.” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori
dan Muslim )
 Ketika bertanya mestinya dilakukan dengan cara dan bahasa yang bagus.
Berkata Imam Maimun bin Mihron : “Pertanyaan yang bagus menunjukkan separuh dari kefahaman.” (
AR. Al-Khothib Al-Baghdadi dalam Al-Jami’ )
 Di antara akhlaq kepada guru adalah menegur guru bila melakukan kesalahan dengan cara yang penuh
hormat, sebagaimana sabda Rosululloh :
َ ‫سو ِل ِه َو ألَئِ َّم ِة ْال ُم ْس ِل ِمينَ َو‬
‫عا َّمتِ ِه ْم‬ ِ َّ ِ ‫ ِل َم ْن ؟ قَا َل‬: ‫ قُ ْلنَا‬, ُ‫ص ْي َحة‬
ُ ‫َلِل َو ِل ِكت َابِ ِه َو ِل َر‬ ِ َّ‫ال ِ ِّدي ُْن الن‬
“Agama adalah nasihat.” Kami ( Shahabat ) bertanya : “Untuk siapa ?” Beliau menjawab : “Untuk menta’ati
Alloh, melaksanakan Kitab-Nya, mengikuti Rosul-Nya untuk para pemimpin kaum muslimin dan untuk
orang-orang umum.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dll )

6. Akhlak terhadap orang tua menurut etika :


Orang tua adalah oran yang telah merawat kita, menjaga, memelihara, dan mendidik kita sejak kecil hingga
kita menjadi dewasa. Mereka melakukannya secara sunguh-sungguh dan penuh kasih sayang demi mengharapkan
kehidupan kita yang lebih baik. Bahkan orang tua dengan susah payah bekerja mencari nafkah untuk
membahagiakan kita.
Sedemikian besar peran orang tua dalam hidup kita, sehingga sudah sepantasnya kita sebagai orang yang
berpengetahuan haruslah menjaga etika kita terhadap orang tua. Diantara bentuk-bentuk perbuatan kita yang
sesuai dengan etika adalah :
1. Selalu taat kepada keduanya dan menjalankan segala perintahnya, asalkan perintah itu tidak bertentangan
dengan ajaran agama dan tidak melanggar hukum yang berlaku di suatu tempat. Meskipun orang tua kita
berbuat aniaya kepada kita, tetaplah kita tidak boleh menyinggung perasaan mereka ataupun membalas
perbuatan yang mereka terhadap kita. Baik bagaimanapun mereka tetaplah orang tua kita yang telah
merawat kita semenjak kita kecil.
Menurut ukuran umum, orang tua tidak akan berbuat aniaya kepada anaknya sendiri. Jikalau terjadi
aniaya, biasanya disebabkan oleh perbuatan si anak yang berbuat keterlaluan kepada orang tua.
2. Jika hendak pergi hendaklah meminta izin kepada keduanya. Apabila tidak diizinkan kita harus
menerimanya dengan lapang dada.
3. Berbicaralah dengan lemah lembut, bermuka manis, dan berseri-seri. Janganlah meninggikan suara ketika
berbicara kepada orang tua dan jangan pula menggunakan kata-kata yang kasar kepada keduanya.
4. Perhatikan nasihat-nasihat orang tua dan janganlah memotong pembicaraannya.
5. Membantu pekerjaan orang tua dengan sekuat tenaga, terutama jika orang tua sudah berusaha lanjut.
6. Selalu bersikap baik dan sopan santun baik dalam perbuatan maupun perkataan.
7. Selalu menyambung silaturahim kepada keduanya meskipun kita dalam perantauan ataupun kita sudah
memiliki keluarga sendiri, selalu menepati janji kita, dan menghormati sahabat-sahabat orang tua dengan
baik.
8. Selalu mendoakan orang tua agar diampuni dosa-dosanya oleh Allah swt.
Sementara itu menurut imam al-Ghazali, etika anak terhadap orang tuanya adalah sebagai berikut:
1. Mendengarkan pembicaraannya.
2. Melaksanakan perintahnya.
3. Tidak berjalan di depannya.
4. Tidak mengeraskan suara ketika berbicara kepadanya.
5. Menjawab panggilannya.
6. Berkemauan keras menyenangkan hatinya.
7. Menundukkan badannya.
8. Tidak mengungkit kebaikan kita terhadap mereka.
9. Tidak memandang dengan mata melotot dan tidak menatap matanya.
Itulah sebagian kecil bentuk akhlak anak terhadap orang tua menurut etika

7. Akhlak Kepada Guru Menurut Etika


Murid adalah orang yang sedang belajar dan menuntut ilmu kepada seorang guru. Demi untuk
keberkahan dan kemudahan dalam meraih dan mengamalkan ilmu atau pengetahuan yang telah diperoleh dari
seorang guru, maka seorang murid haruslah memiliki akhlak atau etika yang benar terhadap gurunya.
Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Mu’allim), diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
2. Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila menghadap atau berjumpa
dengan beliau.
3. Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa gurunya itu
memiliki derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk mengambil manfaat dari beliau.
4. Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan gurunya dan tidak
melupakan jasanya.
5. Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki perangai kasar dan
keras.
6. Seorang murid hendaklah duduk dengan sopan di hadapan gurunya, tenang, merendahkan diri, hormat
sambil mendengarkan, memperhatikan, dan menerima apa yang disampaikan oleh gurunya.
Jangan duduk sambil menengok kanan kiri kecuali untuk suatu kepentingan.
7. Seorang murid hendaklah ketika mengadap gurunya dalam keadaan sempurna dengan badan dan pakaian
yang bersih.
8. Seorang murid hendaklah jangan banyak bicara di depan guru ataupun membicarakan hal-hal yang tidak
berguna.
9. Seorang murid hendaklah jangan bertanya dengan tujuan untuk mengujinya dan menampakkan
kepandaian kepada guru.
10. Seorang murid hendaklah jangan bersenda gurau di hadapan guru
11. Seorang murid hendaklah jangan menanyakan masalah kepada orang lain ditengah majlis guru.
12. Seorang murid hendaknya tidak banyak bertanya, apalagi jika pertanyaan itu tidak berguna
13. Jika guru berdiri, Seorang murid hendaklah ikut berdiri sebagai penghormatan kepada beliau.
14. Seorang murid hendaklah tidak bertanya suatu persoalan kepada guru ketika sedang di tengah jalan.
15. Seorang murid hendaklah tidak menghentikan langkah guru di tengah jalan untuk hal-hal yang tidak
berguna.
16. Seorang murid hendaklah tidak berburuk sangka terhadap apa yang dilakukan oleh guru ( guru lebih
mengetahui tentang apa yang dikerjakannya).
17. Seorang murid hendaklah tidak mendahului jalannya ketika sedang berjalan bersama.
18. Ketika guru sedang memberi penjelasan/ berbicara hendaklah murid tidak memotong pembicaraannya.
Kalaupun ingin menyanggah pendapat beliau maka sebaiknya menunggu hingga beliau selesai berbicara
dan hendaknya setiap memberikan sanggahan atau tanggapan disampaikan dengan sopan dan dalam
bahasa yang baik.
19. Apabila ingin menghadap atau bertemu untuk sesuatu hal maka sebaiknya murid memberi konfirmasi
terlebih dahulu kepada guru dengan menelphon atau mengirim pesan, untuk memastikan
kesanggupannya dan agar guru tidak merasa terganggu.
20. Murid haruslah berkata jujur apabila guru menanyakan suatu hal kepadanya.
21. Seorang murid hendaklah menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke rumah guru di waktu-waktu
tertentu, sebagai bentuk rasa saying kita terhadap beliau.
22. Meskipun sudah tidak dibimbing lagi oleh beliau ( karena sudah lulus) murid hendaklah tetap selalu
mengingat jasanya dan tetap terus mendoakan kebaikan –kebaikan atas mereka.
Bagaimanapun juga guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang di rumah. Mereka adalah
orang tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi sebagaiman kita menghormati orang tua kandung kita, maka
kitapun juga harus menghormati guru kita.
Sebagaimana disyiratkan dalam sabda Rasulullah SAW :
“Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari kami, tidak mengasihi orang
yang lebih kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang alim dari kami.” (HR.Ahmad, Thabrani, dan Hakim
dari Ubadah bin Shamit Ra.)
“Pelajarilah oleh kalian ilmu, pelajarilah oleh kalian ilmu(yang dapat menumbuhkan) ketenangan, kehormatan,
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kalian menuntut ilmu darinya.”(HR. Thabrani dari Abu Hurairah.
Ra)

8. Kedudukan Guru
“ Bapak Guru lebih mulia dari bapak kandung “. Sebab, Ibu Bapak itu mendewasakan dari segi jasmani yang
bersifat material, sedangkan Bapak/Ibu Guru mendewasakan dari segi rohani yang bersifat spiritual dan universal.
Para Guru, Ustadz, Ustadzah, atau Mua’lim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi orang yang beramal
sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah penyalur pusaka dalam menjalankansyari’at,
akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh yang terdekat dengan kita. Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi bersabda :
Ulama adalah penerima pusaka Nabi-Nabi. (HR. al-Tirmizi dan Abu Daud).
Sehubungan dengan hadist tersebut, maka kita diperintahkan untuk menghormati para Ulama, meski bukan Guru
kita. Begitupula dengan para Da’I dan Muballigh selaku penyalur risalah kenabian, yang kini disebut Da’wah atau
Kulyah Agama. Adapun Ulama yang sebenarnya adalah yang berilmu, dan beramal dengan ilmunya itu, serta
ilmudan amalanya tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
https://rizkiwirsa.wordpress.com/2015/03/08/makalah-agama-tentang-hormat-dan-patuh-kepada-orang-tua-dan-guru/

9. Menghormati guru
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Muliakanlah orang-orang yang telah memberikan pelajaran kepadamu.”
(H.R. Abu Hasan Mawardi).
Imam Al-Ghazali berkata,
“Seorang murid hendaklah memberikan sepenuh perhatian kepada gurunya, mendiamkan diri sewaktu guru
sedang menyampaikan pelajaran dan menunjukkan minat terhadap apa yang disampaikan guru.”

10. Sikap dan perilaku yang menunjukkan hormat dan patuh/santun pada guru
o Memuliakan, tidak menghina atau mencaci guru.
o Mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda,
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(H.R. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
o Ketika belajar hendaknya berpakaian rapi dan sopan
o Tidak mengobrol atau sibuk sendiri saat guru sedang menjelaskan pelajaran.
o Beranya kepada guru apabila ada sesuatu yang tidak dimengerti dengan cara yang baik.
o Saat bertanya menggunakan cara dan bahasa yang baik.
o Tidak menyeletuk atau bertanya yang tidak ada faedahnya yang sekedar mengolok-olok.

Anda mungkin juga menyukai