Anda di halaman 1dari 20

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

RESUME MATERI AGAMA ISLAM

Dosen Pembimbing :

Ahmad Basri Saifur Rahman

Disusun oleh :

Muhammad Muchlis ( E41182166 )

Golongan F

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK INFORMATIKA


JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2018
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

1. Pengertian Tuhan, Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap


penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya
dikuasai olehnya. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaallah”.
Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”,
kemudian baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu
berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan
terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.
2. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan,
A. Pemikiran Manusia, Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah
konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman
lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun
pengalaman batin, Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut
evolusionisme yaitu :
1) Dinamisme yaitu pola kepercayaan manusia terhadap adanya kekuatan
yang maha dasat yang berpengaruh dalam kehidupan. Kekuatan
tersebut diyakini bersemayam dalam benda-benda.
2) Animisme merupakan Pola kepercayaan masyarakaat terhadap roh
gaib yang diyakini memiliki peran besar dalam kehidupan manusia.
3) Politeisme yaitu Pola kepercayaan terhadap dewa-dewa
4) Henoteisme yakni Pola kepercayaan yang diusung atas motif ketidak
puasan atas keberadaan dewa-dewa yang jumlahnya banyak sehingga
diperlukan pengkultusan terhadap beberapa dewa saja
5) Monoteisme yaitu Konsep kepercayaan terhadap satu Tuhan.
B. Pemikiran Umat Islam, Dalam Keyakinan Umat Islam bahwa yang wajib
disembah dan dipertuhankan adalah Allah SWT, tiada lain selain Dia.
Permasalahan muncul diseputar cara manusia mengetahui adanya Tuhan
dan keberadaan sifat –sifat Tuhan. Permasalahan ini dalam perkembangan
selanjutnya melahirkan kajian keagamaan tersendiri, seperti yang kita kenal
adanya Ilmu Tauhid atau Ilmu Kalam.
3. Tuhan Menurut Agama-Agama Dan Wahyu, Pada dasarnya konsepsi
Tuhan dalam prespektif Agama-agama menuju satu titik temu bahwa Tuhan
merupakan satu DZAT yang menjadi tujuan akhir setiap umat manusia yang
sangat berperan vital atau penting dalam kehidupan manusia. Karakteristik
yang mendasar yang membedakan antara konsepsi Agama Islam dengan
Agama Lainnya adalah terletak dalam lapangan eksoterisnya (Syariat) yang
berisikan tentang tatacara beribadah
 Dalam konsepsi Islam Tuhan adalah Esa atau satu sebagaimana dalam al-
Qur’an S.al-Ikhlas:1-4
 Dalam agama Kristen Tuhan diwujudkan dalam konsepsi Trinitas
 Dalam Agama Budha Tuhan dikonsepsikan dalam Sang Budha Gauthama

4. Pembuktian Wujud Adanya Tuhan, Allah sebagai wujud yang tidak


terbatas, maka hakikat dirinya tidak akan pernah dicapai, namun pemahaman
tentang-Nya dapat dijangkau sehingga kita mengenal-Nya dengan pengenalan
yang secara umum dapat diperoleh, malalui jejak dan tanda-tanda yang tak
terhingga, pembuktian wujud adanya tuhan sebagai contoh keberadaan alam
semesta, yaitu Pendekatan Astronomi Dalam al-Qur’an S. al-A’raf :54 Allah
SWT berfirman :“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas
'Arsy Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-
masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam
HAKEKAT MANUSIA DALAM ISLAM

Proses Terciptanya Manusia

Dalam QS. Al-Mu’minun : 12-14 :

(12) Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. (13)Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (14) Kemudian air mani itu kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami
bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”

Fungsi dan Tujuan Hidup Manusia

1. Menyembah Allah

Adapun tujuan hidup manusia yang paling utama adalah untuk menyembah dan
beribadah kepada Allah SWT. Sebagai hamba Allah, manusia wajib menjalankan
segala perintah dan menjauhi segala laranganNya. Manusia juga harus menjadikan
rukun iman dan rukun islam sebagai pedoman hidupnya. Berikut ini adalah ayat
yang menyebutkan kewajiban manusia untuk beribadah kepada Allah SWT

‫س ْال ِجن َخلَ ْقت َو َما‬ ِ ْ ‫ون إِّل َو‬


َ ‫اْل ْن‬ ِ ‫ِليَ ْعبد‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku” (Qs Adz zariyat : 56).

2. Menjalankan perannya sebagai khalifah

Manusia adalah khalifah di muka bumi dan setiap manusia adalah pemimpin bagi
dirinya sendiri. Istilah khalifah disini adalah pemimpin dimana manusai
bertanggung jawab menjaga keberlangsungan hidupnya dan alam sekitarnya.
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Albaqarah ayat 30 yang bunyinya
ْ‫ض ِفي َجا ِعل ِإ ِني ِل ْل َم َل ِئ َك ِة َربُّكَ قَا َل َو ِإذ‬ ِ ‫الد َما َء َو َي ْس ِفك ِفي َها ي ْفسِد َم ْن ِفي َها أَتَجْ َعل قَالوا ۖ َخ ِليفَة ْاْل َ ْر‬
ِ ‫َونَحْ ن‬
‫س ِبح‬ َ ‫تَ ْعلَمونَ َّل َما أ َ ْعلَم ِإ ِني قَا َل ۖ لَكَ َونقَدِس ِب َح ْمدِكَ ن‬

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(QS Al Baqarah
:30)

3. Meneruskan Ajaran islam

manusia juga wajib menuntut ilmu dan meneruskannya pada generasi selanjutnya
agar ajaran islam tetap terjaga hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan menurut
islam yang menyebutkan bahwa ilmu pendidikan islam bukan hanya ilmu yang
diajarkan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Sebagaimana yang
disebutkan dalam firman Allah surat Al imran ayat 104 yang bunyinya

ِ ‫ْالم ْف ِلحونَ هم َوأو َٰلَئِكَ ۚ ْالم ْنك َِر َع ِن َو َي ْن َه ْونَ بِ ْال َم ْعر‬
‫وف َويَأْمرونَ ْال َخي ِْر إِلَى يَدْعونَ أمة ِم ْنك ْم َو ْلت َك ْن‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.“(QS Al Imran : 104

Eksistensi dan Martabat Manusia Serta Tanggung Jawab Manusia Sebagai


Hamda dan Khalifah ALLAH SWT

a. Martabat Manusia

Martabat adalah kehormatan, dan martabat ini merupakan bagian dari sifat manusia.
Allah SWT menempatkan manusia sebagai khalifah dimuka bumi dan memberikan
kedudukan kemuliaan dan martabat kepada manusia hingga memiliki derajad yang
tinggi dan bahkan lebih tinggi dari malaikat sehingga malaikat pun bersujud
dihadapan manusia.

b. Martabat Manusia dalam Islam

Tingkatan ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam hasil
ibadahnya yang diwujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan tingkatan
tersebut. Secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan tingkatan ini
jumlahnya ada 7 (tujuh) yang dikenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang
hamba yang menempuh perjalanan dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari
seseorangyang alim yang paham akan isi dari tingkatan ini setiap tingkatnya,
seseorang hamba tidak dibenarkan sembarangan menggunakan tahapan tingkatan
ini sebelum menyelesaikan atau ada hasilnya pada riyadhah dzikir pada setiap
tingkatan, ia harus ada mendapat hasil dari amalan pada tingkatan tersebut.
Tanggung Jawab Manusia

a. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah

Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang
Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak)
dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala
perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abdi, kewajiban manusia
di bumi ini adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati .
‫صينَ لَه الدِينَ حنَفَا َء َوي ِقيموا الص َلةَ َويؤْ توا الزكَاة َ ۚ َو َٰذَلِكَ دِين ْالقَ ِي َم ِة‬
ِ ‫َو َما أ ِمروا ِإّل ِل َي ْعبدوا َّللاَ م ْخ ِل‬

Artinya “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah
agama yang lurus.” – (QS.98:5)

b. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah


Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang
telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukumTuhan baik yang
tertulis dalam kitab suci (al-qaul), maupun yang tersirat dalam kandungan pada
setiap gejala alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas
ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya
serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu dia diminta
pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya dihadapan
yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam surat fathir : 39.
‫ض ۚ ف َ َم ْن ك َ ف َ َر ف َ ع َ ل َ ي ْ هِ ك ف ْ ر ه ۖ َو َّل ي َ ِز يد ال ْ كَا ف ِ ِر ي َن‬
ِ ‫اْل َ ْر‬
ْ ‫ف فِي‬ َ ْ‫ج ع َ ل َ ك م‬
َ ِ ‫خ َل ئ‬ َ ‫ه َو ال ِذ ي‬
‫خ سَ ار ا‬ ْ ْ ْ
َ ‫ع ن ْ د َ َر ب ِ ِه مْ إ ِ ّل َم ق ت ا ۖ َو َّل ي َ ِز يد ال ك َا ف ِ ِر ي َن ك ف ر ه مْ إ ِ ّل‬ ْ
ِ ْ‫ك ف ر ه م‬
Artinya : “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi.
Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan
kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain
hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
IMAN DAN TAQWA

Pengertian Iman dan Taqwa


Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti
keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau
pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk
agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu
– amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya
menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang
yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam
rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak
mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah
dipercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal itu
disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu
tentang urusan hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua
kalimah syahadat telah menjadi Islam.
Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :

Artinya :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada
Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
Tanda Tanda Orang Beriman
Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman
sebagai berikut:
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar
ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan
ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera
melaksanakannya (al-Anfal: 2). Dia akan berusaha memahami ayat
yang tidak dia pahami sebelumnya.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka
ilmu Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup
dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-
Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10,
dan at-Taghabun: 13).
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga
pelaksanaannya (al-Anfal:3dan al-Mu’minun: 2, 7). Bagaimanapun
sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera shalat untuk
membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-
Mukminun: 4). Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa
harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya pemerataan
ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan
yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga
kehormatan (al-Mukminun: 3, 5). Perkataan yang bermanfaat atau
yang baik adalah yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-Qur’an
menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menempati janji (al-Mukminun: 6).
Seorang mu’min tidak akan berkhianat dan dia akan selalu
memegang amanah dan menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74).
Berjihad di jalan Allah adalah bersungguh-sungguh dalam
menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang dimiliki
maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur:
62). Sikap seperti itu merupakan salah satu sikap hidup seorang
mukmin, orang yang berpandangan dengan ajaran Allah dan Sunnah
Rasul.
Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti
takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna
etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara
keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam
secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).
Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan
perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam
kehidupan ini.
Kolerasi antara Iman dan Taqwa
Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu
yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut
Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya
pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung
tegaknya ajaran Allah.

Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya
rangsang atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada
sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya
akan menghantarkan seseorang kepada derajat takwa. Orang yang
bertakwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-
benar beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang
mulia

Proses Terbentuknya Iman


Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali
dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang
atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam
mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran
allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan
Tantangan Khidupan Modern
1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan
4. Iman memberikan ketenangan jiwa
5. Iman memberikan kehidupan yang baik
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
7. Iman memberikan keberuntungan
8. Iman mencegah penyakit
Arti Dan Ruang Lingkup Aqidah
Definisi Aqidah
Menurut bahasa aqidah berarti keyakinan dan kepercayaan. aqidah
menurut bahasa Arab(etimologi) berasal dari `aqada-ya`qidu-‘uqdatan wa
`aqidatan yang artinya ikatan atau perjanjian. Sedangkan menurut istilah, aqidah
adalah sesuatu yang diyakini atau diimani kebenarannya oleh hati manusia
sebagai pandangan yang benar dan sesuai ajaran Islam dengan berpedoman
kepada sumber hukum Islam yakni Al Qur'an dan Al Hadits
Ruang Lingkup Akidah
Ruang lingkup ‘aqidah dapat diperinci sebagaimana yang dikenal sebagai
rukun iman, yaitu iman kepada Allah, malaikat (termasuk didalamnya: jin,
setan, dan iblis), kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para utusan-Nya,
Nabi dan Rasul, hari akhir, dan takdir Allah
1. Beriman Kepada Allah
2. Beriman kepada Allah mengandung pengertian percaya dan meyakini akan
sifat-sifat-Nya yang sempurna dan terpuji.
3. Iman kepadaAllah mengandung empat unsur:
a. Beriman akan adanya Allah
b. Mengimani sifat rububiyah Allah
c. Mengimani sifat uluhiyah Allah (Tauhid Uluhiyah)
d. Mengimani Asma‟ dan Sifat Allah (Tauhid Asma’ waSifat)
4. Beriman Kepada Malaikat Allah
Beriman kepada malaikat berarti percaya bahwa Allah mempunyai
makhluk yang dinamai “Malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada-
Nya dan senantiasa taat menjalankan tugas yang dibebankan dengan
sebaik- baiknya Diciptakan dari cahaya dan diberikan kekuatan untuk
mentaati dan melaksanakan perintah dengan sempurna. Beriman kepada
malaikat mengandung empat unsur:
a. Mengimani wujud mereka
b. Mengimani nama-nama malaikat yang kita kenali
c. Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka
yang sudah kita ketahui, seperti membaca tasbih dan beribadah
kepada Allah swt.

5. Beriman Kepada Kitab-kitab Allah


Beriman kepada kitab Allah berarti meyakini bahwa Allah telah
menurunkan beberapa kitab-Nya.
Yang disebut namanya secara jelas dalam al-Qur‟an ada empat buah yaitu:
a. Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s.
b. Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s. firman
c. Injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. Firman
d. Al-Qur‟an, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.
6. Beriman Kepada Rasul-rasul Allah
Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa Allah telah memilih di antara
manusia, beberapa orang yang bertindak sebagai utusan Allah (rasul) yang di
tugaskan untuk menyampaikan segala wahyu yang diterima dari Allah melalui
malaikat Jibril, dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus, serta
membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat.
7. Beriman Kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari akhir adalah percaya bahwa sesudah kehidupan ini
berakhir masih ada kehidupan yang kekal yaitu hari akhir, termasuk semua
proses dan peristiwa yang terjadi pada hari itu.
Fase-fase Akidah
1. Tingkat ragu (taqlid), yakni orang yang berakidah hanya karena ikut-ikutan
saja, tidak mempunyai pendirian sendiri.
2. Tingkat yakin, yakni orang yang berakidah atau sesuatu dan mampu
menunjukkan bukti, alasan, atau dalilnya, tapi belum mampu menemukan atau
merasakan hubungan kuat dan mendalam antara obyek (madlul) dengan data
atau bukti (dalil) yang didapatnya.
3. Tingkat ‘ain al-yaqin, yakni orang yang berakidah atau meyakini sesuatu
secara rasional, ilmiah, dan mendalam mampu membuktikan hubungan
antara obyek (madlul) dengan data atau bukti (dalil).
4. Tingkat haqq al-yaqin, yakni orang yang berakidah atau meyakini sesuatu,
disamping mampu membuktikan hubungan antara obyek (madlul) dengan
bukti atau data (dalil) secara rasional, ilmiah, dan mendalam, juga mampu
menemukan dan merasakannya melalui pengalaman-pengalaman dalam
pengamalan ajaran agama.
Hal yang Menguatkan dan Merusak Aqidah
1. Hal yang Merusak Aqidah
a. Hal yang pertama adalah Kufur Dan Kafir
b. Hal yang kedua adalah Syirik
c. Hal yang ketiga adalah Riddah dan Murtad
d. Hal yang keempat adalah Bid’ah
e. Hal yang kelima adalah Khurafat
f. Hal yang keenam adalah Tahayul
g. Hal yang ketujuh adalah Nifaq Atau Munafiq
2. Hal yang Menguatkan Aqidah
a. Membaca dan tadabbur (merenungkan atau memikirkan isi kandungan) Al
Quranul Karim.
b. Mengenal Al Asmaul Husna dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Al
Quran dan As Sunnah yang menunjukkan kesempurnaan Allah secara
mutlak dari berbagai segi.
c. Memperhatikan siroh atau perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, yakni dengan mengamati, memperhatikan dan mempelajari siroh
beliau dan sifat-sifatnya yang baik serta perangainya yang mulia.
d. Mempraktekkan (mengamalkan) kebaikan-kebaikan agama Islam.
e. Membaca siroh atau perjalanan hidup Salafush Shalih.
Syari’ah Islam dan Sumber Hukum Islam

Definisi Makna dan Pengertian Syariah

Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan bagi


manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan kwalitas hidupnya dalam rangka
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Syariah Islam adalah tata cara
pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk
mencapai keridhoan Allah SWT yang dirumuskan dalam Al-Qur’an, yaitu :
a. Surat Asy-Syura ayat 13

Artinya : Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang


telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kamu wahyukan
kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya) (Quran surat Asy-Syura ayat 13).
b. Surat Asy-Syura ayat 21

Artinya : Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain


Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diijinkan Allah
? sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah tentukanlah
mereka dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan
memperoleh azab yang pedih. (Qur’an Surat Asy-Syura Ayat : 21).

c. Surat Al-Jatsiyah ayat 18

Artinya : Kemudian kami jadikan kamu berada di atas syariat


(peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah
kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Qur’an Surat
Al-Jatsiyah ayat : 18).
Fungsi Syari’ah
Tujuan dari syariah adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan kehidupan
kita. Paling tidak ada 8 tujuan :
a. Memelihara Kemaslahatan Agama (hifzh al-din)
Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab
yang hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam memberikan
kebebasan untuk memilih agama, seperti ayat Al-Quran: “Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam)..” QS. Al-Baqarah:256.

a. Memelihara Jiwa (hifzh al-nafsi)


Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu, di berlakukanlah
hukum Qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang yang
telah membunuh orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang
lain, akan dicederai, seseorang yang yang telah menyakiti orang lain, akan disakiti
secara setimpal. Dengan demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan.
b. Memelihara Akal (hifzh al-’aqli)
Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal manusia
dibutuhkan untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah
(sunnatullah) menuju manusia kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam
memelihara akal adalah dengan menghindari khamar (minuman keras) dan judi.
c. Memelihara Keturunan dan Kehormatan (hifzh al-nashli)
Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina. Didalam Syariah
Islam telah jelas ditentukan siapa-siapa yang boleh dinikai, dan siapa yang tidak
boleh di nikahi. Syariah Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan
cambuk) dan emosional (dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina
bertaubat.
d. Memelihara Harta Benda (hifzh al-mal)
Dengan adanya Syariah Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih
aman, karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki.
Dengan demikian Syariah Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana
tertib masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian.
e. Melindungi kehormatan seseorang
Termasuk melindungi nama baik seseorang dan lain sebagainya, sehingga setiap
orang berhak dilindungi kehormatannya di mata orang lain dari upaya pihak-pihak
lain melemparkan fitnah, misalnya. Kecuali kalau mereka sendiri melakukan
kejahatan. Karena itu betapa luarbiasa Islam menetapkan hukuman yang keras
dalam bentuk cambuk atau “Dera” delapan puluh kali bagi seorang yang tidak
mampu membuktikan kebenaran tuduhan zinanya kepada orang lain.
f. Melindungi rasa aman seseorang
Dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang harus aman dari rasa lapar dan takut.
Sehingga seorang pemimpin dalam Islam harus bisa menciptakan lingkungan yang
kondusif agar masyarakat yang di bawah kepemimpinannya itu “tidak mengalami
kelaparan dan ketakutan”
g. Melindungi kehidupan bermasyarakat dan bernegara
Islam menetapkan hukuman yang keras bagi mereka yang mencoba melakukan
“kudeta” terhadap pemerintahan yang sah yang dipilih oleh ummat Islam “dengan
cara yang Islami”. Bagi mereka yang tergolong Bughot ini, dihukum mati,
digantung atau dipotong secara bersilang supaya keamanan negara terjamin.
Ruang Lingkup Syari’ah
Ruang lingkup syariah lain mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut :
a. Ibadah, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung
dengan Allah SWT (ritual), yang terdiri dari :
2. Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, zakat,
puasa, dan haji.
3. Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rukun Islam.
b. Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudlu, mandi, tayamum,
pengaturan menghilangkan najis, peraturan air, istinja, adzan, qomat,
I’tikaf, do’a, sholawat, umroh, tasbih, istighfar, khitan, pengurusan
mayit, dan lain-lain.
c. Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah,
hibbah, dan lain-lain.
d. Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan
yang lainnya dalam hal tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti),
diantaranya : dagang, pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja sama
dagang, simpanan, penemuan, pengupahan, rampasan perang, utang-
piutang, pungutan, warisan, wasiat, nafkah, titipan, jizah, pesanan, dan
lain-lain.
e. Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan
orang lain dalam hubungan berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan
dengannya), diantaranya : perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah,
penyusunan, memelihara anak, pergaulan suami istri, mas kawin,
berkabung dari suami yang wafat, meminang, khulu’, li’am dzilar, ilam
walimah, wasiyat, dan lain-lain.
f. Jinayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya :
qishsash, diyat, kifarat, pembunuhan, zinah, minuman keras, murtad,
khianat dalam perjuangan, kesaksian dan lain-lain.
g. Siyasa, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan
(politik), diantaranya : ukhuwa (persaudaraan) musyawarah
(persamaan), ‘adalah (keadilan), ta’awun (tolong menolong), tasamu
(toleransi), takafulul ijtimah (tanggung jawab sosial), zi’amah
(kepemimpinan) pemerintahan dan lain-lain.
h. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur,
sabar, tawadlu, (rendah hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen),
syaja’ah (berani), birrul walidain (berbuat baik pada ayah ibu), dan lain-
lain.
i. Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman, sembelihan,
berburu, nazar, pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim,
mesjid, da’wah, perang, dan lain-lain.
Sumber-sumber Hukum Islam

Sumber Hukum Islam Primer


a. Al-Qur’an
Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau
qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu).
Dan menurut para ulama klasik, Alquran adalah Kalamulllah yang diturunkan
pada rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan
secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain:
 Tauhid, yaitu kepercayaan ke-esaann Allah SWT dan semua kepercayaan yang
berhubungan dengan-Nya
 Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari kepercayaan
ajaran tauhid
Janji dan ancaman, yaitu janji pahala bagi orang yang percaya dan mau
mengamalkan isi Alquran dan ancaman siksa bagi orang yang mengingkari
b. Hadist
Kedudukan Hadist sebagai sumber ajaran Islam selain didasarkan pada keterangan
ayat-ayat Alquran dan Hadist juga didasarkan kepada pendapat kesepakatan para
sahabat. Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib
mengikuti hadis, baik pada masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau
wafat.
Sumber Hukum Islam Sekunder
a. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran atau
bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan
segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syar’i dari dalil-dalil syara,
yaitu Alquran dan hadist. Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah
Alquran dan hadist.
Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu
1. Ijma’
Ijma’ yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan
menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli Ijtihad umat Nabi Muhammad
SAW sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan
cara musyawarah. Hasil dari Ijma’ adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para
ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.

2. Qiyas
Qiyas yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya.
Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk
membandingkan suatu perkara dengan perkara lain yang mempunyai pokok
masalah atau sebab akibat yang sama. Contohnya adalah pada surat Al isra ayat
23

dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’ kepada orang tua tidak
diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau menghina, apalagi sampai
memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
3. Istihsan
Istihsan yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang
lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk
mencegah kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu
perkara yang menurut logika dapat dibenarkan.

4. Mushalat Murshalah
Mushalat Murshalah yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun
menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan
manusia

5. Sududz Dzariah
Sududz Dzariah yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut
istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram
demi kepentingan umat

6. Istishab
Istishab yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan
di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut.

7. Urf
Urf yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa
perkataan maupun perbuatan.

Anda mungkin juga menyukai