Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN / LAPORAN
KEGIATAN STUDY LAPANGAN KE DI YOGYAKARTA
TANGGAL 1-3 JANUARI 2010

2.1. Candi Borobudur

Gambar 1 : Candi Borobudur

2.1.1. Letak Geografis

Candi Borobudur terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten


Magelang Propinsi Jawa Tengah. Candi ini dari kota Magelang terletak
di sebelah selatan ± 15 km dalam jarak lurus. Dataran kedu yang
berbukit, hampir seluruhnya dilingkari pegunungan. Gunung yang
melingkari Candi Borobudur antara lain :

Sebelah timur terdapat gunung merbabu dan gunung merapi, sebelah


barat laut gunung sumbing dan gunung sindoro, dari keempat gunung
tersebut hanya gunung merapi yang masih aktif sebagai gunung berapi.

Di sebelah utara terdapat gunung todar, walapun tidak sebesar gunung


tersebut di atas namun gunung ini terkenal dengan sebutan “pakuning
tanah jowo”.

1
Sedang sebelah selatan terdapat pegunungan menoreh, bila dilihat dari
Candi Borobudur, puncak-puncak yang menjulang tinggi, nampak
serupa dengan seseorang yang sedang tidur terlentang membujur dari
timur ke barat. Lekukan-lekukan pegunungan itu seolah
menggambarkan kepala lengkap dengan hidung, bibir dan dagu juga
bagian perut sampai kaki. Karena keadaan seperti itulah maka cerita
rakyat berkembang bahwa yang sedang terlentang tidur itu adalah
Gunadharma, yaitu ahli bangunan yang menurut kepercayaan telah
berhasil menciptakan candi borobudur dan menjaganya sambil
mengawasi ciptaannya dari masa ke masa.

2.1.2. Sejarah Berdirinya Candi Borobudur

Banyak sudah buu-buku yang menuliskan tentang candi borobudur akan


tetapi kapan candi borobudur didirikan tidaklah dapat diketahui dengan
pasti. Namun demikian suatu perkiraan dapat diperoleh dengan tulisan-
tulisan singkat yang dipahatkan di atas pigura-piguran relief kaki asli
candi borobudur (karmawibhangga) menunjukkan huruf yang sejenis
dengan yang didapatkan pada prasasti-prasasti dari akhir abad ke 8
sampai awal abad ke 9. dari bukti-bukti tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa candi borobudur dibuat atau didirikan sekitar tahun
800 masehi.

Kesimpulan tersebut di atas ternyata sesuai dengan kerangka sejarah


Indonesia pada umumny dan juga sejarah yang berada di daerah Jawa
Tengah pada khususnya. Periode antara abad ke 8 dan pertengahan abad
ke 9 terkenal sebagai “abad emas wangsa Syailendra”.

Kejayaan ini ditandai dengan dibangunnya sejumlah besar candi-candi


yang menggambarkan adanya semangat membangun yang luar biasa.
Candi-candi yang berada di lereng gunung kebanyakan berciri khas
bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran-dataran adalah
khas bangunan budha, tetapi ada juga sebagian khas hindu.

2
Candi borobudur dibangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam
sejaran karena usahanya untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan
agama budha mahayana.

2.1.3. Keadaan Umum

a) Uraian bangunan candi


Candi borobudur dibuat atau dibangun menggunakan batu andesit
sebanyak 55.000 m3. Bangunan candi biribudur berbentuk limas
yang berundak-undak dengan tanda naik pada keempat sisinya. Pada
candi borobudur tidak ada ruangan di mana orang bisa masuk
melainkan hanya bisa naik sampai terasnya. Lebar bangunan candi
bobudur adalah 123 meter, panjang bangunan candi borobudur
adalah 123 meter, pada sudut yang membelok 113 meter, tinggi
bangunan candi 34,5 meter. Pada kaki candi ditutup dengan batu
sebanyak 12.750 m3, sebagai selasar dan undaknya. Candi borobudur
merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta, yang terbagi
dalam tiga bagian besar yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan
arupadhatu.

b) Patung budha
Patung budha di candi borobudur berjumlah 504 buah, yakni patung
budha yang berada pada relung-relung sebanyak 432 buah dan pada
teras I, II, III berjumlah sebanyak 72 buah.

c) Patung singa
Pada candi borobudur selain patung budha juga terdapat patung
singa, jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 patung
akan tetapi biladihitung sekarang mungkin jumlahnya kurang dari
yang seharusnya ada karena berbagai sebab. Satu-satunya patung
singa besar berada pada halaman sisi barat yang juga menghadap ke
barat, seolah-olah sedang menjaga bangunan candi yang megah dan
anggun.

3
d) Stupa
• Stupa induk
Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa-stupa lainnya dan
terletak di tengah-tengan (paling atas) yang merupakan mahkota
dari seluruh monumen bangunan candi borobudur. Garis tengah
stupa induk ± 9,90 meter.
• Stupa berlubang atau terawang
Stupa berlubang atau terawang adalah stupa yang terdapat pada
teras I, II, dan III di mana di dalamnya terdapat patung budha. Di
candi borobudur seluruh stupa berlubang jumlahnya 72 buah.
• Stupa kecil
Stupa kecil bentuknya hampir sama dengan stupa yang lainnya,
hanya saja perbedaannya yang menonjol adalah dalam
ukurannya yang memang lebih kecil dari stupa yang lainnya.
Stupa ini seolah menjadi hiasan dari seluruh bangunan candi.
Keberadaan stupa ini menempati puncak dari relung-relung pada
langkan II sampai langkan V, sedangkan pada langkan I sebagian
berupa keben dan sebagian berupa stupa kecil. Jumlah stupa
kecil sebanyak 1472 buah.

e) Relief
Jumlah relief di candi borobudur berjumlah 1.460 pigura. Relief
pada dinding yang menghadap ke luar harus dibaca atau dilihat dari
kanan ke kiri, sedangkan relief pada langkan yaitu yang menghadap
ke dalam harus dibaca dari kiri kekanan. Hal demikian disebabkan
oleh karena harus menelusuri lorong-lorong pada candi borobudur
menurut pradaksina yaitu berjalan mengitari bangunan candi
borobudur menurut searah jarum jam dan membuat posisi agar
bangunan dan stupa maupun dinding-dinding temboknya berada di
sebelah kanan.

4
2.2. Kraton Kesultanan Yogyakarta

Gambar 2 : Kraton Kesultanan Yogyakarta

Lebih dari 200 tahun yang lalu, tempat dimana kraton sekarang berada,
merupakan daerah rawa yang dikenal dengan nama Umbul Pacethokan, yang
kemudian dibangun jadi pesanggarahan yang bernama Ayodya.

Kraton Yogyakarta menghadap ke arah Utara, pada arah poros Selatan


antara Gunung Merapi dan Laut Selatan.

Dalam balairung kraton,dapat disaksikan adegan pisowanan


(persidangan) agung, di mana Sri Sultan duduk di singgasana di hadap para
pemangku jabatan istana.

Regol Donopratopo yang menghubungkan halaman Sri Manganti


dengan halaman inti Kraton, dijaga oleh patung Drawapala dan Gupala, yang
diberi nama Cingkarabala dan Balaupata, yang melambangkan kepribadian baik
dari manusia, yang selalu menggemakan suara hati-nya, agar selalu berbuat baik
dan melarang perbuatan yang jahat.

Di dalam halaman inti Kraton, antara lain dapat dilihat bangunan tempat
tinggal Sri Sultan sehari-hari, tempat Sri Sultan menerima tamu kehormatan,
tempat untuk berpesta, tempat para tamu beristirahat atau merapikan pakaian,
dan gedung-gedung serta bangunan yang lain. Di tempat ini juga terdapat

5
Kaputren, atau tempat tinggal putri-putri Sultan yang belum menikah. Tempat
yang terakhir ini terlarang bagi kunjungan wisatawan.

Selama berkunjung di lingkungan Kraton ini, para wisatawan dapat


menyaksikan kemegahan dan keagungan Kesultanan yogyakarta sebagi sumber
kebudayaan di daerah Jawa, sekaligus sebagai pusat pemerintahan Kesultanan
Yogyakarta.

a. Letak Geografis

Kompleks Kraton Yogyakarta terletak di tengah-tengah, tetapi daerah


Kraton membentang antara Sungai Code dan Sungai Wianga, dari arah Utara ke
Selatan, dari tugu ke karapyak. Nama kampung-kampung jelas memberi bukti
kepada kita bahwa ada hubungannya antara penduduk kampung itu dengan
tugasnya di Kraton pada zaman dulu. Misalnya, tempat tinggal gandek-gandek
(Kocrier) dari Sri Sultan, Wirobrajan tempat tinggal prajurit-prajurit Wirobraja,
Pasidenan tempat tinggal Pasiden (penyanyi) Kraton.

Daerah Kraton terletak di hutan Garjitawati, dekat desa beringin dan


desa pacetokan karena daerah ini dianggap kurang memadai untuk membangun
sebuah Kraton dengan bentengnya, maka aliran sungai Code dibelokan sedikit
ke Timur dan aliran sungai Wianga sedikit ke Barat. Sebuah pantun mijil
menggambarkan letak geografis Kraton Yogyakarta secara populer seperti di
bawah ini:
Kalinangan pancingkok king putri
Gunung gamping kulon
Hardi marapi terwetan prenahe
Candi jenggrang mengungkanging kali
Palered magiri
Girilaya kidul

Artinya: Sungai Wianga membelok (ke kanan) waktu mendekat Kraton (puri),
Gunung gamping terletak disebelah Barat sedangkan gunung merapi
letaknya disebelah Timur. Candi jonggrang dibangun terlalu dekat
dipinggir kali (opak), palered (ibu negeri mataram dahulu), magiri
(tempat makam raja-raja mataram) dan Giri jaya (gunung kidul)
terletak disebelah Selatan (Kraton)

b. Sejarah Berdirinya

6
Kraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau tahun jawa 1682,
diperingati dengan sebuah Condrosengkolo memet dipintu gerbang melati,
berupa dua ekor naga berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa jawa: “Dwi
Naga Rasa Tunggal” artinya: Dwi=2, naga=8, Rasa=6, tunggal=1, dibaca dari
belakang 1682. warna naga hijau. Hijau adalah simbol dari pengharapan.
Disebelah luar dari pintu gerbang itu, diatastebing tembok kanan kiri ada hiasan
juga terdiri dari dua ekor naga bersiap-siap untuk mempertahankan diri.

Luas Kraton Yogyakarta adalah 14.000 m2. di dalamnya terdapat banyak


bangunan-bangunan, halaman-halaman dan lapangan-lapangan. Kita mulai dari
halaman karaton ke Utara : Kedaton/prabayeksa, Bangsal kencana, Regol
danapratapa (pintu gerbang), Sri Manganti, Regol Sri manganti (pintu gerbang),
Bangsal poncowati (dengan halaman kemandungan), Regol brajanala (pintu
gerbang), Siti Inggil, Tarub Agung, Pagelaran (ada 64 tiang), Alun-alun utara
(dihias dengan pohon beringin 62 batang), Pasar (beringharja), Kepatihan, Tugu

Angka 64 itu menggambarkan usia Nabi Muhammad 64 tahun (jawa)


atau 62 tahun Masehi. Kita mulai dari halaman karaton pergi ke Selatan maka
kita lihat: Jika kita dari krat Regol kemagangan (pintu gerbang), Bangsal
kemagangan, Regol gandung melati (pintu gerbang), Bangsa kemandungan,
Regol kemandungan (pintu gerbang), Siti Inggil, Alun-alun selatan, Krapyak.

Ditengah-tengah halaman kemadung Kidul berdirilah sebuah bangsal,


namanya bangsal kemadungan. Bangsal ini bekas pesanggrahan Sri Sultan
Hamengku Buwono I di desa pandak karang nangka waktu perang Giyanti
(1746-1755)

Krapyak ialah sebuah podium tinggi dari batu bata untuk Sri Sultan,
kalau baginda sehingga memperhatikan tentara atau kerabatnya memperlihatkan
ketangkasannya mengepung, memburu atau mengejar rusa. Kompleks Kraton
itu dikelilingi oleh sebuah tembok lebar, benteng namanya. Panjangnya 1 km,
berbentuk empat persegi. Tingginya 3,5 meter, lebarnya 3-4 meter. Di beberapa
tempat di benteng itu ada gang atau jalan untuk menyimpan senjata dan
amunisi, ke empat sudutnya terdapat empat bastion-bastion dengan lobang-
lobang kecil di dindingnya untuk mengintai musuh. Tiga dari bastion-bastion itu
sekarang masih dapat di lihat. Benteng itu disebelah luar di kelilingi oleh parit

7
lebar dan dalam. Lima buah pangkung atau pintu gerbang dalam benteng
menghubungkan kompleks Kraton dengan dunia luar. Plengkung-plengkung itu
adalah:
a. Plengkung taruna sura atau plengkung wijalan disebelah timur laut.
b. Plengkung jogo suro atau plengkung ngasem di sebelah barat daya.
c. Plengkung jogo boyo atau plengkung taman sari disebelah barat.
d. Plengkung nirboyo atau plengkung gading disebelah selatan.
e. Plengkung tambak boyo atau plengkung gondomanan disebelah
timur.

Di muka setiapplengkung ada jembatannya yang menghubungkan


daerah-daerah Kraton dengan daerah luar. Kalau ada bahaya, maka jembatannya
itu dapat ditarik ke atas, menutup jalan masuk ke daerah dalam benteng.
Sementara itu pintu plengkungan di tutup rapat.

Plengkung-plengkung itu di tutup pada jam 18.00 WIB malam, di buka


pada jam 05.00 WIB dengan tanda bunyi gendering dan terompet dari prajuri-
prajurit di kemagangan.

Plengkung tambak boyo ini dahulu tertutup, tetapi pada tahun 1923
dibuka kembali oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Hanya 2 dari 5
plengkung ini yang masih mempunyai bentuk asli. Lainnya sudah berubah sama
sekali bentuknya. Tanduk kepada zaman modern, kedua plengkung itu adalah
plengkung nirboyo (gading) dan plengkung taruna sura (wijilan).

c. Keadaan Umum

Bahwa Kraton Yogyakarta mempunyai arsitektur sedemikian rupa.


Membujur begitu panjang, jumlah jalan keluar masuk ada 9 buah, 5 buah jalan
yang bertemu di alun-alun selatan, kalau ada pohon yang mati di ganti dengan
pohon yang semacam itu juga, menunjukkan kepada kita bahwa segala sesuatu
di dalamnya mengandung arti dan maksud tujuan tertentu.marilah kita selidiki
lebih lanjut, kita mulai dari sebelah selatan. Disana terdapat Krapyak. Krapyak
adalah sebuah tempat tinggi (podium) untuk melihat pemburuan rusa. Di
dekatnya terletak kampung wijen (wiji).

8
Jalan besar membujur lurus ke utara. Sepanjang jalan di tanami pohon
asam dan tanjung. Masukmelaluiplengkung gading ke daerah kompleks Kraton
yang sesungguhnya. Di pinggar alun-alun selatan. Kita lihat dua batang pohon
beringin, diberi nama “wok” keliling alun-alun ditanami pohon-pohon pakel dan
kuweni.

Alun-alun diberi pagar tembok kelilingnya, terletak dalam kompleks


dalam Kraton. Terlihat agak jauh plengkung nirboyo (gading), beringin
bernama “wok” sedikit kelihatan. Kedua beringin di tangah bersama supit
urang. Pagernya mempinyai “design” busur atau sifat pemuda-pemudi.

Disebelah utara alun-alun terdapat sebuah trateg, sebuah tempat teduh,


betapa anyaman-anyaman bambu dari kanan kirinya di tanami pohon-pohon
gayam. Kanan kirinya siti hinggal ada 2 buah jalan yang bertemu satu sama
lainnya di regol kemandungan. Sebelah uatara siti hinggal, jalan ini disebut
“pamengkang”. Di siti hinggal ini dahulu terdapat sebuah bangunan berbentuk
pendopo, ditengah-tengah ada selogilangnya, tempat duduk Sri Sultan. Halaman
siti Hinggal ditanami pohon “soka” dan pohon “palem cempora”. Bunga pohon-
pohon ini rupanya bagus sekali, berambut halus, berkumpul dalam satu tangkai
bunga. Rupanya merah dan putih. Jika Sri Sultan duduk diatas selogilang
tengah-tengah pendopo Siti Hinggalini, baginda selalu dihadap krabat Kraton
dan abadi-abadi dalam lainnya, pri wanita, banyak sekali, kanan kirinya Siti
hinggal ada kamar mandinya.

Kemudian kita sampai di halaman kemandungan melalui regol


kemendungan. Halaman ini ditanami dengan pohon-pohon kepel cengkir gading
dan palem. Dua buah jalan ke kanan dan ke kiri menghubungkan halaman ini
dengan dunia luar.

Jika kita melanjutkan perjalanan kita ke utara, maka kita melalui regol
kerabat menuju “dapur Kraton” gebulen dan jalan lain ke timur, ke “dapur
Kraton” sekullanggen.

Kami masuk regol kemagangan dan sampailah kita ke pelataran Kraton.


Sampai disini, berhentilah kita dahulu untuk kembali lagi ke selatan,
menyelidiki arti batiniah bagian itu.

9
2.3. Pantai Parangtritis

Gambar 3 : Pantai Parangtritis

Parangtritis adalah salah satu pantai yang mesti dikunjungi. Bukan


karena pantai yang paling populer di Yogyakarta. Tetapi juga memiliki
keterkaitan erat dengan beragam objek wisata lainnya seperti Krato Yogyakarta,
pantai parang Kusuma dan kawasan Merapi. Pantai yang terletak 27 km dari
pusat kota Yogyakarta ini juga merupakan bagian kekuasaan dari Ratu kidul.

Penanaman Parangtritis memiliki kesejarahan tersendiri konon. Seorang


yang bernama Dipokusuma yang merupakan pelarian dari kerajaan majapahit
datang ke daerah ini beratus-ratus tahun yang lalu untuk melakukan semedi.
Ketika melihat tetesan-tetesan iir yang mengalir dari celah batu karang. Ia pun
menanami daerah ini sehingga menjadi Parangtritis dari kata parang yaitu batu
dan tumaritis yaitu tetesan air, pantai yang terletak di daerah itu pun akhirnya
dinamai serupa.

Parangtritis merupakan pantai yang penuh mitos, di yakini merupakan


perwujudan dari kesatuan Trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Kraton
Yogyakarta, dan Parangtritis. Pantai ini juga di yakini sebagai tempat
bertemunya panambahan senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah selesai
menjalani pertapaan. Dalam pertemuan itu, Senopati di ingatkan agar tetap
rendah hati sebagai penguasa, meskipun memiliki kesaktian.

10
Sejumlah pengalaman wisata dapat dirasakan di pantai ini, menikmati
pemandangan alam tentu menjadi yang paling uatama. Pesona alam itu bisa di
intip dari berbagai lokasi disana dan cara. Sehingga pamandangan yang di lihat
lebih bervariasi dan adapun memiliki pengalaman yang berbeda bila anda
berdiri di tepian pantai-nya. Pesona alam yang tampak adalah pamandangan laut
lepas yang maha luas dengan deburan ombak yang keras seta tebing-tebing
tinggi disebelah timurnya.

2.4. Pusat Perbelanjaan Malioboro

Ujung jalan Malioboro yang satu terhubung dengan jalan mangkubumi


dan dibatasi oleh statsiun kereta api tugu dan ujung satunya lagi terhubung
dengan jalan jend. Ahmad Yani dalam kawasan areal Malioboro dan sekitarnya.
Banyak lokasi lain yang dapat dikunjungi, misalnya Siti inggil Kraton
Yogykarta. Pasar Bering hardjo, benteng Vredeburg, gedung senisono, museim
Sonobudoyo, dan lainnya. Sejarah saat ini malioboro dapat dikatakan sebagai
jantung keramaian Kota Yogyakarta karena banyaknya pengunjung yang berlalu
lalang. Kawasan yang sangat ramai baik di dua sisi jalan yang berkoridor,
maupun pada jalan kendaraan, walau satu arah dari jalan mangkubumi, akan
tetapi berbagai jenis kendaraan melaju dan memenuhi di jalan tersebut. Dan
tidak heran jika terjadi kemacetan dari kendaraan tradisional seperti becak,
dokar, sepeda, gerobak maupun kendaraan bermesin.

Sejarah jalan ini terbentuk dari lokalitas perdgangan merupakan setelah


Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui
sebuah pasar tradisianal pada tahun 1758 setelah berlalu 248 tahun, tempat itu
masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu
lakon Yogyakarta yang dikenal dengan malioboro.

Terletak sekitar 800 m dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulu nya di
penuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan peragaan
malioboro yang dalam bahasa sansakerta berarti “karangan bunga” menjadi
dasar penanaman jalan tersebut.

11
Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari
banyaknya pedagang yang berjajar di sepanjang jalan Malioboro menjalankan
dagangannya terdpat banyak cindera mata yang terlihat cantik, indah, dan harga
yang relatif murah. Dan barang-barang khas Yogyakarta, yang terlihat menawan
serta pakaian khas yaitu batik. Terdapat disana yaitu Malioboro. Para perajin
yang ulet, sehingga Yogya batik dan barang antik khas Yogyakarta.

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setelah kami gali, kaji, dan paparkan maka kami dapat menyimpulkan bahwa :

1. Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh


keajaiban dunia yang terletak di Kecamatan Borobudur Kabupoaten
Magelang Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini dari kota Magelang
terletak di sebelah selatan ± 15 km dalam jarak lurus. Dataran kedu yang
berbukit, hampir seluruhnya dilingkari pegunungan. Candi borobudur
dibangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejaran karena
usahanya untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan agama budha
mahayana.

2. Kraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau


tahun jawa 1682, diperingati dengan sebuah Condrosengkolo memet dipintu
gerbang melati, berupa dua ekor naga berlilitan satu sama lainnya. Dalam
bahasa jawa: “Dwi Naga Rasa Tunggal” artinya: Dwi=2, naga=8, Rasa=6,
tunggal=1, dibaca dari belakang 1682. warna naga hijau. Hijau adalah
simbol dari pengharapan. Disebelah luar dari pintu gerbang itu, diatastebing
tembok kanan kiri ada hiasan juga terdiri dari dua ekor naga bersiap-siap
untuk mempertahankan diri.

3. Parangtritis adalah salah satu pantai yang mesti


dikunjungi. Bukan karena pantai yang paling populer di Yogyakarta. Tetapi
juga memiliki keterkaitan erat dengan beragam objek wisata lainnya seperti
Krato Yogyakarta, pantai parang Kusuma dan kawasan Merapi. Pantai yang
terletak 27 km dari pusat kota Yogyakarta ini juga merupakan bagian
kekuasaan dari Ratu kidul.

4. Sejarah saat ini malioboro dapat dikatakan sebagai


jantung keramaian Kota Yogyakarta karena banyaknya pengunjung yang
berlalu lalang. Kawasan yang sangat ramai baik di dua sisi jalan yang

13
berkoridor, maupun pada jalan kendaraan, walau satu arah dari jalan
mangkubumi, akan tetapi berbagai jenis kendaraan melaju dan memenuhi di
jalan tersebut. Dan tidak heran jika terjadi kemacetan dari kendaraan
tradisional seperti becak, dokar, sepeda, gerobak maupun kendaraan
bermesin

3.2. Saran

Setelah kami gali, kaji, paparkan dan simpulkan maka kami dapat
memberikan saran bahwa kita tidak perlu berwisata ke luar negeri karena di
Indonesia pun masih banyak daerah wisata yang belum tentu kita tahu dan hal
ini dapat menumbuhkan rasa kebanggaan kita terhadap budaya dan sejarah
Indonesia.

Demikian laporan kegiatan study lapangan ini kami buat, semoga


bermanfaat bagi kita. Amien.

14
DAFTAR PUSTAKA

Madhori. _ _ _ _ Candi Borobudur Sepanjang Masa. _ _ _ _ : _ _ _ _


Sostrohadiningrat, KRT, Drs. 1993. Petunjuk Wisata Yoyakarta. Yogyakarta : Dinas
Pariwisata
Sutanto. 2005. Selayang Pandang Candi Borobudur. Borobudur : _ _ _ _

15

Anda mungkin juga menyukai