Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang
diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi
dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.
Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di
dunia. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai
bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang
yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi
teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra
mudra (memutar roda dharma).
SEJARAH
Pembangunan Candi Borobudur
Tahap kedua: Penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu
undak melingkar yang diatasnya langsung dibangun stupa tunggal yang
sangat besar.
Borobudur diterlantarkan
Penemuan Kembali
Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp. Stupa utama memiliki menara
dengan chattra (payung) susun tiga.
Penghargaan atas situs ini tumbuh perlahan. Untuk waktu yang cukup
lama Borobudur telah menjadi sumber cenderamata dan pendapatan bagi
pencuri, penjarah candi, dan kolektor "pemburu artefak". Kepala arca
Buddha adalah bagian yang paling banyak dicuri. Karena mencuri seluruh
arca buddha terlalu berat dan besar, arca sengaja dijungkirkan dan
dijatuhkan oleh pencuri agar kepalanya terpenggal. Karena itulah kini di
Borobudur banyak ditemukan arca Buddha tanpa kepala. Kepala Buddha
Borobudur telah lama menjadi incaran kolektor benda antik dan museum-
museum di seluruh dunia. Pada 1882, kepala inspektur artefak budaya
menyarankan agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan reliefnya
dipindahkan ke museum akibat kondisi yang tidak stabil, ketidakpastian
dan pencurian yang marak di monumen.[32] Akibatnya, pemerintah
menunjuk Groenveldt, seorang arkeolog, untuk menggelar penyelidikan
menyeluruh atas situs dan memperhitungkan kondisi aktual kompleks ini;
laporannya menyatakan bahwa kekhawatiran ini berlebihan dan
menyarankan agar bangunan ini dibiarkan utuh dan tidak dibongkar untuk
dipindahkan.
Pemugaran
Peristiwa kontemporer
Turis di Borobudur
Pada 21 Januari 1985, sembilan stupa rusak parah akibat sembilan bom.
[41]
Pada 1991 seorang penceramah muslim beraliran ekstrem yang
tunanetra, Husein Ali Al Habsyie, dihukum penjara seumur hidup karena
berperan sebagai otak serangkaian serangan bom pada pertengahan
dekade 1980-an, termasuk serangan atas Candi Borobudur.[42] Dua
anggota kelompok ekstrem sayap kanan djatuhi hukuman 20 tahun penjara
pada tahun 1986 dan seorang lainnya menerima hukuman 13 tahun
penjara.
Monumen ini adalah objek wisata tunggal yang paling banyak dikunjungi di
Indonesia. Pada 1974 sebanyak 260.000 wisatawan yang 36.000 di
antaranya adalah wisatawan mancanegara telah mengunjungi monumen
ini.[8] Angka ini meningkat hingga mencapai 2,5 juta pengunjung setiap
tahunnya (80% adalah wisatawan domestik) pada pertengahan 1990-an,
sebelum Krisis finansial Asia 1997.[9] Akan tetapi pembangunan pariwisata
dikritik tidak melibatkan masyarakat setempat sehingga beberapa konflik
lokal kerap terjadi.[8] Pada 2003, penduduk dan wirausaha skala kecil di
sekitar Borobudur menggelar pertemuan dan protes dengan pembacaan
puisi, menolak rencana pemerintah provinsi yang berencana membangun
kompleks mal berlantai tiga yang disebut 'Java World'.[43] Upaya
masyarakat setempat untuk mendapatkan penghidupan dari sektor
pariwisata Borobudur telah meningkatkan jumlah usaha kecil di sekitar
Borobudur. Akan tetapi usaha mereka untuk mencari nafkah seringkali
malah mengganggu kenyamanan pengunjung. Misalnya pedagang
cenderamata asongan yang mengganggu dengan bersikeras menjual
dagangannya; meluasnya lapak-lapak pasar cenderamata sehingga saat
hendak keluar kompleks candi, pengunjung malah digiring berjalan jauh
memutar memasuki labirin pasar cenderamata. Jika tidak tertata maka
semua ini membuat kompleks candi Borobudur semakin semrawut.
Rehabilitasi