Anda di halaman 1dari 12

KLIPING CANDI HINDU-BUDHA

MATA PELAJARAN SEJARAH

GURU PENGAJAR : TULUS S.Pd

Disusun Oleh:

Nama : Davina Patricia


Kelas : X IPA 6
No. Urut : 09

SMA SANTO THOMAS 1


MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan Kliping Sejarah yang berjudul “Candi Hindu-Budha”. Terimakasih kepada
Bapak Tulis, S.Pd. Sebagai guru pengajar sejarah dalam penyusunan kliping ini, dan juga teman
teman yang telah mendukung makalah ini.
Kliping ini menjelaskan tentang sejara candi hindu-budha, bahan-bahan dalam
pembuatan candi, serta makna-makna yang tergantung di setiap bentukdari candi yang ada di
Indonesia.
Jika ada kesalahan dalam prosesnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, Oleh
sebab itu kami mohon maaf bagi para audiens dan pembaca khususnya. Semoga kliping ini
memberikan banyak manfaat kepada para pembacanya. Selanjutnya, demi kesempurnaan
makalah ini sangat diharapkan segala masukan dan saran yang sifatnya membangun.

Medan, 10 Januari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 1

1.1 Candi Borobudur .............................................................................................................. 1

1.1.1 Sejarah....................................................................................................................... 1

1.1.2 Bahan- bahan Dalam Membuat Candi ...................................................................... 2

1.1.3 Makna setiap bentuknya ........................................................................................... 2

1.2 Candi Prambanan ............................................................................................................. 5

1.2.1 Sejarah....................................................................................................................... 5

1.2.2 Bahan-bahan Dalam Pembuatan ............................................................................... 6

1.2.3 Makna setiap bentuknya ........................................................................................... 7

KESIMPULAN ............................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 9

ii
PEMBAHASAN

1.1 Candi Borobudur

1.1.1 Sejarah

Candi Borobudur merupakan salah satu Candi


terbesar di Indonesia. Candi borobudur
merupakan salah satu Candi Buddha yang
terletak di Magelang, provinsi Jawa Timur.
Candi Borobudur terletak kurang lebih 40 km di
sebelah barat laut kota jogja. Dengan kendaraan
umum, mobil dan sepeda motor hanya memakan
waktu sekitar 1 jam perjalanan dari kota Jogja.

Candi Borobudur di bangun pada masa penganut ajaran Buddha Mahayana tepatnya sekitar
tahun 750-800 an Masehi. Candi Borobudur pun masuk dalam 7 keajaiban dunia, selain karena
menjadi yang terbesar, Candi Borobudur menjadi Candi Buddha yang tertua karena di bangun
jauh sebelum Candi Angkor Wat di Kamboja yang masih baru dibangun kira-kira pada
pertengahan abad ke-12 oleh Raja Suryavarman II.

Sejarah menyebutkan, pastinya, Candi Borobudur dibangun pada masa pemerintahan dinasti
Syailendra. Sedangkan untuk asal-usulnya, Candi Borobudur pun masih diliputi misteri dan
menyebabkan banyak pertanyaan mengenai siapa pendiri awalnya.

Lokasi Candi Borobudur sendiri terletak di kota Magelang, Jawa Tengah. Untuk alamat pasti dan
lengkapnya, Candi Borobudur berada di Jalan Badrawati, Borobudur, Kota Magelang, Jawa
Tengah. Lokasi Candi Borobudur sendiri berada di tengah-tengah dan sangat strategis.

Candi Borobudur berada sekitar 100 km dari kota Semarang, jarak 86 km dari Surakarta dan
berjarak 40 km dari DI. Yogyakarta.

Nama Candi Borobudur sendiri berasal dari kata bara dan budur. Dalam istilahnya, bara
memiliki arti kompleks biara dan kata budur yang mempnyai arti atas. Yang kemudian, jika
digabungkan menjadi kata barabudur dibaca borobudur yang berarti kompleks biara di atas

Dalam sejarah, diketahui bahwa masyarakat pada masa dinasti Syailendra adalah penganut
agama Buddha ber-madzhab atau beraliran Mahayana yang taat. Kendati demikian, pada temuan

1
yang didasarkan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa awalnya mereka mungkin beragama
Hindhu Siwa.

1.1.2 Bahan- bahan Dalam Membuat Candi

Inti tanah yang berfungsi sebagai tanah dasar atau


tanah pondasi Candi Borobudur dibagi menjadi 2,
yaitu tanah urug dan tanah asli pembentuk bukit.
Tanah urug adalah tanah yang sengaja dibuat untuk
tujuan pembangunan Candi Borobudur, disesuaikan
dengan bentuk bangunan candi. Menurut Sampurno
Tanah ini ditambahkan di atas tanah asli sebagai
pengisi dan pembentuk morfologi bangunan candi.
Tanah urug ini sudah dibuat oleh pendiri Candi
Borobudur, bukan merupakan hasil pekerjaan restorasi. Ketebalan tanah urug ini tidak seragam
walaupun terletak pada lantai yang sama, yaitu antara 0,5-8,5 m.

Batuan penyusun Candi Borobudur berjenis andesit dengan porositas yang tinggi, kadar porinya
sekitar 32%-46%, dan antara lubang pori satu dengan yang lain tidak berhubungan. Kuat
tekannya tergolong rendah jika dibandingkan dengan kuat tekan batuan sejenis. Dari hasil
penelitian Sampurno (1969), diperoleh kuat tekan minimum sebesar 111 kg/cm2 dan kuat tekan
maksimum sebesar 281 kg/cm2. Berat volume batuan antara 1,6-2 t/m3.

1.1.3 Makna setiap bentuknya

Candi Borobudur mengandung maksud yang


amat mulia, maksud ini diamanatkan melalui
relief-relief ceritanya. Candi Borobudur
mempunyai 1.460 panil relief cerita yang
tersusun dalam 11 deretan mengitari bangunan
candi dan relief dekoratif berupa relief hias
sejumlah 1.212 panil.

Relief cerita pada tingkat Kamadhatu (kaki candi) mewakili dunia manusia menggambarkan
perilaku manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi. Hal ini terlihat pada dinding kaki candi
yang asli terpahatkan 160 panil relief Karmawibhangga yang menggambarkan hukum sebab
akibat. Tingkat Rupadhatu (badan candi) mewakili dunia antara, menggambarkan perilaku
manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, akan tetapi masih terikat oleh suatu
pengertian dunia nyata. Pada tingkatan ini dipahatkan 1.300 panil yang terdiri dari relief
Lalitavistara, Jataka, Avadana, dan Gandawyuha.
Berikut uraian singkat dari relief tersebut:

2
1. Tingkat I
- dinding atas relief Lalitavistara : 120 panil.
Relief ini menggambarkan riwayat hidup Sang Buddha Gautama dimulai pada saat para dewa di
surga Tushita mengabulkan ermohonan Bodhisattva untuk turun ke dunia menjelma menjadi
manusia bernama Buddha Gautama. Ratu Maya sebelum hamil bermimpi menerima kehadiran
gajah putih dirahimnya. Di Taman Lumbini Ratu Maya melahirkan puteranya dan diberi nama
pangeran Sidharta. Pada waktu lahir Sidharta sudah dapat berjalan, dan pada tujuh langkah
pertamanya tumbuh bunga teratai. Setelah melahirkan Ratu Maya meninggal, dan Sidharta
diasuh oleh bibinya Gautami. Setelah dewasa Sidharta kawin dengan Yasodhara yang disebut
dengan dewi Gopa. Dalam suatu perjalanan Sidharta mengalami empat perjumpaan yaitu
bertemu dengan pengemis tua yang buta, orang sakit, orang mati membuat Sidharta menjadi
gelisah, karena orang dapat menjadi tua, menderita, sakit dan mati. Akhirnya Sidharta bertemu
dengan seorang pendeta, wajah pendeta itu damai, umur tua, sakit, dan mati tidak menjadi
ancaman bagi seorang pendeta. Oleh karena menurut ramalan Sidharta akan menjadi pendeta,
maka ayahnya mendirikan istana yang megah untuk Sidaharta. Setelah mengalami empat
perjumpaan tersebut Sidharta tidak tenteram tinggal di istana, akhirnya diam-diam meninggalkan
istana. Sidharta memutuskan enjadi pendeta dengan memotong rambutnya. Pakaian istana
ditinggalkan dan memakai pakaian budak yang sudah meninggal, dan bersatu dengan orang-
orang miskin. Sebelum melakukan samadi Sidharta mensucikan diri di sungai Nairanjana.
Sidharta senang ketika seorang tukang rumput mempersembahkan tempat duduk dari rumput
usang. Di bawah pohon Bodhi pada waktu bulan purnama di bulan Waisak, Sidharta menerima
pencerahan sejati, sejak itu Sidharta menjadi Buddha di kota Benares.

- dinding bawah relief Manohara dan Avadana : 120 panil


Cerita Manohara menggambarkan cerita udanakumaravada yaitu kisah perkawinan pangeran
Sudana dengan bidadari Manohara. Karena berjasa menyelamatkan seekor naga, seorang
pemburu bernama Halaka mendapat hadiah laso dari orang tua naga. Pada suatu hari Halaka
melihat bidadari mandi di kolam, dengan lasonya berhasil menjerat salah seorang bidadari
tercantik bernama Manohara. Oleh karena Halaka tidak sepadan dengan Manohara, maka
Manohara dipersembahkan kepada pangeran Sudana, meskipun ayah Sudana tidak setuju.
Banyaknya rintangan tidak dapat menghalangi pernikahan pangeran Sudana dengan Manohara.
Cerita Awadana mengisahkan penjelmaan kembali orang-orang suci, diantaranya kisah kesetiaan
raja Sipi terhadap makhluk yang lemah. Seekor burung kecil minta tolong raja Sipi agar tidak
dimangsa burung elang. Sebaliknya burung elang minta raja Sipi menukar burung kecil dengan
daging raja Sipi. Setelah ditimbang ternyata berat burung kecil dengan raja Sipi sama beratnya,
maka raja Sipi bersedia mengorbankan diri dimangsa burung elang. Seorang pemimpin harus
berani mengorbankan dirinya untuk rakyat kecil dan semua makhluk hidup.

langkan bawah (kisah binatang) relief Jatakamala: 372 panil

3
langkan atas (kisah binatang) relief Jataka:128 panil
Relief ini mempunyai arti untaian cerita jataka yang mengisahkan reinkarnasi sang Buddha
sebelum dilahirkan sebagai seorang manusia bernama pangeran Sidharta Gautama. Kisah ini
cenderung pada penjelmaan sang Buddha sebagai binatang yang berbudi luhur dengan
pengorbanannya. Cerita jataka diantaranya kisah kera dan banteng. Kera yang nakal suka
mengganggu banteng, namun banteng diam saja. Dewi hutan menasehati banteng untuk melawan
kera, namun banteng menolak mengusir kera karena takut kera akan pergi dari hutan dan
mengganggu kedamaian binatang-binatang lain. Akhirnya dewi hutan bersujud kepada banteng
karena sikap banteng didalam menjaga keserasian dan kedamaian di hutan. Kisah jataka lainnya
adalah pengorbanan seekor gajah yang mempersembahkan dirinya untuk dimakan oleh para
pengungsi yang kelaparan.

2. Tingkat II
- dinding relief Gandawyuha : 128 panil
– langkan relief Jataka/Avadana : 100 panil Relief ini mungkin melanjutkan kehidupan Sang
Buddha di masa lalu. Beberapa adegan dikenal kembali antara lain terdapat pada sudut barat laut,
yaitu Bodhisattva menjelma sebagai burung merak dan tertangkap, akhirnya memberikan
ajarannya.
3. Tingkat III
dinding relief Gandawyuha : 88 panil
Relief ini menggambarkan riwayat Bodhisattva Maitreya sebagai calon Budha yang akan datang,
merupakan kelanjutan dari cerita di tingkat II.

Rincian letak arca :


- Pada tingkat Rupadhatu terdapat 432 arca, ukuran semakin ke atas semakin kecil dan
diletakkan pada relung, dengan rincian: Teras I : 104 arca Teras II : 104 arca Teras III : 88 arca
Teras IV : 72 arca Teras V : 64 arca
- Pada tingkat Arupadhatu terdapat 72 arca dengan ukuran sama dan diletakkan di dalam stupa,
dengan rincian:Teras VI : 32 arca Teras VII : 24 arca Teras VIII : 16 arca

- Pada tingkat Rupadhatu ini terdapat 432 arca Dyani Buddha diletakkan di dalam relung di
segala penjuru arah mata angin yaitu: Arca Dhyani Buddha Aksobya letak di sisi Timur dengan
sikap tangan Bhumisparsamudra, Arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa letak sisi Selatan
dengan sikap tangan Waramudra, Arca Dhyani Buddha Amoghasidha letak di sisi Utara dengan
sikap tangan Abhayamudra, Arca Dhyani Buddha Wairocana di pagar

langkan tingkat V dengan sikap Witarkamudra


– Di dalam stupa teras I, II, dan III terdapat arca Dhyani Buddha Vajrasattva dengan sikap
tangan Dharmacakramudra

4
– Arca singa : 32 buahMenurut agama Buddha singa adalah kendaraan sang Buddha pada waktu
naik ke surga, simbol kekuatan pengusir pengaruh jahat untuk menjaga kesucian Candi
Borobudur.
Jumlah stupa 73 buah dengan rincian 1 buah stupa induk, 32 stupa pada teras melingkar I, 24
stupa pada teras melingkar II, dan 16 stupa pada teras melingkar III.
Bentuk stupa :
– Stupa induk berongga, tanpa lubang terawang
– Stupa pada teras melingkar berlubang terawang:Lubang belah ketupat pada stupa teras
melingkar I dan II Lubang segi empat pada stupa teras melingkar III
– Arti simbolis lubang terawang belah ketupat: Berkaitan dengan filosofi menuju ke tingkat
kesempurnaan – Arti simbolis lubang terawang segi empat: Berkaitan dengan filosofi lebih
sederhana atau sempurna daripada bentuk belah ketupat yang masih tergolong raya.

1.2 Candi Prambanan

1.2.1 Sejarah

Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah


yang pernah dibangun di Jawa kuno, pembangunan
candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh Rakai Pikatan
sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga
candi Sewu yang terletak tak jauh dari Prambanan.
Beberapa sejarawan lama menduga bahwa
pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai
kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal
ini terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan
yang saling bersaing; yaitu wangsa Sanjaya penganut
Hindu dan wangsa Sailendra penganut Buddha. Pastinya, dengan dibangunnya candi ini
menandai bahwa Hinduisme aliran Saiwa kembali mendapat dukungan keluarga kerajaan,
setelah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal
ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus dukungan keagamaanya, dari Buddha
Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.

Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara
berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu.
Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk
memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha
(Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva-laya yang
berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa').[6] Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat
pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan

5
tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah
sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan.
Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan
dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi
candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong
lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi.
Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi
pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping).

Beberapa arkeolog berpendapat bahwa arca Siwa di garbhagriha (ruang utama) dalam candi Siwa
sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja Balitung, sebagai arca pedharmaan
anumerta dia.

Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram
berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong, dan diperluas dengan membangun ratusan candi-
candi tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi
sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara penting kerajaan.
Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa ratusan pendeta brahmana dan
murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab
Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau
keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu.

1.2.2 Bahan-bahan Dalam Pembuatan


Batu andesit, batu bekuan vulkanik yang
ditatah membentuk kotak-kotak yang saling
kunci. Batu andesit bahan candi harus
dibedakan dari batu kali. Batu kali meskipun
mirip andesit tetapi keras dan mudah pecah
jika ditatah (sukar dibentuk). Batu andesit
yang cocok untuk candi adalah yang
terpendam di dalam tanah sehingga harus
ditambang di tebing bukit.

1. Batu putih (tuff), batu endapan piroklastik berwarna putih, digunakan di Candi
Pembakaran di kompleks Ratu Boko. Bahan batu putih ini juga ditemukan dijadikan
sebagai bahan isi candi, di mana bagian luarnya dilapis batu andesit
2. Bata merah, dicetak dari lempung tanah merah yang dikeringkan dan dibakar.
3. Stuko (stucco), yaitu bahan semacam beton dari tumbukan batu dan pasir. Bahan stuko
ditemukan di percandian Batu Jaya.
4. Bajralepa (vajralepa), yaitu bahan lepa pelapis dinding candi semacam plaster putih
kekuningan untuk memperhalus dan memperindah sekaligus untuk melindungi dinding

6
dari kerusakan. Bajralepa dibuat dari campuran pasir vulkanik dan kapur halus. Konon
campuran bahan lain juga digunakan seperti getah tumbuhan, putih telur, dan lain-lain.

1.2.3 Makna setiap bentuknya

Prambanan juga memiliki tingkatan zona candi, mulai dari


yang kurang suci hingga ke zona yang paling suci.
Meskipun berbeda nama, tiap konsep Hindu ini memiliki
sandingannya dalam konsep Buddha yang pada hakikatnya
hampir sama. Baik lahan denah secara horisontal maupun
vertikal terbagi atas tiga zona:

 Bhurloka (dalam Buddhisme:Kamadhatu) , adalah


ranah terendah makhluk yang fana; manusia, hewan, juga
makhluk halus dan iblis. Di ranah ini manusia masih terikat
dengn hawa nafsu, hasrat, dan cara hidup yang tidak suci.
Halaman terlar dan kaki candi melambangkan ranah
bhurloka.
 Bwahloka (dalam Buddhisme: Rupadhatu), adalah alam tegah, tempat orang suci, resi,
pertapa, dan dewata rendahan. Di alam ini manusia mulai melihat cahaya kebenaran.
Halaman tengah dan tubuh candi melambangkan ranah bwahloka.
 Swahloka (dalam Buddhisme: Arupadhatu), adalah ranah trtinggi sekaligus tersuci
tempat para dewa bersemayam, juga disebut swargaloka. Halaman dalam dan atap candi
melambangkan ranah swahloka. Atap candi-candi di kompleks Prambanan dihiasi dengan
kemuncak mastaka berupa ratna (Sanskerta: permata), bentuk ratna Prambanan
merupakan modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Dalam
arsitektur Hindu Jawa kuno, ratna adalah sandingan Hindu untuk stupa Buddha, yang
berfungsi sebagai kemuncak atau mastaka candi.

Pada saat pemugaran, tepat di bawah arca Siwa di bawah ruang utama candi Siwa terdapat sumur
yang didasarnya terdapat pripih (kotak batu). Sumur ini sedalam 5,75 meter dan peti batu pripih
ini ditemukan di atas timbunan arang kayu, tanah, dan tulang belulang hewan korban. Di dalam
pripih ini terdapat benda-benda suci seperti lembaran emas dengan aksara bertuliskan Baruna
(dewa laut) dan Parwata (dewa gunung). Dalam peti batu ini terdapat lembaran tembaga
bercampur arang, abu, dan tanah, 20 keping uang kuno, beberapa butir permata, kaca, potongan
emas, dan lembaran perak, cangkang kerang, dan 12 lembaran emas (5 diantaranya berbentuk
kura-kura, ular naga (kobra), padma, altar, dan telur)

7
KESIMPULAN

1. Candi Borobudur dibangun pada masa penganut ajaran Buddha Mahayana tepatnya
sekitar tahun 750-800 an Masehi. Candi Borobudur pun masuk dalam 7 keajaiban dunia,
selain karena menjadi yang terbesar, Candi Borobudur menjadi Candi Buddha yang tertua
karena di bangun jauh sebelum Candi Angkor Wat di Kamboja yang masih baru
dibangun kira-kira pada pertengahan abad ke-12 oleh Raja Suryavarman II.
2. Inti tanah yang berfungsi sebagai tanah dasar atau tanah pondasi Candi Borobudur dibagi
menjadi 2, yaitu tanah urug dan tanah asli pembentuk bukit. Dan batuan penyusun Candi
Borobudur berjenis andesit dengan porositas yang tinggi, kadar porinya sekitar 32%-
46%, dan antara lubang pori satu dengan yang lain tidak berhubungan.
3. Dinding kaki candi yang asli terpahatkan 160 panil relief Karmawibhangga yang
menggambarkan hukum sebab akibat. Tingkat Rupadhatu (badan candi) mewakili dunia
antara, menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan
duniawi, akan tetapi masih terikat oleh suatu pengertian dunia nyata. Pada tingkatan ini
dipahatkan 1.300 panil yang terdiri dari relief Lalitavistara, Jataka, Avadana, dan
Gandawyuha.
4. Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan
secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung
Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini
dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa
Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha)
5. Bahan-bahan Dalam Pembuatan adalah Batu andesit, batu merah, batu kapur, kayu, dan
stuko
6. Prambanan juga memiliki tingkatan zona candi, mulai dari yang kurang suci hingga ke
zona yang paling suci. Bagian tersbut yaitu : Bhurloka, Bwahloka dan Swahloka

8
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan#Sejarah, di unduh pada tanggal 10 Januari 2019


https://id.wikipedia.org/wiki/Candi#Bahan_bangunan, di unduh pada tanggal 10 Januari 2019
https://en.wikipedia.org/wiki/Borobudur, di unduh pada tanggal 10 Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai