Anda di halaman 1dari 18

SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM DAN PRODUK

PEMIKIRAN HUKUM ISLAM

Makalah Diajukan sebagai Tugas Wajib Kelompok dalam Mata


Kuliah
METODOLOGI STUDI ISLAM

Disusun Oleh:
Elfira Shenita Damanik (0702182105)
Muhammad Dana Anggara Syahputra (0702183234)
Muhammad Alwi Nazri Siregar (0702183237)

Dosen Pengampu:
Purjatian Azhar, M.Hum

JURUSAN SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhana Wata’ala atas segala karunia nikmat-Nya

sehingga makalah pendidikan yang berjudul ”Sumber-sumber Ajaran Islam dan

Produk Pemikiran Hukum Islam” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu, tanpa

ada halangan yang berarti. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu

tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam yang diampu oleh Bapak Purjatian

Azhar, M.Hum.

Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang

sudah membantu sampai makalah ini dapat terselesaikan. Akhir kata, penyusun

sangat memahami apabila makalah ini tentu jauh dari kata sempurna, maka dari itu

kami butuh kritik dan sarannya yang bertujuan untuk memperbaiki karya-karya

kami selanjutnya di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini bisa memberikan

manfaat kepada semua pihak.

Medan, 26 Oktober 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1

1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 1

BAB II ..................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

A. SUMBER – SUMBER AJARAN ISLAM ...................................................... 2

1. Al-Qur’an ..................................................................................................... 2

2. Hadits ........................................................................................................... 4

3. Ijtihad ........................................................................................................... 7

B. PRODUK PEMIKIRAN HUKUM ISLAM .................................................. 10

BAB III ................................................................................................................. 14

PENUTUP ............................................................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Dengan agama inilah Allah Swt menutup agama-agama sebelumnya. Allah
Swt telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya. Agama yang
telah sempurna ini mempunyai aturan dan hukum yang harus dipatuhi dan
dijalankan oleh seluruh umatnya. Setiap aturan dan hukum memiliki
sumbernya sendiri sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Sumber hukum
Islam adalah hukum-hukum yang diadakan oleh Allah Swt untuk hamba-Nya
yang dibawa oleh seorang Nabi Muhammad Saw, baik hukum yang
berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang
berhubungan dengan amaliyah (perbuatan). Sumber hukum Islam sendiri
terdiri dari Alqur’an sebagai sumber hukum pertama dalam Islam, Hadits
sebagai sumber hukum kedua dalam Islam, Ijtihad sebagai sumber hukum
ketiga dalam Islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja sumber-sumber ajaran Islam dan produk pemikiran hukum Islam?
2. Apa saja objek kajian sumber-sumber ajaran Islam?
3. Bagaimana metode memahami sumber-sumber ajaran Islam?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui sumber-sumber ajaran Islam & produk pemikiran hukum Islam.
2. Mengetahui objek kajian dari sumber-sumber ajaran Islam.
3. Mengetahui metode dalam memahami sumber-sumber ajaran Islam.

1.4 Batasan Masalah


Agar tidak terjadinya pembahasan atau diskusi diluar materi, penulis
hanya akan membahas seputar tentang “sumber ajaran islam dan produk
pemikiran hukum islam”, perincian materi bisa dilihat dalam rumusan masalah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. SUMBER – SUMBER AJARAN ISLAM


1. AL-QUR’AN
Secara etimologis, kata Al Qur’an berasal dari bahasa Arab al-
Qur’an yang berarti bacaan. Menurut istilah, Al Qur’an = sebagai kalam
Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw melalui malaikat jibril
dengan menggunakan bahasa arab sebagai hijjah (bukti) atas kerasulan
Nabi Muhammad Saw dan sebagai pedoman hidup bagi manusia serta
sebagai media dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan
membacanya.

a. Wilayah kajian Al-Qur’an


Berbagai penemuan baru dalam pengetahuan ilmiah modern telah
memberikan ruang dan perspektif yang cukup luas bagi pengembangan
wilayah Ilmu Agama Islam (IAI), termasuk wilayah kajian Al-Qur’an.
Kajian ilmiah dan kajian non-ilmiah, umumnya memiliki kemampuan
yang meningkat dan memberikan manfaat bagi peningkatan taraf hidup
manusia. Ia dikembangkan melalui kegiatan ilmiah, terutama
penelitian, yang diorientasikan pada pengembangan disiplin keilmuan
serta pengembangan manusia dan penataan ekosistem. Sekalipun
demikian, kemampuan ini tidak secara merata dapat disumbangkan
oleh berbagai bidang dan disiplin ilmu. Bidang ilmu yang
berkemampuan mengontekstualisasikan dirinya dengan tuntutan
kehidupan, memiliki kontribusi yang sangat besar, bahkan menjadi
determinan yang bersifat konstan bagi perubahan kehidupan manusia.
Adapun bidang ilmu yang kurang mampu mengontekstualisasikan
dirinya akan kurang mampu memberikan kontribusi bagi kehidupan,
bahkan cenderung ditinggalkan.
Dengan melihat karakteristik diatas, kajian Al-Qur’an itu tetap
dan terus ditekuni serta tetap aktual. Indikator hal tersebut adalah:

2
(1) Jumlah umat Islam yang mencapai seperlima penduduk dunia
(lebih kurang 1 miliyar), terlebih di Indonesia yang penduduknya
merupakan umat Islam terbesar di dunia (lebih kurang 200 juta)
sehingga aktivitas kajian Al-Qur’an terus berlangsung dan
dilakukan oleh kalangan Muslim, terutama para sarjana Muslim.
(2) Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam utama dan pertama
yang disepakati oleh semua aliran (teologi, fiqh, akhlak, tasawuf,
dan politik). Semua aktivitas kaum Muslim terikat dan terinspirasi
oleh Al-Qur’an sehingga Al-Qur’an akan terus dibutuhkan dan
dikaji sebagai sumber ajaran dan sumber nilai.
(3) Perkembangan modern dalam ilmu pengetahuan, seperti linguistic,
sosiologi, psikologi, dan kedokteran memberikan perspektif baru
yang semakin memperkaya paradigm, teori, metode, pendekatan,
dan teknik kajian Al-Qur’an. dengan demikian, kajian Al-Qur’an
cukup dinamis, terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
dan mampu mengontekstualisasi diri sesuai dengan perkembangan
masyarakat.1

b. Metode Kajian Al-Qur’an dan Tafsir


Berdasarkan sifat-sifat masalahnya, Suryabrata (1983)
mengemukakan berbagai metode penelitian, sebagai berikut.
1. Penelitian historis¸ bertujuan membuat rekontruksi masa lampau
secara sistematis dan objektif.
2. Penelitian deskriptif, bertujuan membuat deskripsi secara
sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi
atau daerah tertentu.
3. Penelitian perkembangan, bertujuan menyelidiki pola dan urutan
pertumbuhan dan perubahan sebagai fungsi waktu.

1
Dadan Rusmana, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2015),
hal.44

3
4. Penelitian kasus/lapangan, bertujuan mempelajari secara intensif
latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu
objek.
5. Penelitian korelasional, bertujuan mengkaji tingkat keterkaitan
antara variasi suatu faktor dan variasi faktor lain berdasarkan
koefisien korelasi.
6. Penelitian eksperemental sungguhan, bertujuan menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melakukan
kontrol/kendali.
7. Penelitian eksperimental semu, bertujuan mengkaji kemungkinan
hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak memungkinkan
ada kontrol/kendali, tetapi dapat diperoleh informasi pengganti
bagi situasi dengan pengendalian.
8. Penelitian kasual-komparatif, bertujuan menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab-akibat, tidak dengan jalan eksperimen, tetaoi
dilakuakan dengan pengamatan terhadap data dari faktor yang
diduga menjadi penyebab, sebagai pembanding.
9. Penelitian tindakan, bertujuan mengembangkan keterampilan baru
atau pendekatan baru dan diterapkan langsung serta dikaji langsung
hasilnya.2

2. HADITS
Dalam tradisi hukum islam, Hadits berarti segala perkataan, perbuatan
dan keizinan Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi, para ulama ushul fiqh,
membatasi pengertian hadits hanya pada “ucapan-ucapan Nabi Muhammad
Saw yang berkaitan dengan hukum”, sedangkan bila mencakup, pula
perbuatan dan taqrir yang berkaitan dengan hukum , maka ketiga hal ini
mereka namai dengan “Sunnah”. Tidak semua perbuatan Nabi Muhammad

2
Dadan Rusmana, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2015),
hal.34

4
merupakan sumber hukum yang harus diikuti oleh umatnya, seperti
perbuatan dan perkataannya pada masa sebelum kerasulannya.3

a. Objek kajian Hadits


Fungsi utama Nabi Muhammad adalah untuk menjelaskan isi
kandungan al-Qur'an. Oleh karena sebagian besar ayat-ayat hukum
dalam al-Qur'an masih dalam bentuk garis besar yang secara amaliah
belum bisa dilaksanakan, maka dalam hal ini penjelasan hadis dapat
dibutuhkan. Dengan demimian fungsi hadis yang utama adalah untuk
menjelaskan al-Qur'an.
Bila al-Qur'an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fikih
maka sunnah disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai
bayani, dalam hubungannya dengan al-Qur'a,n maka hadis menjalankan
fungsi sebagai berikut:
1. Menguatkan dan menjelaskan hukum-hukum yang tersebut dalam
al-Qur'an yang dikenal dengan istilah fungsita'kiddantaqrir.
2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksuud dalam al-
Qur'an dalam hal:
a. Menjelaskan arti yang masih samar atau ijmal seperti kata
shalat, karena dapat saja shalat itu berarti do'a sebagaimana
dipakai secara umum pada waktu itu. Kemudian Nabi
melakukan serangkaian perbuatan yang terdiri dari ucapan dan
perbuatan dalam rangka menjelaskan apa yang dimaksud
shalat pada ayat tersebut.
b. Merinci apa-apa yang dalam al-Qur'an disebutkan secara garis
besar misalnya menentukan waktu-waktu salat yang
disebutkan dalam alQur'an .

3
Chuzaimah, Iwan , hawari. “ Handbook Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2018), hal.106

5
c. Membatasi apa-apa yang dalam al-Qur'an disebutkan secara
umum, misalnya hak kewarisan anak laki-;aki dan anak
perempuan.
d. Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam al-
Qur'an misalnya Allah melarang seorang laki-laki memadu
dua orang wanita yang bersaudara, diperluas Nabi bahwa
bukan saja saudara ayah tapi juga saudara ibunya.
3. Menetapkan sesuatu hukum dalam hadis yang secara jelas tidak ada
dalam al-Qur'an. Fungsi sunnah dalam bentuk ini dikenal dengan
istilah Itsbat.4

b. Metode Memahami Hadits


1. Metode Tahlili
Kata tahlili berasal dari bahasa Arab, yang berarti
“mengurangi, menganalisis”. Metode tahlili adalah metode dalam
menyoroti hadits dengan memaparkan segala makna dan aspek
yang terkandung di dalamnya, mencakup semua kehidupan
manusia, baik aspek vertical, horizontal maupun kedalamannya.
Aspek vertical meliputi dimensi zaman yang melputi kehidupan
manusia sejak lahir sampai meninggaal dunia bahkan sejak lahir
sampai pasca kematiannya.
2. Metode Muqaran
Untuk mengetahui ada atau tidak adanya matn lain yang
memiliki topic masalah yang sama, perlu dilakukan takhrij al-
hadits bi al-maudlui. Apabila ternyata ada matn lain yang bertopik
sama, maka matn itu perlu diteliti sanadnya. Apabila sanadnya
memenuhi syarat, maka kegiatan muqaran kandungan matn-matn
tersebut dilakukan.

4
Tabih, Kedudukan dan Fungsi Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam. Vol.14 No.3, 2010,
hal.336

6
3. Metode Maudu’i
Untuk memhami sunnah Nabi dengan baik, kita harus
menghimpun hadits-hadits yang bermakna sama. Hadits-hadits
yang mutasyabih dikembalikan kepada yang muhkam, yang mutlaq
dihubungkan dengan yang muqayyad, yang ‘am ditafsirkan dengan
yang khash. Dengan demikian, makna yang dimaksud akan
semakin jelas dan satu sama lain tidak boleh dipertentangkan.

3. IJTIHAD
Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya
bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk
memutuskan suatu perkara yang tdiak dibahas dalam Al-Qur’an maupun
Hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.
Namun pada perkembangan se;anjutnya, diputuskan bahwa ijtihad
sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam.

a. Objek Kajian Ijtihad

Adapun kedudukan yang bisa menjadi obyek ijtihad adalah:

1. Kedudukan yang dibawa oleh nas yang dhanni, baik dari segi
pengertiannya, dan nas seperti ini adalah hadits. Ijtihad dalam hal
ini ditujukan kepada segi sanad dan pen-sahinannya, juga dari
pertalian pengertiannya dengan hukum yang sedang dicari.
2. Kedudukan yang dibawa oleh nas yang qat’i kedudukannya, tetapi
dhanni pengertiannya, dan nas seperti ini terdapat dalam Qur’an
dan Hadits juga. Obyek ijtihad disini ialah segi pengertiannya saja.
3. Kedudukan yang dibawa oleh nas yang dhannu kedudukannya,
tetapi qat’i pengertiannya, dan hal ini hanya terdapat dalam Hadits.
Obyek Ijtihad dalam hal ini ialah segi sanad, sahihnya hadits, dan
pertaliannya dengan Rasul. Dalam ketiga-tiga kedudukan hukum
tersebut di atas semua, daerah ijtihad terbatas sekitar nas, di mana
seseorang mujtahid tidak bisa melampaui kemungkinan-
kemungkinan pengertian nas.

7
4. Kedudukan yang tidak ada nas-nya atau tidak iijma’kan dan tidak
pula diketahui dari agama dengan pasti. Di sini seseorang yang
berijtihad memakai qiyas, atau istihsan atau ‘urf atau jalan-jalan
lain. Di sini daerah ijtihad lebih luas daripada kedudukan-
kedudukan lain.

b. Metode - Metode Ijtihad


1. Ijma’
Ijma‟ artinya kesepakatan, yakni kesepakatan para ulama
dalam dalam menetapkan suatu hukum-hukum dalam agama
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist dalam suatu yang terjadi. Hasil
dari ijma‟ adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan
ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
2. Qiyas
Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya
menetapkan suatu hukum, suatu perkara yang baru dan belum ada
pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab,
manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu
sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma‟ dan Qiyas bersifat
darurat, bila memang terdapat hal-hal yang ternyata belum
ditetapkan pada masa-masa sebelumnya.
3. Ihtisan
Beberapa defenisi Istihsan yaitu:
 Fatwa yang dikeluarkan oleh Faqih (ahli fikih), hanya karena
dia merasa hal itu benar.
 Argumentasi dalam pikiran seorang Faqih tanpa bisa
diekpresikan secara lisan olehnya.
 Mengganti argumentasi dengan fakta yang dapat diterima,
untuk maslahat orang banyak.
 Tindakan memutuskan sesuatu perkara untuk mencegah
kemudhratan.

8
 Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat
terhadap perkara yang ada sebelumnya.
Contohnya menurut hukum syara‟ kita tidak boleh
mengadakan jual beli yang barangnya belum ada saat terjadi akad.
Akan tetapi menurut Istihsan , syarak memberikan rukhsah
(kemudahan atau keringanan) bahwa pembelian diperbolehkan
dengan system pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim
kemudian.
4. Masalah Mursalah
Maslahah Mursalah adalah tindakan memutuskan masalah
yang tidak ada nashnya dengan pertimbangan kepentingan manusia
bersarakan prinsip menarik manfaat dan menghindari
kemudharatan. Contohnya dalam Al-Qur‟an maupun hadist tidak
terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat
Al-Qur‟an. Akan tetapi hal ini dilakukan oleh umat Islam demi
kemaslahatan Umat.
5. Sududz Dzariah
Sududz Dzariah adalah tindakan memutuskan sesuatu yang
mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.
Contohnya: Zina hukumnya haram, maka meilhat aurat wanita
yang menhantarkan kepada perbuatan zina juga merupakan haram.
Shalat jumat merupakan kewajiban maka meninggalkan segala
kegiatan untuk melaksanakan shalat jumat wajib pula hukumnya.
6. Istishab
Istishab adalah tindakan menetapkan berlakunya sesuatu
suatu keteapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya.
Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah dia sudah berwudu
atau belum. Disaat seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada
keadaan sebelum berwudu sehingga ia harus berwudu kembali
karena solat tidak sah jika tidak berwudu.

9
7. Urf
Urf adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-
istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan
tersebut tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist.
Ada dua macam ‘urf :
Pertama ‘urf shahih, yaitu ‘urf yang dapat diterima oleh
masyarakat secara luas, dibenarkan oleh akal yang sehat, membawa
kebaikan dan sejalan dengan prinsip nash. Contohnya, acara
tahlilan, bagian harta gono gini untuk istri yang ditinggal suaminya.
Kedua, ‘urf fasid, yaitu kebiasaan jelek yang merupakan
lawan ‘urf shahih. Contohnya, kebiasaan meninggalkan shalat bagi
seseorang yang sedang menjadi pengantin, mabuk-mabukan dalam
acara resepsi pernikahan dsb.

B. PRODUK PEMIKIRAN HUKUM ISLAM


1. Fikih
Salah satu wujud hukum Islam yang sistimatis dan rinci adalah fikih.
Secara garis besarnya fikih meliputi empat bidang, yaitu: pertama, ibadah
merupakan penataan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Kedua,
bidang munakahat yang merupakan penataan hubungan antar manusia
dengan lingkungan keluarga. Ketiga, bidang muamalah, merupakan
penataan hubungan antar manusia dalam pergaulan kemasyarakatan.
Keempat, bidang jinayah merupakan penataan pengamanan dalam suatu
tata tertib pergaulan yang menjadi keselamatan dan ketentraman dalam
hidup bermasyarakat. Produk pemikiran fikih merupakan jenis produk
pemikiran hukum Islam di Indonesia yang melahirkan berbagai jenis buku
yang dipedomani dalam menemukan hukum, sekaligus dijadikan sebagai
sumber hukum seperti buku Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia.

2. Fatwa
Fatwa adalah hasil ijtihad seorang mufti/ahli suatu masalah
sehubungan dengan peristiwa hukum yang diajukan kepadanya. Produk

10
pemikiran hukum Islam dalam kategori fatwa, diantara cirinya adalah
bersifat kasuistik yaitu perekaman dan penelitian, karena merupakan
respon atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa.
Berbeda dengan putusan pengadilan, fatwa tidak mempunyai daya ikat dan
daya paksa, dalam arti bahwa yang meminta fatwa tidak harus mengikuti
isi atau hukum yang diberikan kepadanya. Demikian pula masyarakat luas
tidak harus terikat dengan fatwa tersebut, karena fatwa seorang ulama di
suatu tempat bisa berbeda dengan fatwa ulama lain ditempat yang sama.
Biasanya fatwa cenderung bersifat dinamis karena merupakan respon
terhadap perkembangan baru yang sedang dialami oleh orang atau
sekelompok orang yang meminta fatwa. Isi suatu fatwa belum tentu
dinamis, akan tetapi sikap responnya itu yang sekurang-kurangnya dapat
dikatakan dinamis. Meskipun fatwa itu dikeluarkan secara kasuistik,
namun sejumlah fatwa dari ulama besar atau lembaga keagamaan dan
hukum telah dibukukan, akan tetapi sistematikanya tetap berbeda dengan
fikih. Produk pemikiran fatwa ulama merupakan jenis produk pemikiran
hukum Islam di Indonesia yang berasal dari pemikiran ulama secara
kolektif, kemudian dituangkan dalam bentuk fatwa untuk menetapkan
hukum, seperti fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).5

3. Kompilasi
Kata kompilasi diambil dari kata, Compilation berarti karangan
yang tersusun dari kutipan-kutipan buku lain, dan Compilatie (bahasa
Belanda) yang mengandung arti kumpulan dari lain-lain karangan. Kalau
kata Compilation dikaitkan dengan hukum (Compilation of laws) akan
mempunyai arti ‘himpunan undang-undang’.
Secara bahasa kompilasi adalah aktifitas pengumpulan dari berbagai
buku atau tulisan mengenai suatu persoalan tertentu yang dibuat oleh
beberapa penulis berbeda untuk dikumpulkan dalam satu buku tertentu.

5
Intan Cahyani, “Pembahuruan Hukum Dalam Kompilasi Hukum Islam”. Vol. 5 No. 2, 2016,
hal. 305

11
Kata kompilasi dikaitkan dengan hukum Islam. Kompilasi Hukum
Islam adalah rangkuman dari berbagai pendapat hukum yang diambil dari
beberapa kitab yang ditulis oleh para ulama fiqih yang biasa digunakan
sebagai referensi di Pengadilan Agama untuk diolah, dikembangkan dan
dihimpun dalam suatu kumpulan. Hal tersebut disusun secara sistematis
dengan berpedoman pada teknik-teknik yang biasa digunakan dalam
peraturan perundang-undangan. Sehingga, Kompilasi Hukum Islam tidak
bertentangan dengan peraturan-peraturan perundangan yang ada di
Indonesia.

4. Yurisprundensi
Produk pemikiran yurisprudensi merupakan hasil pemikiran hukum
Islam dari keputusan Pengadilan Agama, keputusan Pengadilan Tinggi
Agama, dan keputusan Mahkamah Agung, sehingga dijadikan sebagai hasil
dari formulasi hukum Islam yang kemudian melahirkan keputusan hukum
tetap dan mengikat. Yurisprudensi sebagai salah satu dasar hukum di
Indonesia, sangat memegang peranan penting terhadap pertumbuhan dan
perkembangan hukum Islam. Kedudukan yurisprudensi dalam penerapan
hukum Islam sangat penting, sebab yurisprudensi disusun secara sistematis
dan metodologis untuk dapat memahami sumber pokok hukum Islam,
yakni al-Qur’an dan hadis. Al-Qur’an dan hadis memuat peraturan
peraturan dasar atau pokok-pokoknya, sehingga diperlukan alat bantu
untuk lebih memahami ajaran dasar tersebut seperti yurisprudensi.
Pemberlakuan yurisprudensi sebagai bagian dari jenis-jenis produk
pemikiran hukum Islam, dapat menghasilkan berbagai materi hukum Islam
seperti yang tersusun dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia.

5. Perundang-undangan
Undang-undang meliputi berbagai aspek, baik aspek hukum,
polititik maupun sosial-budaya lainnya. Undang-undang menurut bahasa
Indonesia adalah Ketentuan dan peraturan negara yang dibuat oleh
pemerintah (menteri, badan eksekutif, dan sebagainya), disahkan oleh

12
parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat, badan legislatif, dan sebagainya),
ditandatangani oleh kepala negara (presiden, kepala pemerintah, raja, dan
sebagainya), dan mempunyai kekuatan mengikat; aturan yang dibuat oleh
orang atau badan yang berkuasa; hukum dalam arti patokan yang bersifat
alamiah atau sesuai dengan sifat-sifat alam. Tetapi undang-undang yang
dimaksudkan adalah peraturan negara yang dibuat oleh pemerintah dalam
hal ini presiden bersama menterinya, disahkan oleh DPR, dan
ditandatangani oleh presiden, kemudian dibuatkan peraturan pemerintah
dan peraturan menteri (permen) sebagai pedoman dalam implementasi
pada masyarakat. Hasil produk pemikiran hukum telah dituangkan dalam
undang-undang dan peraturan-peraturan lainnya dalam kerangka hukum
Islam yang meliputi undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
presiden/peraturan presiden (perpres) atau instruksi presiden,
keputusan/peraturan atau instruksi menteri, dan lembaga tinggi lainnya.
Peraturan-peraturan tersebut meliputi tentang: Peradilan Agama; hukum
keluarga Islam (perkawinan, kewarisan, dan perwakafan); ibadah sosial
ekonomi; pendidikan dan kesehatan Islami; ekonomi syari’ah/ekonomi
Islami; dan peraturan lainnya. Lembaga Peradilan Agama dalam
pengembangannya semakin kompleks apalagi dengan menyatunya
6
lembaga-lembaga peradilan di Mahkamah Agung.

6
Supardin, “Produk Pemikiran Hukum Islam di Indonesia”. Islamic Legal Thinking Products in
Indonesia. Vol. 4 No. 2, 2017, hal. 244-246.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
A. Sumber ajaran Islam yaitu:
a. Alqur’an sebagai sumber hukum Islam pertama yang diturunkan
Allah Swt kepada nabi Muhammad Saw melalui malaikat jibril
sebagai pedoman hidup bagi manusia.
b. Hadits sebagai sumber ajaran Islam yang kedua, yaitu segala
perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad Saw yang berkaitan
dengan hukum Islam.
c. Ijtihad merupakan upaya menggali suatu hukum yang sudah ada
pada zaman Rasulullah Saw.
B. Produk pemikiran hukum islam yaitu:
a. Fikih, produk pemikiran hukum Islam yang melahirkan berbagai
jenis buku yang dipedomani dan dijadikan sebagai sumber hukum.
b. Fatwa, produk pemikiran hukum Islam yang berasal dari pemikiran
ulama secara kolektif, kemudian dituangkan dalam bentuk fatwa
untuk menetapkan hukum.
c. Kompilasi, rangkuman dari berbagai pendapat hukum yang diambil
dari beberapa kitab yang ditulis oleh para ulama fiqih yang biasa
digunakan sebagai referensi di pengadilan agama.
d. Yurisprudensi, produk pemikiran hukum Islam yang berasal dari
pemikiran majelis hakim, kemudian dihimpun dan dijadikan sebagai
keputusan pengadilan.
e. Undang-undang, produk pemikiran hukum Islam di Indonesia yang
berasal dari pemikiran para pakar hukum, akademisi, politisi, dan
instansi terkait.

14
DAFTAR PUSTAKA

Batubara ,Chuzaimah. Iwan Hawari Batubara. 2018. Handbook Metodologi Studi


Islam, Jakarta: Prenadamedia Group.

Intan Cahyani. 2016. Pembahuruan Hukum Dalam Kompilasi Hukum Islam. 5(2): 305-
307.

Rusmana, Dadan. 2015. Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir. Bandung:CV


Pustaka Setia.

Supardin, 2017. Produk Pemikiran Hukum Islam di Indonesia. 4(2): 244-246.


Tabih, 2010. Kedudukan dan Fungsi Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam. 14(3): 336.

15

Anda mungkin juga menyukai