Disusun Oleh:
Elfira Shenita Damanik (0702182105)
Muhammad Dana Anggara Syahputra (0702183234)
Muhammad Alwi Nazri Siregar (0702183237)
Dosen Pengampu:
Purjatian Azhar, M.Hum
Puji syukur kehadirat Allah Subhana Wata’ala atas segala karunia nikmat-Nya
Produk Pemikiran Hukum Islam” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu, tanpa
ada halangan yang berarti. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam yang diampu oleh Bapak Purjatian
Azhar, M.Hum.
sudah membantu sampai makalah ini dapat terselesaikan. Akhir kata, penyusun
sangat memahami apabila makalah ini tentu jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kami butuh kritik dan sarannya yang bertujuan untuk memperbaiki karya-karya
kami selanjutnya di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini bisa memberikan
ii
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
1. Al-Qur’an ..................................................................................................... 2
2. Hadits ........................................................................................................... 4
3. Ijtihad ........................................................................................................... 7
PENUTUP ............................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
(1) Jumlah umat Islam yang mencapai seperlima penduduk dunia
(lebih kurang 1 miliyar), terlebih di Indonesia yang penduduknya
merupakan umat Islam terbesar di dunia (lebih kurang 200 juta)
sehingga aktivitas kajian Al-Qur’an terus berlangsung dan
dilakukan oleh kalangan Muslim, terutama para sarjana Muslim.
(2) Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam utama dan pertama
yang disepakati oleh semua aliran (teologi, fiqh, akhlak, tasawuf,
dan politik). Semua aktivitas kaum Muslim terikat dan terinspirasi
oleh Al-Qur’an sehingga Al-Qur’an akan terus dibutuhkan dan
dikaji sebagai sumber ajaran dan sumber nilai.
(3) Perkembangan modern dalam ilmu pengetahuan, seperti linguistic,
sosiologi, psikologi, dan kedokteran memberikan perspektif baru
yang semakin memperkaya paradigm, teori, metode, pendekatan,
dan teknik kajian Al-Qur’an. dengan demikian, kajian Al-Qur’an
cukup dinamis, terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
dan mampu mengontekstualisasi diri sesuai dengan perkembangan
masyarakat.1
1
Dadan Rusmana, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2015),
hal.44
3
4. Penelitian kasus/lapangan, bertujuan mempelajari secara intensif
latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu
objek.
5. Penelitian korelasional, bertujuan mengkaji tingkat keterkaitan
antara variasi suatu faktor dan variasi faktor lain berdasarkan
koefisien korelasi.
6. Penelitian eksperemental sungguhan, bertujuan menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melakukan
kontrol/kendali.
7. Penelitian eksperimental semu, bertujuan mengkaji kemungkinan
hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak memungkinkan
ada kontrol/kendali, tetapi dapat diperoleh informasi pengganti
bagi situasi dengan pengendalian.
8. Penelitian kasual-komparatif, bertujuan menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab-akibat, tidak dengan jalan eksperimen, tetaoi
dilakuakan dengan pengamatan terhadap data dari faktor yang
diduga menjadi penyebab, sebagai pembanding.
9. Penelitian tindakan, bertujuan mengembangkan keterampilan baru
atau pendekatan baru dan diterapkan langsung serta dikaji langsung
hasilnya.2
2. HADITS
Dalam tradisi hukum islam, Hadits berarti segala perkataan, perbuatan
dan keizinan Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi, para ulama ushul fiqh,
membatasi pengertian hadits hanya pada “ucapan-ucapan Nabi Muhammad
Saw yang berkaitan dengan hukum”, sedangkan bila mencakup, pula
perbuatan dan taqrir yang berkaitan dengan hukum , maka ketiga hal ini
mereka namai dengan “Sunnah”. Tidak semua perbuatan Nabi Muhammad
2
Dadan Rusmana, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2015),
hal.34
4
merupakan sumber hukum yang harus diikuti oleh umatnya, seperti
perbuatan dan perkataannya pada masa sebelum kerasulannya.3
3
Chuzaimah, Iwan , hawari. “ Handbook Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2018), hal.106
5
c. Membatasi apa-apa yang dalam al-Qur'an disebutkan secara
umum, misalnya hak kewarisan anak laki-;aki dan anak
perempuan.
d. Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam al-
Qur'an misalnya Allah melarang seorang laki-laki memadu
dua orang wanita yang bersaudara, diperluas Nabi bahwa
bukan saja saudara ayah tapi juga saudara ibunya.
3. Menetapkan sesuatu hukum dalam hadis yang secara jelas tidak ada
dalam al-Qur'an. Fungsi sunnah dalam bentuk ini dikenal dengan
istilah Itsbat.4
4
Tabih, Kedudukan dan Fungsi Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam. Vol.14 No.3, 2010,
hal.336
6
3. Metode Maudu’i
Untuk memhami sunnah Nabi dengan baik, kita harus
menghimpun hadits-hadits yang bermakna sama. Hadits-hadits
yang mutasyabih dikembalikan kepada yang muhkam, yang mutlaq
dihubungkan dengan yang muqayyad, yang ‘am ditafsirkan dengan
yang khash. Dengan demikian, makna yang dimaksud akan
semakin jelas dan satu sama lain tidak boleh dipertentangkan.
3. IJTIHAD
Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya
bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk
memutuskan suatu perkara yang tdiak dibahas dalam Al-Qur’an maupun
Hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.
Namun pada perkembangan se;anjutnya, diputuskan bahwa ijtihad
sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam.
1. Kedudukan yang dibawa oleh nas yang dhanni, baik dari segi
pengertiannya, dan nas seperti ini adalah hadits. Ijtihad dalam hal
ini ditujukan kepada segi sanad dan pen-sahinannya, juga dari
pertalian pengertiannya dengan hukum yang sedang dicari.
2. Kedudukan yang dibawa oleh nas yang qat’i kedudukannya, tetapi
dhanni pengertiannya, dan nas seperti ini terdapat dalam Qur’an
dan Hadits juga. Obyek ijtihad disini ialah segi pengertiannya saja.
3. Kedudukan yang dibawa oleh nas yang dhannu kedudukannya,
tetapi qat’i pengertiannya, dan hal ini hanya terdapat dalam Hadits.
Obyek Ijtihad dalam hal ini ialah segi sanad, sahihnya hadits, dan
pertaliannya dengan Rasul. Dalam ketiga-tiga kedudukan hukum
tersebut di atas semua, daerah ijtihad terbatas sekitar nas, di mana
seseorang mujtahid tidak bisa melampaui kemungkinan-
kemungkinan pengertian nas.
7
4. Kedudukan yang tidak ada nas-nya atau tidak iijma’kan dan tidak
pula diketahui dari agama dengan pasti. Di sini seseorang yang
berijtihad memakai qiyas, atau istihsan atau ‘urf atau jalan-jalan
lain. Di sini daerah ijtihad lebih luas daripada kedudukan-
kedudukan lain.
8
Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat
terhadap perkara yang ada sebelumnya.
Contohnya menurut hukum syara‟ kita tidak boleh
mengadakan jual beli yang barangnya belum ada saat terjadi akad.
Akan tetapi menurut Istihsan , syarak memberikan rukhsah
(kemudahan atau keringanan) bahwa pembelian diperbolehkan
dengan system pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim
kemudian.
4. Masalah Mursalah
Maslahah Mursalah adalah tindakan memutuskan masalah
yang tidak ada nashnya dengan pertimbangan kepentingan manusia
bersarakan prinsip menarik manfaat dan menghindari
kemudharatan. Contohnya dalam Al-Qur‟an maupun hadist tidak
terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat
Al-Qur‟an. Akan tetapi hal ini dilakukan oleh umat Islam demi
kemaslahatan Umat.
5. Sududz Dzariah
Sududz Dzariah adalah tindakan memutuskan sesuatu yang
mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.
Contohnya: Zina hukumnya haram, maka meilhat aurat wanita
yang menhantarkan kepada perbuatan zina juga merupakan haram.
Shalat jumat merupakan kewajiban maka meninggalkan segala
kegiatan untuk melaksanakan shalat jumat wajib pula hukumnya.
6. Istishab
Istishab adalah tindakan menetapkan berlakunya sesuatu
suatu keteapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya.
Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah dia sudah berwudu
atau belum. Disaat seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada
keadaan sebelum berwudu sehingga ia harus berwudu kembali
karena solat tidak sah jika tidak berwudu.
9
7. Urf
Urf adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-
istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan
tersebut tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist.
Ada dua macam ‘urf :
Pertama ‘urf shahih, yaitu ‘urf yang dapat diterima oleh
masyarakat secara luas, dibenarkan oleh akal yang sehat, membawa
kebaikan dan sejalan dengan prinsip nash. Contohnya, acara
tahlilan, bagian harta gono gini untuk istri yang ditinggal suaminya.
Kedua, ‘urf fasid, yaitu kebiasaan jelek yang merupakan
lawan ‘urf shahih. Contohnya, kebiasaan meninggalkan shalat bagi
seseorang yang sedang menjadi pengantin, mabuk-mabukan dalam
acara resepsi pernikahan dsb.
2. Fatwa
Fatwa adalah hasil ijtihad seorang mufti/ahli suatu masalah
sehubungan dengan peristiwa hukum yang diajukan kepadanya. Produk
10
pemikiran hukum Islam dalam kategori fatwa, diantara cirinya adalah
bersifat kasuistik yaitu perekaman dan penelitian, karena merupakan
respon atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa.
Berbeda dengan putusan pengadilan, fatwa tidak mempunyai daya ikat dan
daya paksa, dalam arti bahwa yang meminta fatwa tidak harus mengikuti
isi atau hukum yang diberikan kepadanya. Demikian pula masyarakat luas
tidak harus terikat dengan fatwa tersebut, karena fatwa seorang ulama di
suatu tempat bisa berbeda dengan fatwa ulama lain ditempat yang sama.
Biasanya fatwa cenderung bersifat dinamis karena merupakan respon
terhadap perkembangan baru yang sedang dialami oleh orang atau
sekelompok orang yang meminta fatwa. Isi suatu fatwa belum tentu
dinamis, akan tetapi sikap responnya itu yang sekurang-kurangnya dapat
dikatakan dinamis. Meskipun fatwa itu dikeluarkan secara kasuistik,
namun sejumlah fatwa dari ulama besar atau lembaga keagamaan dan
hukum telah dibukukan, akan tetapi sistematikanya tetap berbeda dengan
fikih. Produk pemikiran fatwa ulama merupakan jenis produk pemikiran
hukum Islam di Indonesia yang berasal dari pemikiran ulama secara
kolektif, kemudian dituangkan dalam bentuk fatwa untuk menetapkan
hukum, seperti fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).5
3. Kompilasi
Kata kompilasi diambil dari kata, Compilation berarti karangan
yang tersusun dari kutipan-kutipan buku lain, dan Compilatie (bahasa
Belanda) yang mengandung arti kumpulan dari lain-lain karangan. Kalau
kata Compilation dikaitkan dengan hukum (Compilation of laws) akan
mempunyai arti ‘himpunan undang-undang’.
Secara bahasa kompilasi adalah aktifitas pengumpulan dari berbagai
buku atau tulisan mengenai suatu persoalan tertentu yang dibuat oleh
beberapa penulis berbeda untuk dikumpulkan dalam satu buku tertentu.
5
Intan Cahyani, “Pembahuruan Hukum Dalam Kompilasi Hukum Islam”. Vol. 5 No. 2, 2016,
hal. 305
11
Kata kompilasi dikaitkan dengan hukum Islam. Kompilasi Hukum
Islam adalah rangkuman dari berbagai pendapat hukum yang diambil dari
beberapa kitab yang ditulis oleh para ulama fiqih yang biasa digunakan
sebagai referensi di Pengadilan Agama untuk diolah, dikembangkan dan
dihimpun dalam suatu kumpulan. Hal tersebut disusun secara sistematis
dengan berpedoman pada teknik-teknik yang biasa digunakan dalam
peraturan perundang-undangan. Sehingga, Kompilasi Hukum Islam tidak
bertentangan dengan peraturan-peraturan perundangan yang ada di
Indonesia.
4. Yurisprundensi
Produk pemikiran yurisprudensi merupakan hasil pemikiran hukum
Islam dari keputusan Pengadilan Agama, keputusan Pengadilan Tinggi
Agama, dan keputusan Mahkamah Agung, sehingga dijadikan sebagai hasil
dari formulasi hukum Islam yang kemudian melahirkan keputusan hukum
tetap dan mengikat. Yurisprudensi sebagai salah satu dasar hukum di
Indonesia, sangat memegang peranan penting terhadap pertumbuhan dan
perkembangan hukum Islam. Kedudukan yurisprudensi dalam penerapan
hukum Islam sangat penting, sebab yurisprudensi disusun secara sistematis
dan metodologis untuk dapat memahami sumber pokok hukum Islam,
yakni al-Qur’an dan hadis. Al-Qur’an dan hadis memuat peraturan
peraturan dasar atau pokok-pokoknya, sehingga diperlukan alat bantu
untuk lebih memahami ajaran dasar tersebut seperti yurisprudensi.
Pemberlakuan yurisprudensi sebagai bagian dari jenis-jenis produk
pemikiran hukum Islam, dapat menghasilkan berbagai materi hukum Islam
seperti yang tersusun dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia.
5. Perundang-undangan
Undang-undang meliputi berbagai aspek, baik aspek hukum,
polititik maupun sosial-budaya lainnya. Undang-undang menurut bahasa
Indonesia adalah Ketentuan dan peraturan negara yang dibuat oleh
pemerintah (menteri, badan eksekutif, dan sebagainya), disahkan oleh
12
parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat, badan legislatif, dan sebagainya),
ditandatangani oleh kepala negara (presiden, kepala pemerintah, raja, dan
sebagainya), dan mempunyai kekuatan mengikat; aturan yang dibuat oleh
orang atau badan yang berkuasa; hukum dalam arti patokan yang bersifat
alamiah atau sesuai dengan sifat-sifat alam. Tetapi undang-undang yang
dimaksudkan adalah peraturan negara yang dibuat oleh pemerintah dalam
hal ini presiden bersama menterinya, disahkan oleh DPR, dan
ditandatangani oleh presiden, kemudian dibuatkan peraturan pemerintah
dan peraturan menteri (permen) sebagai pedoman dalam implementasi
pada masyarakat. Hasil produk pemikiran hukum telah dituangkan dalam
undang-undang dan peraturan-peraturan lainnya dalam kerangka hukum
Islam yang meliputi undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
presiden/peraturan presiden (perpres) atau instruksi presiden,
keputusan/peraturan atau instruksi menteri, dan lembaga tinggi lainnya.
Peraturan-peraturan tersebut meliputi tentang: Peradilan Agama; hukum
keluarga Islam (perkawinan, kewarisan, dan perwakafan); ibadah sosial
ekonomi; pendidikan dan kesehatan Islami; ekonomi syari’ah/ekonomi
Islami; dan peraturan lainnya. Lembaga Peradilan Agama dalam
pengembangannya semakin kompleks apalagi dengan menyatunya
6
lembaga-lembaga peradilan di Mahkamah Agung.
6
Supardin, “Produk Pemikiran Hukum Islam di Indonesia”. Islamic Legal Thinking Products in
Indonesia. Vol. 4 No. 2, 2017, hal. 244-246.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
A. Sumber ajaran Islam yaitu:
a. Alqur’an sebagai sumber hukum Islam pertama yang diturunkan
Allah Swt kepada nabi Muhammad Saw melalui malaikat jibril
sebagai pedoman hidup bagi manusia.
b. Hadits sebagai sumber ajaran Islam yang kedua, yaitu segala
perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad Saw yang berkaitan
dengan hukum Islam.
c. Ijtihad merupakan upaya menggali suatu hukum yang sudah ada
pada zaman Rasulullah Saw.
B. Produk pemikiran hukum islam yaitu:
a. Fikih, produk pemikiran hukum Islam yang melahirkan berbagai
jenis buku yang dipedomani dan dijadikan sebagai sumber hukum.
b. Fatwa, produk pemikiran hukum Islam yang berasal dari pemikiran
ulama secara kolektif, kemudian dituangkan dalam bentuk fatwa
untuk menetapkan hukum.
c. Kompilasi, rangkuman dari berbagai pendapat hukum yang diambil
dari beberapa kitab yang ditulis oleh para ulama fiqih yang biasa
digunakan sebagai referensi di pengadilan agama.
d. Yurisprudensi, produk pemikiran hukum Islam yang berasal dari
pemikiran majelis hakim, kemudian dihimpun dan dijadikan sebagai
keputusan pengadilan.
e. Undang-undang, produk pemikiran hukum Islam di Indonesia yang
berasal dari pemikiran para pakar hukum, akademisi, politisi, dan
instansi terkait.
14
DAFTAR PUSTAKA
Intan Cahyani. 2016. Pembahuruan Hukum Dalam Kompilasi Hukum Islam. 5(2): 305-
307.
15