Anda di halaman 1dari 5

BAB II STUDI LITERATUR

1. Konsep Pemilihan Struktur


Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya :
a. Aspek Struktural (kekuatan dan kekakuan struktur)
Aspek ini merupakan aspek yang harus dipenuhi karena berhubungan
dengan besarnya kekuatan struktur dalam menerima beban-beban yang
bekerja, baik beban vertikal maupun beban horizontal.
b. Aspek arsitektural dan ruang
Aspek ini berkaitan dengan denah dan bentuk gedung yang diharapkan
memiliki nilai estetika dan fungsi ruang yang optiomal yang nantinya
berkaitan dengan dimensi dari elemen struktur.
c. Aspek pelaksanaan dan biaya
Meliputi jumlah pembiayaan yang diperlukan agar dalam proses
pelaksanaannya perencana dapat memberikan alternatif rencana yang relatif
murah dan memenuhi aspek mekanika, arsitektural, dan fungsionalnya.
d. Aspek perawatan gedung
Aspek berhubungan dengan kemampuan owner untuk mempertahankan
gedung dari kerusakan yang terjadi.

Dalam pemilihan struktur bawah harus mempertimbangkan hal-halsebagai


berikut:
a. Keadaan tanah pondasi
Keadaan tanah ini berhubungan dengan pemilihan tipe pondasi yang
sesuai, yaitu jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman lapisan tanah keras
b. Batasan akibat struktur di atasnya
Keadaan struktur sangat mempengaruhi pemilihan jenis pondasi, yaitu
kondisi beban dari struktur diatasnya (besar beban, arah beban, penyebaran
beban).
c. Keadaan lingkungan disekitarnya
Meliputi: lokasi proyek, dimana pekerjaan pondasi tidak boleh
mengganggu atau membahayakan bangunan dan lingkungan di sekitar
daerah yang rawan tsunami.
d. Biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan
Pekerjaan pondasi harus mempertimbangkan biaya dan waktu
pelaksanaannya sehingga proyek dapat dilaksanakan dengan ekonomis dan
memenuhi faktor keamanan. Pelaksanaan juga harus memenuhi waktu yang
relatif singkat agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

2. Kriteria Dasar Perencangan


Beberapa kriteria dasar yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Material struktur
Material struktur dapat dibagi menjadi empat (4) golongan yaitu:
a) Struktur kayu
Struktur kayu merupakan struktur dengan ketahanan yang cukup,
kelemahan dari material ini adalah tidak tahan terhadap api, dan adanya
bahaya pelapukan. Oleh karena itu, material ini hanya digunakan pada
bangunan tingkat rendah.
b) Struktur baja
Struktur baja sangat tepat digunakan pada bangunan bertingkat tinggi
karena material baja mempunyai kekuatan serta tingkat daktilitas yang
tinggi bila dibandingkan dengan material-material struktur yang lain.
Spesifikasi material yang digunakan dalam perencanaan struktur
gedung ini adalah sebagai berikut:
Baja
 Tulangan Utama fy=450 Mpa
 Tulangan Geser fy=290 Mpa
 Baja Profil fy=290 Mpa
c) Struktur beton
Struktur beton banyak digunakan pada bangunan tingkat menengah
sampai dengan bangunan tingkat tinggi. Struktur ini paling banyak
digunakan bila dibandingkan dengan struktur lainnya karena struktur ini
lebih monolit dan mempunyai umur rencana yang cukup panjang.
Spesifikasi material yang digunakan dalam perencanaan struktur
gedung ini adalah sebagai berikut:
Beton f’c=30 Mpa
d) Struktur komposit
Struktur ini merupakan gabungan dari dua jenis material atau lebih.
Pada umumnya yang sering digunakan adalah kombinasi antara baja
struktural dengan beton bertulang. Kombinasi tersebut menjadikan
struktur komposit memiliki perilaku struktur antara struktur baja dan
struktur beton bertulang. Struktur komposit digunakan untuk bangunan
tingkat menengah sampai dengan bangunan tingkat tinggi.
Setiap jenis material mempunyai karakteristik sendiri sehingga suatu
jenis bahan bangunan tidak dapat digunakan untuk semua jenis
bangunan.
b. Konfigurasi struktur bangunan
- Konfigurasi horisontal
Daerah bangunan diusahakan memiliki bentuk yang sederhana, kompak,
dan simetris tanpa mengesampingkan unsur estetika. Hal tersebut
bertujuan agar struktur mempunyai titik pusat massa bangunan atau
memiliki eksentrisitas yang tidak terlalu besar sehingga tidak terjadi
torsi.
- Konfigurasi vertikal
Konfigurasi struktur pada arah vertikal perlu dihindari adanya perubahan
bentuk struktur yang tidak menerus. Hal ini dikarenakan apabila terjadi
tsunami maka akan terjadi pula getaran yang besar pada daerah tertentu
dari struktur. FEMA menghimbau agar membangun gedung dengan
beton bertulang. Struktur beton bertulang atau kerangka baja
direkomendasikan untuk struktur evakuasi vertikal. Struktur evakuasi
vertikal menyediakan sarana untuk menciptakan area perlindungan bagi
masyarakat, dimana evakuasi keluar dari zona genangan tsunami tidak
memungkinkan.

Sumber: maxi.co.uk
- Konfigurasi rangka struktur
Ada dua macam yaitu: rangka penahan momen yang terdiri dari
konstruksi beton bertulang berupa balok dan kolom, dan rangka dengan
difragma vertikal, adalah rangka yang digunakan bila rangka yang
struktural tidak mencukupi untuk mendukung beban horizontal yang
bekerja pada struktur. Pembuatan struktur bertingkat, dengan lantai
pertama yang terbuka (atau berada di atas panggung), sehingga kekuatan
utana air tsunami yang datang dapat melewatinya. Kerusakan akibat air
yang naik juga akan berkurang, jika air bisa mengalir di bawah struktur
bangunan.
- Konfigurasi keruntuhan struktur
Perencanaan struktur di daerah gempa terlebih dahulu harus ditentukan
elemen kritisnya. Mekanisme tersebut diusahakan agar sendi-sendi
plastis terbentuk pada balok terlebih dahulu dan bukannya pada kolom.
Hal ini dimaksudkan karena adanya bahaya ketidakstabilan akibat
perpindahan balok jauh lebih kecil dibandingkan dengan kolom, selain
itu kolom juga lebih sulit untuk diperbaiki daripada balok sehingga harus
dilindungi dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu
konsep yang diterapkan adalah kolom harus lebih kuat daripada balok
(strong coloum weak beam).

3. Metode Analisis Data


a. Analisis Data dengan Metode Deskriptif-Evaluatif Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
difokuskan untuk memberi gambaran yang jelas tentang keadaan objek yang
sedang diteliti. Dimana alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif-evaluatif (The descriptive-evaluation). Pada analisis ini
diperlukan berbagai sumber data yang berbeda dan teori beserta kebijakan
pemerintah untuk memberikan hasil yang optimalkan dalam penelitian ini.
b. Analisis Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk merupakan bagian dari analisis yang digunakan
dalam penelitian ini, tujuannya dari analisis proyeksi penduduk adalah untuk
mendapatkan perkembangan penduduk selama 20 Tahun ke depan dengan
menggunakan data lima tahun ke belakang atau data time series.
c. Analisis Matriks Persandingan Perubahan Penggunaan Lahan berbasis
Geospasial
Analisis perubahan penggunaan lahan lahan dengan metode matriks
persandingan pada daerah penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran
tentang dinamika perubahan penggunaan lahan pada saat setelah pasca tsunami
dengan kondisi saat ini. Data informasi penggunaan lahan pada saat pasca
tsunami, didapatkan dari hasil pengolahan dengan menggunakan perangkat
lunak ArcGIS 10.5. Hasil pengolahan dari perangkat lunak ArcGIS akan
memunculkan informasi persentase luasan dan klasifikasi penutupan lahan di
daerah rawan tsunami.
d. Analisis Overlay dengan Metode Unions (Sumperimpose)
Analisis spasial ini dilakukan untuk mengetahui sebaran luas dan
kuantitas unit aspek yang diteliti secara spasial yang di teliti. Dalam
melakukan analisis ini dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi
Geografis (SIG). Metode pendekatan pada tahap kajian ini dilakukan dengan
pembahasan menggunakan analisis deskriptif guna menerangkan data-data yang
hasil dari analisis. Analisis spasial yang dilakukan menggunakan Software
ArcMap 10 dengan geoprosessing tools (Overlay – Union) digunakan untuk
mengetahui daerah-daerah permukiman yang masuk kedalam zona Kawasan
bencana Tsunami serta presentasi jumlah bangunan yang berada pada kawasan
rawan bencana Tsunami.
e. Analisis Keputusan Multikriteria dengan Metode Simple Additive Weighting
Analisis Kawasan Rawan Bencana Tsunami terhadap pengembangan
kawasan perumahan dan permukiman di daerah tersebut dilakukan dengan
menggunakan analisis keputusan multikriteria. Pada analisis multikriteria
seringkali objek yang satu berbenturan dengan objek yang lainnya (seperti
satu objek memperbaiki dan objek yang lain mungkin memperburuk). Analisis
dimensional dapat membantu para pembuat keputusan agar dapat mengambil
keputusan yang lebih baik pada kondisi tersebut. Analisis keputusan
multikriteria spasial dapat dipikirkan sebagai proses yang menggabungkan
dan mentransformasikan data input spasial dan aspasial kedalam keputusan
resultan (output). Hukum keputusan multikriteria didefinisikan sebagai
hubungan antara peta masukan dan keluaran. Metode yang dipakai dalam
analisis keputusan multikriteria adalah metode Simple Additive Weight
(SAW), metoda ini berdasarkan konsep pembobotan rata-rata. Pembuat
keputusan secara langsung menentukan bobot “kepentingan relatif” pada
masing-masing peta tematik. Total nilai masing-masing alternatif didapatkan
dengan mengalikan bobot yang ditentukan untuk masing-masing atribut dan
menjumlahkan hasil atribut-atribut tersebut. Saat skor keseluruhan semua
alternatif dihitung, alternatif dengan nilai tertinggi akan dipilih
f. Analisis Penentuan Daerah Rawan Bencana Tsunami berbasis Geospasial
Penentuan daerah kerawanan bencana tsunami dilakukan dengan metode
tumpang susun (overlay method) dan permodelan data. Overlay method
dilakukan dengan menggabungkan data grafis parameter-parameter yang
mempengaruhi tsunami untuk menghasilkan daerah rawan tsunami.

Anda mungkin juga menyukai