Anda di halaman 1dari 34

TUGAS

WAWASAN KEMARITIMAN

SHORT SEA SHIPPING DALAM MENUNJANG


EFEKTIVITAS DISTRIBUSI ANGKUTAN LOGISTIK DI
WILAYAH KEPULAUAN SULAWESI TENGGARA

Oleh:

Deniyatno
(G3IP21021)

PROGRAM DOKTOR ILMU PERTANIAN


PASCASARJANA UNIVERSITAS HALUOLEO
2022
Wawasan Kemaritiman 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pengembangan transportasi diarahkan untuk menjembatani kesenjangan antar wilayah
dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan. Transportasi antar wilayah akan
membuka peluang kegiatan perdagangan dan mengurangi perbedaan harga, meningkatkan
mobilitas logistik dan jasa. Potensi kekayaan sumber daya alam di pulau Sulawesi yang
sangat besar, terutama di sektor pertambangan, kehutanan, perkebunan, pertanian,
perikanan, energi dan pariwisata, namun sumber daya alam yang besar ini belum
membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini disebabkan karena terbatasnya sarana
dan prasarana transportasi yang mengakibatkan rendahnya aksesibilitas wilayah dan
keterisolasian dan berdampak pada harga logistik serta kebutuhan pokok jauh lebih mahal
dibandingkan dengan harga di daerah lainnya

Sumber daya alam yang melimpah tidak akan ada artinya jika tidak tersedia jasa
transportasi yang membawa hasil produksi sampai pada konsumen, demikian pula halnya
bahan baku/energi yang di hasilkan pertambangan tidak ada nilainya kalau tidak ada
transportasi yang menyebabkan bahan baku tersebut mempunyai nilai di lokasi industri
yang akan memproduksi menjadi logistik jadi. Dengan terjadinya arus perdagangan yang
meningkat maka fungsi pelabuhan sebagai industry entity akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi hinterland yang pada gilirannya akan mengembangkan wilayah
tersebut. Perkembangan dan pertumbuhan suatu pelabuhan sangat di tentukan oleh
seberapa luas wilayah layanannya, karena daerah layanan berperan dalam penentuan jenis
dan jumlah komoditi atau penumpang yang melalui pelabuhan tersebut. Transportasi antar
pulau memegang peranan yang sangat strategis karena sangat menentukan kelancaran arus
logistik dan biaya logistik, oleh sebab itu pelabuhan laut sebagai salah satu komponen
sistem transpotasi laut perlu ditatadan terintegrasi.

Deniyatno | G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 2

Pengembangan Sistem Logistik Nasional untuk mewujudkan sistem logistik yang


terintegrasi, efektif dan efisien untuk meningkatkan daya saing nasional di pasar regional
dan global, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Integrasi secara lokal dan
keterhubungan secara global dilakukan melalui integrasi dan efisiensi jaringan logistik
yang terdiri atas jaringan distribusi, jaringan transportasi, jaringan informasi, dan jaringan
keuangan yang didukung oleh pelaku dan penyedia jasa logistik. Dengan demikian
jaringan sistem logistik dalam negeri dan keterhubungannya dengan jaringan logistik
global akan menjadi kunci kesuksesan di era persaingan rantai pasok global (global supply
chain), karena persaingan tidak hanya antar produk, antar perusahaan, namun juga antar
jaringan logistik dan rantai pasok.

Tantangan yang dihadapi adalah kinerja sektor logistik Indonesia saat ini masih belum
efisien dan efektif, sehingga perlu upaya untuk revitalisasi dan pengembangan berbagai
elemen terkait logistik. Beberapa kondisi yang dihadapi dalam mengembangkan sektor
logistik antara lain Kebijakan nasional di sektor logistik masih bersifat parsial dan sektoral
sehingga mengakibatkan pengelolaan sektor ini menjadi tidak efektif, dan cenderung tidak
efisien. Kondisi ini tercermin belum adanya national policy secara khusus tentang logistik,
industri yang sangat fragmented dan masih tergantung pada infrastruktur regional.
Penyedia Jasa Logistik pun terfragmentasi dalam sebaran kegiatan logistik mulai dari
transportasi, pergudangan, freight forwarding, kargo, kurir, shipping

Short Sea Shipping (SSS) telah banyak digunakan di negara maju dan berkembang,
sebagai moda transportasi laut alternatif karena dapat mengurangi kemacetan dan
keterlambatan pada sistem transportasi jalan, mempunyai biaya yang kompetitif daripada
moda lain seperti kereta api dan jalan raya,waktu tempuh lebih singkat dengan melintasi
selat atau teluk, SSS harus diintegrasikan ke dalam antar moda transportasi. SSS harus
menjadi komponen integral dari multi-moda jaringan transportasi yang akan dapat
memberikan layanan tepat waktu yang han-dal dan mengirimkan logistik ke tujuan akhir.
SSS dapat menjadi pesaing dari angkutan darat tetapi Short Sea Shipping bisa menjadi

Deniyatno | G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 3

pelengkap dari moda darat. Integrasi moda darat dan SSS dapat mengefisien dan
mengefektifkan angkutan logistik.

Short Sea Shipping sebagai bagian dalam meningkatkan efisiensi transportasi logistik,
dengan pengalihan sebagian dari muatan angkutan darat ke angkutan laut. Sarana
pengangkut SSS dan sejenisnya mempunyai teknologi yang dapat melayani kebutuhan
masyarakat, karena bersifat multifungsi dan memiliki draft (kebutuhan clearance bawah
permukaan air) minimum. Pengiriman laut terpendek merupakan pergerakan logistik dan
penumpang melalui laut jarak pendek, layanan feeder, di sepanjang pantai dan ke dan dari
pulau, selain itu SSS dapat menciptakan rantai logistik antar moda yang memiliki
mobilitas tinggi dalam pergerakan di pedalaman yang dapat memberikan penghematan
biaya yang besar

1.2.Perumusan Masalah
Rumusan masalah didasarkan atas fenomena-fenomena yang ada dilapangan, dengan
pendekatan melihat fenomena angkutan barang diperkotaan, melalui Pola Pergerakan
Angkutan Barang melalu pelayaran. Sasarannya adalah mengamati perkembangan dan
permasalahan angkutan barang, identifikasi pergerakan dan pola pergerakan barang.
Pendekatan lainnya dilakukan terhadap sudut pandang para aktor angkutan barang baik
pengguna (user) atau operator.

1.3.Tujuan Tulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah:
1. Mengetahui alur pergerakan angkutan logistik di wilayah kepulauan di Sulawesi
Tenggara;
2. Mengetahui kondisi pelabuhan angkutan logistik di wilayah kepulauan Sulawesi
Tenggara

Deniyatno | G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Kondisi Aktual
2.1.1 Perdagangan Antar Pulau
Perdagangan antar pulau Sulawesi Tenggara di dominasi oleh tanaman hasil perikanan
sebesar Rp2.910,24 Miliar dengan volume 58,60 juta ton; disusul oleh tanaman hasil
perkebunan sebesar Rp1.293,18 Miliar dengan volume 106,56 juta ton; dan tanaman hasil
industri sebesar Rp1.022,99 Miliar dengan volume 41,22 juta ton.
Tabel 2.1. Volume dan Nilai Perdagangan Antar Pulau Menurut Hasil Bumi dan Laut,
2019

Hasil Bumi dan Laut Satuan Volume Nilai


Land and Sea Products Unit Volume Value (Rp)

(1) (2) (3) (4)


1. Hasil Tanaman Pangan Ton 28051 160.614.546
2. Hasil Perkebunan Ton 106559 1.293.184.740
3. Hasil Perikanan Ton 61570 2.910.236.289
4. Hasil Peternakan Ton 9 304.867
Ekor 35014 25.092
5. Hasil Kehutanan Ton 795 26.235.000
m³ 41888 125.664.000
6. Hasil Industri Ton 44381 1.022.988
Buah - 772

Sumber : Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2020


2.1.2. Angkutan Laut
Angkutan laut di Sulawesi Tenggara kiranya masih mempunyai peran yang penting dan
dominan dalam menunjang kelancaran angkutan barang serta penumpang antara satu
pulau dengan pulau lainnya di Sulawesi Tenggara atau dengan pulaupulau lainnya di luar
Sulawesi Tenggara. Banyaknya kunjungan kapal di Sulawesi Tenggara tahun 2018
hingga tahun 2019 tercatat naik. Tahun 2019 ini tercatat 35.444 kunjungan atau naik
2,83% bila dibandingkan tahun 2016 yang tercatat 35.444 kunjungan.

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 5

Kenaikan jumlah kunjungan kapal tersebut tidak diikuti dengan kenaikan jumlah
penumpang. Jumlah penumpang yang datang pada tahun 2019 mengalami penurunan
sebesar 13,00% dibanding tahun 2018, yaitu dari 1.784.515 orang menjadi 1.552.617
orang. Begitu pula dengan jumlah penumpang kapal yang berangkat juga tercatat
mengalami penurunan sebesar 15,01% dibanding tahun 2018, yaitu dari 1.929.784 orang
menjadi 1.640.055 orang.

Bertolak belakang dengan jumlah penumpang yang datang dan berangkat, jumlah barang
yang dibongkar melalui pelabuhan laut tahun 2019 tercatat mengalami kenaikan 135,73%
dari tahun sebelumnya yaitu dari 5.767.958 ton ditahun 2018 menjadi 13.596.979 ton.
Demikian halnya dengan jumlah barang yang dimuat melalui pelabuhan laut tahun 2019
yang juga mengalami kenaikan 1.073,59% dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2018
tercatat 3.423.394 ton menjadi 40.176.688 ton di tahun 2019.

Dari 12 Kabupaten/Kota, Jumlah kunjungan kapal terbanyak adalah pelabuhan yang ada
di Kota Baubau dengan jumlah kunjungan kapal sebanyak 9.252 kunjungan (25,38%),
diikuti pelabuhan di Kabupaten Muna yang tercatat 8.545 kunjungan (23,44%), kemudian
pelabuhan di Kabupaten Buton dengan 4.260 kunjungan (11,69%) dan sisanya 39,49%
dari pelabuhan di kabupaten/kota lain.

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 6

Tabel 2.2. Kunjungan Kapal, Arus Barang, dan Penumpang menurut Kabupaten/Kota 2019
Kunjungan Penumpang (Orang) Barang (Ton)
Kabupaten/Kota Kapal
(Unit) Datang Berangkat Bongkar Muat
Kabupaten/Regency
1. Buton 4 260 110 996 109 667 160 751 269 668
2. Muna 8 545 289 289 246 329 170 917 187 206
3. Konawe - - - - -
4. Kolaka 778 122 745 108 047 1 592 912 3 172 605
5. Konawe Selatan 1 422 83 666 110 685 166 374 54 353
6. Bombana 2 920 56 542 51 088 8 015 444 21 254
7. Wakatobi 2 724 72 771 61 147 65 487 9559 811
8. Kolaka Utara 765 93 393 97 213 81 439 175 249
9. Buton Utara 342 8 817 10 491 15 923 14 934
10. Konawe Utara 321 - - 201 167 12 906774
11. Kolaka Timur - - - - -
12. Konawe Kep. 1 371 60 949 65 706 39 490 5 618
13. Muna Barat - - - - -
14. Buton Tengah - - - - -
15. Buton Selatan - - - - -
16. Kendari 3 748 243 156 303 946 1 446 148 550 528
17. Baubau 9 252 410 293 475 736 1 640 658 1 574 986
2019 36 448 1 552 617 1 640 055 13 596 979 40176688
2018 35 444 1 784 515 1 929 784 5 767 958 3423394
Sumber : Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2020

Tabel 2.3. Kunjungan Kapal, Arus Barang, dan Penumpang menurut Jenis Pelayaran,
2019
Kunjungan Penumpang (Orang) Barang (Ton)
Jenis Pelayaran
Kapal
Datang Berangkat Datang Berangkat
1.Dalam Negeri/ 36 129 1 552 617 1 640 055 13 423 916 38 498 062
Domestic
2.Luar Negeri/ 319 - - 173 063 1 678 626
International

2019 36 448 1 552 617 1 640 055 13 596 979 40 176 688
2018 35 444 1 784 515 1 929 784 5 767 958 3 423 394

Sumber : Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2020

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 7

2.1.3. Sarana Angkutan Laut Antar Pulau Di Provinsi Sulawesi Tenggara


Provinsi Sulawesi Tenggara konsetrasi memprioritaskan penyelenggaraan pembangunan
sektor laut karena secara geografis adalah daerah perairan. sebagian besar wilayahnya
perairan dan pulau-pulau mutlak membutuhkan dukungan sarana transportasi laut.
Sulawesi Tenggara merupakan wilayah perairan yang menjadi tujuan dan transit antar
provinsi sehingga harus didukung sarana dan prasana kepelabuhanan yang memadai.

Data Dinas Perhubungan TK.I Provinsi Sulawsi Tenggara menyebutkan Sultra memiliki
70 pelabuhan yang terdiri dari tujuh pelabuhan pengumpul, tujuh pelabuhan pengumpan
regional dan 56 pengumpan lokal. Adanya sarana dan prasana transportasi di suatu
wilayah akan mempertinggi daya jangkau (aksesibilitas) daerah yang bersangkutan, yang
pada gilirannya akan mempengaruhi sistem aktivitas dari daerah yang dimaksud. Pada
prinsipnya suatu aktivitas tersebut terlaksana apabila kegiatan atau aktivitas tersebut dapat
ditunjang dengan sarana dan prasana transportasi yang memadai. Jumlah kunjungan kapal
pada tahun 2018 mencapai 30.970 kapal dimana 10,47% diantaranya adalah kunjungan
kapal melalui pelabuhan di Kendari, Muna, Baubau, Buton pada umumnya dan Wakatobi

Gambar II.1. Peta Sarana Penyeberangan di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sumber: Dinas
Perhubungan 2018)

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 8

Pelabuhan penyeberangan di Sulawesi Tenggara yang masih aktif beroperasi hingga


sekarang berjumlah 14 pelabuhan dengan 9 lintasan yang kesemuanya saling
berhubungan membentuk sebuah jaringan transportasi terpadu, sebagai berikut:
 Pelabuhan Penyeberangan Torobulu terletak di Kabupaten Konsel menghubungkan
antara Daratan Kendari dengan Pulau Muna Kabupaten Muna dengan Panjang
Pelabuhan, lebar dan kedalaman alur
 Pelabuhan Penyeberangan Tampo terletak di Pulau Muna Menghubungkan antara
pulau muna dengan Daratan Kendari dengan panjang, lebar dan kedalaman alur
 Pelabuhan Penyeberangan Tondasi Terletak di Kabupaten Muna Menghubungkan
antara Kabupaten Muna dengan Kota Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan.
 Pelabuhan Penyeberangan Waraa Terletak di Kabupaten Buton Daratan Kabupaten
Muna Menghubungkan Daratan Muna Kabupaten Buton dengan Kota Bau-bau.
 Pelabuhan Penyeberangan Bau-Bau Terletak di Kota Bau-Bau menghubungkan antara
Kota Bau-Bau dengan Kabupaten Botun yang berada di daratan Kabupaten Muna
 Pelabuhan Penyeberangan Kamaru Berada pada Kabupaten Buton Menghubungkan
Antara Pulau Buton dengan Pulau Wanci yang terletak di Kabupaten Wakatobi
 Pelabuhan Penyeberangan Wanci Terletak di Pulau Wanci Kabupaten Wakatobi
Menghubungkan Antara Pulau Wanci dengan Pulau Buton Kabupaten Buton
 Pelabuhan Penyeberangan Kendari Terletak Di Kota Kendari Menghubungkan Kota
Kendari dengan Pulau Wawonii Kabupaten Konawe Selatan
 Pelabuhan Penyeberangan Wawonii Terletak Di Pulau Wawonii Kabupaten Konawe
Selatan Menghubungkan antara Pulau Wawonii dengan Kota Kendari
 Pelabuhan Penyeberangan Dongkala Terletak di Kabupaten Bombana
Menghubungkan Kabupaten Bombana dengan Kabupaten Buton dengan Mawasangka
Daratan Muna Kabupaten Buton
 Pelabuhan Penyeberangan Mawasangka Terletak di Pulau Muna Kabupaten Buton
Menghubungkan Pulau Muna Dengan Kabupaten buton
 Pelabuhan Penyeberangan Tobaku Terletak di Kabupaten Kolaka Utara
Menghubungkan Sulawesi Tenggara Dengan Sulawesi Selatan (Siwa).

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 9

 Pelabuhan Penyeberangan Kolaka Terletak di Kabupaten Kolaka Menghubungkan


Sulawesi Tenggara Dengan Sulawesi Selatan (Bone).

Kapal Penyeberangan merupakan transportasi laut yang digunakan masyarakat untuk


melintas antar pulau dalam provinsi ataupun lintas antar provinsi. Di Sulawesi Tenggara,
kapal penyeberangan sangatlah berperan penting demi kelancaran arus orang dan barang,
melayani angkutan penumpang antar pulau, baik antar kabupaten maupun antar provinsi,
kondisi kapal penyeberangan di provinsi Sulawesi Tenggara pun cukup baik. Berikut
daftar kapal-kapal penyeberagan yang melayani Satpel dalam wilayah Sultra beserta
kepemilikannya. Berikut daftar kapal penyeberangan sesuai satuan pelayanan
Tabel 2.4. Daftar Kapal Berdasarkan Satuan Pelayanan
Satuan Pelayanan Pelabuhan dan Kapal
Wilyah I Pelabuhan Penyeberangan Tobaku

KMP. Merak
KMP. New Camelia
Pelabuhan Penyeberangan Kolaka

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 10

Satuan Pelayanan Pelabuhan dan Kapal

KMP. Mishima,
KMP. Kotabumi,
KMP. Permata Nst,
KMP. Mandala Nst,
KMP. Fais, Kmp. Kotamuna dan
KMP. Radja Dilaut
Pelabuhan Penyeberangan Bombana

KMP. Madidihang
KMP. Bontoharu

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 11

Satuan Pelayanan Pelabuhan dan Kapal


Wilayah II Pelabuhan Penyeberangan Kendari – Langara

KMP. Bahteramas

Pelabuhan Penyeberangan Amolengo – Labuan

KMP. Semumu

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 12

Satuan Pelayanan Pelabuhan dan Kapal


Pelabuhan Penyeberangan Torobulu

KMP. Pulau Rubiah


KMP. Nuku
Wilayah III Pelabuhan Penyeberangan Raha – Pure

KMP. Mujair
Pelabuhan Penyeberangan Mawasangka – Dongkala

KMP. Madidihang

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 13

Satuan Pelayanan Pelabuhan dan Kapal


Pelabuhan Penyeberangan Tondasi

KMP. Bontoharu
Pelabuhan Penyeberangan Tj. Sikeli

KMP. Bontoharu
Wilayah IV Pelabuhan Penyeberangan Bau – Bau - Waara

KMP. Tenggiri

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 14

Satuan Pelayanan Pelabuhan dan Kapal


Pelabuhan Penyeberangan Bau – Bau – Tolandona

KMP. Sultan Murhum

Pelabuhan Penyeberangan Bau – Bau – Siompu – Kadatua

KMP. Inerie

Pelabuhan Penyeberangan Kamaru - Wanci

KMP. Bahteramas II

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 15

2.2.Faktor Faktor Penyebab Masalah


Provinsi Sulawesi Tenggara yang sebagian besar terdiri dari wilayah kepulauan,
pelabuhan memiliki arti penting karena mendukung kelangsungan sistem transportasi laut
yang merupakan sistem transportasi paling besar di Sulawesi Tenggara. Peran pelabuhan
sangat penting bagi perkembangan sosial dan ekonomi suatu daerah.

Pertumbuhan dan penyebaran aktivitas ekonomi di Provinsi Sulawesi Tenggara saat ini
terpusat di kota Kendari, Kota Baubau sebagai wilayah transit dan wilayah jasa potensial.
Kondisi ini sebagai konsekuensi jarak antar wilayah, yang dalam perkembangannya
menjadi titik lemah bagi wilayah lain di Sulawesi Tenggara, seperti di wilayah Muna,
Muna Barat, Buton Utara, Buton Tengah, Buton Selatan, Buton dan Wakatobi. Untuk
menjembatani hubungan antar wilayah yang berjauhan itulah maka dibutuhkan sarana
transportasi laut yang efektif, dalam arti memiliki tingkat ketersediaan yang tinggi dan
waktu tempuh yang relatif cepat.

Pengembangan infrastruktur pelabuhan laut di Sulawesi Tenggara terutama pelabuhan


Kendari yang saat ini memiliki dermaga yang cukup pendek dan fasilitas dan peralatan
bongkar muat barang yang masih terbatas. Pelabuhan Kendari merupakan pelabuhan yang
menghubungkan Konawe, Unaaha, Kolaka Utara, Surabaya, Jakarta dan Cina. Itu berarti
pelabuhan Kendari tidak hanya menghubungkan antar pulau di Sulawesi Tenggara tetapi
juga antar pulau di Indonesia bahkan antar Negara seperti Cina.

Beberapa pelabuhan lainnya juga perlu penambahan peralatan bongkar muat terutama
pelabuhan seperti pelabuhan Konawe Utara, pelabuhan Kota Bau-Bau, pelabuhan Muna
dan pelabuhan Wanci yang selama ini memperlihatkan kinerja arus bongkar muat barang
yang cukup besar terutama hasil tambang seperti nikel.

Rata-rata pelabuhan di Sulawesi Tenggara mengalami permasalahan seperti panjang


darmaga, luas lapangan penumpukan, peralatan bongkar muat, dan luas terminal
penumpang.

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 16

2.3.Dampak Permasalahan
Fasilitas yang kurang memadai dari sarana pelabuhan dan transportasi laut dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah melalui pergerakan penduduk, arus
bongkar muat, distribusi barang, dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
Pelabuhan Nusantara Kendari dengan keterbatasan panjang dermaga dan luas lapangan
penampungan menyebabkan kapal antrian untuk tambat dan waktu tunggu menjadi lebih
lama yang berimplikasi terhadap biaya. Kasus yang sama terjadi pada pelabuhan Murhum
Baubau, Pelabuhan Nusantara Kendari, Pelabuhan Nusantara I Raha.
Akibat keterbatasan sarana dan prasarana di Sulawesi Tenggara, maka intensitas
kunjungan kapal dengan kapasitas besar, seperti Kapal PELNI ke tiga kabupaten
kepulauan di Sulawesi Tenggara tergolong rendah, karena hanya berlabuh sekali dalam
dua minggu sehingga terjadi penumpukan penumpang akibat luasan terminal penumpang
kurang memadai. Beberapa pelabuhan non komersial di Sulawesi Tenggara belum
memiliki fasilitas dermaga, alat bongkar muat, gudang, dan sebagainya.

2.4.Kerangka Pemikiran Teoritis


Short Sea Shipping dapat didefinisikan sebagai sebuah angkutan komersial dengan
menggunakan kapal yang tidak melintasi lautan lepas. Short Sea Shipping merupakan pola
angkutan dengan kapal yang memanfaatkan aliran sungai dan perairan pesisir pantai untuk
mengirimkan muatan muatan dari pelabuhan muat ke pelabuhan tujuan .Short Sea
Shipping menjadikan distribusi barang menjadi lebih efektif dan efisien. Disamping itu
penerapan Short Sea Shipping telah berhasil meningkatkan pergerakan barang,
menurunkan tingkat polusi udara, menurunkan biaya pengiriman barang dan menurunkan
biaya infrastruktur yang harus dikeluarkan Pemerintah

Untuk memahami short sea shipping perlu melihatnya dari berbagai sudut pandang.
Sesuai amanat Sislognas dimana angkutan perairan (laut nasional dan penyeberangan
antar pulau) menjadi backbone logistik nasional dimana banyak mencakup berbagai sektor
industri, disiplin ilmu, sarana/prasarana, peraturan dan kebijakan pemerintah dan

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 17

teknologi yang digunakan dalam rangka memindahkan barang dari satu lokasi pelabuhan
ke lokasi pelabuhan tujuan secara efisien, efektif, tepat waktu dan akurat.

Kemajuan teknologi transportasi mengikuti perkembangan ekonomi dan perdagangan,


begitu pula sebaliknya. Transportasi mempunyai peran memperluas daerah cakupan
distribusi barang atau jasa, mendukung distribusi logistik industri yang efisien dan
spesialisasi kegiatan produksi, sehingga menciptakan konsentrasi aktivitas produksi di
suatu tempat, dan dapat menimbulkan "Economics of Scale” dan “Aglomeration Econo-
mics" dalam sistem logistik.

(a) Unitized, Petikemas, Curah Kering, Cair,


Perdagangan, Investasi dan Produksi,
(B) Ekonomi-Bisnis
Pertumbuhan Ekonomi
Pelayaran Industri,
Teknologi dan
(A) Spesialisasi
(B)
CARGO/
KAPAL
MUATAN

(C)
(c) Akses Laut dan Darat, TRANSPORTASI LAUT
Kapasitas dan Pelayanan, PELABUHAN
Efisiensi dan Efektifitas,
Spesialisasi Terminal Hub
Port

Gambar II.2 Sistem Transportasi Laut


Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai potensi wilayah yang tersebar dari
hinterland, dihubungkan oleh jaringan transportasi jalan ke pelabuhan, sistem transportasi
laut (kepelabuhanan, pelayaran/perkapalan dan potensi pergerakan barang) sebagaimana
tampak pada gambar 2.4 mempunyai fungsi sangat penting. Pelabuhan sebagai titik-titik
simpul jasa distribusi melalui laut dan sebagai pusat kegiatan transportasi laut, me-
nyediakan ruang untuk industri dan menunjang pembangunan masa depan.

Moda transportasi laut lebih efisien untuk mengangkut barang dalam jumlah besar,
kecepatan dan biaya angkutan per ton mil relatif rendah dan sangat menguntungkan untuk
angkutan barang jarak jauh pada wilayah kepulauan.

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 18

Pengembangan transportasi jangka pendek dan menengah berdasar pada kriteria pengem-
bangan jaringan transportasi nasional meliputi: Fungsi kota dalam tata ruang nasional,
pola produksi dan konsumsi, faktor geografis dan moda yang paling ekonomis dalam
melayani arus barang dan penumpang. Untuk daerah yang secara ekonomis tidak
mempunyai potensi atau daerah yang belum berkembang, namun membutuhkan
pelayanan transportasi, maka pelayanan transportasi berfungsi untuk membantu
perkembangan ekonomi daerah tersebut.

Pelabuhan adalah suatu kawasan yang mempunyai infrastruktur (sarana dan prasarana)
dalam menunjang kegiatan operasional. Infrastruktur tersebut merupakan fasilitas yang
harus ada pada suatu pelabuhan untuk mendukung operasional atau usaha pelabuhan.
Infrastruktur atau fasilitas pelabuhan terdiri atas fasilitas pokok (sarana) dan fasilitas
penunjang (prasarana). Pembagian ini berdasarkan atas kepentingan terhadap kegiatan
pelabuhan itu sendiri.

Secara komprehensif, peran pelabuhan tidak hanya dari eksistensinya dan perkembangan
pada masa depan. Tetapi sangat terkait dengan aspek perencanaan dan manajemen dalam
menunjang pembangunan regional, antara daerah/pulau/pelabuhan, sehingga terjadi
interaksi antar sumberdaya pembangunan, seperti: penduduk, SDA (sektoral), modal,
teknologi, dan sumberdaya pembangunan lainnya.

Pelabuhan berperan dan berfungsi sangat penting dalam perdagangan dan pembangunan
regional, nasional dan internasional, yaitu sebagai pintu gerbang keluar-masuk barang dan
penumpang ke dan dari suatu daerah, di mana pelabuhan tersebut berada. Peranan dan
fungsi pelabuhan meliputi berbagai aspek yaitu:

a. Ketersediaan prasana dan sarana pelabuhan melayani kegiatan B/M barang dan
kunjungan kapal, berkaitan dengan daerah belakang yang dihubungkan oleh
transportasi darat, investasi, teknologi, manajemen, dan kualitas pelayanan.
b. Keterkaitan pelabuhan di pulau yang satu dengan pelabuhan di pulau lain (nasional
dan internasional), dan pelabuhan sekitarnya, sebagai asal dan tujuan pergerakan
barang.

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 19

c. Keterkaitan suatu pelabuhan dengan aspek-aspek yang berdampak sosial,


ekonomi, dan lingkungan hidup dari pengembangan pelabuhan terhadap daerah
sekitarnya.
Secara skematis fungsi pelabuhan dibedakan atas pelabuhan umum dan pelabuhan khusus.
Sedangkan hirarki berdasarkan peran dan fungsi pelabuhan laut meliputi pelabuhan
internasional hub (utama primer), pelabuhan internasional (utama sekunder), pelabuhan
nasional (utama tersier), pelabuhan regional, dan pelabuhan lokal.

Ekspor
Melayani Angkutan
Barang LN Impor

Antar Pulau
Melayani angkutan
barang DN
Antar daerah

Melayani angkutan
Penumpang
Sektoral
Menunjang
pembangunan Regional
daerah belakang

Pembangunan Industri

FUNGSI Menunjang daerah Pelabuhan


PELABUHAN Industri Pembangunan

di pantaindustri
Pemukiman
Suplay tenaga
Kegiatan/tempat
rekreasi listrik

Perbaikan ling-
Menunjang Kegiatan

Kehidupanpend kemasyara-
Bantuan untuk katan
bencana alam dll.

Gambar II.3. Fungsi Pelabuhan

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 20

Peranan penting yang diemban oleh pelabuhan dalam pelayaran internasional, nasional
dan lokal, sesuai fungsinya seperti terdapat pada gambar II.3 memerlukan penguatan
operasional.

2.5. Beberapa Solusi Mengatasi Masalah


2.5.1 Short sea shipping (SSS)

Bagi negara Indonesia, khususnya Sulawesi Tenggara, Short sea shipping (SSS) menjadi
program yang penting untuk dikembangkan dan dijalankan. Beberapa negara tetangga
berjarak relatif dekat dengan wilayah terdepan Indonesia, yang dapat dijangkau dengan
menggunakan kapal- kapal SSS. Oleh karena itu untuk menghadapi rencana liberalisasi
jasa logistik, termasuk juga jasa transportasi laut, maka sudah selayaknya negara
Indonesia juga menyiapkan diri untuk memperkuat sistem transportasi lautnya, khususnya
angkutan laut domestik, dengan menerapkan kebijakan short sea shipping menjadi tulang
punggung transportasi barang nasional, baik antar pulau maupun dalam satu pulau.

Pengembangan SSS menjadi hal yang sangat penting, strategis dan ke depan menjadi
tulang punggung sistem logistik nasional, mendorong percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi di setiap koridor ekonomi nasional seperti diamanatkan dalam
MP3EI. Walaupun dalam Sistranas SSS belum terakomodir secara eksplisit akan tetapi
semangat untuk menciptakan sistem transportasi laut yang efektif dan efisien yang implisit
ada dalam transportasi penumpang melalui laut (angkutan perintis, Roll On – Roll Off).

Pengembangan Short sea shipping (SSS) sangatlah strategis, khususnya didalam


mendukung pelaksanaan Pusat–Pusat. Distribusi Bahan Pokok dan Strategis (Bapokstra)
Nasional yang mencakup komoditas beras medium, tepung terigu, semen, baja batangan,
kedelai, minyak goreng curah, gula, dll. Oleh karena itu pengembangan SSS perlu
didukung dan diintegrasikan dengan program pengembangan Pusat-Pusat Distribusi
Nasional. Integrasi SSS dengan PD akan menciptakan Sistem Logistik Nasional dan
Sistem Ketahanan Nasional yang tangguh.

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 21

2.5.2 Pemilihan Moda Transportasi Laut

Pemilihan moda transportasi merupakan salah satu model yang penting dalam
perencanaan transportasi, hal ini karena angkutan umum yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Sistem transportasi moda angkutan umum membuat penggunaan ruang jalan
yang lebih efisien daripada kendaraan pribadi, juga memiliki manfaat lebih baik jika lebih
banyak orang menggunakan transportasi umum, maka akan mengurangi kemacetan di
jalan dan jumlah kecelakaan akan berkurang.

Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang menggunakan
setiap moda sistem transportasi. Model pemilihan moda sangat bervariasi, tergantung
pada tujuan perencanaan transportasi, salah satu pendekatan menyebutkan bahwa proses
pemilihan moda dilakukan pada tahapan untuk menghitung bangkitan pergerakan.
Pergerakan penduduk dengan menggunakan kendaraan angkutan umum langsung
dipisahkan dengan angkutan pribadi.

2.5.3 Konektivitas

Pada daerah kepulauan, skenario konektivitas diharapkan membuka daerah yang


terisolasi sehingga terhubung dengan pusat-pusat perekonomian, bertujuan menurunkan
disparitas harga dan pelayanan, peningkatan daya saing serta akselerasi penanggulangan
kemiskinan yang pada akhirnya dapat meningkatkan aksessibilitas sosial dan ekonomi
masyarakat. Peran pelabuhan dalam sistem konektivitas merupakan titik alih moda antara
transportasi laut dan transportasi darat/jalan.

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 22

Gambar II.4 Tingkat Konektivitas

Rantai konektivitas atau simpul mempunyai 4 fungsi sebagai (composition, conection,


interchange, decomposition) dalam transportasi intermoda (Rodrigue and Comtois)
sebagaimana dalam gambar berikut:

Gambar II.5. Rantai Transportasi Intermoda

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 23

2.6. Rekomendasi Pilihan

Interkoneksi antar dan inter moda transportasi mutlak diwujudkan untuk menekan biaya
yang dikeluarkan oleh pemakai jasa transportasi. Keterpaduan jaringan pelayanan dan
prasarana transportasi di Provinsi Sulawesi Tenggara umumnya sudah terwujud, seperti
pada titik simpul terminal, pelabuhan, dan bandar udara. Pelayanan jasa transportasi jalan
melalui AKDP dan AKAP pada setiap wilayah telah beroperasi dengan baik dengan titik
simpul pada terminal tipe A dan tipe B.

Strategi kebijakan terkait dengan fungsi transportasi sebagai penunjang, yaitu membuka
daerah terisolasi, terpencil, dan menjangkau daerah-daerah pelosok/tertinggal yang
terdapat di daerah pedalaman, dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Membuka akses daerah terisolasi, terpencil dan daerah tertinggal untuk mendorong
peningkatan produksi barang setempat (lokal) dan mengatasi kesenjangan antar
daerah.
2) Menghubungkan daerah pedalaman yang relatif tertinggal dengan pusat pelayanan
perdagangan dan pemerintahan yang lebih maju
3) Meningkatkan keterkaitan fungsional antara daerah produksi dengan pusat koleksi dan
distribusi, antar pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai, antara daerah berkembang
dan daerah kurang berkembang, sehingga mendorong keserasian antar daerah dan
mengurangi kesenjangan antar daerah, serta mendukung pelayanan transportasi yang
efektif dan efisien.
4) Mengembangkan pusat permukiman diprioritaskan yang terdapat dalam
kawasan/daerah tertinggal.
Integrasi Keterpaduan yang rendah dalam penyelenggaraan pelayanan kegiatan
transportasi akan berkorelasi dengan kinerja transportasi karenanya, keterpaduan
transportasi antar sub sektor antar moda transportasi dan antar daerah (tingkat kabupaten,
dan kota).

Pemerintah Sulawesi Tenggara telah mengusulkan pembangunan 11 pelabuhan, yakni


pelabuhan Dongkala Pasar Wajo (Kabupaten Buton), Sampolawa, Kadatua, Siompu

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 24

(Kabupaten Buton Selatan) dan pelabuhan Wa ode Buri (Kabupaten Buton Utara).
Pelabuhan Lakologau (Kota Baubau), Pelabuhan Lakara (Kabupaten Konawe Selatan),
Mandiodo (Kabupaten Konawe Utara), Pelabuhan Oempu (Kabupaten Muna), pelabuhan
Pajala (Kabupaten Muna Barat), pelabuhan Pulau Sagori (Kabupaten Bombana) dan
pelabuhan Pulau Runduma (Kabupaten Wakatobi).

Deniyatno| G3IP21021
Wawasan Kemaritiman 25

BAB III
PENUTUP

2.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilalukan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan

1. Pelabuhan penyeberangan terdapat 26 pelabuhan guna menunjang kelancaran arus


transportasi penyeberangan laut, Jumlah kunjungan kapal pada tahun 2021 mencapai
30.970 kapal dimana 10,47% diantaranya adalah kunjungan kapal melalui pelabuhan
di Kendari, Muna, Baubau, Buton pada umumnya dan Wakatobi.
2. Sarana dan prasarana yang di miliki oleh pelabuhan utama dan pengumpul Pada
wilayah kepulauan di Provinsi Sulawesi Tenggara bervariasi dan masih terbatas.
Sarana dan prasarana masih sangat minim yang paling sedikit dimiliki adalah
Pelabuhan Muna Barat, Buton Selatan, Buton Utara, Buton Tengah, dan Buton
2.2.Saran

1. Untuk meningkatkan mobilitas dan aksesibilitas pergerakan angkutan logistik, maka


perlu penambahan sarana dan prasarana pelabuhan, sehingga dapat menjangkau
wilayah-wilayah yang terpencil

2. Koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah perlu dijalin dengan baik dalam hal
pengelolaan potensi wilayah dan infrastruktur pelabuhan sehingga lebih efektif
mendukung kelancaran distribusi barang dan jasa, dengan kerjasama dengan investor
swasta dalam penyediaan fasilitas dan perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan
dalam mendukung kelancaran bongkar muat barang.

3. Angkutan barang sangat berkaitan erat dengan fungsi tata guna lahan, terutama pada
lokasi perdagangan (lokasi pemasaran) serta aspek-aspek yang mempengaruhinya,
oleh karena itu perlu pengurangan mata rantai pasok pada lokasi simpul-simpul
angkutan barang

Deniyatno | G3IP21021
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim.(2021). Sulawesi Tenggara Dalam Agka 2020. Badan Pusat Statistik


2. Bonacich, E., & Wilson, J. B. (2008). Getting the Goods: Ports, Labor and the Logistics
Revolution. Ithaca, NY: Cornell University Press
3. Brouwer GJ, Heeger DJ (2011) Cross-orientation suppression in human visual cortex. J
Neurophysiol 106:2108–2119, doi:10.1152/jn.00540.2011, pmid:21775720.
4. Calderon, C. and L. Serven. 2004. The Effects of Infrastructure Development on Growth and
Income Distribution. The World Bank, Paper WPS3400. The World Bank, Washington, D.C.
5. Blueprint Development of the National Logistics System. 2012. Presidential Regulation of the
Republic of Indonesia Number 26 of 2012
6. Dekker, Sander, Verhaeghe, R.J. dan Pols, A.A.J., 2003, “Economic Impacts and Public
Financing of Port Capacity Investments: the Case of Rotterdam Port Expansion”, TRB 2003
Annual Meeting.
7. Dundovic, Cedomir dan Hess, Svjetlana. (2005). Exploitability of the Port Container Terminal
Stacking Area Capacity in the Circumstances of Increased Turnover, ISEP 2005.
8. Greis, N.P., Kasarda, J.D., 1997. Enterprise logistics in the information age. California
Management Review 39 (3), 55-78.
9. Handfield, R.B., Nichols, E.L., 1999. Introduction to Supply Chain Management. Prentice-
Hall, Upper Saddle River, NJ.
10. Jinca, M. Y., 2011, Sea Transportation, System Analysis and Case Study, Publisher, Brilliant
International, Surabaya
11. Maloni, Michael dan Jackson, Erick C. (2005). North American Container Port Capacity: A
Literature Review. Transportation Journal, Vol.44, No.2,hlm.16-36.
12. Markus Hesse, Jean-Paul Rodrigue(2004), The transport geography of logistics and freight
distribution, Journal of Transport Geography (2004)
13. McKinnon, Alan (2001). Integrated Logistics Strategies. In: Brewer, A.M., Button, K. And
Hensher, D. (eds.) Handbook of Logistics and Supply Chain Management . London,Pergamon,
pp. 157- 170
14. Mujeri, M. K. (2002). Bangladesh, Bringing Poverty Focus in Rural Infrastructure
Development. Discussion Paper November 2002 : Issues ini Employment
15. Rodrigue, J.P and Comtois, C.,2013. The Geography of Transport Systems. Third edition
published 2013 by Routledge
16. Triatmodjo, B. 1996. Port, First Edition. Beta Offset. Yogyakarta.
17. Tongzon, J. and S. Ganesalingam (1994), “Evaluation of ASEAN port performance and
efficiency”, Asian Economic Journal, 8 (3), 317-330.
18. World Bank., 2004, Sustainable Transport: Priorities for Policy Reform. The International
Bank for Reconstruction and Development/The World Bank, Washington, D.
LAMPIRAN
Peta Rute Pelayaran Mekanisme Rujukan di Sulawesi Tengara
Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Tenggara 2018
Peta Rute Trayek 37 Di Provinsi Sulawesi Tenggara
Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Tenggara 2018
Peta Rute Trayek 38 di Provinsi Sulawesi Tenggara
Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Tenggara 2018
Peta Rute Trayek 38 di Provinsi Sulawesi Tenggara
Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Tenggara 2018
Peta Rute Trayek 39 di Provinsi Sulawesi Tengga, Sumber :Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Tenggara 2018
Peta Sarana Penyeberangan di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sumber : Dinas Perhubungan 2018 )

Anda mungkin juga menyukai